Budidaya
Budidaya
A. tubuh jamur makroskopis (kapang atau cendawan) terdiri atas banyak sel
Jamur makroskopis atau cendawan adalah jamur-jamur yang tubuh buahnya berukuran
besar (berukuran 0,6 cm dan lebih besar) yang merupakan struktur reproduktif yang
terbentuk untuk menghasilkan dan menyebarkan sporanya. Bisa dijumpai ketika berjalan
di hutan, tanah lapang, padang rumput, atau mungkin di halaman belakang. Istilah jamur
berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur.
Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh
atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang
disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid,
tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding
yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).
2. Jelaskan (min. 3 jenis jamur) yang dapat dibudidayakan
a. jamur kuping
: Fungi
Divisio
: Eumycota
Classis
: Heterobasidiomycetes
Ordo
: Auriculariales
Familia
: Auriculariaceae
Genus
: Auricularia
Species
: Auricularia auricula
Jamur kuping hitam merupakan contoh jenis jamur kayu selain shittake. Jamur ini secara
alami mempunyai kekhususan jenis kayu yang ditumbuhi secara baik dan subur, walaupun begitu
pada saat ini pertumbuhan jamur ini tidak terbatas pada satu dua jenis kayu tertentu, tetapi dapat
ditumbuhkan pada berbagai jenis kayu. Bahkan pada sisa kertas serta bahan-bahan lainnya
seperti bagas (ampas tebu ), ampas aren, dan sabut kelapa. Maka jenis jamur kuping ini dapat
tumbuh dan berkembang secara baik. Jenis jamur kuping selain digunakan sebagai bahan pangan
juga dapat digunakan sebagai obat untuk mengobati sakit tenggorokan (Sinaga, 1993).
b. jamur tiram
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) tumbuh secara berkelompok dan berjejal-jejal.
Tubuhnya terdiri dari stipe dan pileus. Pileus atau tudung buahnya berdiameter antara 5-12 cm,
saat masih muda bentuknya cembung, setelah tua akan mekar membentuk corong yang dangkal
atau berbentuk seperti kulit kerang sehingga jamur ini sering disebut jamur kerang. Stipe atau
batangnya berwarna lebih muda dibandingkan dengan tudung buahnya. Daging buah lembut dan
berwarna putih sporanya berwarna putih. Jamur ini merupakan edible mashroom dan sudah
banyak dibudidayakan. (Dwijoseputro, 1978)
Adapun klasifikasi jamur tiram putih menurut Alexopoulous (1996) adalah sebagai
berikut :
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Basidiomycota
Classis
: Homobasidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Familia
: Tricholomataceae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: Pleurotus ostreatus
Jamur tiram dapat ditumbuhkan pada media kompos serbuk gergaji kayu. Miselium dan tubuh
buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 25-39 ?C. Agar bakal tubuh buah terbentuk
biasanya dibutuhkan kejutan fisik seperti perubahan
c. jamur shitaitake
Jamur Shiitake (Lentinula edodes) termasuk salah satu jamur kayu yang bisa dimakan.
Jamur Shiitake memiliki gizi tinggi sehingga budidaya jamur ini berkembang pesat di Cina,
Taiwan, Jepang, Korea Selatan, dan sekarang di Indonesiapun sudah banyak yang
membudidayakannya. Nama lain yang sering digunakan untuk menyebut jamur ini
adalah Hoang-ko, Siang-Ku juga ada yang menyebutnya Jamur Harum. Siklus Jamur Shiitake
secara umum dimulai dari spora sampai membentuk tubuh buah dewasa penghasil spora, Spora
jamur Shiitake dihasilkan dari bilah yang terdapat pada tudung tubuh buah jamur tersebut.
Jumlah spora tersebut sangat banyak bahkan bias mencapai ribuan, bentuknya sangat kecil, bulat
dan ringan dengan diameter kurang dari 20-30 mikrometer sehingga mudah diterbangkan oleh
hembusan angin dan cepat tersebar luas. Jika spora tersebut jatuh di tempat yang lembab maka
akan berkecambah membentuk miselia yang dinamakan miselia primer. Umumnya pertumbuhan
miselian primer ini tidak banyak (tidak tebal). Selanjutnya miselia primer tersebut akan tumbuh
dan berkembang semakin tebal dan meluas menjadi miselia skunder. Pada kelompok miselia
sekunder akan tampak awal pertumbuhan, mula-mula berentuk seperti bintik kemudian menebal
hingga akhirnya membentuk massa bulat yang membesar atau disebut (primordia) yang akan
menjadi kuncup tubuh buah. Setelah beberapa hari, kuncup buah tersebut siap menjadi sebagai
cikal bakal untuk pertumbuhan selanjutnya. Saat berkembang dan tumbuh secara sempurna
tubuh buah akan tampak dengan mata telanjang di atas lokasi pertumbuhan jamur Shiitake
tersebut.
3. Jelaskan tahapan tahapan dalam budidaya jamur
1. Persiapan bahan
Bahan yang harus dipersiapkan diantaranya serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips, tepung jagung dan
glukosa
2. Pengayaan
Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik,
hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut
maka serbuk gergaji perlu diayak. Ukuran ayakan sama dengan ayakan pasir (ram ayam),
pengayaan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan
pasir.
3. Pencampuran
Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji
selanjutnya disiram dengan air sekitar 50-60% atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi
tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.
4. Pengomposan
Adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membunbun serbuk gergaji kemudian
menutupinya dengan plastik
4. Jelaskan fungsi bahan (medium tanam) yang digunakan dalam budidaya jamur
wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran
dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali
kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis
kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya.
Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut
terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya
Faktor PH
Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus diperhatikan
dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa (poin 7 keatas hingga 8) akan menyebabkan
kegagalan. Karena faktor PH ini lah, dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda
pengomposan dari masing-masing pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu
menurunkan PH serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:
Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru dimasukkan ke dalam kantong
baglog
Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan
Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal 3 minggu untuk
pengomposannya.
Penting sekali untuk memeriksa kondisi PH ini sebelum dimasukkan ke dalam kantong.
Pemeriksaan bisa dengan PH meter atau kertas lagmus. Ada pengalaman dari rekan-rekan,
jika PH masih di kisaran 7,5 - 8, campuran diberi sedikit campuran air cuka.. lalu diperiksa
kembali, setelah PH di sekitar 7, baru dimasukkan ke dalam kantong.
Faktor AIR
Dalam menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak memeriksa air yang digunakan. Ada
yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau malah air kali biasa. Kandungan kimia pada air
tersebut terkadang tidak kita ketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa
menggagalkan dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara sederhana untuk
mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan
mencampurkan arang untuk menetralisir dan memurnikan air.
Faktor campuran yang kurang baik
Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pebudidaya, tetapi rata-rata
menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi
yang kami maksud di sini adalah perbandingan bekatul atau jagung.
Pastikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya
kualitasnya juga harus baik.
Penting sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan ke dalam kantong
baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik, akan timbul gas fermentasi yang dapat
melambatkan tingkat kecepatan tumbuh miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya sama
sekali.
6. Hasil vs pustaka
Djarijah, N. M dan A. S. Djariah. 2001. Budi Daya Jamur Tiram Tiram: Pembibitan
Pemeliharaan dan Pengendalian Hama Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.
Gandjar, Indrawati, Wellyzar Sjamsuridzal dan Ariyanti Oetari, 2006. Mikologi Dasar dan
Terapan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta
Herlina, L dan Dewi P., 2010. Penggunaan Kompos Aktif Trichoderma harzianum Dalam
Meningkatkan PertumbuhanTanaman Cabai. Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Sinaga, M.S., 2006. Manfaat jamur di dunia kesehatan . Penebar Swadaya.
Jakarta
Tjondronegoro, PD, dkk. 1991. Botani Umum. Gramedia, Jakarta.
Yusuf, S., Lubis, L., Arifin, K., dan Zahara, F., 1992. Cara Pengendalian Penyakit Jamur Akar
Putih (Rigidoporus Lignosus (Klotzsh) Imazeki) Dengan Pemakaiyan Fungisida
Dinikorosol Pada Tanaman Karet Muda klon GT-1 Fakultas Pertanian, USU-Press,
Medan, hal: 1-11.
Zhang, Yaoqi. Wei Geng, Yueqin Shen, Yanling Wang and Yu-Cheng Dai. 2014. Edible
Mushroom Cultivation for Food Security and Rural Development in China: BioInnovation, Technological Dissemination and Marketing. Journal of Sustainability 2014,
6, 2961-2973
Widiyastuti, B. 2009. Budi Daya Jamur Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
Suriawiria, Unus. 2002. Budi daya Jamur Tiram. Kanisus: Jakarta
Seswati, Ramza et al., 2013. Pengaruh Pengaturan Keasaman Media Serbuk Gergaji Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Cokelat (Pleurotus cystidiosus O.K. Miller.). Jurnal
Biologi Universitas Andalas 2(1) Maret 2013 : 31-36