Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebagai wujud dari
pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan
kewajiban kami selama mengikuti matakuliah ini. Makalah ini berisi materi tentang kalimat dan
paragraf
Pembahasan yang memaparkan tentang kalimat dan paragraf itu sendiri. Sehingga makalah dapat
digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya. Makalah ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan
untuk menambah wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh
dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT,
kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Pekanbaru, 10 Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................
1.2. Permasalahan.............................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................................

1
1
1
1

BAB II PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Jinayah..........................................................................................

2.2.

Dasar Hukum Jinayah dalam Islam.................................................................

2.3.

Macam-macam Jinayah...................................................................................

2.3.1. Macam-macam Jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi...............

2.4.

Proses dalam Jinayah......................................................................................

2.5.

Bukti Pelaksanaan Jinayah..............................................................................

10

2.6.

Sebab Hapusnya Hukuman.............................................................................

10

BAB III SIMPULAN


3.1. Simpulan.............................................................................................................

12

3.2. Saran....................................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam hukum Islam ada yang dikenal dengan istilah jinayat (jinayah) merupakan salah satu
dari bagian syariat Islam, jinayah ini bermacam-macam jenis dan sebabnya. Dalam makalah ini
kami mencoba untuk membahasnya sesuai dengan batas kemampuan yang kami miliki.

1.2

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan pokok dalam makalah ini adalah :
Bagaimana pengertian dari jinayah?
Bagaimana dasar hukum jinayah dalam Islam?
Apa saja macam-macam dari jinayah?
Apa saja macam-macam dari jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi?
Apa saja proses jinayah itu?
Bukti dalam melakukan jinayah?
Sebab menghapus hukuman-nya jinayah?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
Menjelaskan pengertian dari jinayah.
Mendeskripsikan dasar hukum jinayah dalam Islam
Menjelaskan tentang macam-macam jinayah
Menjelaskan macam-macam jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi
Mendeskripsikan proses jinayah
Menjelaskan bukti dalam melakukan jinayag
Menjelaskan sebab hapusnya hukuman jinayah

1.4

Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penyajian makalah ini yaitu agar pembaca dan penulis bisa
lebih mengetahui tentang jinayah(hukum pidana) dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Jinayah
Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama dari kata jinayah yang berasal dari

janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata

dasar), kata jinaayah dijamakan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadangkadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak. Menurut istilah
syari, kata jinaayah berarti menganiaya badan sehingga pelakunya wajib dijatuhi hukuman
qishash atau membayar denda.
Tujuan disyariatkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa, harta dan keturunan.
Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak kejahatan kriminal, seperti : Pencurian, perzinahan,
homoseksual, menuduh seseorang berbuat zina, minum khamar, membunuh atau melukai orang
lain, merusak harta orang dan melakukan gerakan kekacauan dan lain sebagainya. Di kalangan
fuqaha, perkataan jinayah berarti perbuatan perbuatan yang terlarang menurut syara. Selain
itu, terdapat fuqaha' yang membatasi istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam
dengan hukuman hudud dan qishash tidak termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
hukuman tazir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu larangan
larangan syara yang diancam Allah dengan hukuman had atau tazir.
2.2

Dasar Hukum Jinayah dalam Islam


Dalam islam dijelaskan berbagai norma/atura/rambu-rambu yang mesti ditaati oleh

setiap mukalaf, hal itu telah termaktup dalam sumber fundamental Islam, termasuk juga
mengenai perkara jarimah atau tindak pidana dalam Islam, berikut kami akan memaparkan
beberapa dalil tentang HPI dan kewajiban menaati hukum Allah SWT.

N3s9ur $|)9$# o4quym <'r't =t69F{$#


N6=ys9 tbq)Gs?
Artinya : Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orangorang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Al-Baqarah 179)

br&ur N3m$# NhuZt/ !$yJ/ tAtRr& !$# wur


7Ks? Ndu!#uqdr& Ndxn$#ur br& qZFt
.`t t/ !$tB tAtRr& !$# y7s9) ( b*s (#q9uqs?
Nn=$$s $uKRr& !$# br& Nkz:
t7/ Nk5qR 3 b)ur #ZWx. z`iB $Z9$#
tbq)xs9
Artinya : Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang

telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan

Allah),

Maka

ketahuilah

bahwa

Sesungguhnya

Allah menghendaki akan

menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan


Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah 49)

xs y7n/uur w cqYBs 4Lym x8qJj3ys $yJ


tyfx OgoYt/ NO w (#rgs NhRr&
%[`tym $JiB |Ms% (#qJk=|ur $VJ=n@
Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa 65).
2.3

Macam-macam Jinayah
Para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman

serta ditegaskan atau tidaknya oleh al-quran dal al-hadits, atas dasar ini mereka membagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1.

Jarimah hudud, yang meliputi:


Hudud, jamaknya had. Arti menurut bahasa ialah : menahan (menghukum). Menurut istilah
hudud berarti: sanksi bagi orang yang melanggar hukum syara dengan cara didera/ dipukul
(dijilid) atau dilempari dengan batu hingga mati (rajam). Sanksi tersebut dapat pula berupa
dipotong tangan lalu sebelah atau kedua-duanya atau kaki dan tangan keduanya, tergantung
kepada kesalahan yang dilakukan. Hukum had ini merupakan hukuman yang maksimal bagi
suatu pelanggaran tertentu bagi setiap hukum.
Jarimah hudud ini dalam beberapa kasus di jelaskan dalam al-Quran surah An-Nur ayat 2, surah
an-Nur: 4, surah al-Maidah ayat 33, surat al-Maidah ayat 38.
a. Perzinaan
b. Qadzaf (menuduh berbuat zina)
c. Meminum minuman keras
d. Pencurian
e. Perampokan
f. Pemberontakan
g. Murtad

2.

Jarimah qishas/diyat, yang meliputi :


Hukum qisos adalah pembalasan yang setimpal (sama) atas pelanggaran yang bersifat
pengerusakan badan. Atau menghilangkan jiwa, seperti dalam firman Allah SWT.
Surah al-Maidah : 45, surah al-Baqarah : 178 Diat adalah denda yang wajib harus dikeluarkan
baik berupa barang maupun uang oleh seseorang yang terkena hukum diad sebab membunuh
atau melukai seseorang karena ada pengampunan, keringanan hukuman, dan hal lain.
Pembunuhan yang terjadi bisa dikarenakan pembunuhan dengan tidak disengaja atau
pembunuhan karena kesalahan (khoto). Hal ini dijelaskan dalam al-Quraan surah an-Nisa : 92.
a. Pembunuhan sengaja.
b. Pembunuhan semi sengaja.
c. Pembunuhan tersalah.
d. Pelukan sengaja.
e. Pelukan semi sengaja.

3.

Jarimah Jarimah tazir


Hukum tazir adalah hukuman atas pelanggaran yang tidak di tetapkan hukumannya dalam alQuran dan Hadist yang bentuknya sebagai hukuman ringan.menurut hukum islam,
pelaksanaan hukum tazir diserahkan sepenuhnya kepada hakim islam hukum tazir
diperuntukkan bagi seseorang yang melakukan jinayah/ kejahatan yang tidak atau belum
memenuhi syarat untuk dihukum had atau tidak memenuhi syarat membayar diyat sebagai
hukum ringan untuk menebus dosanya akibat dari perbuatannya. tazir ini dibagi menjadi tiga

bagian :
a. Jarimah hudud atau qishah/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat, namun sudah
merupakan maksiat, misalnya percobaan pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian
dikalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.
b. Jarimah-jarimah yang ditentukan al-quran dan al-hadits, namun tidak ditentukan sanksinya,
misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanat dan menghina agama.
c. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulul amri untuk kemashlahatan umum. Dalam hal
ini, nilai ajaran islam di jadikan pertimbangan penentuan kemashlahatan umum. persyartan
kemaslahatan ini secara terinci diuraikan dalm bidang studi Ushul Fiqh, misalnya,
pelanggaran atas peraturan lalu-lintas. Sedangkan jarimah berdasarkan niat pelakunya dibagi
menjadi menjadi dua, yaitu:
1. Jarimah yang disengaja (al-jarimah al-maqsudah).
2. Jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr al-maqsudah/jarimah al-khatha).

2.3.1 Macam-Macam Jarimah Menurut Cara Melakukan Dan Konsekuensinya


a. Pembunuhan
Yaitu suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, baik itu dilakukan secara
sengaja maupun tidak sengaja.
Pembunuhan ada tiga cara, yaitu :
1. Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang yang
dibunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh orang.
Hukum ini wajib di qishas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila dimaafkan oleh ahli
waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.
2. Ketaksengajaan semata-mata. Misalnya seseorang melontarkan suatu barang yang tidak
disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati, atau seseorang
terjatuh menimpa orang lain sehingga orang yang ditimpanya itu mati. Hukum pembunuhan
yang tak disengaja ini tidak wajib qishas, hanya wajib membayar denda (diyat) yang enteng.
Denda ini diwajibkan atas keluarga yang membunuh, bukan atas orang yang membunuh. Mereka
membayarnya dengan diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhit tahun keluarga itu wajib
membayar sepertiganya. Firman Allah SWT:

Bur c%x. `BsJ9 br& @F)t $ZBsB w)


$\syz 4 `tBur @tFs% $YBsB $\syz stGs
7pt7s%u
7poYBsB
ptur
pyJ=|B
#n<)
#dr& Hw) br& (#q%t 4 b*s c%x. `B
BQqs% 5irt N39 uqdur BsB stGs
7pt6s%u 7poYBsB ( b)ur c%2 `B Qqs% N6oYt/
OgoYt/ur
,sViB
pts
pyJ=|B
#n<)
&#dr& trBur 7pt6s%u 7poYBsB ( `yJs N9
ft P$us tgx y/$tFtFB Zpt/qs?
z`iB !$# 3 c%x.ur !$# $J=t $VJ6ym
Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
Karena tersalah (Tidak sengaja, dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka
dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang
tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. An-Nisa: 92)
3. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya tidak
untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati dengan cemeti itu.
Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan membayar diyat (denda) yang berat atas
keluarga yang membunuh, diangsur dalam tiga tahun.
b. Khamar (Minuman Keras)
Khamar adalah cairan yang di hasilkan dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan mengubah
sari patinya menjadi alcohol dan menggunakan katalisator (enzim) yang mempunyai kemampuan
untuk memisah unsur-unsur tentu yang berubah melalui proses peragian atau Khamr adalah
minuman yang memabukkan. Orang yang minum khamr diberi sangsi dengan dicambuk 40 kali
(Umar bin Khattab 80 kali). Khamr diharamkan dan diberi sangsi yang berat karena mengganggu
kesehatan akal pikiran yang berakibat akan melakukan berbagai tindakan dan perbuatan di luar
kontrol yang mungkin akan menimbulkan ekses negatif terhadap lingkungannya.
c. Zina
Zina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan perkawinan yang sah, baik dilakukan
secara sukarela maupun paksaan. Sanksi hukum bagi yang melakukan perzinahan adalah dirajam
(dilempari dengan batu sampai mati) bagi pezina mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan
oleh orang yang telah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah. Atau
dicambuk 100 kali bagi pezina ghoiru mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang
yang belum pernah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah.
d. Qadzaf
Asal makna qadzaf adalah ramyu melempar, umpamanya dengan batu atau dengan yang lainya.
Menurut istilah adalah menuduh orang melakukan zina. Sangsi hukumnya adalah dicambuk 80
kali. Sangsi ini bisa dijatuhkan apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang Islam, baligh,
berakal, dan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa besar terutama dosa yang
dituduhkan. Namun ia akan terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan 4 orang
saksi dan atau bukti yang jelas. Suami yang menuduh isterinya berzina juga dapat terbebas dari

sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan saksi dan bukti atau melian isterinya yang
berakibat putusnya hubungan perkawinan sampai hari kiamat.
e. Mencuri
Pencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam dan rahasia dari tempat
penyimpannya yang terjaga dan rapi dengan maksud untuk dimiliki. Pengambilan harta milik
orang lain secara terang-terangan tidak termasuk pencurian tetapi Muharobah (perampokan)
yang hukumannya lebih berat dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang lain tanpa
bermaksud memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab (memanfaatkan milik orang
lain tanpa izin). Pelaku pencurian diancam hukuman potong tangan dan akan diazab diakherat
apabila mati sebelum bertaubat dengan tujuan agar harta terpelihara dari tangan para penjahat,
karena dengan hukuman seperti itu pencuri akan jera dan memberikan pelajaran kepada orang
lain yang akan melakukan pencurian karena beratnya sanksi hukum sebagai tindakan defensif
(pencegahan).
Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah terbukti bersalah, baik
melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang yang dicurinya bernilai ekonomis, bisa
dikonsumsi dan mencapai nishab, yaitu lebih kurang 93 gram emas.
f. Muharobah (berbuat kekacauan)
Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan
kekacauan, menumpahkan darah, merampas harta, merusak harta benda, ladang pertanian dan
peternakan serta menentang aturan perundang-undangan. Latar belakang aksi ini bisa bermotif
ekonomi yang berbentuk perampokan, penodongan baik di dalam maupun diluar rumah atau
bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan melakukan gerakan yang mengacaukan ketentraman dan ketertiban umum.
Sangsi hukum pelaku muharobah adalah:
1.Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang apabila ia atau mereka hanya

mengambil atau

merusak harta benda.


2.Dibunuh atau disalib apabila dalam aksinya itu ia membunuh orang.
3.Dipenjara atau dibuang dari tempat tinggalnya apabila dalam aksinya hanya melakukan
kekacauan saja tanpa mengambil atau merusak harta-benda dan tanpa membunuh.

2.4

Proses dalam Jinayah

Terdapat 2 Proses dalam Jinayah :


1. Percobaan.
Percobaan melakukan jarimah maksudnya yaitu melakukan perbuatan jarimah blm
dikerjakan dengan sempurna, dalam hukum pidana islam Percobaan Melakukan Jarimah tdk
dikenal secara khusus, namun dpt digolongkan pd jarimah ghairu tammah.
Dalam hukum Pidana Islam : jarimah hudud, qisas diyat, harus dilakukan dengan sempurna, jika
tdk maka tazir. Hadis nabi : Barang siapa yg mmberikan hkman han bukan terhadap jarimah
had, maka dia digolongkan orang-orang yang melewati batas.
Sehingga demikian percobaan pencurian tdk boleh disamakan pencurian dan sebagainya.
2. Kerjasama
Kerjasama melakukan jarimah maksudnya pelaku bersama-sama melakukan jarimah. Dalam
bentuk ini tiap-tiap pelaku masing-masing memberikan andilnya dlm melakukan jarimah.
Para juris islam mengklasifikasi kerjasama melakukan jarimah menjadi dua yaitu
1. Sekutu berbuat jarimah secara langsung ( ) : yaitu pelaku bersama-sama denga
orang lainaktif melakukan jarimah atau kawan nyata dlm melakukan jarimah. Ini ada 2 :
a)
Secara kebetulan (), tdk ada kesepakatan seblmnya. Seperti yg terjadi dlm
kerusuhan, perkelahian, atau demonstasi masal.
b) Secara berencana ().Para fuqaha mmbedakan tanggung jawab pelaku jarimah dari
kedua kerjasama tersebut. Pertanggung jawaban pelaku kebetulan dan berencana :
o) Menurut abu hanifah : sanksinya sama / dibebankan pada setiap masing-masing sesuai dg
perbuatannya. Contoh : dipersalahkan karena menyekap, menganiaya, mmbunuh, dll. Sesuai
perbuatannya.
o) Jumhur ulama : kebetulan : masing-masing bertanggung jawab terhadap perbuatan pidana
yg dilakukan. berencana : semua pelaku pidana sama, jika korban meninggal, maka
semuanya dikenakan hukuman mati (qishas).
2. Sekutu berbuat jarimah secara tidak langsung ( ) : kawan berbuat secara tidak
nyata. Tapi menjadi

factor penyebab adanya jarimah,. Misalanya menghasut, memberi

bantuan atau juga member janji tertentu.


2.5

Bukti Pelaksanaan Jinayah

Alat-alat bukti dalam menetapkan sebuah kejahatan yang mengakibatkan qishas atau diyat
adalah sebagai berikut:

1. Pengakuan : syarat dalam pengakuan bagi kasus pidana yang akan berakibatkan kisas
atau diyat adalah harus jelas dan terperinci. Tidak sah pengakuan yang umum dan masih
terdapat syubhat.
2. Persaksian : Dalam kasus pidana selain zina (4 orang saksi lelaki adil), syarat minimal adalah
2 orang saksi lelaki yang adil.
3. Qarinah : Segala tanda-tanda yang zahir yang bersamaan dengan sesuatu yang masih
samar, maka tanda itu menunjukkan kepada itu.
4. Menarik diri dari Bersumpah : Ketika terdakwa menarik diri (mengelak) dari
bersumpah yang diajukan kepada terdakwa melalui hakim (menurut mazhab Hanafiyah)
5. Al-Qasamah : Sebuah sumpah yang diulang-ulang bagi kasus pidana pembunuhan. Ia
dilakukan 50 kali sumpah dari 50 lelaki.
2.6

Sebab Hapusnya Hukuman

Secara umum ada empat sebab yang menyebabkan hapusnya hukuman jarimah
1. Paksaan
Yakni pelaku dipaksa melakukan perbuatan jarimah yang tidak dikehendaki.
2. Mabuk
Orang mabuk adalah orang

yg mengigau dlm percakapannya.menghilangkan cakapnya

bertindak, oleh karena itu tdk sah akad, ucapan dan perbuatannya.Jika ia dipaksa untuk mabuk,
kemudian dia melakukan jarimah, maka ia tdk dikenakan pidana,Namun jika ia mabuk atas
kemauannya sendiri, kemudian ia melakukann jarimah, maka ia tetap dikenakan pidana.
Karena ia sengaja menghilangkan kesadarannya sendiri..
3. Gila
Gila dapat diartikan sebagai hilangnya atau telepasnya akal.
4. Belum baligh.
Yakni anak yang belum tamyis belum mmiliki kemampuan berpikir dan belum mengerti akibat
dari perbuatan yang dilakukan. Namun ada beberapa sebab lain dalam kasus tertentu yang
menyebabkan gugurnya sanksi jarimah, yaitu:
a. Pelaku jarimah meninggal.
b. Pelaku jarimah bertobat.
c. Tidak terdapat bukti dan saksi serta tidak ada pengakuan.
d. Terbukti bahwa dua orang saksinya itu dusta dalam persaksiannya,
e. Pelaku menarik kembali pengakuannya,
f. Mengembalikan harta yang dicuri sebelum diajukan ke sidang hal ini terjadi pada
pencurian dan hirabah, (Menurut Imam Abu Hanifah).

pelaku

g. Dimilikinya harta yang dicuri itu dengan sah oleh pencuri sebelum diajukan ke pengadilan.
(Menurut Imam Abu Hanifah).

BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama dari kata jinaayah yang berasal dari
janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata
dasar), kata jinaayah dijamakan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadangkadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak.
Jinayah terdiri atas dua macam, yaitu jinayah terhadap jiwa dan jinayah terhadap badan.
Sebab-sebab jinayah yaitu; membunuh, meminum khamar, berzina, qadzaf, mencuri, muharobah
dan lain-lain.
3.2 Saran

Karena keterbatasan pengetahuan kami, hingga hanya inilah yang dapat kami sajikan, dan
tentu saja masih sangat kurang dari sisi materinya, maka itu kami mengharapkan masukan baik
itu kritik maupun saran dari pembaca demi melengkapi kekurangan terseb

DAFTAR PUSTAKA
Jazuli,Ahmad .fiqh jinayah,PT RajaGrafindo persada. Jakarta. Cetakan I.1999.
Audah, Abdul Qadir. At Tasyri Al Jinaiy Al Islamiy. Dar Al Kitab Al Araby, Beirut. Juz 1.
Kallaf, Abdul wahab. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Ad Dar Al Kuwaitiyah. Cetakan VIII. 1968.
Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2004
Abdullah, Musthafa. dkk. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.
Jazuli, H.A. 2000. Fiqh Jinayah Ed. 2, cet. 3. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Asadulloh al faruk. Hukum pidana dalam sistem hukum Islam. Hal. 46.
Ibid. Hal. 429
http://www.fkip-uninus.org/index.php/artikel-fkip-uninus-bandung/arsip-artikel/70-fiqih-jinayah

Anda mungkin juga menyukai