Anda di halaman 1dari 3

BAB III

ANALISIS KASUS
Pada kasus ini pasien memiliki keluhan utama sesak. Sesak dirasakan
sejak 1 hari yang lalu dan terdengar suara ngik-ngik. Sesak dipengaruhi oleh
cuaca. Hal ini terjadi akibat hiperresponsif dari saluran nafas terhadap alergen
yang dalam hal ini adalah cuaca dingin. Sesak yang berbunyi ngik-ngik
disebabkan oleh mekanisme yang menyebabkan obstruksi. Mekanisme yang
menyebabkan obstruksi yaitu terjadi inflamasi dan udema membran mukosa,
akumulasi sekresi berlebihan dari kelenjar mukosa, spasme otot-otot polos dan
bronkiolus yang menurunkan diameter bronkiolus.
Konstriksi bronkus merupakan reaksi normal terhadap stimulus asing,
namun pada penderita asma keadaan ini terjadi berlebihan. Keadaan reaksi
berlebihan ini menyebabkan gangguan fungsi pernafasan: otot polos yang
berbentuk kumparan spiral yang mengelilingi jalan nafas, menyebabkan
penyempitan dan pemendekan jalan napas, yang secara signifikan meningkatkan
resistensi jalan nafas terhadap aliran udara. Pada saat inspirasi maka otot akan
kontraksi serta memendek saat ekspirasi (Wong 2003).
Diagnosis penyakit dengan keluhan sesak yaitu asma, PPOK, pneumonia
serta pneumothoraks. Namun, sesak dengan bunyi ngik-ngik atau biasa disebut
wheezing yaitu asma dan PPOK. Pada asma biasanya sesak didahului oleh
paparan alergen dan sesak sudah dirasakan sejak kecil (PDPI, 2003; Boushey dll,
2005; Bousqet dkk, 2008) pada kasus ini pencetus sesaknya yaitu minum es
mangga dan cuaca dingin. Pasien asma juga biasanya memiliki riwayat atopi, pada
pasien ini ditemukan alergi cuaca dingin. Pada pasien ini tidak ada riwayat
merokok dan bekerja di lingkungan dengan paparan asap ataupun polusi udara
berlebihan yang biasanaya didapatkan pada pasien dengan PPOK (Suriadi, 2006).
Pada

pemeriksaan

fisik

didapatkan

mengi

yang

disebabkan

bronkokonstriksi (PDPI, 2004), namun pada asma setelah dilakukan nebulizer

dengan bronkodilator maka akan membaik dan tidak sesak kembali kecuali
dengan paparan alergen (Rengganis, 2008). Frekuensi nafas bertambah
merupakan kompensasi dari tubuh yang memerlukan oksigen namun udara yang
masuk berkurang. Pada pasien ini juga di temukan ekspirasi memanjang yang
merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan udara yang terjebak di dalam paru
karena obstruksi ( National Heart, Lung and Blood Institute, 2007).
Pasien hanya menjalani pemeriksaan penunjang Peek Flow Meter dan foto
rontgen thorax. Hasil dari PFM menunjukan bahwa APE pagi hari sebesar 118 L
dan APE malam hari 156 L. Dari data yang tersedia maka perhitungan APE
sebagai berikut:

= 27.74 %
Dari hasil perhitungan variabiliti harian didapatkan lebih dari 20% maka
ini merupakan tanda dari asma (PDPI, 2004). Untuk menyingkirkan diagnosis
banding PPOK maka dilakukan pemeriksaan foto rongen thorak. Tidak didapatkan
gambaran emfisematous yang merupakan gambaran khas pada PPOK.
Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan EKG yang tidak menunjukan
adanya kelainan pada jantung. Hal ini menyingkirkan diagnosis banding sesak
disebabkan oleh penyakit jantung.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit namun
angka tersebut masih dalam batas normal mengingat pasien sedang dalam keadaan
hamil. Sehingga hasil tersebut tidak dapat menggambarkan keadaan infeksi pada
pasien. Namun pada pasien didapatkan peningkatan neutrofil dan limfosit. Hal ini

bisa menjadi tanda dari proses infeksi dan bisa juga sebagai pencetus dari asma
yang dialami oleh pasien.
Pada pemeriksaan analisis gas darah didapatkan peningkatan pH dan
penurunan dari PCO2 dan HCO3. Hasil ini menggambarkan alkalosis respiratorik
terkompensasi sempurna. Hal ini biasa terjadi pada asma (PDPI, 2004).
Pasien sedang hamil kurang lebih 8 bulan. Hal ini juga berhubungan
dengan pencetus asma berdasarkan trisemesternya. Dimana sistem pernafasan
selama kehamilan dapat berubah secara fisiologis disebabkan oleh perubahan
hormonal dan faktor mekanik. Hal ini terjadi untuk mengkompensasi peningkatan
kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan uterus.
Keadaan ini bisa menjadi alasan pada foto thorak terlihat diafragma yang naik dan
cenderung agak datar (Nelson dan Piercy, 2001).
Pada pasien asma dengan kehamilan, ada beberapa pilihan obat yang
digunakan antara lain: anti inflamasi golongan steroid, bronkodilator, obat
antikolinergik dan obat pencair dahak. Pada pasien ini terapi yang diberikan yaitu
nebulisasi fenoterol : ipratropium bromide = 1 : 0,25 mg / 8 jam yang berfungsi
sebagai obat anti kolinergik dan sebagai bronkodilator, injeksi metil prednisolon
62,5 mg/12jam sebagai anti inflamasi,

dan berotec MDI 3x1puff yang juga

berfungsi sebagai bronkodilator. Pada kasus ini pasien juga diberikan NAC 3x1tab
yang berfungsi untuk membantu mempebaiki system imun dan mengaktifasi suatu
zat penting yang berperan sebagai vasodilator endogen. Selain itu diberikan pula
O2 2lpm, diet TKTP 1700kkal, infus NaCl 0,9% 20tpm sebelum diberikan obatobat injeksi maupun oral. Dengan terapi yang telah diberikan, saat ini pasien telah
mengalami perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai