Anda di halaman 1dari 8

PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN

DARAH ARTERI PADA ORANG


I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Kegiatan Praktikum ini mempunyai tujuan untuk mempelajari penggunaan Alat
Shygmomanometer dalam pengukuran tekanan darah arteribrachialis dengan cara auskultasi
maupun palpasi dan menerangkan perbedaan hasil kedua pengukuran tersebut. Juga
membandingkan hasil pengukuran tekanan darah pada berbagai sikap seperti berbaring, duduk
dan berdiri, menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah
pada ketiga sikap tersebut. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan
sesudah kerja otot dan menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah
sebelum dan sesudah kerja otot.
II.
DASAR TEORI (TINJAUAN PUSTAKA)
Tekanan pada pembuluh darah arteri disebabkan oleh pemompaan untuk mengalirkan
darah ke seluruh tubuh oleh jantung. Di dalam tubuh kita dibutuhkan oksigen dan nutrisi dimana
oksigen dan nutrisi disalurkan oleh darah melalui jaringan pembuluh darah memasuki sel-sel
tubuh. Jantung tidak hanya memompa darah secara terus menerus, tetapi juga mengumpulkan
kembali darah yang sudah terpakai dari seluruh bagian tubuh kemudian dipompa kembali ke
seluruh tubuh. Pembuluh darah yang menyalurkan darah segar ke seluruh tubuh disebut "Arteri",
sedangkan yang membawa darah yang telah terpakai kembali ke jantung disebut "Vena".
Seluruh sistem jantung, pembuluh darah dan darah, lebih dikenal sebagai "Sistem Sirkulasi"
darah. Arteri bersifat kuat dan elastis, sehingga dapat menahan tekanana darah yang dipompa
ke dalamnya. Arteri bercabang-cabang sampai pada pembuluh yang sangat halus dan kuat
dindingnya, berperan sangat penting di dalam mengatur tekanan darah kita.
Desakan/tekanan darah adalah aktivitas jantung dapat dibagi menjadi dua
periode konstraksi atau sistole dan periode relaksasi atau diastole. Sistole ventrikel kiri
mendorong darah yang sudah ada di dalam aorta, sebagian mendesak dinding aorta. Oleh

karena sifat dinding aorta yang bersifat kenyal maka oleh desakan itu aorta mengembang. Pada
waktu diastole berikutnya, dinding aorta yang kenyal ini mendesak darah lagi
sehingga sebagian darah terdesak ke valvula semilunaris, sehingga valvula ini menutup dan
sebagian darah lagi terdesak ke dalam bagian aorta berikutnya. Akibatnya ialah bagian aorta
yang tadi mengembang sekarang mengecil lagi dan bagian aorta berikutnya mengembang oleh
karena desakan sebagian dari darah. Dengan demikian bagian demi bagian berturut-turut
sepanjang arteria mengembang dan mengecil lagi. Mengembangnya ini merupakan pulsus
arteriosus.
Faktor faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
1. Curah jantung
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi
sekuncup dan frekuensi jantungnya).
2. Tekanan Perifer terhadap tekanan darah
Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan
perifer memiliki beberapa faktor penentu :
a. Viskositas darah.
Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan
terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas : pada
anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
b. Panjang pembuluh
Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.
c. Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat
keempatnya

Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada fase dilatasi, maka aliran darah
akan meningkat enambelas kali lipat. Tekanan darah akan turun.

Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontriksi, maka tahahan
terhadap aliran akan meningkatenambelas kalip lipat dan tekanan darah akan naik.


Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan
dalam tekanan darah didapat adri perubahan radius pembuluh darah (Ethel, 2003: 238-239).
Sphygmomanometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai desakan/ tekanan
darah seseorang. Alat ini berupa manometer air raksa yang dilengkapi dengan semacam bebat
yang dapat diisi udara melalui penghembusan dari karet. Seseorang yang akan ditentukan
desakan darahnya salah satu lengannya dibebat dan ke dalamnya dipompakan udara untuk
menghentikan aliran darah yang melalui lengan itu. Dalam hal ini sasarannya adalah arteri
brachialis. Jika kemudian udara dikeluarkan kembali maka suatu saat terjadi permulaan darah
mulai mengalir kembali. Pada saat inilah dapat diperoleh nilai besarnya desakan sistolis dan jika
pengosongan itu diteruskan pada suatu saat diperoleh nilai besarnya desakan diastolis. Saatsaat itu dapat diketahui dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang pertama kali terdengar
pada waktu pengosongan udara merupakan saat untuk menentukan desakan sistolis (cara
auskultasi). Bersamaan itu dilakukan pengukuran secara palpasi yaitu dengan menentukan saat
pertama kali teraba denyut pada pangkal nadi. Bila pengosongan udara diteruskan maka pada
suatu saat bunyi akan menghilang. Pada saat itulah dapat ditentukan besarnya nilai desakan
diastolis (secara auskultasi). Cara palpasi hanya dapat menentukan besarnya nilai desakan
sistolis.
Tekanan darah pada orang dewasa normal berkisar antara 120/70 mm Hg sampai
140/80 mm Hg. Tekanan darah seseorang dapat berubah setiap saat. Jika tekanan darah di atas
normal maka akan terjadi tekanan darah tinggi atau hipertensi. Darah yang mengalir ke seluruh
tubuh dipompa jantung dengan kekuatan tertentu. Kekuatan ini berupa tekanan yang mendorong
darah ke luar menuju arteri (pembuluh nadi), kemudian mengalir ke seluruh tubuh. Pada saat
otot bilik kiri jantung berkontraksi, maka tekanan yang terjadi diteruskan ke arteri (pembuluh
nadi).
Metode yang biasa digunakan dalam mengukur tekanan darah, antara lain:
Metode Palpasi

Cara memperoleh nilai minimum dari systole dapat dihitung secara kasar tanpa
perlatan dengan cara palpasi
Metode Auskultasi
Auskultasi adalah metode yang menggunakan stetoskop dan sphygmomanometer.
Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi, tekanan dalam manset mula- mula
dinaikkan sampai tekanan diatas arteri sistolik. Selama tekanan ini lebih tinggi daripada tekanan
sistolik ,arteri brakialis tetap kolaps dan tidak ada darah yang mengalir kedalam arteri yang
lebih distal sepanjang bagian siklus tekanan yang manapun. Oleh karena itulah, tidak akan
terdenga bunyi korotkoff dibagian arteri yang lebih distal. Namun kemudian tekanan dalam
manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan dalam manset menurun dibawah tekanan
sistolik akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak dibawah manset elama
puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendegar bunyi berdetak dalam arteri antecubiti yang
sinkron dengan denyut jantung. Begitu bunyi terdengar , nilai tekanan yang ditunjukkan oleh
manometer yang dihubungkan dengan manset kira-kira sama dengan tekanan sistolik (Guyton,
2007). Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut ,terjadi perubahan kualitas bunyi
berdetaknya menjadi berkurang namun lebih berirama dan bunyinya lebih kasar.
Kemudian,akhirnya sewaktu tekanan dalam manset turun sampai sama dengan tekanan diastolik
,arteri tersebut tidak tersumbat lagi , yang berarti bahwa faktor dasar yang menimbulkan
terjadinya bunyi dalah pancaran darah melewati arteri yang tertekan tidak ada lagi. Oleh karena
itu bunyi tersebut mendadak berubah menjad meredam dan biasanya menghilang seluruhnya
setelah tekanan dalam manset turun lagi sebanyak 10 sampai 10 milimeter. Kita catat tekanan
pada manometer ketika bunyi korotkoff berubah menjadi meredam, dan tekanan ini kurang lebih
sama dnga tekanan diastolik. (Guyton, 2007).
III.
METODELOGI (ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA)
Alat :
Sphygmomanometer
Stetoskop
Cara Kerja Praktikum :
Praktikum I : Pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk
dan berdiri
Berbaring:

1. Orang percobaan (OP) berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit.


2. Selama menunggu, pada lengan kanan atas OP dipasang manset sphygmanometer. 3. Denyut
arteri brachialis dicari dengan palpasi pada fossa cubiti dan denyut arteri radialis pada
pergelangan tangan kanan OP.
4. Setelah OP dibaringkan selama 10 menit, dipompakan udara ke dalam manset hingga kirakira 20 40 mm Hg diatas nilai normal kemudian secara perlahan-lahan dikeluarkan udara
hingga terdengar fase-fase korotkoff. Nilai-nilai tekanan sistolis (cara auskultasi maupun
palpasi) dan tekanan diastolisnya ditetapkan. Pengukuran ini diulangi sebanyak tiga kali untuk
mendapatkan nilai rata-rata dan dicatat hasilnya.
Duduk:
5. Tanpa melepaskan manset OP disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit diukur lagi tekanan
darah arteri brachialisnya dengan cara yang sama. Pengukuran diulangi sebanyak tiga kali
untuk mendapatkan nilai rata-rata dan hasilnya dicatat
Berdiri:
6. Tanpa melepaskan manset OP disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit diukur lagi tekanan
darah arteri brachialisnya dengan cara yang sama. Pengukuran diulangi sebanyak 3 kali untuk
mendapatkan nilai rata-rata dan hasilnya dicatat.
7. Hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap yang berbeda diatas
dibandingkan.
Percobaan II : Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot
1. Tekanan arteri brachialis OP diukur pada sikap duduk (OP tidak perlu sama
dengan sub.1).
2. Tanpa melepaskan manset OP disuruh berlari ditempat dengan frekuensi kurang lebih 120
loncatan/menit selama 2 menit. Setelah selesai OP disuruh duduk dan diukur tekanan darahnya.
Pengukuran tekanan darah ini diulangi tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti
semula. Dicatat hasil pengukuran tersebut.

IV.
HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM dan PEMBAHASAN
Hasil percobaan : Data Terlampir
PEMBAHASAN :
Pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk
dan berdiri :
Berdasarkan pada hasil percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
tekanan darah setelah kerja otot meningkat daripada saat berbaring, duduk dan berdiri ini
disebabkan setelah kerja otot seperti pada saat berlari-lari di tempat, jantung memompa darah
lebih cepat daripada dalam keadaan normal seperti pada saat berbaring, duduk dan berdiri.
Ketika seseorang berbaring, tekanan darahnya akan berada dibawah tekanan darah
normal, yang disebabkan karena orang tersebut sedang beristirahat. Dalam keadaan berbaring
dengan cara auskultasi bernilai 110/65 mmHg dan cara palpasi bernilai 110 mmHg dan dalam
keadaan ketika duduk, umumnya tekanan darahnya akan berada pada kisaran normal duduk
dengan cara auskultasi bernilai 110/65 mmHg dan cara palpasi bernilai 110 mmHg. Sedangkan
pada keadaan berdiri, tekanan darah akan lebih tinggi dibanding biasanya, karena pada saat
berdiri dibutuhkan energi yang lebih banyak jika dibandingkan ketika orang tersebut duduk yaitu
dengan cara auskultasi bernilai 110/67 mmHg dan cara palpasi bernilai 110 mmHg. Hal ini
dikarenakan pada saat berdiri keadaan volume darah yang ada di kaki dan di otak berkurang
dibandingkan dalam keadaan berbaring. Selain itu berat badan dan tinggi badan seseorang juga
sangatberpengaruh dalam menentukan tekanan darah. Tetapi tekanan darah pada ketiga sikap
tersebut tidak mengalami perubahan yang besar.
Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot
Setelah melakukan kerja otot selama 2 menit dengan melakukan lari di tempat dengan
cara auskultasi didapatkan nilai rata-rata 119/72 mmHg. Nilai ini lebih besar apabila
dibandingkan dengan nilai yang didapat sebelum kerja otot yaitu 111/71 mmHg. Hal ini
dikarenakan pemompaan darah kembali ke jantung oleh otot-otot yang berkontraksi dan
pernafasan yang dalam semuanya membantu mempermudah darah kembali ke jantung, maka

mempercepat kontraksi jantung sehingga jantung dapat memompakan darah yang bertambah
banyak daripada saat istirahat.
Setelah seseorang berlari, detak jantung akan meningkat karena pada saat itu ada
proses pembakaran, dan kontraksi otot-otot jantung akan semakin cepat. Hal ini menyebabkan
adanya kenaikan tekanan darah. Tetapi kenaikan ini tidak berlangsung lama. Setelah melakukan
istirahat, lama kelamaan tekanan darahnya akan kembali ke nilai normal, karena kontraksi otot
yang awalnya cepat akan kembali ke aktifitas semula. Oleh karena itu, diperlukan adanya
penyesuaian dan latihan untuk orang-orang yang berprofesi sebagai atlet. Karena jika tidak
beradaptasi secara perlahan, maka jantung akan bekerja lebih cepat dari biasanya dengan
intensitas tinggi dan hal ini dapat membahayakan kesehatan orang itu sendiri.
V.
KESIMPULAN dan SARAN
1. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti palpasi
dan auskultasi.
2. Sygmomanometer digunakan dalam mengukur tekanan darah secara auskultasi.
3. Kenaikan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh dan kerja
otot.
4. terjadinya kenaikan tekanan darah pada saat sebelum dan sesudah melakukan kerja
Otot
Saran:

Pada setiap orang memiliki tekanan darah yang berbeda-beda. Dikarenakan tekanan darah ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh kerja otot. Pada sikap tidur, duduk maupun berdiri
tekanan darahnya berbeda-beda. Oleh karena itu disarankan untuk sering melakukan kerja otot dengan cara
berolahraga setiap hari supaya tekanan darah tubuh tetap stabil.
VI.
DAFTAR P USTAKA
Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta.
Pearce. E., 1982. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia. Jakarta
http://id.wikipedia.org. diakses pada tanggal 30 September 2009.
http://www.google.com/alat pengukur tekanan darah/diakses 12 September
2010http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=144, diakses pada tanggal 12
September 2010.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_Perkembangan.pdf/15_Perkembang
an.html, diakses pada tanggal 12 September 2010.

Noortiningsih, N. Ayu Ratmini, Ida Wiryanti. Petunjuk Praktikum Fisiologi


Hewan. Laboratorium Zoologi Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta. 2009.
Prawirohartono, S. dan S. Hadisumarto. Sains Biologi 2B. Bumi Aksara.
Jakarta. 2008

Anda mungkin juga menyukai