1. Ekuitas
1.1. Definisi dan Karakteristik Ekuitas
Ekuitas timbul pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa
(residual claim) terhadap aset. Oleh karena itu, konsep ekuitas tidak dapat
didefinisikan tersendiri, terpisah dari aset dan hutang. Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) mendefinisi ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Sedangkan menurut FASB Statement of Financial
Accounting Concept No.6 mendefinisikan ekuitas sebagai hak sisa terhadap suatu
entitas setelah dikurangi hutang.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah
sebagai berikut:
Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan.
Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva
neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya)
maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
Perbedaan antara ekuitas pemegang saham dan hutang adalah:
1) Besarnya hak prioritas yang dimiliki oleh para pemegang ekuitas lainnya,
2) Tingkat kepastian dalam penetapan jumlah yang diterima oleh para pemegang
ekuitas, dan
3) Tanggal jatuh tempo pembayaran hak-hak final.
1.2. Teori Ekuitas
Teori Ekuitas adakah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan
dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Dengan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung
pada sudut pandang yang digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan
terhadap laporan keuangan.
1) Teori Kepemilikan
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan
bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka
perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa
saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan
untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah
minimal yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis.
Modal Setoran Lain
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat
adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak
dapat digunakan sebagai sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak
sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal
setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan
proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal
(Budianas, 2013).
Tansaksi, kejadian, atau keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam
modal setoran, modal setoran lain, dan laba ditahan baik secara individual
b)
Rugi laba kegiatan yang tidak rutin seperti laba penjualan aktiva tetap;
c)
Pembagian dividen
Pembelian treasury stock
Pembatasan laba ditahan untuk tujuan-tujuan tertentu (appropriations)
Rekapitalisai
Penyerapan kerugian
Pencatatan laba ditahan hendaknya dipisahkan dari modal disetor agar dapat
diketahui sumber masing-masing modal. Dalam Neraca jumlah laba ditahan terdiri
dari dua golongan rekening yaitu:
Laba ditahan yang masih bebas
Laba ditahan yang sudah mempunyai tujuan penggunaan (Alamsyah, 2012).
Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada
akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan
hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang
disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus
dinyatakan dalam neraca. Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Pada
perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat ditempatkan dengan dasar
pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah
membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan
mendebit akun piutang kepada pemegang saham dan mengkredit akun modal saham
yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan dalam kelompok modal di
bawah akun modal saham.
Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun modal saham yang dipesan
akan didebit dan akun modal saham dikredit. Dalam hal pemesan gagal melunasi
pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan perusahaan dan dilandaskan pada
peraturan hukum yang berlaku (Kieso et all, 2008).
1.7. Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi
hasil
usaha
periodik
setelah
memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini
harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas
untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika terdapat indikasi pembatasan terhadap
saldo laba, misalnya untuk perluasan pabrik. Saldo laba yang tidak dibagikan sebagai
dividen karena pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang
menggambarkan tujuan pencadangan tersebut, dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang
seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
Pengungkapan saldo laba meliputi:
1) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba
2) Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo laba
3) Perubahan slado laba karena penggabungan usaha dengan metode penyatuan
kepentingan
4) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak
5) Pengungkapan jumlah dividend an dividen per lembar saham
6) Tunggakan dividen
7) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca
8) Pengungkapan dividen saham dan pecah saham
2. Pendapatan dan Beban
2.1. Pendapatan
Aspek Moneter
Pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari seluruh
kegiatan operasi perusahaan. Maka, pendapatan didefinisikan sebagai aliran
masuk aktiva ke dalam perusahaan berdasarkan atas konsep kesatuan usaha.
Konsep pendapatan menurut Belkaoui (1993) dijelaskan melalui skema berikut ini
:
Konsep Aliran
Masuk (inflow)
Pendapatan
pendapatan
dalam
perusahaan
dapat
barang yang diterima dengan nilai buku barang yang diserahkan merupakan
keuntungan.
Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran pendapatan antara lain:
1. Cash Equivalent
Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan menjadi
pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang tejual baru akan diproduksi
dan penjualan benar-benar terjadi.
2. Nilai setara kas
Jumlah rupiah kas yang diperkirakan atau diterima atau dibayarkan pada masa
mendatang dari hasil, penjualan aktiva dalam kegiatan normal perusahaan.
3. Harga dibawah harga pasar
Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah harga semula.
4. Harga pasar
Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya simpanan, biaya
penjualan, dan biaya penyerahan produk.
5. Harga kesepakatan
Harga dimana yang nerupakan kesepakatan dengan pelanggan dari setiap
jumlah rupiah penjualan yang disepakati dengan pelanggan.
C. Pengakuan Pendapatan
Saat pengakuan pendapatan merupakan penentuan yang sangat kritis.
Pada umumnya akuntan menggunakan konsep realisasi untuk menetukan
peristiwa kritis yang akan dijadikan dasar dalam penentuan waktu dan
pengakuan pendapatan. Peristiwa kritis yang dipilih, menunjukkan kapan
perubahan tertentu dalam aktiva dan hutang dapat diperhitungkan secara tepat
sehingga dapat diakui adanya pendapatan.
1) Kriteria pengakuan pendapatan
Secara umum, ada dua criteria yang dapat dijadikan dasar untuk
mengakui pendapatan berdasarkan FASB (1980) dalam SFAC No.5 yaitu:
1. Telah direalisasi (realized), yaitu bila telah terjadi transaksi pertukaran
antara barang yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk
menerima kas. Atau, ada kepastian akan segera terealisasi (realizable)
2. Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan
barang dan jasa berjalan dan secara sebstansialtelah selesai.
Selain dua kriteria tersebut, ada tiga kriteria yang lebih bersifat teknis
yang dikemukakan oleh Kam, yaitu:
b.
penjualan:
a.
Harga jual cukup pasti dan dapat ditentukan pada saat penjualan
2.
3.
4.
Pembeli benar-benar ada atau dengan kata lain pembeli merupakan suatu
badan yang secara ekonomi disebut perusahaan.
5.
6.
c.
Penjualan jasa
Menurut AICPA ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk
2.
Apabila pelaksanaan jasa terdiri dari pengerjaan lebih dari satu macam
tindakan, pendapatan diakui selam periode pelaksanaan pekerjaan secara
proporsional.
3.
terutama
biaya
penagihan
dan
2.1.6.
2)
3)
4)
yang memuaskan.
Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu sebagai
berikut: metode berbasis kas(cash basis method) dan metode aberbasis akrual (accrual
basis method)
1. Metode cash basis
Suatu system dimana pendapatan belum diakui sebelum pendapatan tersebut
belum diterima. Metode ini banyak digunakan pada perusahaan kecil dan orang-orang
yang menjual jasa, pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki keahlian
tertentu.
2. Metode accrual basis
Metode pencatatan pendapatan, dimana pendapatan itu dicatat pada saat sudah
terjadi hak tanpa memperhatikan pendapatan tersebut diterima. Keuntungan metode
ini adalah karena metode ini sangat teliti dalam pengukuran keuntungan (dalam
laporan laba rugi) dan neraca selisih.
2.1.7. Metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa
Ada empat metode pengakuan pendapatan untuk perusahaan yang kegiatannya
sebagian besar dalam penjualan jasa dibandingkan produksi yaitu sebagai berikut:
1. Metode kinerja khusus
Metode ini digunakan untuk penapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan
aksi tunggal. Sebagai contoh: seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas
penyelesaian penambalan gigi.
dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Metode ini serupa dengan
metode kontrak selesai, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang.
4. Metode Penagihan
Metode ini digunakan untuk pendapatamn jasa ketika ketdakpastian penagihan
sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat
dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui
hanya ketika kas diperoleh. Metode ini serupa dengan metode pemulihan biya
yang digunakan untuk penjualan produk.
2.1.8. Konsep dasar yang diperkirakan dalam pengakuan pendapatan
Ada beberapa konsep dasar yang melandasi laporan keuangan antara lain
sebagai berikut:
1. Konsep Upaya dan Hasil (effort and accomplishment concept)
Konsep ini menyatakan bahwa kas merupakan pengukur upaya dan pendapatan
merupakan pengukur hasil.
2. Konsep Bukti Berdaya Uji dan Objektif
Laporan keuangan akan mempunyai tingkat manfaat dan tingkat keandalan yang
cukup tinggi apabila data keuangan didalamnya di dukung oleh bukti-bukti yang
objektif dan dapat diuju kebenarannya,
3. Konsep Akuntansi mengakui adanya asumsi yang relevan (assumption consept)
Konsep akuntansi menagkui adanya asumsi-asumsi seperti bidang pengetahuan
lain, dalam banyak hal konsep dasar akuntansi dengan sendirinya merupakan asunsi
atau paling tidak didasarkan atas asumsi yangtidak dapat diuji validitasnya dengan
pembuktian yang tuntas tetapi dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan
pelaporan keuangan.
2.2. Beban