Arsanto Raharjo SE.,Ak., CA.

,BKP

PAJAK PENGHASILAN
(PPh)
Pasal 1

ADALAH
PAJAK YANG DIKENAKAN
TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK

SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)

- ORANG PRIBADI
- WARISAN YG BELUM TERBAGI
BADAN
BENTUK USAHA TETAP (BUT)

OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM

BENTUK APAPUN

4 KELOMPOK PENGHASILAN
Pekerjaan Gaji, Upah, Honor dll
Usaha Laba Ush Penj HPP =
LK By Um = Lb Bersih = Lb Ush =
Penghasilan Neto dari Usaha.
Modal/Inv Bunga, Dev, Royalti,
Sewa dll
Lain lain Pembebasan Utang,
Hadiah, Undian Keuntungan karena
likuidasi dsb.

PELUNASAN PPh
DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3)

- PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK

OLEH PIHAK LAIN (PPh Psl 21,22,23,24)
- PEMBAYARAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI
(PPh Pasal 25)

- DILAKUKAN SETIAP
BULAN, ATAU
- MASA LAIN YANG
DITETAPKAN OLEH
MENTERI KEUANGAN

MERUPAKAN ANGSURAN
PAJAK YANG BOLEH
DIKREDITKAN TERHADAP
PPh YANG TERUTANG
UNTUK TAHUN PAJAK YBS
KECUALI
PEMBAYARAN PPh
YANG BERSIFAT
FINAL

KEWAJIBAN PERPAJAKAN
PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK

KEWAJIBAN MATERIL
Menghitung
pajak terutang
-Pasal 21 UU PPh
-Pasal 22 UU PPh
-Pasal 23 UU PPh
-Pasal 4 (2) UU PPh
-UU PPN dan PPnBM

KEWAJIBAN FORMIL
-Mendaftarkan diri
-Pembukuan
-Memungut/Memotong
-Menyetor
-Melapor

UU KUP

PPh Pasal 21
Adalah pajak atas penghasilan

berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lainnya
sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan lainnya
yang dilakukan oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri.

KEWAJIBAN
PEMOTONG PPh PASAL 21
Pasal 21 ayat (1)
PENGHASILAN WP ORANG
PRIBADI DALAM NEGERI
BERUPA

W
A
J
I
B

DIPOTONG,DISETOR DAN
DILAPORKAN
PPh -NYA

OLEH

GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN PEMBAYARAN

LAIN SBG IMBALAM MENYANGKUT PEKERJAAN YG
DILAKUKAN OLEH PEGAWAI ATAU BUKAN PEGAWAI

PEMBERI KERJA

GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN PEMBAYARAN

LAIN YANG MENYANGKUT PEKERJAAN, JASA,
ATAU KEGIATAN

BENDAHARAWAN
PEMERINTAH

UANG PENSIUN ATAU PEMBAYARAN

LAIN DALAM RANGKA PENSIUN

DANA PENSIUN

HONORARIUM ATAU IMBALAN SERTA PEMBAYARAN LAIN

SEHUBUNGAN DENGAN JASA

BADAN YANG MEMBAYAR

PEMBAYARAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN

DENGAN ADANYA KEGIATAN

PENYELENGGARA
KEGIATAN

TIDAK TERMASUK
SEBAGAI PEMBERI KERJA
Pasal 21 ayat (2)

- BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING

- ORGANISASI INTERNASIONAL
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
PASAL 3 UU PPh

PEMOTONGAN PPH PASAL 21

Atas penghasilan yangAtas penghasilan yang diterima
diterima Pejabat Negara, oleh selain Pejabat Negara,
PNS, anggota ABRI dari
PNS, anggota ABRI dari
APBN/APBD
APBN/APBD

Gaji & tunjangan yang Upah harian/mingguan/borongan

terikat dgn gaji
Imbalan kepada tenaga ahli
Honorarium, uang sidang,
uang lembur, imbalan Imbalan jasa yg dihitung tidak
prestasi kerja, dan
berdasar banyak hari
imbalan lainnya

PENGHASILAN PEGAWAI
TETAP ATAU PENSIUNAN
Pasal 21 ayat (3)

DIPOTONG PAJAK
UNTUK SETIAP BULAN

DARI JUMLAH PENGHASILAN BRUTO SETELAH

DIKURANGI DENGAN :

Biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya

ditetapkan Menteri Keuangan

Iuran pensiun / THT/JHT

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PPh Pasal 21 atas gaji & tunjangan yang terikat gaji

yg diterima Peg Ttp, Pej Negara, PNS, anggota ABRI

Penghasilan bruto

Rpxxx
dikurangi:
Biaya jabatan
(Rpxxx)
Iuran THT/JHT
(Rpxxx)
Penghasilan neto
Rpxxx
dikurangi:
PTKP
(Rpxxx)
Penghasilan Kena Pajak
Rpxxx
PPh terutang (tarif Ps. 17)
Rpxxx
Khusus
Pejneg/pns/abri Ditg Pem (PP No. 45/94)

PPh Pasal 21 atas uang pensiun & tunj yg terikat pens

ang diterima para Pensiunan, Pej Neg, PNS, ABRI ds

Pensiun bruto

Rpxxx

dikurangi:
Biaya pensiun
(Rpxxx)
Penghasilan neto
Rpxxx
dikurangi:
PTKP
(Rpxxx)
Penghasilan Kena Pajak
Rpxxx
PPh terutang (tarif Ps. 17)
Rpxxx
PPh terutang sebulan (dibagi 12)
Rpxxx

Khusus Pens pns/abri Di tg Pem (PP No. 45/94)

PENGHASILAN

UANG

TAXABLE
INCOME

DEDUCTABLE
EXPENSE

BARANG

NON
TAXABLE
INCOME

NON
DEDUCTABL
E EXPENSE

ANTAR JEMPUT KARYAWAN

TUNJANGAN

TI / DE

FASILITAS

NTI / DE

MAKAN DAN MINUM BERSAMA

TUNJANGAN

TI / DE

FASILITAS

NTI / DE

FASILITAS HP

TUNJANGAN

TI / DE

FASILITAS

NTI /
50% DE
50% NDE

MOBIL KANTOR YANG DIKUASAI (SEDAN)

TUNJANGAN

TI / DE

FASILITAS

NTI /
50% DE
50% NDE

WP TERPENCIL

TUNJANGAN

TI / DE

FASILITAS

NTI / DE

BEKERJA PADA BUKAN SUBYEK PAJAK

TUNJANGAN

TI / -

FASILITAS

TI / -

Biaya jabatan

5% dari penghasilan bruto,

max Rp6.000.000/tahun
atau Rp500.000/bulan

Iuran pensiun,
THT/JHT

Tanpa batasan, dgn sarat :

Dibayarkan kpd Dana/Bdn
Penyelenggara Pens/Tht/Jht
yg disahkan Menkeu

Biaya pensiun

5% dari pensiun bruto,

max Rp2.400.000/tahun
atau Rp200.000/bulan

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Keterangan
Setahun
Sebulan
Untuk diri WP
13.200.000
1.100.000
Tambahan pegawai kawin
1.200.000
100.000
Tambahan anggota keluarga
sedarah & semenda dlm garis
keturunan lurus, anak angkat,
Mulai berlaku 1 Januari 2006
maximal 3 orang

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Keterangan
Setahun
Sebulan
Untuk diri WP
15.840.000
1.320.000
Tambahan pegawai kawin
1.320.000
110.000
Tambahan anggota keluarga
sedarah & semenda dlm garis
keturunan lurus, anak angkat,
Mulai berlaku 1 Januari 2009
maximal 3 orang

Tarif Pemotongan sesuai dengan Tarif Pasal 17 ayat

(1) Kecuali ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah
Pasal 21 ayat (5) dan ayat (5a)

Seperti

Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang

Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua
atau Jaminan Hari Tua
(PP No. 149 Tahun 2000)

Tarif PPh sesuai Pasal 17 UU

PPh
Penghasilan:
Sampai dengan Rp25juta
Di atas Rp25juta s.d. Rp50juta
Di atas Rp50juta s.d. Rp100juta
Di atas Rp100juta s.d. Rp200juta
Di atas Rp200juta
=

Mulai berlaku 1 Januari 2006

=
=
=
=
35%

5%
10%
15%
25%

Tarif PPh sesuai Pasal 17 UU

PPh
Penghasilan:
Sampai dengan Rp50juta
Di atas Rp50juta s.d. Rp250juta
Di atas Rp250juta s.d. Rp500juta
Di atas Rp500juta
=

Mulai berlaku 1 Januari 2009

=
5%
=
15%
=
25%
30%

PPh Pasal 21 atas honorarium yang diterima

Pejabat Negara, PNS, anggota ABRI dari
APBN/APBD

15 % x Penghasilan Bruto
bersifat FINAL
kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan II/d
ke bawah, dan anggota TNI/POLRI berpangkat
Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur
Tingkat Satu ke bawah

PPh Pasal 21 atas imbalan kepada tenaga ahli

Bruto X 50% X Tarif Pasal 17

Tanpa pengurang

TENAGA AHLI

Pengacara
Akuntan
Arsitek
Dokter
Konsultan
Notaris
Penilai
Aktuaris

Ir. Mukhlis adalah seorang arsitek, pada

bulan Maret 2007 menerima honorarium
sebesar Rp100.000.000,00 dari Departemen Keuangan sebagai imbalan atas
pemberian jasa teknik yg dilakukannya.

Penghitungan PPh Pasal 21 :

15% x (50% x Rp100.000.000,00) =

Rp7.500.000,00

PPh atas imbalan jasa yang jumlahnya dihitung

tidak atas dasar banyaknya hari

Dengan tarif progresif

Pasal 17 UU PPh
Tanpa Pengurang

honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan

dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari:

1) pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,

bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama,penari, pema hat, pelukis, dan seniman lainnya;
2) olahragawan;
3) penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh,
dan moderator;
4) pengarang, peneliti, dan penerjemah;
5) pemberi jasa dlm segala bidang, termasuk teknik,
computer & sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi & sosial;
6) agen iklan;
7) pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta sidang atau
rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang
kegiatan;
8) pembawa pesanan atau yang menemukan langanan;
9) peserta perlombaan;

KETENTUAN FORMIL PPH PASAL 21

Batas penyetoran

Batas pelaporan

Tanggal 10 bulan takwim

20 hari setelah masa pajak
berikutnya
berakhir

PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN

PEKERJAAN, JASA ATAU KEGIATAN
Pasal 21 ayat (8)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
(Kepdirjen Pajak No. KEP-545/PJ./2000)
BERWENANG MENETAPKAN

PETUNJUK MENGENAI
PELAKSANAAN
PEMOTONGAN,
PENYETORAN, DAN
PELAPORAN
PPH 21
ATAS
PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA
ATAU KEGIATAN
KEP.DIRJEN PAJAK NO KEP-15/PJ/2006

s.d 25.000.000,>25 jt s.d 50 jt

>50 jt s.d 100 jt
> 100 jt s.d 200
jt
> 200 jt ke atas

0%
5%
10 %
15 %
25 %

PEMUNGUT PPh PASAL 22

Pasal 22 ayat (1)

MENTERI KEUANGAN
BERWENANG MENETAPKAN
{KMK No. 450/KMK.04/1997}
BADAN-BADAN
TERTENTU

BENDAHARAWAN PEMERINTAH
TERMASUK

- BADAN PEMERINTAH
- BADAN SWASTA

BENDAHARAWAN PEM. PUSAT,PEMDA,

INSTANSI/LEMBAGA DAN LEMBAGALEMBAGA NEGARA LAINNYA

UNTUK MEMUNGUT PAJAK

BERKENAAN DENGAN
KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU
USAHA
DI BIDANG LAIN

BERKENAAN DENGAN
PEMBAYARAN
ATAS
PENYERAHAN BARANG

1. DJA, Bend Pem/Pemd Atas Pembelian Barang

BUMN dan BUMD

2. Bank Devisa DJBC

3. BI, BPPN, Bulog, Tel
kom, PLN, Garuda
Ind, Indosat, Krakata
Steel, Pertamina dan
Bank-bank BUMN
=PERTAMINA

=Ind Semen, Kertas, Baja

Otomotif dan Ind Rokok

dgn dana Apbn/D.

Atas Impor.
)
)Atas pembelian brg dgn
)dana APBN/Non APBN
)

Penj Produksinya
Penj Hasil Produksi di
Dalam Negeri

Pasal 22 ayat (2)

MENTERI KEUANGAN
BERWENANG
MENETAPKAN

- Dasar pemungutan
- Sifat dan besarnya
pungutan
-Tata cara penyetoran dan

APBN / APBD

1,5 %
dari HARGA PEMBELIAN
Tanpa P P N

TF

IMPOR

Ada API 2,5 % ) nilai

Tanpa API 7,5% ) impor
Tak dikuasai 7,5% x Hg Llg

TF

Semen 0,25% x DPP PPN

BAJA 0,30% x DPP PPN
Otomotif 0,45% x DPP PPN
KERTAS 0,1% x DPP PPN
ROKOK 0,15% x Bandrol

)
) T
) F
)
FINAL

PENJ DN

PRODUK

S PB U
PERTAMINA

Premium, Solar, ) 0,25 % dari

Premix/Super TT ) Penjualan
Minyak Tanah,
LPG & Pelumas

) 0,3 % dari
) Penjualan

S PB U
S WAS TA
) 0,3 % dari
) Penjualan
==
==

Kpd Penyalur/Agen bersifat FINAL

(Kep DJP 523/PJ/2001 jo 25/PJ/2003)

Industri & Exportir Perhutanan, Perkebunan, Per
Tanian dan Perikanan ditunjuk sebagai Pemungut
PPh psl 22 atas Pedagang Pengumpul sebesar
0,5 % dari Harga Pembelian.
Pemungut wajib menyetorkan PPh 22 yg dipungut,
Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya,
Dan wajib melaporkannya paling lambat
20 hari setelah akhir masa pajak pakai SPT Masa.

PPh berkenaan dengan pembayaran atas

pembelian barang (PPh Pasal 22)

1,5% x Harga Pembelian

Kecuali atas,
-Pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp1.000.000 dan tidak merupakan jumlah
yang dipecah-pecah
-Pembayaran untuk pembelian bahan bakar
minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos

Contoh

KPKN Jakarta I membeli sebuah komputer dari

Toko A seharga Rp10.000.000 (termasuk PPN)
Harga sebuah komputer
Harga sebelum PPN (100/110)

Rp10.000.000
Rp 9.090.909

PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp9.090.909 =Rp136.364

Ketentuan Formil PPh Pasal 22 atas pembelian barang

Yang dananya dari APBN / APBD
Dipungut/disetor

Pada hari yang sama

dengan pelaksanaan
pembayaran

Batas pelaporan

Paling lambat 14
hari setelah masa
pajak berakhir

Ketentuan Formil PPh Pasal 22 atas IMPOR

Dipungut/dilunasi

Batas pelaporan

Pd saat Pembayaran Paling lambat 7 hari

BM/Penyelesaian dok
stlh batas waktu
PIB & distorkan sehari Penyetoran pajak
Stlh pemungutan
berakhir

Ketentuan Formil PPh Pasal 22 atas industri Semen,

Kertas, Baja, Otomotif dan industri Rokok
Dipungut/dilunasi

Pada saat Penjualan

& distor an. WP oleh
Pngut paling lambat
tgl 10 bln berikutnya

Batas pelaporan

Paling lambat
20 hari setelah
Masa pajak
berakhir

Ketentuan Formil PPh Pasal 22 atas

Produk Pertamina
Dipungut/dilunasi

Sebelum
D O ditebus

Batas pelaporan

Paling lambat
20 hari setelah
Masa pajak
berakhir

PPH PASAL 23

PEMOTONG PPh PASAL 23

Pasal 23 ayat (1)dan ayat (3)

BADAN PEMERINTAH
SUBJEK PAJAK BADAN DALAM NEGERI
PENYELENGGARA KEGIATAN
BENTUK USAHA TETAP
PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR
NEGERI LAINNYA
ORANG PRIBADI SEBAGAI WP DALAM NEGERI
TERTENTU YANG DITUNJUK OLEH DIRJEN PAJAK

PENGHASILAN WP DALAM NEGERI ATAU BUT

YANG DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh PSL 23
Pasal 23 ayat (1)

PPh PASAL 23
DIVIDEN
BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN
SEHUBUNGAN DENGAN JAMINAN PENGEMBALIAN UTANG
ROYALTI
HADIAH DAN PENGHARGAAN SEHUBUNGAN DGN KEGIATAN
SELAIN YG TELAH DIPOTONG PPh Ps. 21
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
SEWA DAN PENGHASILAN LAIN
SEHUBUNGAN DGN PENGGUNAAN HARTA
IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN :
- JASA TEKNIK
- JASA MANAJEMEN
- JASA KONSTRUKSI
- JASA KONSULTAN
- JASA LAIN YG DITETAPKAN DIRJEN PAJAK
SELAIN JASA YG TELAH DIPOTONG PPh PSL 21

DIKECUALIKAN DARI
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
Pasal 23 ayat (4)
PENGHASILAN
YANG DIKECUALIKAN
PENGHASILAN YANG DIBAYAR/TERUTANG KEPADA BANK
SEWA YANG DIBAYARKAN/TERUTANG SEHUBUNGAN DENGAN
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
DEV/BAG.LABA YG DITER/DIPROL PT SBG WPDN, KOP, BUMN/D DARI PENYERTAAN
MDL PD BDN USH YG DIDIRIKAN & BERTEMPAT KEDDKAN DI IND DENGAN SYARAT :
1.
DIVIDEN BERASAL DARI CADANGAN LABA DI TAHAN; DAN
2.
BAGI PT, BUMN, BUMD SAHAM YANG DIMILIKI MIN. 25% DAN
MEMPY. USAHA AKTIF DILUAR KEPEMILIKAN SAHAM TSB.
BUNGA OBLIGASI YG DITERIMA/DIPEROLEH PERUS. REKSA DANA
SELAMA LIMA TAHUN PERTAMA SEJAK PENDIRIAN PERUS. ATAU
PEMBERIAN IZIN USAHA.
BAGIAN LABA YG DITERIMA/DIPEROLEH ANGGOTA DARI PERSEROAN
KOMANDITER YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM-SAHAM,
PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA DAN KONGSI
SHU KOPERASI YG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTANYA
BUNGA SIMPANAN YG TIDAK MELEBIHI BATAS YG DITETAPKAN
OLEH MENTERI KEUANGAN YG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
KEPADA ANGGOTANYA

TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN

PPh PASAL 23
Pasal 23 ayat (1)

TARIF 15%
PERKIRAAN PENGHASILAN
NETO DITETAPKAN
OLEH DIRJEN PAJAK

PENGHASILAN
BRUTO

DIVIDEN
BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO,
IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN JAMINAN
PENGEMBALIAN UTANG
ROYALTI

SEWA DAN PENGHASILAN LAIN

SEHUBUNGAN DENGAN
PENGGUNAAN HARTA

HADIAH DAN PENGHARGAAN SEHUBUNGAN

DGN KEGIATAN SELAIN YG TELAH
DIPOTONG PPh Ps. 21

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH

KOPERASI(dr seluruh bunga kalau lebih
dari 240.000,- final)

JASA LAIN YG DITETAPKAN DJP

SELAIN JASA YG TELAH DIPOTONG
PPh PASAL 21

IMBALAN : JASA TEKNIK;

JASA MANAJEMEN;
JASA KONSULTAN
JASA KONSTRUKSI

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO

DAN PENUNJUKAN ORANG PRIBADI
SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 23
Pasal 23 ayat (2) dan (3)

PERATURAN DIRJEN. PAJAK

(PER- 70/PJ./2007 Tanggal 9-4-2007)
BERWENANG

MENETAPKAN BESARNYA
PERKIRAAN PENGHASILAN
NETO, DAN JENIS
JASA LAIN

MENUNJUK
WP ORANG PRIBADI
DALAM NEGERI
UNTUK MEMOTONG
PPh PASAL 23

PPh atas Sewa

Pasal 23

Kendaraan
Angkutan
Darat

Pasal 4 (2)

Tanah dan
Bangunan

Pasal 23

Harta selain
Kendaraan,
Tanah dan
Bangunan

10% x
1,5 % x
4,5 % x
Penghasilan BrutoPenghasilan Bruto
Penghasilan Bruto
FINAL

PPh Pasal 23 adalah:

Jumlah pembayaran (termasuk PPN)
Rp4.000.000,00
Objek PPh Ps 23:
100/110 x Rp4.000.000,00
Rp3.636.364,00
PPh Ps 23:
1,5 % x Rp3.636.364,00
Rp.
54.545,50

PPh atas imbalan sehubungan dengan

jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan,
dan jasa lain

15%

Psl 23 UU PPh

PERK PENGH NETO

PER-DJP NO.70/PJ./2007
Tgl. 9 April 2007

Jenis Jasa
1. Jasa Teknik
2. Jasa Manajemen
3. Jasa konsultasi kecuali konsultasi
konstruksi
1. Jasa pengawasan konstruksi
2. Jasa perencanaan konstruksi
JASA LAIN :
1. Jasa penilai
2. Jasa aktuaris
3. Jasa akuntansi
4. Jasa perancang
5. Jasa drilling migas kec yg dilakukan
BUT

Perk
PhNt
)
) 30 %
)
26 2/3%
26 2/3%
)
)
)
) 30 %
)
)
)

Jenis Jasa
9. Jasa penebangan hutan
10. Jasa pengolahan limbah
11. Jasa penyedia tenaga kerja
12. Jasa perantara
13. Jasa perdag efek, kec bursa efek, ksei
kpei
14. Jasa Kustodian/simpan/titip, kec KSEI
15. Jasa pengisian suara
16. Jasa mixing film
17. Jasa software, termsk rwt,
pelihara&repair
18. Jasa inst/pasang msn, listrik, telp, air,
gas,
AC, TV kabel, kec dilakukan WP

Perk
PhNt
)
)
)
)
)
)
) 30 %
)
)
)
)
)
)

Jenis Jasa

Perk
PhNt

20. Jasa plksana konst, rwt, plhr/repair

)
bangun
)13 1/3%
an, instl/pasang alt, msn, list, telp, air, )
gas,
AC&TV kbl yg dilakukan WP
)
Konstruksi
) 20 %
)
21. Jasa maklon
)
22. Jasa penyelidikan & keamanan
23. Jasa penyelenggara kegiatan / E&O
)
24. Jasa pengepakan
)
) 10 %
25. Jasa penyedia tempat/waktu dimedia
)
masa

PPh atas Jasa Konstruksi

Jasa pelaksanaan konstruksi = 2% x jumlah bruto

Jasa perencanaan konstruksi = 4% x jumlah bruto
Jasa pengawasan konstruksi = 4% x jumlah bruto

PPh Pasal 23
TIDAK FINAL

PPh Pasal 4 (2)

FINAL

Dilaksanakan oleh kontraktor kec

dengan nilai pengadaan sampai
dengan Rp1 milyar

JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Ketentuan formil PPh Pasal 23

Batas penyetoran

Batas pelaporan

Tanggal 10 bulan takwim

20 hari setelah masa pajak
berikutnya
berakhir

PPH ATAS JASA PELAYARAN

(PASAL 15 UU PPh)
WP PERUSAHAAN
PELAYARAN
DALAM NEGERI

1,2% X PER BRUTO

WP PERUSAHAAN
PELAYARAN
LUAR NEGERI

2,64% X PER BRUTO

DIPOTONG PPH OLEH BENDAHARAWAN DALAM HAL

PENGHASILAN DIPEROLEH BERDASARKAN
PERJANJIAN PERSEWAAN ATAU CHARTER

PPH SEHUBUNGAN DENGAN PROYEK

PEMERINTAH DENGAN DANA HIBAH/
PINJAMAN LUAR NEGERI

DITANGGUNG PEMERINTAH TIDAK DITANGGUNG PEMERINTAH

ATAS PENGHASILAN YANG

DITERIMA/DIPEROLEH
KONTRAKTOR UTAMA

ATAS PENGHASILAN YANG

DITERIMA/DIPEROLEH
KONTRAKTOR LAPISAN
KEDUA
PPH PASAL 21/26
KARYAWAN YG BEKERJA
PADA KONTRAKTOR
UTAMA MAUPUN KEDUA

KEWAJIBAN FORMIL BENDAHARAWAN

PEMUNGUTAN

PENYETORAN

Pada saat
pembayaran

Paling lambat
7 hari setelah
bulan
pembayaran

PELAPORAN

20 hari setelah
Bulan
pembayaran

PEMOTONG, OBJEK DAN

TARIF PPh PASAL 26

PEMOTONG
PPh 26

* BADAN PEMERINTAH
* SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
* PENYELENGGARA KEGIATAN
* BENTUK USAHA TETAP
* PERWAKILAN PERUSAHAAN
LUAR NEGERI LAINNYA

OBJEK
PENGHASILAN WP LUAR NEGERI :
DIVIDEN, BUNGA,ROYALTI, SEWA, IMBALAN
SEHUB. DGN. JASA, PEKERJAAN, DAN
KEGIATAN, HADIAH DAN PENGHARGAAN,
PENSIUN & PEMBAYARAN BERKALA LAINNYA

DIPOTONG
PPh PSL 26 DGN TARIF

20 % DARI
JUMLAH BRUTO (FINAL)

PENGHASILAN DARI PENJUALAN HARTA DI IND

KECUALI YG DIATUR DLM PASAL 4 (2) DAN
PREMI ASURANSI/REASURANSI YANG DIBAYARKAN KPD PERUSAHAAN ASURANSI LN

20 % DARI PERK
PENGHASILAN NETO
(FINAL)

PKP SETELAH DIKURANGI PPh BUT DI INDO,

KECUALI PENGHASILAN TSB
DITANAM KEMBALI DI INDONESIA

20 % DARI
(PKP -/- PPh BUT)
(FINAL)

PELAKSANAAN KETENTUANNYA DIATUR LEBIH LANJUT

DGN KEP.MENKEU

CONTOH PENGHITUNGAN
PPh PASAL 26 PADA BUT

PENGHASILAN KENA PAJAK

BUT DI INDONESIA

Rp 17.500.000.000,00

PPh TERUTANG :
10% X Rp
50.000.000,00 = Rp
5.000.000,00
15% X Rp
50.000.000,00 = Rp
7.500.000,00
30% X Rp 17.400.000.000,00 = Rp 5.220.000.000,00
Pajak Penghasilan

(Rp 5.232.500.000,00)

PKP stlh dikurangi PPh

Rp 12.267.500.000

PPh PSL 26 YG DIPOTONG (20%)

(Rp

PENGHASILAN YG DIKIRIM
KE KANTOR PUSAT

Rp 9.814.000.000,00

APABILA DITANAMKAN KEMBALII

DI INDONESIA SESUAI KEP. MENKEU,
MAKA TIDAK DIPOTONG PAJAK

2.453.500.000)

PEMOTONGAN PPh PASAL 26

YANG TIDAK BERSIFAT FINAL
Pasal 26 ayat (5)

PEMOTONGAN ATAS :
a. -. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau
kegiatan, penjualan barang atau pemberian
jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang
dijalankan oleh BUT di Indonesia
- Penghasilan yang diterima atau diperoleh
kantor pusat sepanjang terdapat hubungan
efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan
yang memberikan penghasilan dimaksud
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan luar negeri yang
berubah status menjadi Wajib Pajak dalam
negeri atau BUT

KREDIT PAJAK BAGI

WP DALAM NEGERI DAN BUT
Pasal 28 ayat (1) dan (2)

PASAL 21
PASAL 22
PASAL 23

PASAL 24

PEMOTONGAN PPh DARI PEKERJAAN,JASA DAN

KEGIATAN LAIN
PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR
ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN
PEMOTONGAN PPh DARI
DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,
HADIAH DAN PENGHARGAAN,
DAN IMBALAN LAIN
PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN
DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN

PASAL 25

PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK

SENDIRI

PASAL 26
AYAT (5)

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YG TDK

BERSIFAT FINAL

TIDAK BOLEH
DIKREDITKAN

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA

BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN
SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA

CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:

PPh TERUTANG WP ORG PRIBADI

Rp 80.000.000,00

KREDIT PAJAK :
a. PPh YG DIPOTONG
PEMBERI KERJA
(PPh PSL. 21)
b. PPh YG DIPUNGUT
PIHAK LAIN
(PPh PSL. 22)
c. PPh YANG DIPOTONG
PIHAK LAIN PPh PSL 23
(DARI MODAL)
d. KREDIT PPh
LUAR NEGERI
(PPh PSL. 24)
e. DIBAYAR SENDIRI
OLEH WP (PPh PSL 25)

Rp 5.000.000,00
Rp 10.000.000,00

Rp 5.000.000,00
Rp 15.000.000,00
Rp 10.000.000,00

JUMLAH PPh YG
DPT DIKREDITKAN

(Rp 45.000.000,00)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR

Rp 35.000.000,00

PENGHASILAN TERTENTU
Pasal 4 ayat (2)

- Bunga deposito dan tabungan

- Transaksi saham dan sekuritas di bursa efek
- Pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan
- Penghasilan tertentu lainnya

PENGENAAN PAJAKNYA
DIATUR DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
(PP)

PENGHASILAN TERTENTU YANG

PENGENAAN PAJAKNYA TELAH DIATUR DGN
PERATURAN PEMERINTAH (PP)
1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN
SAHAM DI BURSA EFEK0,1% dan 0,5%final
( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)
2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN
( PP No. 132 TAHUN 2000)25%final
3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN5%op&yay final
(PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No.79 TAHUN 1999)
4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI ( PP No. 13120%final
TAHUN 2000 jo KMK No.51/KMK.04/2001)
5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN10%final
( PP No. 29 TAHUN 1996 )
6. PENGHASILAN BERUPA bunga/disk & trans OBLIGASI YG
DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK ( PP No. 13920%final
TAHUN 2000 jo KMK No.558/KMK.04/2000)
7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
DAN JASA KONSULTAN ( PP No. 140 TAHUN 2000
jo KMK No. 559/KMK.04/2000)kurang dr 1 Mfinal