Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEPERAWATAN

PENGARUH SUHU DAN pH REAKSI ENZIMATIK

Kelompok I
Winda Ayu Fazraningtyas

I1B108201

Fatimah Meirany

I1B108202

Dina Wulansari

I1B108210

Herda Salfia

I1B108211

Gusti Herry Masdiqa

I1B108212

M. Lutfi Assidiqi

I1B108218

Rizky Ariani

I1B108219

Nurfida Giaty

I1B108221

Aisyah

I1B108235

Rizani Pahmi

I1B108239

Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Lambung Mangkurat
BANJARBARU
April, 2009

JUDUL PRAKTIKUM
Pengaruh Suhu dan pH terhadap Aktivitas Enzim
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain :
Mengetahui pengaruh dari suhu terhadap suatu reaksi enzimatik
Mengetahui pengaruh pH terhadap reaksi enzimatik
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Gelas ukur
2. Pipet tetes
3. Labu Erlenmeyer
4. Tabung reaksi
5. Spektrofotometer
B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Larutan enzim E 1 %
2. Larutan NaCl 0,9 %
3. Larutan Substrat S 1 %
4. Larutan Penyangga pH 6,5
5. Larutan-larutan penyangga pH 4, 5, 6, 8, dan 10
6. KI-KIO3 (akan melepaskan Yod dalam suasana asam, bagaimana
reaksinya), terdiri dari :
KI 5,0 g
KIO3 0,357 g
NaOH 1 N 2,0 ml
Aqua ad 1 liter
7. Larutan HCl 0,05 N

C. Cara Praktikum
1. Pengaruh Suhu pada Reaksi Enzimatik
1.

Isi labu erlenmeyer dengan 15 ml larutan penyangga + 3 ml larutan substrat +


6 ml larutan NaCl 0,9%. Campur hingga homogen, lalu meletakkannya pada
suhu 0oC (dalam lemari pendingin), 270C (pada suhu kamar), 370C (dalam
inkubator), 1000C (dalam air mendidih) selama kira-kira 30 menit.

2.

Sediakan tabung reaksi, beri tanda 0, 5, 10, 15, 20. Isilah masing-masing
tabung dengan 10 ml larutan HCl 0,05 N.

3.

Pipetlah 1 ml larutan dari erlenmeyer, memasukkan ke dalam tabung reaksi


dengan tanda 0. Lalu memasukkan 1 ml larutan enzim ke dalam erlenmeyer
(erlenmeyer tetap diletakkan pada suhu masing-masing). Campur dengan baik
dan mencatat waktunya setelah 5 menit (tepat), pipet larutan dalam
erlenmeyer dan masukkan ke dalam tabung dengan tanda 5.

4.

Demikian seterusnya setiap 5 menit, pipet 1 ml larutan dalam erlenmeyer dan


masukkan berturut-turut ke dalam tabung reaksi dengan tanda 10, 15, dan
20.

5.

Setelah selesai semua, ke dalam tiap-tiap tabung reaksi tambahkan 1 ml


larutan KI-KIO3 campur dengan baik dan tunggu selama 5 menit.

6.

Tentukan intensitas warna yang timbul dengan kalorimeter/spektrofotometer


pada panjang gelombang 550-560 nm. Sebagai titik nol dipakai aquadest.

Perhitungan :
% substrat yang dicerna =100% - Pembacaan waktu t x 100%
Pembacaan waktu to
Keterangan :
Pembacaan waktu t = Pembacaan absorpsi pada waktu 5, 10, 15, 20.
Pembacaan waktu to = Pembacaan absorpsi pada waktu 0.
2. Pengaruh pH pada Reaksi Enzimatik
Persiapan :
1. Tiap-tiap kelompok mahasiswa (2-3 orang) per meja melakukan percobaan

dengan 1 macam pH.


2. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing berilah tanda 0, 5, 10, 15, 20,

dan 1 erlenmeyer 50 ml.


Percobaan :
1.

Masukkan 15 ml larutan penyangga (sesuai dengan pH yang telah ditentukan


misal pH 4 atau pH 5), ditambah 3 ml substrat S + 6 ml larutan NaCl ke
dalam sebuah erlenmeyer. Kocoklah agar larutan tercampur.

2.

Isilah tiap-tiap tabung reaksi dengan 10 ml larutan HCl.

3.

Pipetlah 1 ml cairan dari erlenmeyer, masukkan ke dalam tabung reaksi


dengan tanda 0. Kocok sebentar.

4.

Tambahkan 1 ml larutan enzim E erlenmeyer, campur dengan cepat dan


masukkan ke dalam inkubator 370. Tepat pada saat penambahan enzim E ini,
catatlah waktu pada penunjuk waktu saudara/jalankan stopwatch.

5.

Mendekati 5 menit setelah enzim masuk, pipetlah 1 ml larutan dari


erlenmeyer (erlenmeyer harus tetap di dalam inkubator). Masukkan larutan
dalam pipet ini ke dalam tabung reaksi bertanda 5, tepat pada waktu
penunjuk waktu menunjukkan 5 menit. Kocok sebentar.

6.

Demikian seterusnya tepat setiap 5 menit, kemudian masukkan 1 ml larutan


dari erlenmeyer berturut-turut ke dalam tabung reaksi dengan tanda 10, 15
dan 20 seperti diatas. Kocok sebentar.

7.

Setelah semua selesai, ke dalam tiap-tiap tabung reaksi tambahkan 1 ml


larutan KI-KIO3 dan campur pada masing-masing tabung reaksi, tunggu 5
10 menit.

8.

Tentukan

intensitas

warna

yang

timbul

dengan

kalorimeter

atau

spektrofotometer pada panjang gelombang 550-560 nm. Sebagai titik nol


dipakai aquadest.
Perhitungan :
% substrat yang dicerna =100% - Pembacaan waktu t x 100%
Pembacaan waktu to
Keterangan :
Pembacaan waktu t = Pembacaan absorpsi pada waktu 5, 10, 15, 20.
Pembacaan waktu to = Pembacaan absorpsi pada waktu 0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Pengaruh Suhu pada Reaksi Enzimatik
Suhu
00 C

Tabung
0
5
10

Warna
Biru tua
Kuning
Kuning

Absorbansi
0,622
0,154
0,086

270 C

370 C

1000 C

15
20
0
5
10
15
20
0
5
10
15
20
0
5
10
15
20

Kuning
Kuning
Biru tua
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Biru tua
Biru tua
Biru tua
Biru tua
Biru tua

0,080
0,052
0,770
0,093
0,073
0,068
0,063
0,034
0,053
0,066
0,067
0,044
0,730
0,885
0,861
1,938
1,031

2. Pengaruh pH pada Reaksi Enzimatik


pH
4

Tabung
0
5
10
15
20
0
5
10
15
20

Absorbansi
0,806
0,665
0,561
0,703
0,445
0,784
0,747
0,871
0,857
0,784

B. Pembahasan
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis
yang merupakan protein yang sangat spesifik yang disebut enzim. Sifat-sifat
istimewa enzim yang menonjol adalah kapasitas katalitik dan spesifitasnya yang
tinggi. Disamping itu, enzim mempunyai peran dalam transformasi berbagai jenis
energi [1].

Enzim merupakan salah satu ciri kehidupan yang penting. Sebagai


biokatalisator, enzim mengatur kecepatan berlangsungnya semua proses fisiologis.
Sebagian besar enzim merupakan protein. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
dapat mengubah struktur protein dapat pula mengubah struktur enzim dan
mempengaruhi aktivitasnya [2].
Enzim mempunyai arti yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan.
Sebagai biokatalisator yang mengatur kecepatan berlangsungnya semua proses
fisiologis, enzim memegang peranan utama dalam kesehatan dan penyakit.
Meskipun dalam keadaan sehat semua proses fisiologis akan berlangsung secara
teratur sementara homeostatis akan dipertahankan, namun keadaan homeostatis
dapat mengalami gangguan yang berat dalam kondisi patologis [3].
Keberadaan enzim dalam suatu sel mempunyai tempat tersendiri di bagian
sel tersebut, misalnya enzim-enzim di dalam siklus Krebs dijumpai dalam
mitokondria sel bagian dalam [4].
Pada praktikum kali ini kita menggunakan saliva, saliva juga merupakan
salah satu dari penghasil enzim yaitu enzim amilase, digunakan nya saliva dalam
praktikum karena saliva manusia berisi komponen yang berguna untuk
memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai diagnostik untuk penyakit
yang diderita oleh manusia [5].
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatik, yaitu :
1. Suhu
Kecepatan reaksi mula-mula meningkat dengan kenaikan suhu disebabkan
oleh peningkatan energi kinetik pada molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi,
pada akhirnya energi kinetik enzim akan mengalami/melampaui batas rintangan
energi untuk memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik yang lemah, yang
mempertahankan struktur sekunder dan tersiernya. Pada suhu ini terutama terjadi
denaturasi disertai dengan hilangnya aktivitas katalitik [3].
2. pH
Kegiatan suatu enzim juga dinisbahkan ke keadaan ion dari molekul
protein enzim tersebut, karena rantai polipeptida yang membentuk protein enzim

tersebut mengandung berbagai gugus yang dapat terionisasi, tergantung pH


lingkungan [3].
Kebanyakan enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada pH sekitar 7,
yaitu pH cairan tubuh pada umumnya. pH pada saat terjadi aktivitas maksimum
disebut pH optimum enzim tersebut [3].
pH gradien dalam tubuh dibentuk oleh berbagai macam kompartemen
seperti selaput yang terdiri dari sekresi saluran esensial dan juga saluran dari
regulasi protein. pH tersebut sangat berpengaruh kepada pengontrolan aktivitas
enzim [6].
3. Konsentrasi enzim
Kecepatan awal suatu reaksi merupakan kecepatan yang diukur sebelum
produk terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan terjadinya
reaksi balik. Kecepatan awal reaksi yang dikatalisis enzim selalu sebanding
dengan konsentrasi enzim [3].
4. Konsentrasi substrat
Kecepatan dan percepatan reaksi meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi substrat hingga mencapai suatu keadaan enzim jenuh terhadap
substrat, karena substrat terdapat dalam jumlah molar yang berlebih sehingga
melampaui jumlah molar enzim [3].
5. Inhibitor
Inhibitor merupakan senyawa yang memiliki struktur yang mirip dengan
substrat sehingga dapat berikatan pada sisi aktif enzim [3].
6. Koenzim
Pada praktikum ini diamati perbedaan tingkat aktivitas enzim dengan
berbagai perlakuan suhu dan waktu yang berbeda, yaitu pada suhu 0C, 27C,
37C dan 100C serta pada waktu 0, 5, 10, 15 dan 20.
Enzim yang digunakan adalah enzim amilase salivarius atau ptialin yang
mempunyai pH optimum 6,8 dan inaktif pada pH 4 atau kurang. Substrat yang
digunakan adalah

amilum yang akan bereaksi dengan amilase yang akan

menghidrolisis amilum menjadi maltosa.

Dalam praktikum kali ini digunakan larutan NaCl 0,9% sebagai aktivator
enzim amilase dalam saliva, sekaligus sebagai larutan isotonis yang sesuai dengan
kondisi mulut sehingga enzim -amilase saliva dapat bekerja optimal. Larutan
penyangga pH 6,5 berfungsi untuk mempertahankan pH saliva, karena pH
optimum amilase adalah 6,5. KI-KIO3 berfungsi sebagai indikator warna yang
mampu melepaskan iod dalam suana asam, sedangkan larutan HCl 0,05 N untuk
memberikan suasana asam, sehingga amilum terhidrolisis dan iod lepas dari KJKJO3.
Pada tabung 0, larutan tidak diberikan enzim dan berfungsi sebagai test
kontrol. Larutan yang dihasilkan berwarna biru tua (kehitam-hitaman) karena
pada waktu tersebut tidak ada enzim yang bekerja pada larutan dan reaksi
berlangsung lambat. Warna ungu tersebut disebabkan oleh reaksi antaramilum
(substrat) dengan iod dari KI-KIO3 yang membentuk uliran spiral yang mampu
mengabsorpsi ion iod yang terlepas sehingga substrat tidak mengalami penguraian
(hidrolisis) lebih lanjut.
Pada tabung 5,1015, dan 20, pada larutan ditambahkan enzim amilase
saliva sehingga terbentuk warna kuning terang yang menandakan terjadinya
hidrolisis amilum oleh enzim dan menghasilkan glukosa, sehingga hanya sedikit
iod yang diabsorpsi oleh uliran spiral amilosa dalam amilum karena sebagian
besar amilum telah terurai. Ion dari iod yang bebas tersebut akan memberikan
warna kuning terang pada larutan. Semakin banyak ion dan iod yang terlarut,
warna kuning akan semakin tua.

Tahapan hidrolisis amilum oleh enzim amilase:


Amilum

Maltosa

Amilodekstrin

I warna ungu


Maltosa

Eritrodekstrin

Maltosa
Maltosa

Akrodekstrin

I warna merah
I tidak berwarna

Dekstrin-dekstrin sederhana

Maltosa

Glukosa

Pada tabung 5,1015, dan 20, pada larutan ditambahkan enzim amilase
saliva sehingga terbentuk warna kuning yang menandakan terjadinya hidrolisis
amilum oleh enzim dan menghasilkan glukosa, sehingga hanya sedikit iod yang
diabsorpsi oleh uliran spiral amilosa dalam amilum karena sebagian besar amilum
telah terurai. Ion dari iod yang bebas tersebut akan memberikan warna kuning
terang pada larutan. Semakin banyak ion dan iod yang terlarut, warna kuning akan
semakin tua.
Pada suhu 100 kerja enzim bersifat inaktif dan irreversibel karena pada
suhu ini enzim telah terdenaturasi. Dalam hal ini pengaruh suhu dapat dijelaskan
sebagai berikut : kecepatan reaksi mula-mula meningkat dengan kenaikan suhu
dan peningkatan kecepatan reaksi ini disebabkan oleh peningkatan energi kinetik
pada molekul-molekul yang bereaksi (tiap naik 10 celcius, kecepatan reaksi naik
2x; P2 = 2,0 ). Akan tetapi pada akhirnya energi kinetik enzim akan melampaui
rintangan energi untuk memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik yang lemah,
yang merusak struktur sekunder dan tersiernya. Pada suhu ini terjadi denaturasi
dengan disertai hilangnya aktivitas katalitik enzim, dengan demikian enzim
menunjukkan suhu optimal. Semakin lama enzim dipertahankan pada suhu di
mana strukturnya tidak begitu stabil, semakin besar kemungkinan enzim
denaturasi. Suhu kritis enzim umumnya antara 55-60 0 celcius.

PENUTUP
A. Simpulan
1.

Pada suhu 0oC, enzim amilase mengalami inaktivasi dan aktivitasnya


berkurang secara linear.

2.

Pada suhu 100oC, enzim amilase mengalami denaturasi dan aktivitasnya


berkurang secara linear.

3.

Suhu dan pH sangat mempengaruhi proses enzimatik dalam tubuh.

B.

Saran
Pada praktikum kali ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga hasil

yang diperoleh tidak akurat. Kekurangan itu dapat berupa kesalahan prosedur
pelaksanaan praktikum, sampel yang kurang memenuhi syarat, peralatan yang
kurang baik. Oleh karena itu, disarankan agar praktikan lebih memperhatikan
pelaksanaan prosedur pelaksanaan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Winarno, FG (1995) Enzim Pangan. PT

Gramedia, Jakarta.

2.

Sukmariah, M dan Kamianti (1990) Kimia Kedokteran I. Binarupa Aksara,


Jakarta.

3.

Murray, Robert K. et al (2003) Biokimia Harper Edisi 24. EGC, Jakarta.

4.

Suhartono, Eko et al (2000) Kumpulan Catatan Kuliah Biokimia


Kedokteran I, Jilid I. Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran UNLAM,
Banjarbaru.

5.

S, Hu, Y,li, J,Wang, Y,Xie et al .Human Saliva Proteome and


Transcriptome. J. Dent Res. 2006; 85(12):1129-33.

6.

Silvain F, Felliciangeli, Laurel T. Identification of a pH Sensor in the Furin


Propeptide That Regulates Enzyme Activation. Journal of Biological
Chemeistry. 2006; 281(23): 1610816116.

Ketua Kelompok

Gusti Herry Masdiqa


NIM. I1B108212

Banjarbaru, 08 April 2009


Dosen Praktikum

Drs. Eko Suhartono, M. Si


NIP. 132064912

LAMPIRAN PERHITUNGAN
Rumus : % substrat yang dicerna = 100% - Pembacaan waktu t x 100%
Pembacaan waktu to
Keterangan :

Pembacaan waktu t = Pembacaan absorpsi pada waktu 5, 10, 15, 20.


Pembacaan waktu to = Pembacaan absorpsi pada waktu 0.
1. Pengaruh Suhu pada Reaksi Enzimatik
Pada suhu 0oC
Pada 0 : % substrat yang dicerna

= 100% - 0,622 x 100%


0,622
=0

- Pada 5 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,154 x 100%


0,622
= 75,24 %
- Pada 10 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,086 x 100%
0,622
= 86,17 %
- Pada 15 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,080 x 100%
0,622
= 87,14 %
- Pada 20 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,052 x 100%
0,622
= 91,64 %

Pada suhu 27oC


Pada 0 : % substrat yang dicerna

= 100% - 0,770 x 100%


0,770
=0

- Pada 5 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,093 x 100%


0,770
= 87,92 %
- Pada 10 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,073 x 100%
0,770
= 90,52 %
- Pada 15 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,068 x 100%
0,770
= 91,17 %
- Pada 20 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,063 x 100%
0,770
= 91,82 %

Pada suhu 37oC


Pada 0 : % substrat yang dicerna

= 100% - 0,034 x 100%


0,034
=0

- Pada 5 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,053 x 100%


0,034
= 55,88 %
- Pada 10 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,066 x 100%
0,034
= 94,11 %
- Pada 15 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,067 x 100%
0,034
= 97,06 %
- Pada 20 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,044 x 100%
0,034
= 29,41 %

Pada suhu 100oC


Pada 0 : % substrat yang dicerna

= 100% - 0,730 x 100%


0,730
=0

- Pada 5 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,885 x 100%


0,730
= 21,23 %
- Pada 10 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,861 x 100%
0,730
= 17,95 %
- Pada 15 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,938 x 100%
0,730
= 28,49 %
- Pada 20 : % substrat yang dicerna = 100% - 1,031 x 100%
0,730
= 41,23 %

2. Pengaruh pH pada Reaksi Enzimatik


Perhitungan % substrat yang dicerna
pH 4
Pada 0 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,806 x 100%
0,806
=0
Pada 5 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,665 x 100%
0,806
= 17,49 %
Pada 10 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,561 x 100%
0,806
= 30,39 %
Pada 15 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,703 x 100%
0,806
= 12,78 %
Pada 20 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,445 x 100%
0,806
= 44,79 %

pH 8
Pada 0 : % substrat yang dicerna = 100% - 0,784 x 100%
0,784
=0
Pada 5 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,747 x 100%
0,784
= 4,72 %
Pada 10 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,871 x 100%
0,784
= 11,1 %
Pada 15 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,857 x 100%
0,784
= 9,31 %
Pada 20 : % substrat yang di cerna = 100% - 0,784 x 100%
0,784
=0

Anda mungkin juga menyukai