Anda di halaman 1dari 19

PEMBAHASAN

1. Ekuitas
1.1. Definisi dan Karakteristik Ekuitas
Ekuitas timbul pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa
(residual claim) terhadap aset. Oleh karena itu, konsep ekuitas tidak dapat
didefinisikan tersendiri, terpisah dari aset dan hutang. Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) mendefinisi ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Sedangkan menurut FASB Statement of Financial
Accounting Concept No.6 mendefinisikan ekuitas sebagai hak sisa terhadap suatu
entitas setelah dikurangi hutang.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah
sebagai berikut:
Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan.
Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva
neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya)
maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
Perbedaan antara ekuitas pemegang saham dan hutang adalah:
1) Besarnya hak prioritas yang dimiliki oleh para pemegang ekuitas lainnya,
2) Tingkat kepastian dalam penetapan jumlah yang diterima oleh para pemegang
ekuitas, dan
3) Tanggal jatuh tempo pembayaran hak-hak final.
1.2. Teori Ekuitas
Teori Ekuitas adakah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan
dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Dengan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung
pada sudut pandang yang digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan
terhadap laporan keuangan.

1) Teori Kepemilikan

Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Gagasan hak


pemilik muncul dari upaya untuk menetapkan logika pada persamaan
pembukuan berpasangan (double entry). Aset dianggap dimliki oleh pemilik
dan kewajiban merupakan kewajiban dari pemilik.
Menurut teori kepemilikan, pendapatan adalah kenaikan dalam hak
pemilik dan beban adalah penurunan. Jadi leba bersih, yaitu kelebihan
pendapatan atas beban, diakrualkan langsung ke pemilik, itu merupakan
kenaikan dalam kekayaan pemilik. Dan karena laba adalah kenaikan dalam
kekayaan, hal itu langsung ditambahkan ke modal pemilik atau hak pemilik
(Hendriksen dan Van Breda, 2002).
2) Teori Entitas
Dalam teori entitas, perusahaan bisnis dipandang mepunyai keberadaan
terpisah, bahkan secara personal dari pemiliknya. Teori entitas didasarkan atas
persamaan akuntansi:
Aktiva = Hutang + Modal
Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang,
tetapi sesungguhnya adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam
persamaan. Perbedaan utama antara hutang dan ekuitas pemilik adalah hak
kreditur dapat dinilai secara independen dari penilaian yang lain jika
perusahaan dalam keadaan solvent.
Sedangkan hak pemegang saham/pemilik diukur dari penilaian aktiva
yang diinvestasikan kembali. Jadi, hutang adalah kewajiban khusus
perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak perusahaan menerima barang barang
dan jasa khusus atau manfaat lainnya.
Penilaian aktiva harus mencerminkan pengukuran manfaat yang
diterima oleh perusahaan. Laba bersih suatu perusahaan umumnya
diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal pemilik, tidak termasuk
perubahan yang berasal dari deklarasi dividen dan transaksi modal.
3) Teori Ekuitas Residual
Seseorang teoritisi akuntansi William Patton (1962) menyatakan
bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka
teori entitas. Dalam pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki
ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi

pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Patton menekankan pada


hubungan khusus residual equity holder.
Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba bersih dan
laba ditahan dan perubahan didalam hak pemegang ekuitas lainnya semua
tercermin didalam residual equity pemegang saham biasa.
Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori
proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya
menjadi:
Aktiva Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual
Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang
lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan
keputusan investasi (Hendriksen dan Van Breda, 2002). Karena biasanya
pemegang saham umumnya dianggap memiliki ekuitas residual didalam laba
perusahaan dan didalam aktiva bersih pada saat likuidasi.
4) Teori Perusahaan
Teori enterprise dalam hal ini menyatakan bahwa perusahaan
dipandang sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka
memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan (dalam arti luas
meliputi pemegang saham, kreditor, pegawai, konsumen, pemerintah dan
masyarakat secara umum), jadi saham dalam arti luas teori enterprise dapat
dipandang sebagai teori akuntansi sosial.
Konsep ini tepat diterapkan pada perusahaan dalam skala besar dan
modern, karena ditinjau dari sisi akuntansi berarti tanggung jawab pelaporan
keuangan selain disampaikan kepada para pemegang saham/kreditor juga
kepada kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.
5) Teori Dana
Teori dana didasarkan pada persamaan Aktiva = Pembatasan Aktiva.
Aktiva merupakan jasa prospektif pada dana atau unit operasional. Kewajiban
merupakan pembatasan terhadap aset spesifik atau umum dari dana. Modal
yang diinvestasikan merupakan pembatasan legal atau keuangan dari
pengguanaan aset; yaitu modal yang diinvestasikan harus dipertahankan tidak
berkurang kecuali jika wewenang spesifik telah diperoleh untuk likuidasi
sebagian atau seluruhnya (Hendriksen dan Van Breda, 2002).

Konsep ini banyak diterapkan pada sektor pemerintahan dan lembaga


nirlaba. Dalam pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana
umum (general fund), dana pendapatan khusus (spesial revenue fund), dana
proyek (capital project fund), dana pelunasan hutang jangka panjang (debt
service fund). Setiap dana ini memiliki restriksi penggunaan yang diatur dalam
undang-undang atau peraturan pemerintah lainnya, masing-masing dana
dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri sehingga masing-masing mempunyai
pembukuan debet kredit sendiri dan memiliki neraca dan laporan perubahan
saldo dana.
1.3. Klasifikasi Ekuitas Pemegang Saham
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham
diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan.
Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal
setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik.
1) Modal Setoran

Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan
bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka
perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa
saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan
untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah
minimal yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal

yuridis.
Modal Setoran Lain
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat
adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak
dapat digunakan sebagai sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak
sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal
setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan
proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal
(Budianas, 2013).
Tansaksi, kejadian, atau keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam
modal setoran, modal setoran lain, dan laba ditahan baik secara individual

maupun bersamaan. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran


dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
a. Pemesanan saham (stock subscriptions)
b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)
c. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar (convertible stock)
d. Dividen saham (stock dividends)
e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrant)
f. Saham treasuri (treasury stocks)
2) Laba Ditahan
Laba Ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu
kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi deviden yang dibagi
dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal. Rugi laba ini dapat berasal dari:
a)

Rugi laba usaha;

b)

Rugi laba kegiatan yang tidak rutin seperti laba penjualan aktiva tetap;

c)

Koreksi atas laba tahun-tahun lalu.


Apabila rekening laba ditahan menunjukkan saldo debit maka disebut defisit.

Laba ditahan dapat digunakan untuk beberapa tujuan sebagai berikut:

Pembagian dividen
Pembelian treasury stock
Pembatasan laba ditahan untuk tujuan-tujuan tertentu (appropriations)
Rekapitalisai
Penyerapan kerugian
Pencatatan laba ditahan hendaknya dipisahkan dari modal disetor agar dapat

diketahui sumber masing-masing modal. Dalam Neraca jumlah laba ditahan terdiri
dari dua golongan rekening yaitu:
Laba ditahan yang masih bebas
Laba ditahan yang sudah mempunyai tujuan penggunaan (Alamsyah, 2012).

1.4. Tujuan Penyajian Ekuitas


Tujuan penyajian ekuitas adalah untuk memberikan informasi kepada
pemegang saham, investor, kreditor, dan kelompok kepentingan lain mengenai
efisiensi dan pengurusan manajemen. Dalam penyajiannya itu juga harus memberikan
informasi mengenai kepentingan ekonomi historis dan prospektif dari kelompokkelompok yang memegang ekuitas spesifik yang mempunyai kepentingan ekonomi
umum dalam perseroan. Dalam memenuhi tujuan ini, informasi dalam laporan
keuangan harus mengungkapkan beberapa atau semua dari yang berikut :

Sumber-sumber modal yang dipasok kepada perusahaan


Pembatasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada
pemegang saham
Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial dan keuangan pada distribusi
dividen pada calon dan pemegang saham sekarang.
Prioritas beberapa kelas pemegang saham dalam likuidasi sebagian atau akhir
(Hendriksen dan Van Breda, 2002).
1.5. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan
modal disetor. Pos modal yang berasal dari sumnbangan disajikan dari tambahan
modal disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsure
penambah modal seperti, agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham
dengan harga yang lebih rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran,
tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs
modal disetor. Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan
pos laba rugi luar biasa.
Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:
1) Jumlah uang yang diterima
2) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata.
3) Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal.
4) Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham.
5) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.
6) Setoran saham dalam bentuk barang, menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas
yang diserahkan.
Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
1) Jumlah uang yang dibayarkan
2) Besarnya hutang yang timbul
3) Nilai wajar aktiva bukan kas yag diserahkan
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila
jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari nilai
nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun Agio Saham. Bila ketentuan
hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali saham yang telah dikeluarkan,
maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun Modal Saham dan
mengkredit Modal Saham yang diperoleh kembali sebesar jumlah yang dibukukan
pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan
1.6. Penyajian Modal

Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada
akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan
hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang
disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus
dinyatakan dalam neraca. Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Pada
perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat ditempatkan dengan dasar
pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah
membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan
mendebit akun piutang kepada pemegang saham dan mengkredit akun modal saham
yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan dalam kelompok modal di
bawah akun modal saham.
Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun modal saham yang dipesan
akan didebit dan akun modal saham dikredit. Dalam hal pemesan gagal melunasi
pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan perusahaan dan dilandaskan pada
peraturan hukum yang berlaku (Kieso et all, 2008).
1.7. Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi

hasil

usaha

periodik

setelah

memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini
harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas
untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika terdapat indikasi pembatasan terhadap
saldo laba, misalnya untuk perluasan pabrik. Saldo laba yang tidak dibagikan sebagai
dividen karena pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang
menggambarkan tujuan pencadangan tersebut, dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang
seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
Pengungkapan saldo laba meliputi:
1) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba
2) Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo laba
3) Perubahan slado laba karena penggabungan usaha dengan metode penyatuan
kepentingan
4) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak
5) Pengungkapan jumlah dividend an dividen per lembar saham
6) Tunggakan dividen
7) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca
8) Pengungkapan dividen saham dan pecah saham
2. Pendapatan dan Beban
2.1. Pendapatan

2.1.1. Definisi dan Karakteristik Pendapatan


`Pendapatan adalah elemen kunci akuntansi dan mendasar dari pelaporan
aktivitas suatu perusahaan, jadi defenisinya sangatlah penting. Kita tahu pendapatan
menaikkan nilai bruto dari aset dan modal. Dan kenaikan akhirnya berhubungan
dengan kas. Untuk operasi utama dari bisnis, arus masuk kas terutama diciptakan oleh
produksi dan penjualan output dari entitas. Oleh karena itu kita dapat mengidentifikasi
dua aliran utama berhubungan dengan operasi bisnis ini: fisik dan arus moneter.
Pendapatan didefinisikan dalam 1AS 18/AASB 118 revenue, paragraf 7, yakni:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Dalam kerangka IASB pendapatan (revenue) adalah bagian dari penghasilan
(income):
Pendapatan adalah meningkatnya manfaat ekonomi Selama periode akuntansi
dalam bentuk arus masuk atau peningkatan dari asset atau pengurangan dari
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
Paton dan Littleton (1940) meninjau definisi pendapatan dari 2 aspek, yaitu:
Aspek Fisik
Pendapatan merupakan hasil akhir dari suatu aliran fisik dalam proses
menghasilkan laba. Hasil akhir dari aliran fisik tersebut berupa barang / jasa yang
dihasilkan dari proses produksi.

Aspek Moneter
Pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari seluruh
kegiatan operasi perusahaan. Maka, pendapatan didefinisikan sebagai aliran
masuk aktiva ke dalam perusahaan berdasarkan atas konsep kesatuan usaha.
Konsep pendapatan menurut Belkaoui (1993) dijelaskan melalui skema berikut ini
:
Konsep Aliran
Masuk (inflow)

Pendapatan

Aliran masuk aktiva


Kenaikan aktiva

Aliran keluar barang


dan jasa
Penjualan barang dan
penyerahan jasa

Pendekatan Aktiva - Hutang


Konsep Aliran
Keluar (outflow)

Pendekatan Biaya Pendapatan


(Scribd.com Tugas Teori Akuntansi Pendapatan)
2.1.2. Sumber-sumber Pendapatan
Soemarso SR mengatakan

pendapatan

dalam

perusahaan

dapat

diklasifikasikan sebagai pendapatan opeerasi dan non operasi. Pendapatan operasi


adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas uama perusahaan. Sedangkan,
pendapatan non opearsi adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan
utama perusahaan.
Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi
tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba
adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan
kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:
1. Transaksi modal atau endapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana
yang ditanamkan oleh pemegang saham.
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa barang dagangan seperti
aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
4. Revaluasi aktiva.
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk.
Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima yang harus
diakui sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam
hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk sebagaimana yang disebutkan
dalam butir ke-dua.
(Blog fuadrahardi Desember, 2013)
2.1.3. Pembentukan dan Realisasi Pendapatan

Pembentukan dan realisasi pendapatan merupakan dua konsep yang berbeda.


Earning process cenderung berkaitan dengan kapan pendapatan dianggap terbentuk,
sedang realisasi berkaitan dengan pertanyaan kapan pendapatan dianggap terealisasi
dalam suatu transaksi.
A. Pembentukan Pendapatan (Earning Process)
Earning Process adalah suatu konsep yang menjelaskan proses terjadinya
pendapatan. Secara konseptual, pendapatan dianggap terbentuk bersamaan dengan
seluruh proses berlangsungnya kegiatan perusahaan. Jadi proses pembentukan
pendapatan dimulai dari kegiatan produksi, penjualan dan pengumpulan piutang.
Konsep pembentukan pendapatan ini didukung oleh konsep upaya dan hasil (effort
and accomplishment). Cost dianggap sebagai upaya yang dimaksudkan untuk
mencapai suatu hasil berupa pendapatan. Selain itu, konsep pembentukan pendapatan
juga dilandasi anggapan bahwa cost (potensi jasa) yang dimiliki perusahaan memiliki
kedudukan yang sama dalam menghasilkan pendapatan.
B. Realisasi Pendapatan
Realisasi merupakan teknik akuntansi yang dijadikan dasar untuk menandai
pengakuan pendapatan sehingga pendapatan baru terbentuk setelah produk selesai
dikerjakan dan terealisasi melalui penjualan baik secara langsung mauun melalui
kontrak penjualan. Penerimaan kas atau kesanggupan membayar dari pihak membeli
merupakan proses realisasi pendapatan. Oleh karena itu, proses realisasi pendapatan
ditandai oleh dua kejadian berikut:
1. Adanya kepastian perubahan produk menjadi bentuk aktiva lain melalui kegiatan
penjualan yang sah
2. Diperolehnya aktiva lain sebagai pengesahan terhadap transaksi penjualan
tersebut.
(Scribd.com Tugas Teori Akuntansi Revenue)
2.1.4. Penilaian, Pengukuran, Pengakuan, dan Pemgungkapan Pendapatan.
A. Penilaian Pendapatan
Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang dapat
digunakan untuk menentukan berapa rupiah yan diperhitungkan dan dicatat
pertama kali dalam suatu transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus
diletakkan pada suatu akun dalam laporan keuangan.
Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut:

1. Biaya Historis (historical cost) : Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas


(atau setara kas) yang dibayar ssebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.
2. Biaya Kini (current cost): aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara kas)
yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara yang diperoleh
sekarang.
3. Nilai realisasi atau penyelesaian (realization/settlement value) : Aktiva
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau setara
aktiva yang sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal
(orderly disposal).
4. Nilai sekarang (present value) : Aktiva dinyatakan sebesar kas masuk
bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang
diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
B. Pengukuran Pendapatan
Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada saat suatu pendapatan
diakui, yaiti pengukuran pendapatan dengan satuan atau ukuran moneter dan
penetapan waktu bahwa pendapatan tersebut dapat dilaporkan sebagai
pendapatan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memberikan ketentuan mengenai
pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan
yang isinya sebagai berikut:
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima,
jumlah pendapatan yang imbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antra perusahaan pembeli atau pemakai perusahaan tersebut.
Jumlah tersebut, dapat diukur denga nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat
volume yang diperbolehkan perusahaan.
Pendapatan dapat diukur dengan nilai tukar, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam nilai tukar ini yaitu sebagai berikut:
1. Potongan pembayaran dan pengurangan lain dari harga seperti rugi piutang
ragu-ragu perlu disesuaikan untuk menghitung net cash yang sebenarnya.
2. Untuk transaksi bukan dengan kas., apabila nilai dari barang yang diserahkan
dianggap sama dengan nilai pasar wajar dari barang yang akan diterima maka
nilai tukarnya adalah nilai buku barang yang akan diterima lebih atau kurang
dari nilai buku barang yang akan diserahkan maka selisihnya nilai pasar

barang yang diterima dengan nilai buku barang yang diserahkan merupakan
keuntungan.
Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran pendapatan antara lain:
1. Cash Equivalent
Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan menjadi
pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang tejual baru akan diproduksi
dan penjualan benar-benar terjadi.
2. Nilai setara kas
Jumlah rupiah kas yang diperkirakan atau diterima atau dibayarkan pada masa
mendatang dari hasil, penjualan aktiva dalam kegiatan normal perusahaan.
3. Harga dibawah harga pasar
Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah harga semula.
4. Harga pasar
Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya simpanan, biaya
penjualan, dan biaya penyerahan produk.
5. Harga kesepakatan
Harga dimana yang nerupakan kesepakatan dengan pelanggan dari setiap
jumlah rupiah penjualan yang disepakati dengan pelanggan.
C. Pengakuan Pendapatan
Saat pengakuan pendapatan merupakan penentuan yang sangat kritis.
Pada umumnya akuntan menggunakan konsep realisasi untuk menetukan
peristiwa kritis yang akan dijadikan dasar dalam penentuan waktu dan
pengakuan pendapatan. Peristiwa kritis yang dipilih, menunjukkan kapan
perubahan tertentu dalam aktiva dan hutang dapat diperhitungkan secara tepat
sehingga dapat diakui adanya pendapatan.
1) Kriteria pengakuan pendapatan
Secara umum, ada dua criteria yang dapat dijadikan dasar untuk
mengakui pendapatan berdasarkan FASB (1980) dalam SFAC No.5 yaitu:
1. Telah direalisasi (realized), yaitu bila telah terjadi transaksi pertukaran
antara barang yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk
menerima kas. Atau, ada kepastian akan segera terealisasi (realizable)
2. Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan
barang dan jasa berjalan dan secara sebstansialtelah selesai.
Selain dua kriteria tersebut, ada tiga kriteria yang lebih bersifat teknis
yang dikemukakan oleh Kam, yaitu:

1. Keterukuran Nilai Aktiva; pendapatan yang menyebabkan kenaikan nilai


total aktiva perusahaan, yang sekaligus meningkatkan modal, maka kriteria
ini merupakan salah satu kriteria yang dapat diterima.
2. Terjadinya Transaksi; pendapatan dapat diakui apabila terjadi pertukaran
antara barnag yang dihasilkan perusahaan dengan aktiva baru yang
diterima perusahaan.
3. Proses Pembentukan Pendapatan Telah Selesai; pendapatan dikatakan
terbentuk apabila kegiatan menghasilkan pendapatan telah berjalan dan
secara substansial telah selesai.
PSAK No.23 menyebutkan bahwa pendapatan dari penjualan barang
harus diakui apabila seluruh kondisi ini dipenuhi:
1. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signikfikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut
5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal
PSAK No.23 juga menyebutkan bahwa, pendapatan dari penjualan jasa
dapat diakui apabila:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal
2) Saat Pengakuan Pendapatan
1. Pendapatan diakui selama produksi
Pendapat dapat diakui selama kegiatan produksi, meskipun produk
yang dihasilkan perusahaan masih dalam proses produksi. Prosedur yang
digunakan adalah prosentase penyelesaian. Cara ini umumnya dijumpai pada
perusahaan komtraktor yang mengerjakan proyek-proyek yang memakan
waktu beberapa periode akuntansi

2. Pendapatan diakui saat produk selesai


Pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai biasanya dianggap
tepat untuk industri pertambangan dan pertanian, seperti emas, timah,
gandum, dan sebagainya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
mengakui pendapatan saat produk selesai, yaitu:
Harga jual dapat ditentukan dengan cukup tepat.
Tidak diperlukan kegiatan / biaya pemasaran yang material untuk

menjual produk tersebut.


Cost produk sulit untuk ditentukan.
Satuan-satuan persediaan dapat saling dipertukarkan (barang tidak
terpengaruh oleh perubahan bentuk dan ukuran).

3. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penjualan


Pengakuan pendapatan pada saat penjualan didasarkan pada alasan
yang mengarah pada pengertian dan konsep pendapatan seperti yang diajukan
Paton dan Littleton sebagai berikut:
a.

pendapatan merupakan jumlah nominal yang menyatakan produk akhir


operasi perusahaan.

b.

Pendapatan harus benar-benar terjadi dan didukung dengan timbulnya


aktiva baru yang sah.
Masalah yang sering muncul dalam pengakuan pendapatan pada saat

penjualan:
a.

Biaya Setelah Penjualan


Biaya setelah penjualan merupakan bagian dari proses pengukuran

pendapatan. Oleh karena itu, harus diperhitungkan untuk periode tertentu.


Jumlah rupiah debit biasanya akan menjadi pengurang langsung terhadap
pendapatan. Sementara jumlah rupiah sisi kredit menjadi lawan terhadap
jumlah rupiah piutang.
b. Hak pengembalian barang
Menurut FASB (1981) dalam SFAS No 48 menyatakan bahwa apabila
pembeli berhak untuk mengembalikan barang, pendapatan dapat diakui
apabila syarat berikut ini dipenuhi:
1.

Harga jual cukup pasti dan dapat ditentukan pada saat penjualan

2.

Pembeli sudah membayar kepada penjual atau pembeli diwajibkan untuk


membayar penjualan.

3.

Kewajiban membayar kepada penjual tidakberubah apabila produk dicuri,


nilai produk berkurang atau produk mengalami kerusakan.

4.

Pembeli benar-benar ada atau dengan kata lain pembeli merupakan suatu
badan yang secara ekonomi disebut perusahaan.

5.

Penjual secara signifikan tidak memiliki kewajiban atau bertanggung


jawab terhadap hasil penjualan kembali produk yang dilakukan pembeli.

6.

Jumlah nominal (dollar) pengembalian dapat ditaksir secara cukup pasti.

c.

Penjualan jasa
Menurut AICPA ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk

mengakui pendapatan jasa:


1.

Apabila pelaksanaan jasa terdiri dari pengerjaan satu macam tindakan,


pendapatan diakui pada saat pekerjaan tersebut terlaksana.

2.

Apabila pelaksanaan jasa terdiri dari pengerjaan lebih dari satu macam
tindakan, pendapatan diakui selam periode pelaksanaan pekerjaan secara
proporsional.

3.

Apabila jasa dilaksanakan lebih dari satu macam tindakan, pendapatan


harus diakui pada saat pelaksanaan pekerjaan selesai seluruhnya
berdasarkan kondisi berikut ini:
a. Proporsi jasa yang dilaksanakan sebagai pekerjaan akhir merupakan
tindakan yang sangat penting dari keseluruhan jasa yang dikerjakan.
b. Apabila jasa yang diberikan terdiri dari pekerjaan yang tidak dapat
ditenukan dan dilaksanakan pada periode waktu yang tidak dapat
ditentukan, maka tidak ada cara untuk menentukan tingkat
penyelesaian pekerjaan.
c. Apabila terdapat tingkat kepastian yang cukup tinggi dalam
pengumpulan pendapatan jasa, maka pendapatan tidak dapat diakui
sebelum kas diterima.

4. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Kas Diterima


Ketidakpastian pengumpulan piutang tersebut biasanya terjadi karena
belum berpindahnya hak atas barang sampai dilunasinya pembayaran.
Biasanya ini ditemui pada penjualan angsuran.
Alasan yang mendukung penggunaan dasar penerimaan kas untuk
pengakuan pendapatan yang berasal dari penjualan angsuran didasarkan
pertimbangan sebagai berikut:

a. Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan


aktiva yang mempunyai daya beli murni (dapat dibelanjakan).
b. Semakin lama jangka waktu angsuran, semakin besar kemungkinan
piutang tidak akan tertagih.
c. Biaya sesudah penjualan,

terutama

biaya

penagihan

dan

pengumpulan piutang, biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan


biaya sesudah penjualan untuk jenis penjualan kredit.
(Scribd.com Tugas Teori Akuntansi)
D. Pengungkapan Pendapatan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23
mengenai pengungkapan pendapatan, perusahaan harus mengungkapkan sebagai
berikut:
a. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan
termasuk metode yang dianut untuk menentkan tingkat penyelesaian
transaksi penjualan jasa.
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan diakui selama
periode tersebut termasuk pendapatan dari:
(1) Penjualan barang
(2) Penjualan Jasa
(3) Bunga
(4) Dividen, dan
(5) Royalty.
2.1.5. Kriteria Pengakuan Pendapatan

Pengakuan pendapatan yang diajukan oleh Financial Accounting Standard


Board (FASB) ada dua kriteria yaitu sebagai berikut:
1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan
segera terealisasi.
2. Pendapatan baru adapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau
terhimpun.

2.1.6.

Metode Pencatatan Pendapatan

Di dalam laporan akuntansi dasar pencatatan pendapatan harus berdasarkan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1)

Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan perusahaan pada produknya

2)

Jumlah pendapatan harud dapat diukur

3)

Pengukuran yang dilakukan haruslah bebas

4)

Biaya-biaya yang berkaitan harus dapat diestimasi dengan tingkat kecermatan

yang memuaskan.
Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu sebagai
berikut: metode berbasis kas(cash basis method) dan metode aberbasis akrual (accrual
basis method)
1. Metode cash basis
Suatu system dimana pendapatan belum diakui sebelum pendapatan tersebut
belum diterima. Metode ini banyak digunakan pada perusahaan kecil dan orang-orang
yang menjual jasa, pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki keahlian
tertentu.
2. Metode accrual basis
Metode pencatatan pendapatan, dimana pendapatan itu dicatat pada saat sudah
terjadi hak tanpa memperhatikan pendapatan tersebut diterima. Keuntungan metode
ini adalah karena metode ini sangat teliti dalam pengukuran keuntungan (dalam
laporan laba rugi) dan neraca selisih.
2.1.7. Metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa
Ada empat metode pengakuan pendapatan untuk perusahaan yang kegiatannya
sebagian besar dalam penjualan jasa dibandingkan produksi yaitu sebagai berikut:
1. Metode kinerja khusus
Metode ini digunakan untuk penapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan
aksi tunggal. Sebagai contoh: seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas
penyelesaian penambalan gigi.

2. Metode Kinerja Profesional


Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih
dari satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periiode akuntansi.
3. Metode Kinerja Selesai
Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan
melakukan serangkaian tindakan dimana yang terakhir sangat penting dalam
hubungannya dengan total transaksi jasa dimana pendapatan jasa dianggap telah

dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Metode ini serupa dengan
metode kontrak selesai, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang.
4. Metode Penagihan
Metode ini digunakan untuk pendapatamn jasa ketika ketdakpastian penagihan
sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat
dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui
hanya ketika kas diperoleh. Metode ini serupa dengan metode pemulihan biya
yang digunakan untuk penjualan produk.
2.1.8. Konsep dasar yang diperkirakan dalam pengakuan pendapatan
Ada beberapa konsep dasar yang melandasi laporan keuangan antara lain
sebagai berikut:
1. Konsep Upaya dan Hasil (effort and accomplishment concept)
Konsep ini menyatakan bahwa kas merupakan pengukur upaya dan pendapatan
merupakan pengukur hasil.
2. Konsep Bukti Berdaya Uji dan Objektif
Laporan keuangan akan mempunyai tingkat manfaat dan tingkat keandalan yang
cukup tinggi apabila data keuangan didalamnya di dukung oleh bukti-bukti yang
objektif dan dapat diuju kebenarannya,
3. Konsep Akuntansi mengakui adanya asumsi yang relevan (assumption consept)
Konsep akuntansi menagkui adanya asumsi-asumsi seperti bidang pengetahuan
lain, dalam banyak hal konsep dasar akuntansi dengan sendirinya merupakan asunsi
atau paling tidak didasarkan atas asumsi yangtidak dapat diuji validitasnya dengan
pembuktian yang tuntas tetapi dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan
pelaporan keuangan.

4. Konsep Biaya Historical


Konsep biaya histories merupakan pengukur potensi jasa yang paling objektif
untuk jasa yang baru diperoleh. Baiaya histories ini menunjukkan harga pertukaran
padasaat terjadinya salah satu keunggulan biaya histories yang terjadi dari hasil
kesepakatan dua pihak yang independent.
(Blog fuadrahardi Desember, 2013)

2.2. Beban

Anda mungkin juga menyukai