AT TADZHIIB
Fii Adillati
PRAKATA PENERJEMAH
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, sholawat serta salam semoga
terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. termasuk keluarga
beserta para sahabat beliau.
Remaja Masjid Dawatul Khoirot Sumbersari Malang mendesak saya
untuk membina mereka di bidang keagamaan khususnya dan
kemasyarakatan Islam pada umumnya. Saya memilih salah kitab ad
Tadzhiib sebagai bahan kajian utama, karena saya pandang kitab ini cukup
lengkap padat dan disertai dengan dalil-dalil dari al Quran, as Sunnah dan
beberapa syarah dari ahlinya.
Setelah berjalan beberapa kali pertemuan, maka terlintas di benak saya
untuk menerjemahkan kitab ini agar dimanfaatkan oleh lebih banyak
kalangan ummat Islam terutama generasi mudanya.
Penerjemahan ini secara keseluruhan berbahasa Indonesia, keculi istilah
fiqih yang baku tetap saya tampilkan dalam bahasa aselinya agar ummat
Islam terbiasa dengan istilah-istilah fiqih yang berlaku umum. Di samping
itu juga tetap saya tampilkan teks aselinya terhadap bacaan atau doa yang
dipergunakan sehari-hari disertai dengan terjemahnya. Pada kitab aselinya
catatan kaki dibuat perhalaman, sedang dalam terjemahan ini catatan kaki
saya buat per-bab (kitab) dengan satu urutan nomor catatan kaki dengan
tetap memperhatikan urutan catatan kaki kitab aselinya, sehingga mudah
untuk mencocokkan kembali kepada kitab aselinya.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa penerjemahan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kepada semua pemerhati saya mohon kiranya
berkenan memberikan kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini, dan
atas perkenannya saya ucapkan terima kasih.
Semoga usaha ini mendapatkan ridlo dari Allah swt. Aamiin.
Segala puji bagi Allah yang Maha Essa. Allah berfirman dalam kitab-Nya:
Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semuanya ke medan
persang, menagapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan dari mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama?
(at Taubah: 122).
Sholawat dan salam terlimpah kepada orang yang tiada Nabi sesudahnya
(Muhammad saw.) yang bersabda: Barang siapa yang dikehendaki oleh
Allah menjadi orang baik, niscaya akan diberikan faqih (kefahaman)
dalam hal agama. Muttafaq alaihi (disepakati oleh al Bukhary dan
Muslim). Dan semoga terlimpah kepada seluruh keluarga dan para sahabat
beliau, serta kepada siapapun mereka yang mengikuti dengan baik. Maka
akan diverikan kefahaman dalam soal agama oleh Allah, maka dia akan
mengerti dan mengajarkannya.
Wabadu (selanjutnya): Sesungguhnya kitab Matni al Ghoyah wat Taqriib
adalah diantara kitab fiqih as Syafiie yang baik penampilan maupun isi
kandungannya, dalam ukuran kecil sungguh mengandung seluruh bab
tentang fiqih yang penting hukumnya dan permasalahannya dalam
peribadatan, muamalat (kehidupan sehari-hari) dan lain-lain. Serta
menggunakan gaya bahasa yang mudah, serta susunan kalimat serta tata
bahasa yang baik, sangat istimewa dalam hal pembagian topik-topiknya.
Memudahkan bagi orang yang berusaha memahami agama Allah
(tafaqquh fiddiin) untuk menguasai serta mengungkapkannya kembali.
Keistimewaan kitab ini, mendapatkan sambutan yang luas, karena anda
akan mendapati pertemuan antara pencari ilmu dan ulama, baik ulama
kuno maupun modern, mereka terangsang untuk menelaah, mempelajari,
memahami, menguasai, menjelaskan dan mensyarahnya (meperluas
pembahasan).
Ketika ikhtisar yang ringkas ini mengedepankan hukum fiqih tanpa
adanya pertentangan pada dalil-dalinya (dasar hukumnya), dan pencari
ilmu zaman ini jiwanya kering dari pengambilan hukum syara yang
diperkuat dengan dalil-dalinya. Dan saya berharap untuk menjadi pelayan
Agama Allah untuk memajukan pemuda-pemuda muslim yang berbudaya
tinggi. Dan setiap seorang faqih berarti dia adalah menguasai ilmu fiqih.
Kitab ini dicintai oleh banyak orang dilengkapi dengan dalil-dalil yang
mampu membuat mereka terbuka mata hatinya terhadap agama mereka,
menambah yakin terhadap kebenaran syariat mereka, memperkuat aqidah
halaman bagian bawah, dan saya namai dengan: At Tadzhiib fii adillati
matni al Ghoyatuh wat Taqriib.
Semoga Allah Taala berkenan menjadikan amalanku ini ikhlas sematamata kerena-Nya, dan diterima sebagai amal jariyah bagiku dan anakanakku dan bagi siapa saja yang memiliki hubungan erat denganku,
sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan pantas untuk
dikabulkan.
Musthofa Diib al Baghoo.
Malam Ahad: 21 Muharom 1398 H/ 1Januari 1978.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga Allah memberikan
rahmat kepada penghulu kami Nabi Muhammad saw. dan kepada seluruh
keluarga beliau yang suci, dan kepada selururuh sahabat beliau.
Al Qodly Abu Syujak Ahmad bin al Husain bin Ahmad al Ashfahaany
rohimahullaah Taalaa berkata: Sebagian teman-temanku semoga mereka
dijaga oleh Allah Taalaa meminta kepadaku agar aku membuat ikhtisar
tentang fiqih berdasarkan madzhab Imam As Syafiie rohimahullahu
Taalaa waridlwaanuhu (semoga dirahmati dan diridloi oleh Allah
Taalaa), dalam suatu ikhtisar yang singkat dan padat, untuk
mempermudah bagi penuntut ilmu untuk mempelajarinya, dan untuk
mempermudah bagi pemula untuk menghafalnya. Dan memperbanyak
permasalahan yang sangat dibutuhkan oleh orang banyak. Maka
permintaan tersebut saya penuhi sekaligus untuk mengharapkan pahala,
serta mengharapkan taufiq dari Allah untuk memncapai kebenaran,
sesungguhnya Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Dia Maha
lemah lembut serta Maha mengetahui.
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam: air hujan,
air laut, air sungai, air sumur, air dari mata air, air es dan air dingin(1)
Kemudian air itu terbagi menjadi empat kategori: (a). air yang suci dan
mensucikan tidak makruh, disebut dengan: air mutlak (aseli) (2)(b). air
yang suci dan mensucikan tetapi makruh, yakni air yang terjemur di panas
matahari(3), (c). air yang suci tetapi tidak mensucikan, yakni air bekas
dipakai untuk bersuci (4) atau air yang sudah berobah sifatnya karena
bercampur dengan zat suci lainnya(5),
(d) air najis, yakni air yang di dalamnya terdapat najis, di mana air
tersebut volumenya kurang dari dua qullah(6), atau dua qullah tetapi air
(1)
Kiranya dapat dinyatakan secara ringkas: Orang bisa bersuci menggunakan air yang keluar dari bumi,
atau yang turun dari langit. Dan sebagai dasar diperbolehkannya bersuci dengan air tersebut adalah ayatayat al Quran, di antaranya: Firman Allah Taalaa: Dia yang menurunkan air dari langit kepadamu,
agar kamu bersuci dengannya. (al Anfaal: 11). Dan banyak hadits, antara lain: hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairoh ra. ia berkata: Ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw. dengan
ucapannya: Wahai Rasulallah, kami naik sebuah perahu di lautan, dan kami hanya membawa sedikit air.
Apabila kami berwudlu menggunakan air tersebut, maka kami akan kehausan. Apakah boleh kami
berwudlu menggunakan air laut? Maka Rasulullah saw. menjawab: Laut itu suci airnya dan halal
bangkainya, diriwayatakn oleh lima perowi. At Tirmidzy menyatakan: Hadits ini Hasan. (Halal
bangkainya: artinya dapat dimakan apa yang mati dilautan, baik berupa ikan dan sejenisnya, tanpa
disembelih secara syarie).
(2)
Dasar tentang kesucian air mutlak adalah hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (217) dan
lainnya, dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang Arab gunung berdiri dan kencing didalam masjid,
maka orang sama berdiri untuk memarahinya/mencelanya, maka Nabi saw. bersabda: Biarkanlah dia,
dan tuangkan seember air di atas bekas temapt kencingnya. Sesungguhnya kalian diutus agar
mempermudah bukan diutus untuk mempersulit.
(3)
Dipanaskan dalam bejana terbuat dari logam di terik panas matahari. Kemakruhannya berdasarkan
suatu pendapat bahwa hal itu menyebabkan penyakit lepra atau lebih berat dari itu, dan tidak
dimakruhkan keculai apabila dipergunakan untuk membersihkan badan, karena tetesan panasnya
bagikan pengikat.
(4)
Untuk menghilangkan hadats, dan sebagai dasar bahwa air tersebut masih suci adalah hadits yang
diriwayatkan oleh al Bukhary (191) dan Muslim (1616) dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata:
Rasulullah saw. datang mengunjungi saya, sedangkan saya dalam keadaan sakit tidak sadarkan diri,
maka beliau berwudlu dan menuangkan air bekas wudlu beliau. Kalu air tersebut tidak suci, tentu tidak
mungkin disiramkan kepadanya. Adapun dasar yang menyatakan, bahwa air tersebut tidak mensucikan,
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (283) dan lainnya, dari Abi Hurairaoh ra. bahwasanya
Nabi saw. bersabda: Janganlah seseorang di antara kamu mandi di air yang menggenang (tidak
mengalir), padahal dia dalam keadaan junub. Mereka bertanya: Wahai Abu Hurairaoh: Bagaimana cara
mandinya? Ia menjawab: Mengambil air menggunakan gayung. Faedah hadits tersebut: bahwa mandi di
dalam air tersebut menghilangkan kesuciannya, bila tidak demikian, maka tidak mungkin beliau
melarangnya. Hal ini mengandung pengertian, bahwa air tersebut hanya sedikit. Hukum berwudlu sama
dengan hukum mandi, oleh karena maksudnya sama, yakni menghilangkan hadats.
(5)
Sesuatu yang suci yang biasanya air bisa berobah karenanya, dan tidak mungkin untuk dipishkan
kembali sesudah tercampur, seperti: minyak wangi, garam dan sebagainya. Keberadaannya menjadi
tidak mensucikan, karena sudah dinamakan air dalam keadaan itu.
(6)
Lima ahli perowi hadits meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw. , ketika beliau ditanya tentang air yang berada di tanah lapang, dan yang sering di
datangi oleh hewan buas (minum dll)? Maka beliau bersabda: Apabila air tersebut ada dua qullah,
tersebut berubah sifatnya. (7) Yang dimaksud dengan dua qullah ialah
kurang lebih sebanyak 500 rithil Bagdad.)
(8)
maka tidak menjadikan air tersebut najis. Berdasarkan hadits lafadh dari Abu Dawud (65): Maka
sesungguhnya hal itu tidak membuat menjadi najis. Maksud dari hadits di atas: bahwa apabila air
tersebut kurang dari dua qullah, maka manjadi najis sekalipun sifatnya tidak berubah. Yang
menunjukkan pemahaman tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (278) dari Abu
Hurairoh ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda: Apabila seseorang dari kamu bangun dari tidurnya,
maka janganlah langusng memasukkan tangannya ke dalam bejana yang berisi air sebelum dibersihkan
terlebih dahulu, oleh karena dia tidak tahu di mana tangannya ketika dia tertidur. Beliau melarang
orang yang bangun dari tidur untuk memasukkan tangan ke dalam bejana karena dikhawatirkan
tangannya terkena najis yang tidak terlihat secara jelas. Dan dimaklumi bahwa najis yang tidak tampak
tidak akan merubah sifat air. Apabila tidak karena menajiskan disebabkan bertemunya tangan dengan
air, mengapa beliau melarangnya berbuat demikian.
(7)
Dasarnya adalah Ijmak (kesepakatan) ulama. Dalam kitab al Majmuk Ibnul Mundzir menyatakan:
Ulama sepakat bahwa air sedikit atau banyak, apabila kejatuhan najis kemudian berubah rasa atau warna
atau baunya, maka air tersebut menjadi najis. Adapun hadits yang menyatakan bahwa: Air suci tidak
bisa menjadi najis oleh sebab sesuatu zat, kecuali apabila berubah rasa atau baunya, adalah hadits dloif
sanadnya> An Nawawi berbicara tentang hali itu: Tidak sah berhujjah menggunakan hadits tersebut. Ia
juga menyatakan: Imam As Syafiie menukil tentang kedloifan hadits tersebut dari ahli ilmu hadits (al
Majmuk: 1/160).
(8)
Yakni kira-kira sama dengan 190 liter, atau sama dengan vule bejana kubus yang sisi-sisinya 58 cm.
(dibulatkan 60 cm).
( (9)
Diriwayatkan oleh Muslim (306) dari Abdullah bin Abbas ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: Kulit bangkai apabila disamak, maka menjadi suci. Penyamakan berfungsi
menghilangkan cairan yang bisa merusak kulit bila didiamkan. Dan apabila sudah disamak kemudian
terkena air, maka bakterinya pembusuk tidak akan kembali lagi.
(10)
Oleh karena kedua hewan tersebut najis sejak masih hidup, maka bagian organ tubuhnya tidak dapat
disucikan lagi setelah menjadi bangkai adalah lebih tepat.
( (11)
Berdasarkan firman Allah: Diharamkan bagi kami bangkai (al Maidah: 3). Yang dinamakan bangkai
adalah semua hewan yang hilang nyawanya tanpa disembelih menurut syara. Berdasarkan firman
Allah: Diharamkan bagi kami bangkai (al Maidah: 3). Yang dinamakan bangkai adalah semua hewan
yang hilang nyawanya tanpa disembelih menurut syara. Termasuk dalam kategori ini ialah hewan tidak
halal dimakan dagingnya sekalipun sudah disembelih, seperti himar piaraan atau hewan yang halal
dimakan dagingnya tetapi penyembelihannya tidak memenuhi syarat syarie, seperti hasil sembelihan
orang yang murtad, selama orang tidak dalam keadaan dlarurat. Menurut As Syafiie: Keharaman
bangkai sebagai dasar hukum kenajisannya. Oleh karena haram karena bukan berbahaya atau karena
pengormatan (pemulyaan) sebagai dalil (dasar) kenajisannya, dan kenajisannya meliputi seluruh bagian
dari organ tubuhnya. Adapun bangkai manusia tidak najis hukumnya, demikian pula bagian dari organ
tubuh bangkai manusia, berdasarkan firman Allah: Dan sungguh kami telah memulyakan anak
keturunan Adam (al Isrok: 70). Ayat ini menghilangkan menolak pendapat yang menyatakan bahwa
manusia menjadi najis sesudah mati. Dan menunjukkan bahwa haram hukumnya memakan daging
bangkai manusia, karena kemulyaannya.
(12)
Diriwayatkan oleh al Bukhary (5110) dan Muslim (2067) dari Hudzaifah ibnul Yaman ra. ia berkata:
saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Jangan kalian memakai pakain dari bahan sutera dan sutera
tinggi, dan jangan minum menggunakan bejana yang terbuat dari emas atau perak, dan jangan makan
menggunakan piring terbuat dari emas atau perak, oleh karena bejana emas dan perak itu bagi mereka
didunai, dan bagi kita di akhirat nanti. Keharaman tersebut mencakup kaum lelaki dan wanita.
(13)
Suci, oleh karena pada dasarnya segala sesuatu itu mubah (diperbolehkan) kecuali apabila ada dalil
yang mengharamkannya.
(14)
Diriwayatkan oleh an Nasaie (101/1) dan lainnya dari Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda:
Bersiwak itu mensucikan (membersihkan) mulut, dan diridloi oleh Tuhan, dan diriwayatkan oleh al
Bukhary muallaq. Siwak adalah alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk menggosok gigi, dan
mutlak untuk dilakukan. Disunnatkan menggunakan semua benda keras yang mampu menghilangkan
kotoran pada gigi, atau ranting kayu arok sebagaimana yang telah dikenal untuk sebagi siwak dan itu
lebih afdlol.
(15)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (1795) dan Muslim (1151) dari Abu
Hurairoh ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: Sungguh al khuluf (bau yang tidak sedap) dari mulut
orang yang sedang berpuasa itu di sisi Allah lebih harum dibandingkan dengan bau minyak wangi. Dan
pada umumnya bau tersebut muncul sesudah tergelincirnya matahari, dan bersiwak berarti
menghilangkan bau tak sedap tersebut, dan yang demikian itu hukumnya makruh.
(16)
Al azmu (tidak bicara): berdiam diri cukup lama, atau meninggalkan makan. Pengertian dan lainnya:
seperti mengalami bau mulut yang tidak disukai.
(17)
Hadits diriwayatkan oleh al Bukhary (242) dan Muslim (255) dan lainnya dari Hudzaifah ra. ia
berkata: Rasulullah saw. apabila akan melaksanakan sholat malam, beliau memasukkan siwak ke dalam
mulut beliau. Dan diriwayatkan oleh Abu Dawud (57) dan lainnya dari Aisyah ra.: Bahwasanya Nabi
saw. beliau tidak tidur baik siang atau malam, lalu beliau bangun, kecuali beliau bersiwak sebelum
berwudlu.
(18)
Demikian pula ketika beliau berwudlu, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (847)
dan Muslim (252) dan lainnya dari Abi Hurairoh ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: Seandainya tidak
akan memberatkan bagi ummatku niscaya saya perintahkan mereka untuk bersiwa setiap kali akan
sholat. Dalam riwayat Ahmad (325/6): Niscaya saya perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali
berwudlu. Perintah ini mengandung hukum sunnat muakkad.
10
memberikan contoh kepada mereka seperti cara wudlu Nabi saw. Dia mengalirkan air di
tangannya dari ember, lalu dia membasuh tangannya tiga kali, lalu dia memasukkan tangannya
ke dalam ember lalu dia berkumur dan istinsyaq dan istinstsar (mengeluarkan air dari hidung)
dengan tiga gayung menggunakan tangan, lalu memasukkan tangannya lalu dia membasuh
muka tiga kali, lalu membasuh dua tangannya dua kali sampai dengan siku-siku, lalu
memasukkan tangannya dan mengusap kepalanya, dimulai dari muka ke belakang kemudian
kembali dari belakang ke muka sat kali, lalu membasuh dua kakinya sampai dengan dua
matakaki.
(22)
Hadits diriwayatkan oleh at Tirmidzy dan dinyatakan shohih (36) dari Ibnu Abbas ra.
bahwasanya Nabi saw. mengusap pada bagian kepala beliau, dan telinga beliau bagian luar dan
dalam. Dan berdasarkan hadits an Nasaie (74/1): Beliau mengusap kepala dan telinga beliau,
bagian dlam menggunakan jari telunjuk sedangkan bagian luar menggunakan ibu jari beliau.
Dan diriwayatkan oleh al Hakim (151) dari Abdullah bin Zaid ra. tentang tatacara berwudlunya
Nabi saw.: Bahwa beliau berwudlu, mengusap dua telinga beliau dengan air bukan air yang
dipergunakan untuk mengusap kepala beliau. Al Hafidh adz Dahbie menyatakan: hadits
tersebut shohih.
(23)
Hadits riwayat Abu Dawud dari Annas ra. bahwasanya Nabi saw. apabila berwudlu, beliau
mengambil air sepenuh telapak tangan beliau, lalu memasukkannya ke bawah rahang bawah
lalu membasahi janggot beliau dengan tangan (takhlil), beliau bersabda: Demikian Tuhanku
memerintahkan aku.
(24)
Hadits dari Laqith bin Shobroh ia berkata: saya berkata kepada Rasulullah saw.:
beritahukanlah kepadaku tentang tatacara berwudlu? Beliau menjawab: Sempurnakanlah
olehmu dalam berwudlu (baik fardlu dan sunnatnya), dan bersihkanlah sela-sela jari-jarimu,
dan sempurnakanlah dalam beristinsyaq, keculai bila anda dalam keadaan berpuasa,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (142) dan dishohihkan oleh at Tirmidzy (38) dan lainnya.
(25)
Hadits diriwayatkan oleh al Bukhary (140) dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya dia berwudlu
dalam berwudlu tersebut antara lain berbuat: lalu dia mengambil dengan telapak tangannya
lalu membasuh tangannya sebelah kanan, lalu mengambil (menggayung) air lagi dengan
telapak tangan untuk membasuh tangannya sebelah kiri, lalu mengusap kepalanya, lalu
mengayung air untuk disiramkan pada kakinya sebelah kanan dan membasuhnya, lalu
menggayung lagi untuk membasuh kakinya sebelah kiri, lalu ia berkata: Demikianlah saya
menyaksikan Rasulullah saw. berwudlu. Perhatikan cat6atan kaki nomor: 19.
(26)
Hadits diriwayatkan oleh Muslim (230) bahwasanya Utsman ra. berkata: Maukah kamu
saya tunjukkan tatacara wudlunya Rasulullah saw.? Lalu dia berwudlu dengan tigakali-tigakali.
(27)
Artinya secara kontinyu dalam hal membersihkan antara anggota yang satu dengan
berikutnya, tidak sampai anggota yang sudah dibasuh menjadi kering sebelum membasuh
anggota berikutnya. Dalilnya tentang harus kontinyu dapat diketahui dari hadits tersebut di
atas. Perhatian: Semua yang dijelaskan dalam hadits-hadits di atas menunjukkan, bahwa
perbuatan tersebut wajib dilakukan, adapun dalil yang menunjukkan bahwa hal itu tidak wajib
adalah ayat firman Allah tentang berwudlu, yang menetapkan tentang hal yang fardlu dalam
berwudlu, dan dalil yang lain, yang tidak disebutkan di sini karena akan memperpanjang
pembahasan. Anjuran: Sangat disukai sesudah selesai berwudlu membaca doa sebagai
berikut: , ,
11
12
air kecil atau besar (33,dan jangan menghadap ke arah matahari dan bulan
atau membelakanginya (34).
(Fasal): Yang dapat membatalkan wudlu ada enam hal: apa saja yang
keluar dari dua jalan (kubul/kemaluan dan dubur/pelepasan) (35), tidur
dalam posisi tidak tetap, hilang akal disebabkan mabuk atau sakit (36),
bersentuhan kulit antara lelaki dengan wanita ajnabiyah (bukan mahrom)
berteduh.
(32)
Hadits diriwayatkan Abu Dawud (29) dan lainnya, dari Abdullah bin Sarjis ra. ia berkata:
Rasulullah saw. melarang kencing di sebuah lobang, yakni lobang di tanah.
(33)
Hadits riwayat Muslim (370) dan lainnya, dari Ibnu Umar ra.: Bahwa ada seorang berjalan
melewati Rasulullah yang saat itu sedang buang air kecil, maka orang tersebut mengucapkan
salam kepada beliau, beliau tidak menjawab salamnya Dan hadits diriwayatkan oleh Abu
Dawud (15) dan lainnya, dari Abu Said ra. ia berkata: Saya mendengar Nabi saw. bersabda:
Janganlah dua orang keluar untuk sama-sama buang air besar, di satu tempat dalam keadaan
terbuka auratnya dan bercakap-cakap, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan murka karena
perbuatan seperti itu.
(34)
An Nawawy menjelaskan dalam kitab al Majmuk (I/103) bahwa hadits yang menjelaskan
larangan membelakangi matahari dan bulan adalah dloif, bahkan batal, bahwa yang benar dan
terkenal adalah dimakruhkan menghadap tidak dimakruhkan membelakanginya. Al Khothib
dalam kitab al Iqnak (I/46) menyatakan: Ini yang paling kuat. Anjuran: Disunnatkan bagi
orang yang berhajat besar atau kecil untuk membaca doa yang berasal dari Nabi saw. sebelum
dan sesudah masuk ke kamar kecil. Sebelum masuk:
, ,
( Dengan ampunan-Mu, segala puji
bagi Allah yang telah menjauhkan dariku penyakit dan telah menyehatkanku. Segala puji bagi
Allah yang telah memberikan kepadaku kelezatan (lega) dan mengekalkanku dalam kekuatanNya, dan yang telah menjauhkan dariku segala penyakit), diriwayatkan oleh Abu Dawud (30),
at Tirmidzy (7) Ibnu Majah (301) dan at Thobarony.
(35)
Firman Allah Taalaa: Atau seseorang di antara kamu buang air besar (al maidah: 6).
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (135) dan Muslim (225), dari Abi Hurairoh ra. ia
berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak diterima sholat seseorang dalam keadaan hadats,
sampai dia berwudlu. Seorang Arab Hadramaut bertanya: Wahai Abu Hurairah: apakah yang
disebut hadats itu? Abu Hurairah menjawab: kentut. Dan kentut ini sedagai rujukan untuk
menganalogikan (qiyas) semua yang keluar baik dari qubul maupun dubur, sekalipun yang
keluar itu benda suci.
(36)
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (203) dari Ali ra. ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: tali pengikat dubur adalah mata, barang siapa yang tertidur, maka hendaklah dia
berwudlu. Maksudnya ialah bahwa orang yang dalam keadaan bangun (jaga) mampu
menahan angin dalam perut yang akan keluar, oleh karena dia dapat merasakannya hal itu,
apabila orang tertidur, maka oleh sebab tidurnya itu diduga keras akan keluarnya sesuat dari
dalam perut. Yang dimaksudkan dengan posisi tetap ketika tidur adalah orang yang tidur
dengan meletakkan kedua pantatnya di lantai (tempat duduk), di mana dia tidak akan jatuh
sekalipun tidak bersandar kepada sesuatu sandaran. Hal demikian itu tdiak membatalkan
wudlunya, oleh karena dia akan merasa apabila ada angin keluar dari perutnya. Dan hilangnya
akal diqiyaskan (dianalogikan) dengan orang yang tertidur, oleh karena hilang akal itu lebih
13
keluarnya mani (41), mati (42). Dan tiga hal yang khusus hanya bagi wanita
saja, yakni: haid (menstruasi) (43), nifas (44), dan wiladah (persalinan) (45).
(Fasal): Fardlunya (rukunnya) mandi ada tiga macam: niyat (46),
menghilangkan najis yang melekat di badan (47), membasahi dengan air
seluruh rambut dan rambutnya.(48)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (278) dan Muslim (313) dari Ummi Salamah ra.
ia berkata: Ummi Sulain menghadap kepada Rasulullah saw. bertanya: Wahai Rasulullah,m
sesungguhnya tidak perlu malu bertanya tentang kebenaran, apakah bagi wanita apabila
bermimpi (bermimpi bersetubuh) wajib mandi? Rasulullah saw. menjawab: Benar, apabila
engkau melihat air. Yang dimaksud melihat air di sini adalah keluar mani atau cairan dari
wanita ketika bersetubuh. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ( 236) dan lainnya, dari
Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. ditanya tentang seorang lelaki yang mendapat basahbasah, tetapi dia tidak ingat bahwa dia bermimpi? Maka beliau menjawab: wajib mandi. Dan
tentang seorang lelaki yang merasa bahwa dia bermimpi, tetapi tidak mendapati basah-basah?
Beliau menjawab: Tidak wajib mandi. Ummi Sulaim bertanya lagi: Apabila wanita juga
mengalami basah-basah seperti itu, apakah da juga wajib mandi? Be;iau menjawab: Ya/benra,
karena wanita itu lawan pandang bagi kaum lelaki. Seolah-olah wanita itu berasal dari kaum
lelaki.
(42)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (1195) dan Muslim (939), dari Ummi Athiyah
ra. seorang wanita Anshor, ia berkata: Rasulullah saw. masuk kerumah kami ketika puteri
beliau meninggal dunia, beliau bersabda: Mandikanlah dia tiga kali.. Dan hadits yang
diriwayatkan oleh al Bukhary (1208) dan Muslim (1206) dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya
seorang lelaki yang terjatuh dari ontanya dan terinjak lehernya, sedangkan kami bersama
Rasulullah saw. dan beliau sedang melaksanakan ihrom, beliuau bersabda: Mandikanlah
dengan air dan dedaunan, kafanilah menggunakan dua lemabr kain ihromnya.
(43)
Allah berfirman: Jauhilah wanita dalam keadaan haid, dan janganlah kamu
menyetubuhinya sampai mereka suci, apabila mereka telah bersuci, maka datangilah
(setubuhilah) sesuai dengan perintah Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang yang
bertaubat dan orang yang suci (al Baqoroh: 222). Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary
(314) dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada Fathimah binti Hubaisy
ra.: Apabila kamu sedang haid, maka tinggalkanlah sholat, dan apabila haid sudah selesai,
maka mandilah dan sholatlah kamu.
(44)
Diqiyaskan (dianalogikan) kepada haid, oleh karena darah nifas itu adalah darah haid yang
terakomulasi.
(45)
Oleh karena anak yang keluar sebagai hasil proses pemebekuan dari mani, pada umunya
keluarnya bayi itu bersamaan dengan darah.
(46)
Berdasarkan hadits: Semua amal itu dihitung berdasarkan niyatnya, perhatikan catatan
kaki No. 19 tentang niyat.
(47)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (246) dari Maimunah ra. tentang
cara mandi Rasulullah saw.: Beliau membersihkan kemaluan beliau yang terkena najis dengan
air. An Nawawy membenarkan di dalam kitabnya, bahwa beliau mencukupkan dalam
menghilangkan najis bersamaan dengan pelaksanaan mandi, dan itu yang kuat, sedangkan
menghilangkan kotoran sebelum mandi lebih afdlol (kitab al Iqnak).
(48)
Hadits ayng diriwayatkan oleh al Bukhary (245) dan Muslim (316) dari Aisyah ra.
bahwasanya Nabi saw. apabila mandi jinabat, dimulai membasuh kedua tangan,lalu berwudlu
sebagaimana berwudlu ketika akan sholat, lalu memasukkan jari-jari tangan beliau ke dalam
air lalu menyela-nyelai pangkal rambut beliau dengan air, lalu beliau menyiramkan air
keseluruh tubuh sebanyak tiga gayung menggunakan tangan beliau, lalu meratakan air
(41)
15
Yang disunnat ketika mandi ada empat hal: membaca basmalah (49),
berwudlu sebelum mandi(50), menggosok badan menggunakan tangan(51),
dilakukan secara kontnyu(52), dan mendahulukan anggota badan bagian
kanan kemudian disusul bagian kiri.(53)
(Fasal): Mandi yang disunnatkan ada 17 macam: mandi jumat, (54) dua hari
raya,(55) sholat istisqok (meminta hujan), gerhana bulan dan gerhana
matahari,(56) mandi sesudah memandikan jenazah,(57) orang kafir yang
masuk Islam,(58) orang yang gila atau pingsan apabila sudah sadar
keseluruh kulit beliau. Hadits Riwayat Abu Dawud (249) dan lainnya, dari Ali ra. ia berkata:
Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang meninggalkan sebagian
rambutnya dari jinabat, sehingga tidak terkena air, maka Allah akan berbuat demikian
demikian, dari siksa neraka. Dari itu maka saya mengulangi lagi untuk membasuh rambutku.
Dan dia mencukur rambutnya.
(49)
Berdasarkan hadits : Setiap sesuatu yang dianggap pentung menurut syara (mengandung
nilai ibadah) tidak didahului dengan membaca Bismillaahir Rohmaanir Rohiim, maka
terputus (kitab Kasyful khofaak 1964). Pengertian terputus ialah: kurang dan tidak barokah.
(50)
Berdasarkan hadits Aisyah ra. di muka, sebagaimana tersebut dalam catatan kaki nomor:
48.
(51)
Keluar dari perbedaan pendapat dengan mereka yang mewajibkannya, mereka itu adalah
madzhab Maliki.
(52)
Sebagaimana ketika orang berwudlu, perhatikan catatan kaki no.: 27. Karena hal itu wajib
dalam madzhab Maliki.
(53)
Bagian badan sebelah kanan, baik bagian luar maupun dalam, berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh al Bukhary (166) dan Muslim (268) dari Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw.
sangat mengagumkan dalam hal selalu mendahulukan anggota tubuh bagian kanan dalam
memakai teromaph, menata rambut, dan bersuci beliau dan dalam segala tingkah laku beliau.
(54)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (837) dan Muslim (844) dan lainnya, dari Ibnu
Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila seseorang dari kamu akan datang
untuk melaksanakan sholat jumuah, maka hendaklah mandi. Menurut lafadh Muslim:
Apabila seseorang dari kamu bermaksud untuk datang ke sholat jumuah. Yang
meminadahkan dari wajib menjadi sunnat adalah hadits ayng diriwayatkan oleh at Tirmidzy
(497): Barang siapa yang berwudlu pada hari Jumah maka sudah melaksanakn dan
mengamalkan sunnah Rasul, dan barang siapa yang mandi lebih dulu itu lebih afdlol.
(55)
Hadits yang diriwayatkan oleh Malik di dalam kitab al Muwathok (I/177) bahwa Abdullah
bin Umar ra. mandi pada hari raya Idul Fitri sebelum berangkat pagi-pagi ke musholla. Hari
raya idul adl-ha diqiyaskan kepada idul fitri.
(56)
Saya tidak mendapatkan dalil naqli (al Quran atau hadits) disunnatkannya mandi untuk
tiga macam sholat tersebut, boleh jadi ulama mengqiyaskannya kepada mandi untuk sholat
Jumuah dan hari raya, oleh karena sama-sama disyariatkan dilakukan secara berjamaah, dan
berkumpulnya banyak orang pada saat itu.
(57)
Dari Abi Hurairoh ra. dari nabi saw. beliau bersabda: Barang siapa yang memandikan
mayit (jenazah), maka dia harus mandi, dan barang siapa yang membawa janazah hendaklah
dia berwudlu diriwayatkan diriwayatkan al khomsah, dan dinyatakan hasan oleh at Tirmidzy
(993), yang memindahkan menjadi dari wajib menjadi sunnat adalah hadits al Hakim (I/386):
Tidak wajib bagi kamu sesudah memandikan mayit untuk mandi.
(58)
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (355) dan at Tirmidzy (605) dari Qois bin
Ashim ra. ia berkata: Saya datang kepada Nabi saw. bermaksud masuk Islam, maka beliau
memerintahkan saya untuk mandi dengan air dicampur dengan dedaunan jenis tertentu yang
16
kembali,(59) mandi ketika akan ihrom, (60) akan memasuki kota Makkah, (61)
akan wuquf di padang Arofah,(62) akan bermalam di Muzdalifah, (63) akan
melontar tiga Jumrah, akan thowaf,(64) dan akan saie, ketika akan masuk
kota Madinah.
(Fasal): Mengusap pada dua sepatu diperbolehkan(65) dengan tiga syarat:
pemakaian sepatu dilakukan sesudah bersuci secara sempurna, (66)
hendaknya dua sepatu tersebut dapat menutup seluruh bagian kaki yang
digiling. At Tirmidzy menyatakan sesudah meriwayatkan hadits: Ahli ilmu mengamalkan yang
demikian itu, dan sangat dianjurkan bagi orang yang masuk Islam untuk mandi dan mencuci
pakaiannya, dan tidak wajib, karena tidak adanya peprintah dari Rasulullah saw. untuk setiap
yang masuk Islam harus mandi.
(59)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (655) dan Muslim (418) dari
Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. dalam keadaan sakit parah, maka beliau bertanya:
Apakah orang-orang sholat?. Kami menjawab: tidak, mereka menunggu engkau wahai
Rasulullah, maka beliau bersabda: Siapkan untukku air di bak (tempat mencuci baju).
Aisyah berkata: Kami melakukannya, lalu beliau mandi, lalu berusaha bangun dengan susah
poayah, maka bilau pingsan, kemudian beliau sadar kembali dan bertanya: Apakah orangorang sholat?. Kami menjawab: Tidak, mereka menunggu engkau wahai Rasulullah. Maka
beliau bersabda: Siapkan air di bak. Aisyah berkata: Kami melakukannya, kemudian beliau
mandi, lalu beliau berusaha untuk bangun dengan susah payah, kemudian beliau pingsan lagi,
kemudian beliau sadar kembali .. Gila diqiyaskan kepada pingsan, oleh karena semakna
(identik), bahkan gila lebih berat lagi.
(60)
Hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzy (830) dari Zaid bin Tsabit ra. bahwasanya dia
menyaksikan Nabi saw. melepas baju beliau dan mandi untuk ihrom.
(61)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (1478) dan Muslim (1259) sesuai dengan lafadh
Muslim, dari Ibnu Umar ra. bahwasanya dia tidak datang di kota Makkah kecuali terlebih
dahulu bermalam di Dzi Thuwaa, pada pagi harinya dia mandi, lalu masuk ke kota Makkah di
siang hari. Dia menjeceritakn hal itu berasal dari Nabi saw. , bahwa beliau berbuat demikian.
(62)
Hadits yang diriwayatkan oleh Malik dalam kitab al Muwathok (I/322) dari Ibnu Umar ra.
Dia mandi untuk melakukan ihrom, untuk memasuki kota Makkah dan untuk wuquf sore hari
di Arofah.
(63)
Yang benar tidak disunnatkan untuk mandi sebelum bermalam di Muzdalifah (Kitab
Nihayah).
(64)
Yang jelas kuat, bahwa tidak disunnatkan mandi sebelum thowaf (al Iqnak).
(65)
Dalil yang memperbolehkan mengusap dua sepatu (sebagai penganti membasuh kaki dalam
berwudlu) adalah cukup banyak hadits, diantaranya: hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary
(380) dan Muslim (272) sesuai dengan lafadh Muslim, dari Jabir ra. bahwasanya dia kencing
lalu berwudlu dalam berwudlu tersebut dia mengusap dua sepatunya (tanpa dilepas), maka ada
orang bertanya kepadanya: Mengapa engkau berbuat demikian? Dia menjawab: yaa, saya telah
melihat Rasulullah saw. kencing, lalu beliau berwudlu, dan mengusap pada dua sepatu beliau.
Al Hasan al Bashry menyatakan: yang meriwayatkan tentang mengusap sepatu ada kurang
lebih 70 orang, baik daalm bentuk perbuatan atau perkataan.
(66)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (203) dan Muslim (274), dari al Mughiroh bin
Syubah ra. ia berkata: Saya bersama dengan Nabi saw. pada suatu malam dalam perjalanan,
saya menyiapkan untuk beliau satu tempat berisi air, maka beliau membasuh muka, lalu
membasuh tangan , lalu mengusap kepala, lalu saya berjongkok untuk melepas dua sepatu
beliau, maka beliau bersabda: Biarkanlah, sesungguhnya saya memakai dua sepatu itu dalam
keadaan suci, lalu beliau mengusap bagia atas sepatu tersebut.
17
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (276) dan lainnya dari Syuraih bin Hanik ia berkata:
Saya datang kepada Aisyah ra. bertanya kepadanya tentang tatacara mengusap dua sepatu,
Aisyah menjawab: Datanglah kepada Ali, dia lebih tahu tentang hal itu dari pada saya. Dia
bersama Rasulullah saw. maka saya bertanya kepadanya. Ali menjawab: Rasulullah saw.
menjadikan bagi orang yang bepergian selama tiga hari tiga malam, dan bai orang yang mukim
satu hari satu malam.
(68)
Hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzy (96), an Nasaie (I/83) menurut lafadh an Nasaie,
dari Shofwan bin Uasal ra. ia berkata: Rasulullah saw. memerintahkan kepada kami ketika
kami dalam bepergian, untuk mengusap pada sepatu kami tanpa melepasnya selama tiga har,
baik dalam keadaan buang air besar atau kecil, kecuali bila junub.
(69)
Firman Allah: Apabila kamu dalam keadaan sakit atau bepergian atau berhajat besar, atau
menyentuh wanita, dan tidak mendapatkan air, maka hendaklah kamu bertayammum (al
Maidah:6). Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (341) dan Muslim (682) dari Amron bin
Hushoin ra. ia berkata: Kami bersama Rasulullah saw. dalam bepergian, beliau sholat bersama
dengan banyak orang, tiba-tiba beliau melihat seorang laki-laki yang menyingkirkan diri, maka
beliau bertanya: Apa yang menghalangi engkau untuk melakukan sholat? Ia menjawab: Saya
dalam keadaan junub dan tidak ada air untuk mandi. Beliau bersabda: Bagimu bisa bersuci
menggunakan tanah/debu, karena hal itu sudah mencukupi bagimu.
(70)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (328), dari Jabir ra. bahwasanya Nabi saw.
bersabda: Dan dijadikan bagiku bumi sebagai masjid dan suci. Di mana saja seseorang dari
ummatku yang menjumpai waktu sholat, hendaklah dia sholat. Menurut riwayat Ahmad
(II/222): Di mana saja saya menjumpai waktu sholat, maka saya mengusap (bertayammum)
lalu sholat. Dua periwayatan tersebut menunjukkan, bahwa beliau bertayammum dan sholat
apabila tidak mendapatkan air, sesudah masuk waktu sholat.
(67)
18
Berdasarkan firman Allah: Hendaklah kamu bertayammum menggunakan tanah yang suci,
maka usaplah mukamu dan kedua belah tanganmu (al Maidah:6).
(72)
Mengambil ibarat dengan berwudlu, karena tayammum adalah pengganti berwudlu,
perhatikan catatan kaki no: 27.
(73)
Artinya tidak dalam keadaan sholat, atau sebelum melakukan sholat. Hadits yang
diriwayatkan oleh at Tirmidzy (124) dan lainnya, dari Abi Dzar ra., bahwasanya Rasulullah
saw. bersabda: Sesungguhnya tanah yang suci sebagai alat bersuci bagi ummat Islam,
sekalipun tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun, apabila telah mendapatkan air, maka
hendaklah membasahi kulitnya dengan air (berwudlu), sesungguhnya yang demikian itu lebih
baik. Ini sebagai dalil bahwa tayammumnya sudah batal.
(74)
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ( 336) dan lainnya, dari Jabir ra. ia berkata:
Kami keluar dalam bepergian, tiba-tiba ada seorang lelaki di antara kami tertimpa batu dan
pecah di bagian kepalanya, lalu ketika tidur dia bermimpi, maka dia bertanya kepada
temannya: Apakah kemu tahu bahwa saya diberikan kemurahan untuk bertayammum? Mereka
menjawab: Kami tidak menemukan dasar hukum yang meringankan bagimu, dan kamu kan
mampu menggunakan air. Maka lelaki tersebut mandi jinabat, matilah dia. Ketika kami sampai
di hadapan Rasulullah saw. memberitahukan tentang kasus tersebut. Maka beliau bersabda:
Mereka membunuhnya, akan dibunuh mereka oleh Allah, mengapa mereka tidak bertanya
apabila tidak tahu? Sesungguhnya obat ketidak tahuan (kebingunan) itu adalah bertanya, dan
sesungguhnya dia cukup bertayammum dan memabalut lukanya, lalu dia mengusap dengan air
pada pembalutnya, dan kemudian membasuh seluruh tubuhnya.
(75)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Baihaqy dengan sanad shohih (I/221) dari Ibnu Umar ra.
ia berkata: Bertayammum untuk setiap satu kali sholat, sekalipun tidak batal.
(76)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukahry (214) dari Annas ra. ia berkata: Nabi saw.
apabila keluar untuk menunaikan hajat (buang air), saya menyiapkan untuk beliau air, maka
beliau membasuh bekas kotoran di qubul atau dubur dengan air. Hadits yang diriwayatkan oleh
al Bukhary (176), dan Muslim (303) dari Ali ra. ia berkata: Saya adala lelaki yang sering
mengeluarkan madzi, dan saya malu untuk bertanya kepada Rasulullah saw. maka saya
memnita tolong kepada al Miqdad bin al Aswad untuk menanyakannya. Maka beliau bersabda:
Dalam hal ini cukup berwudlu. Menurut Muslim: Ia membasuh kemaluannya kemudian
berwudlu. Madzi adalah cairan kekuning-kuningan lembek yang keluar dari dzakar pada
(71)
19
Membasuh semua air seni dan kotoran hukumnya wajib, (78) kecuali
kencing bayi lelaki yang belum diberi makanan selain air susu ibunya,
sesungguhnya pensuciannya cukup dengan memercikkan air di atasnya.(79)
Tidak dimaafkan sesuatu najis kecuali darah atau muntah yang sangat
sedikit, dan bangkai hewan yang tidak mengalirkan darah (serangga).
Apabila hewan tersebut jatuh ke dalam suatu bejana dan mati di dalamnya
maka tidak menajiskan bejana tersebut.(80)
Hewan itu secara keseluruhan suci,(81) kecuali anjing dan babi dan semua
hewan ayng diperanakkan dari kedua hewan tersebut atau salah satunya.(82)
umumnya ketika kuatnya rasa syahwat. Dan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (155)
dari Abdullah bin Masud ra. ia berkata: Nabi saw. berhajat besar, beliau memerintahkan saya
untuk mencarikan tiga buah batu, maka saya hanya mendapatkan dua buah saja dan saya
mencari yang ketiga dan tidak mendapatkannya, maka saya mengambil kotoran hewan dan
saya serahkan kepada beliau, maka beliau mengambil dua buah batu dan melemparkan kotoran
hewan dimaksud, dan bersabda: Ini adalah najis. Hadits-hadits ini sebagai dalil kenajisan
sesuatu yang disebutkan di atas, didasarkan beliau membasuhnya, atau beliau memerintahkan
membasuhnya atau menghilangkan kenajisannya. Dan hal-hal yang tidak disebutkan di sini
diqiyaskan dengan hukum di atas, yang berkaitan dengan semua zat yang keluar dari qubul
atau dubur sebagaimana disebutkan di atas.
(77)
Mani manusia dan semua hewan selain anjing dan babi. Adapun mani manusia,
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (288) dan lainnya, dari Aisyah ra. ia
berkata: Saya menggosok (mengerok) mani dari baju Rasulullah saw., kemudian beliau keluar
untuk sholat memakai baju tersebut, kalau mani itu najis niscaya tidak cukup bila hanya
dikerok saja. Adapun mani hewan, pada dasarnya hewan itu suci, maka mani hewan disamakan
dengan mani manusia, kecuali mani anjing dan babi.
(78)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary dan Muslin dan lainnya, dari
perintah Rasulullah saw. untuk menuangkan seember air pada bekas kencing seorang Arab
gunung di masjid. Perhatikan catatan kaki nomor: 2 dan 76.
(79)
Hadits ayng diriwayatkan oleh al Bukhary (221) dan Muslim (227) dan lainnya, dari Ummi
Qois binti Muhashin ra. bahwasanya dia menghadap kepada Rasulullah saw. dengan membawa
bayinya yang masih belum diberi makanan apa-pa, bayi itu didudukkan di dekat beliau
kemudian bayi itu mengencingi baju beliau. Maka beliau meminta air kemudian
memercikkannya dan tidak membasuhnya. Memercikkan air sekedar air merata tidak sampai
mengalir.
(80)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (5445) dan lainnya, dari Abi Hurairoh ra.
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Apabila ada lalat terjatuh ke dalam bejana seorang di
antara kamu, maka benamkanlah secara keseluruhan, kemudian buanglah, sesungguhnya pada
salah satu sayapnya sebagai obat sedang di sayap lainnya ada penyakit. Arah dari dalil ini:
bahwa apabila lalat tersebut menajiskan bejana, niscaya beliau tidak memerintahkan untuk
membenamkannya. Dan diqiyaskan dengan lalat ini semua hewan yang sejenisnya dari seluruh
bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya.
(81)
Artinya semua hewan pada dasarnya suci zatnya ketika masih hidup.
(82)
Oleh karena keduanya adalah najis zatnya, berdasarkan firman Allah Taalaa: Atau daging
babi, sesungguhnya itu adalah kotor atau najis (al Anam: 145. Dan berdasarkan hadits yang
memerintahkan untuk mesucikan air liur (jilatan) anjing yang akan dijelaskan berikutnya.
20
Bangkai seluruhnya najis, kecuali bangkai ikan, dan belalang dan bangkai
manusia.(83)
Dibasuh bejana yang terkena air liur (jilatan) anjing dan babi sebanyak
tujuh kali salah satunya mengunakan tanah.(84) Dan semua najis yang lain
dibasuh cukup satu kali,(85)
Apabila khomer (arak) berubah dengan sendirinya menjadi cuka, maka
menjadi suci,(86) apabila perubahan menjadi cuka itu diusahakan dengan
cara memasukkan sesuatu zat kedalam khomer, maka khomer yang sudah
berubah tersebut tidak suci.(87)
(fasal): Darah yang keluar dari farji wanita ada tiga macam: darah haid,
darah nifas dan darah istihaadloh. Darah haid adalah darah yang keluar
dari farji wanita dalam keadaan sehat bukan sebab wiladah (persalinan). (88)
Warna darah haid adalah merah kehitam-hitaman.(89) Nifas adalah darah
Artinya semua bangkai hukumnya najis kecuali yang dikecualikan. Perhatikan catatan kaki
no:11. Kesucian bangkai ikan dan belalang berdasarkan sabda Rasulullah saw.: Dihalalkan
bagi kita dua bangkai, akan dijelaskan kemudian pada kitab yang membicarakan berburu dan
penyembelihan.
(84)
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (170) dan Muslim (279), dari Abi Hurairoh ra.
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Apabila ada anjing yang minum dibejana kamu, maka
basuhlah sebanyak tujuh kali. Dalam riwayat Muslim: Pensucian bejana kamu apabila dijilat
anjing, hendaklah dibasuh sebanyak tujuh kali, yang pertama menggunakan tanah.
Diqiyaskan kepada anjing babi, oleh karena babi lebih berat kenajisannya dibanding dengan
anjing.
(85)
Berdasarkan hadits Ibnu Umar ra. Sholat fardlu itu asalnya 50 kali, mandi jinabat itu tujuh
kali, membersihkan kencing tujuh kali, Rasulullah senantiasa mememohon keringan kepada
Allah, sampai sholat dijadikan lima kali, mandi jinabat satu kali, membasuh kencing satu kali.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (247) dia tidak menyatakan bahwa hadits ini dloif. Dan
diqiyaskan untuk kencing orang lain.
(86)
Oleh karena illat (alasan) kenajisan khomer adalah kerana memabukkan, dan sifat
memabukkan sudah hilang dengan perubahan tersebut.
(87)
Oleh karena zat yang dimasukkan ke dalam khomer tersebut menjadi najis karana
terjadinya pertemuan dengan khomer, dan zat yang dimasukkan tersebut menjadi mutanajjis
(terkena najis). Apabila berubah menjadi cuka, maka zat yang di dalamnya menjadikan najis.
(88)
Hadits ayng diriwayatkan oleh al Bukhary (290) dan Muslim (1211, dari Aisyah ra. ia
berkata: Kami keluar rumah dan tidak lain adalah untuk ibadah haji, ketika kami sampai di
Sarof (daerah dekat Makkah) saya haid, maka Rasulullah saw. masuk ke tempat say sedang
saya sedang menagis, beliau bertanya: Ada apa engkau, apakah engkau haid? Saya menjawab:
Ya. Beliau bersabda: Sesungguhnya itu adalah perkara/kejadian yang telah ditetapkan oleh
Allah terhadap wanita, tunaikanlah semua manasik haji, selain thowaf di Baitullah. Dalam
riwayat lain: sampai engkau suci.
(89)
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (276) dan lainnya, dari Fathimah binti Abi
Hubaisy: bahwasanya dia seorang menderita istihadloh, maka Nabi saw. bersabda kepadanya:
Apabila darah itu darah haid, maka warnya merah kehitam-hitaman dan cukup dikenal,
apabila demikian halnya, maka tinggalkanlah sholat, apabila warna darahnya lain, maka
(83)
21
Berdasarkan firman Alah Taalaa: Janganlah menyentuh al Quran keculai orang ayng
dalam keadaan suci (al Waqiah:79), dan sabda Rasulullah saw.: Janganlah hendaknya
menyentuh al Quran kecuali dalam keadaan suci, diriwayatkan oleh ad Daroquthny marfu
(I/121) dan oleh malik dalam kitab al Muwathok secara mursal (I/199).
(97)
Apabila dikhawatirkan akan menetes darahnya di masjid, bila tidak demikian, maka
diharamkan diam lama di masjid dan mondar mandir di dalamnya, bukan semata-mata sebab
masuk. Berdasarkan hadits ayng diriwayatkan oleh Abu Dawud (232) dari Aisyah ra. dari
Rasulullah saw. beliau bersabda: Tidak dihalalkan masjid bagi wanita haid dan junub. Hadits
ini mengandung apa yang dijelaskan dan menunjukkan yang demikian sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Muslim (298) dan lainnya, dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda kepadaku: Berikanlah kepadaku sajadah dari masjid, lalu saya berkata:
Sesungguhnya saya sedang haid. Beliau bersabda: Sesungguhnya haidmu tidak berada di
tanganmu. Menurut riwayat an Nasaie (I/147) dari maimunah ra. ia berkata: Salah seorang
dari kami berdiri di masjid dengan membawa sajadah, kemudian membentangkannya, pada hal
dia sedang haid.
(98)
Hadits diriwayatkan oleh al Hakim (I/459) dan dinyatakan shohih, dari Ibnu Abbas ra. ia
berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya thowaf di baitullah itu seperti sholat,
kecuali dalam thowaf kamu diperbolehkan berbicara, barang siapa yang berbicara, janganlah
berbicara kecuali pembicaraan yang baik. Dan lihat catatan kaki no:88.
(99)
Berdasarkan firman Allah: jauhilah olehmu isteri yang sedang haid, dan janganlah kamu
setubuhi dia sampai dia suci, apabila dia sudah bersuci, maka datangilah sesuai dengan
perintah Allah, sesungguhnya Allah amat menyukai orang-orang yang bertaubat dan orangorang yang suci (al Baqoroh:222).
(100)
Hadits diriwayatkan oleh Abu dawud (212) dari Abdullah bin Said ra. bahwasanya dia
bertanya kepada Rasulullah saw.: Apa saja yang halal bagiku dari isteriku yang sedang ahid?
Beliau menjawab: Halal bagimu apa-apa yang di atas sarung, artinya di atas bagian yang
ditutup dengan sarung, sarung adalah pakaian yang menutup bagian tengah badan, yakni antara
pusat dengan lutut pada umumnya. Perhatian: Ulama sepakat, bahwa nifas disamakan dengan
haid, dalam semua yang dihalalkan atau diharamkan, yang dimakruhkan dan yang
disunnatkan.
(101)
Berdasarkan firman Allah Taalaa: Jangan mendekati sholat padahal kamu dalam keadaan
mabuk sampai kamu menyadari apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula kamu dalam
keadaan junub sampai kamu mandi (an Niasak:43). Maksud dari kata sholat di sini adalah
tempat sholat, oleh akrena menyeberang bukanlah dalam keadaan sholat, dan ini larangan bagi
yang sedang junub untuk melakukan sholat lebih tepat. Dan hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim (224) dan lainnya dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Tidak diterima sholat tanpa dalam keadaan suci, hal ini meliputi suci dari hadat
maupun junub, dan yang menunjukkan demikian adalah diharamkannya sholat sebab junub.
(102)
Lihat catatan kaki nomor: 93, 95, 96, 97 dan 98.
(96)
23
Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhary (6554) dan Muslim (225), dari Abi Hurairoh ra.
dari Nabi saw. beliau bersabda: Allah tidak menrima sholat seseorang dari kamu apabila
berhadats, sampai dia berwudlu. Lihat catatan kaki no:96 dan 98.
(103)
24