Jin Ayah
Jin Ayah
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebagai wujud dari
pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan
kewajiban kami selama mengikuti matakuliah ini. Makalah ini berisi materi tentang kalimat dan
paragraf
Pembahasan yang memaparkan tentang kalimat dan paragraf itu sendiri. Sehingga makalah dapat
digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya. Makalah ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan
untuk menambah wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh
dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT,
kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................
1.2. Permasalahan.............................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................................
1
1
1
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Jinayah..........................................................................................
2.2.
2.3.
Macam-macam Jinayah...................................................................................
2.4.
2.5.
10
2.6.
10
12
3.2. Saran....................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam hukum Islam ada yang dikenal dengan istilah jinayat (jinayah) merupakan salah satu
dari bagian syariat Islam, jinayah ini bermacam-macam jenis dan sebabnya. Dalam makalah ini
kami mencoba untuk membahasnya sesuai dengan batas kemampuan yang kami miliki.
1.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan pokok dalam makalah ini adalah :
Bagaimana pengertian dari jinayah?
Bagaimana dasar hukum jinayah dalam Islam?
Apa saja macam-macam dari jinayah?
Apa saja macam-macam dari jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi?
Apa saja proses jinayah itu?
Bukti dalam melakukan jinayah?
Sebab menghapus hukuman-nya jinayah?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
Menjelaskan pengertian dari jinayah.
Mendeskripsikan dasar hukum jinayah dalam Islam
Menjelaskan tentang macam-macam jinayah
Menjelaskan macam-macam jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi
Mendeskripsikan proses jinayah
Menjelaskan bukti dalam melakukan jinayag
Menjelaskan sebab hapusnya hukuman jinayah
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penyajian makalah ini yaitu agar pembaca dan penulis bisa
lebih mengetahui tentang jinayah(hukum pidana) dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Jinayah
Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama dari kata jinayah yang berasal dari
janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata
dasar), kata jinaayah dijamakan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadangkadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak. Menurut istilah
syari, kata jinaayah berarti menganiaya badan sehingga pelakunya wajib dijatuhi hukuman
qishash atau membayar denda.
Tujuan disyariatkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa, harta dan keturunan.
Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak kejahatan kriminal, seperti : Pencurian, perzinahan,
homoseksual, menuduh seseorang berbuat zina, minum khamar, membunuh atau melukai orang
lain, merusak harta orang dan melakukan gerakan kekacauan dan lain sebagainya. Di kalangan
fuqaha, perkataan jinayah berarti perbuatan perbuatan yang terlarang menurut syara. Selain
itu, terdapat fuqaha' yang membatasi istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam
dengan hukuman hudud dan qishash tidak termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
hukuman tazir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu larangan
larangan syara yang diancam Allah dengan hukuman had atau tazir.
2.2
setiap mukalaf, hal itu telah termaktup dalam sumber fundamental Islam, termasuk juga
mengenai perkara jarimah atau tindak pidana dalam Islam, berikut kami akan memaparkan
beberapa dalil tentang HPI dan kewajiban menaati hukum Allah SWT.
telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan
Allah),
Maka
ketahuilah
bahwa
Sesungguhnya
Macam-macam Jinayah
Para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman
serta ditegaskan atau tidaknya oleh al-quran dal al-hadits, atas dasar ini mereka membagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1.
2.
3.
bagian :
a. Jarimah hudud atau qishah/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat, namun sudah
merupakan maksiat, misalnya percobaan pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian
dikalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.
b. Jarimah-jarimah yang ditentukan al-quran dan al-hadits, namun tidak ditentukan sanksinya,
misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanat dan menghina agama.
c. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulul amri untuk kemashlahatan umum. Dalam hal
ini, nilai ajaran islam di jadikan pertimbangan penentuan kemashlahatan umum. persyartan
kemaslahatan ini secara terinci diuraikan dalm bidang studi Ushul Fiqh, misalnya,
pelanggaran atas peraturan lalu-lintas. Sedangkan jarimah berdasarkan niat pelakunya dibagi
menjadi menjadi dua, yaitu:
1. Jarimah yang disengaja (al-jarimah al-maqsudah).
2. Jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr al-maqsudah/jarimah al-khatha).
keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang
tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. An-Nisa: 92)
3. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya tidak
untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati dengan cemeti itu.
Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan membayar diyat (denda) yang berat atas
keluarga yang membunuh, diangsur dalam tiga tahun.
b. Khamar (Minuman Keras)
Khamar adalah cairan yang di hasilkan dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan mengubah
sari patinya menjadi alcohol dan menggunakan katalisator (enzim) yang mempunyai kemampuan
untuk memisah unsur-unsur tentu yang berubah melalui proses peragian atau Khamr adalah
minuman yang memabukkan. Orang yang minum khamr diberi sangsi dengan dicambuk 40 kali
(Umar bin Khattab 80 kali). Khamr diharamkan dan diberi sangsi yang berat karena mengganggu
kesehatan akal pikiran yang berakibat akan melakukan berbagai tindakan dan perbuatan di luar
kontrol yang mungkin akan menimbulkan ekses negatif terhadap lingkungannya.
c. Zina
Zina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan perkawinan yang sah, baik dilakukan
secara sukarela maupun paksaan. Sanksi hukum bagi yang melakukan perzinahan adalah dirajam
(dilempari dengan batu sampai mati) bagi pezina mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan
oleh orang yang telah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah. Atau
dicambuk 100 kali bagi pezina ghoiru mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang
yang belum pernah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah.
d. Qadzaf
Asal makna qadzaf adalah ramyu melempar, umpamanya dengan batu atau dengan yang lainya.
Menurut istilah adalah menuduh orang melakukan zina. Sangsi hukumnya adalah dicambuk 80
kali. Sangsi ini bisa dijatuhkan apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang Islam, baligh,
berakal, dan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa besar terutama dosa yang
dituduhkan. Namun ia akan terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan 4 orang
saksi dan atau bukti yang jelas. Suami yang menuduh isterinya berzina juga dapat terbebas dari
sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan saksi dan bukti atau melian isterinya yang
berakibat putusnya hubungan perkawinan sampai hari kiamat.
e. Mencuri
Pencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam dan rahasia dari tempat
penyimpannya yang terjaga dan rapi dengan maksud untuk dimiliki. Pengambilan harta milik
orang lain secara terang-terangan tidak termasuk pencurian tetapi Muharobah (perampokan)
yang hukumannya lebih berat dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang lain tanpa
bermaksud memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab (memanfaatkan milik orang
lain tanpa izin). Pelaku pencurian diancam hukuman potong tangan dan akan diazab diakherat
apabila mati sebelum bertaubat dengan tujuan agar harta terpelihara dari tangan para penjahat,
karena dengan hukuman seperti itu pencuri akan jera dan memberikan pelajaran kepada orang
lain yang akan melakukan pencurian karena beratnya sanksi hukum sebagai tindakan defensif
(pencegahan).
Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah terbukti bersalah, baik
melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang yang dicurinya bernilai ekonomis, bisa
dikonsumsi dan mencapai nishab, yaitu lebih kurang 93 gram emas.
f. Muharobah (berbuat kekacauan)
Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan
kekacauan, menumpahkan darah, merampas harta, merusak harta benda, ladang pertanian dan
peternakan serta menentang aturan perundang-undangan. Latar belakang aksi ini bisa bermotif
ekonomi yang berbentuk perampokan, penodongan baik di dalam maupun diluar rumah atau
bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan melakukan gerakan yang mengacaukan ketentraman dan ketertiban umum.
Sangsi hukum pelaku muharobah adalah:
1.Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang apabila ia atau mereka hanya
mengambil atau
2.4
Alat-alat bukti dalam menetapkan sebuah kejahatan yang mengakibatkan qishas atau diyat
adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan : syarat dalam pengakuan bagi kasus pidana yang akan berakibatkan kisas
atau diyat adalah harus jelas dan terperinci. Tidak sah pengakuan yang umum dan masih
terdapat syubhat.
2. Persaksian : Dalam kasus pidana selain zina (4 orang saksi lelaki adil), syarat minimal adalah
2 orang saksi lelaki yang adil.
3. Qarinah : Segala tanda-tanda yang zahir yang bersamaan dengan sesuatu yang masih
samar, maka tanda itu menunjukkan kepada itu.
4. Menarik diri dari Bersumpah : Ketika terdakwa menarik diri (mengelak) dari
bersumpah yang diajukan kepada terdakwa melalui hakim (menurut mazhab Hanafiyah)
5. Al-Qasamah : Sebuah sumpah yang diulang-ulang bagi kasus pidana pembunuhan. Ia
dilakukan 50 kali sumpah dari 50 lelaki.
2.6
Secara umum ada empat sebab yang menyebabkan hapusnya hukuman jarimah
1. Paksaan
Yakni pelaku dipaksa melakukan perbuatan jarimah yang tidak dikehendaki.
2. Mabuk
Orang mabuk adalah orang
bertindak, oleh karena itu tdk sah akad, ucapan dan perbuatannya.Jika ia dipaksa untuk mabuk,
kemudian dia melakukan jarimah, maka ia tdk dikenakan pidana,Namun jika ia mabuk atas
kemauannya sendiri, kemudian ia melakukann jarimah, maka ia tetap dikenakan pidana.
Karena ia sengaja menghilangkan kesadarannya sendiri..
3. Gila
Gila dapat diartikan sebagai hilangnya atau telepasnya akal.
4. Belum baligh.
Yakni anak yang belum tamyis belum mmiliki kemampuan berpikir dan belum mengerti akibat
dari perbuatan yang dilakukan. Namun ada beberapa sebab lain dalam kasus tertentu yang
menyebabkan gugurnya sanksi jarimah, yaitu:
a. Pelaku jarimah meninggal.
b. Pelaku jarimah bertobat.
c. Tidak terdapat bukti dan saksi serta tidak ada pengakuan.
d. Terbukti bahwa dua orang saksinya itu dusta dalam persaksiannya,
e. Pelaku menarik kembali pengakuannya,
f. Mengembalikan harta yang dicuri sebelum diajukan ke sidang hal ini terjadi pada
pencurian dan hirabah, (Menurut Imam Abu Hanifah).
pelaku
g. Dimilikinya harta yang dicuri itu dengan sah oleh pencuri sebelum diajukan ke pengadilan.
(Menurut Imam Abu Hanifah).
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama dari kata jinaayah yang berasal dari
janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata
dasar), kata jinaayah dijamakan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadangkadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak.
Jinayah terdiri atas dua macam, yaitu jinayah terhadap jiwa dan jinayah terhadap badan.
Sebab-sebab jinayah yaitu; membunuh, meminum khamar, berzina, qadzaf, mencuri, muharobah
dan lain-lain.
3.2 Saran
Karena keterbatasan pengetahuan kami, hingga hanya inilah yang dapat kami sajikan, dan
tentu saja masih sangat kurang dari sisi materinya, maka itu kami mengharapkan masukan baik
itu kritik maupun saran dari pembaca demi melengkapi kekurangan terseb
DAFTAR PUSTAKA
Jazuli,Ahmad .fiqh jinayah,PT RajaGrafindo persada. Jakarta. Cetakan I.1999.
Audah, Abdul Qadir. At Tasyri Al Jinaiy Al Islamiy. Dar Al Kitab Al Araby, Beirut. Juz 1.
Kallaf, Abdul wahab. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Ad Dar Al Kuwaitiyah. Cetakan VIII. 1968.
Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2004
Abdullah, Musthafa. dkk. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.
Jazuli, H.A. 2000. Fiqh Jinayah Ed. 2, cet. 3. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Asadulloh al faruk. Hukum pidana dalam sistem hukum Islam. Hal. 46.
Ibid. Hal. 429
http://www.fkip-uninus.org/index.php/artikel-fkip-uninus-bandung/arsip-artikel/70-fiqih-jinayah