Anda di halaman 1dari 93

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL MENGENAI


PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2009

Penulisan Hukum
(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk


Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh
EKA APRILIAWATI
NIM. E1107021

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL MENGENAI


PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2009

Oleh
EKA APRILIAWATI
NIM. E1107021

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum


(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 21 Maret 2011


Dosen Pembimbing

Waluyo, S.H., M.Si.


NIP. 196808131994031001

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL MENGENAI


PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2009
Oleh
EKA APRILIAWATI
NIM. E1107021
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada
Hari

Tanggal

DEWAN PENGUJI:

1. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi H, S. H., M.M :................................................


Ketua
2. Wida Astuti, S.H
:
Sekretaris
3. Waluyo, S.H., M.Si.
:...............................................
Anggota

Mengetahui
Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum.


NIP. 196109301986011001
commit to user

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN

Nama

: Eka Apriliawati

NIM

: E1107021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL MENGENAI
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN
2009 adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila
kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 31 Maret 2011


yang membuat pernyataan

Eka Apriliawati
NIM. E1107021

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
ABSTRAK

EKA
APRILIAWATI.
E1107021.
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
DESENTRALISASI FISKAL MENGENAI PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009. Penulisan Hukum (Skripsi).
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan keuangan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Klaten tahun 2009 yaitu implementasi kebijakan
desentralisasi fiskal terhadap pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Klaten tahun
2009, permasalahan apa yang muncul dalam implementasi kebijakan desentralisasi
fiskal terhadap pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Klaten tahun 2009 dan
strategi dan kebijakan apa sajakah yang ditempuh pemerintahan daerah untuk
mengatasi permasalahan yang muncul dalam implementasi kebijakan desentralisasi
fiskal Kabupaten Klaten tahun 2009.
Penulisan hukum ini termasuk dalam penulisan hukum hukum sosiologis atau
empiris dengan metode kualitatuf. Data yang diperoleh adalah wawancara, studi
pustaka, informasi dari Pemerintahan Daerah Kabupaten Klaten di kantor DPPKAD
(Dinas Penglolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah) bidang belanja, bidang
PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan bidang hukum dalam lingkup Pemerintahan
Kabupaten Klaten dan dianalisa sesuai dengan informasi dan teori-teori yang dipilih.
Data ini meliputi data iktisar pencapaian kinerja keuanggan tahun anggaran 2009,
plafon plafon anggaran sementara berdasarkan urusan pemerintahan dan programprogram preoritas pembangunana Daerah Kabupaten Klaten tahun 2009
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat perbedaan antara
besarnya APBD tahun 2009 yang dianggarkan dengan besarnya APBD tahun 2009
pada realisasinya, Penyebab perbedaan APBD antara yang dianggarkan dengan
realisasinya dikarenakan bebera faktor dan Pemerintah Derah kabupaten Klaten telah
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan penyebab tidak sesuainya
ABBD yang dianggarkan dengan APBD pada realisasinya.
Pembahasan dalam penelitian ini dibahas mengenai data meliputi data APBD
(Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kabupaten Klaten tahun 2009 tentang
iktisar pencapaian kinerja keuanggan tahun anggaran 2009, plafon anggaran
sementara berdasarkan urusan pemerintahan dan program-program preoritas
pembangunana Daerah Kabupaten Klaten tahun 2009, apa penyebab terjadinya
perbedaan pada APBD yang dianggarkan dengan realisasinya dan bagai mana cara
Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten mengatasi permasalahan perbedaan antara
APBD yang dianggarkan dengan Realisasinya.
Kata Kunci: kebijakan Desentralisasi fiskal, pengelolan keuangan daerah Kabupaten
Klaten, APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
ABSTRACT

Eka Apriliawati. E1107021. The implementation of fiscal decentralization policy


about the local financial management of Klaten Regency of 2009. Thesis. Law
Faculty of Sebelas Maret University. 2011.
This research aims to find out the implementation of financial management of
Klaten Regency Local Government of 2009 namely the implementation of fiscal
decentralization on the local financial management of Klaten Regency of 2009, the
problems emerging in the implementation of fiscal decentralization on the local
financial management of Klaten Regency of 2009 and the strategy and policy taken
by the Local Government to cope with the problems occurring in the implementation
of fiscal decentralization on the local financial management of Klaten Regency of
2009.
This study belongs to a sociological or empirical law research using
qualitative method. The data obtained was interview, library study, information from
Klaten Regency Local Government in expense division, cash and accounting division
and PAD (Local Original Income) division and law division of DPPKAD (Local
Income, Financial and Asset Management Service) in the Klaten Regency
Government scope and analyzed according to the information and selected theory.
This data included the data on overview of financial performance gain in 2009 fiscal
year, temporarily budget limit based on the public affairs and local development
priority programs of Klaten Regency of 2009.
Considering the result of research, it can be found that there is a difference
between the size of 2009 APBD proposed and that of 2009 APBD realized. It is
because of many factors and the Klaten Regency Local Government had conducted a
variety of attempts to cope with the problems causing discrepancy between the
proposed APBD and the realized APBD.
The discussion of research addresses the data including data on APBD (Local
Income and Expense Budget) of Klaten Regency of 2009 about the overview of
financial performance gain in 2009, temporarily budget limit based on the public
affairs and local development priority programs of Klaten Regency of 2009, the cause
of such discrepancy and how to cope with those problems.
Keywords: fiscal, decentralization, policy, local financial management of Klaten
Regency, LIED (Local Income and Expense Budget)

commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
Sesungguhnya ALLAH SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum
apabila mereka sendiri tidak merubahnya
(QS. AR-Road :11)
Orang yang mampu melihat humor dalam setiap keadaan, akan menjadi pribadi
yang damai dan tetap berharapan baik mengenai kemungkinan masa depannya
(Mario Teguh)

Keyakinan adalah intuisi yang menggairahkan


(William Wordsworth)

Jika fakta tidak sesuai dengan teori maka, rubahlah faktanya


(Albert Einsten)

Persembahan
Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan skripsi ini kepada:

ALLAH SWT, yang mengatur serta pemilik skenario hidupku, tempatku


mengadu dan meminta.

Kedua orang tuaku yang sangat kusayangi.

Para pembimbing skripsiku yang telah membimbing dan memberi data.

Kekasih hatiku yang kucintai dan selalu memberi dukungan.

Sahabat serta Almamaterku.

Pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan sembah sujud penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
pemilik segala Dzat dan penentu atas segala hal. Atas ridhoNYA, akhirnya penulis
berhasil menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) ini dengan lancar. Tidak lupa,
shalawat serta salam kepada Baginda Rasul, Muhammad SAW.
Penyusunan penulisan hukum skripsi ini mempunyai tujuan yang utama untuk
melengkapi salah satu syarat dalam mencapai derajat sarjana (S1) dalam bidang ilmu
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari
kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisanya, namun
penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi
penulis maupun bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp.Kj., selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Waluyo, S.H., M.Si., selaku pembimbing penulisan skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan
arahan bagi penulis.
4. Bapak AR. Inarsoyo (Kepala Bidang Belanja Daerah), Bapak Drs. Andriyanto Har
(Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah), Ibu Wahyu Lestari Nurwaruju , S.Ip,
M.Si (Kepala Seksi Retribusi Daerah dan Penerimaan Lain-Lain) dan Bapak Agus
R, MM (Kepala Bidang Kas dan Akuntansi) selaku interviee yang telah bersedia
menyediakan waktu dan pikirannya untuk diwawancarai, memberikan bimbingan,
arahan, dan data bagi penulis.
5. Seluruh dosen dan staff di fakultas hukum UNS yang telah ikut berkontribusi
dalam pencapaian gelar sarjana penulis.
6. Ibu Diana Tantri Cahyaningsih, SH, selaku pembimbing akademik penulis.
7. Seluruh pimpinan dan staff Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten yang telah
to dan
user yang telah banyak memberikan
memberikan ijin penelitian kepadacommit
penulis
data untuk terwujudnya skripsi ini.
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

8. Bapak Sarno, SE. dan Ibu Sri Wahyuni, selaku kedua orang tuaku yang selalu
memberikan cinta, kepercayaan, nasehat, dorongan, bantuan dan doa yang tiada
henti juga salah satu motivatorku untuk masuk Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
9. Yunik Dwi Hastutik dan Fajar Tri Nugraha selaku adik-adikku yang ku sayangi
dan telah memberikan dukungan dalam skripsi ini.
10. Keluarga Bapak Sukino Djunaedi dan Ibu Siti Rukayah selaku keluargaku
terimaksih atas nasehat, dorongan dan doanya.
11. Fauzi Hasthi Tarekat selaku kekasihku yang selalu memberikan perhatian padaku
dan menjadi motivatorku.
12. Seluruh keluarga besarku beserta saudara-saudaraku yang selalu memberikan
semangat padaku untuk cepat lulus.
13. Sahabatku: Riski, Wiwik, Aripin, Angga, Arif, Rika, Rani, Ani, Sudarni, Dita,
Tanggeng dan Mas Nasrul. Teman-teman kost Andri 1 : Pipit, ayu bebek, Nanti,
Rinda, Andin, Ila, Ipunk, Dila dan Mbak Diah, Mbak Tia. Teman-teman fakultas
hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terimakasih untuk kebersamaannya
selama ini.
14. Seluruh mahasiswa fakultas hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kita
Katakan Dengan Bangga: Viva Justisia!
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan
lapang dada penulis ingin mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini

Surakarta, Maret 2010

Penulis

commit to user

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................

iii

PERNYATAAN .......................................................................................

iv

ABSTRAK ................................................................................................

ABSTRACT..............................................................................................

vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................... vii


KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI.............................................................................................

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ........................................................ xii


BAB

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................

B. Perumusan Masalah ..........................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................

D. Manfaat Penelitian ............................................................

E. Metode Penelitian .............................................................

F. Sistematika Penulisan Hukum ..........................................

12

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori .................................................................

15

1. Tinjauan Tentang Desentralisasi .................................

15

2. Tinjauan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ......

19

3. Tinjauan Tentang Kabupaten Klaten ..........................

22

B. Kerangka Pemikiran .........................................................

28

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Implementasi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten Tahun
2009. .
B. Permasalahan

Yang

Muncul

Dalam

32

Implementasi

Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pengelolaan


Keuangan Daerah Kabupaten
Tahun 2009 ...........
commitKlaten
to user

66

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

C. Strategi Dan Kebijakan Yang Ditempuh Pemerintah


Daerah Untuk Mengatasi Permasalahan Yang Muncul
Dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi Fiskal
Kabupaten Klaten Tahun 2009 ........................................
BAB IV

75

PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................

79

B. Saran

........................................................................

81

DAFTAR PUSTAKA

........................................................................

82

LAMPIRAN

........................................................................

85

commit to user

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

~> Bagan Metode Analisis Interaktif ..........................................

12

~> Bagan Kerangka pemikiran ....................................................

31

~> Skema Proses Penyusunan APBD ......................................... 33


~> Sekema proses penetapan APBD... .... 36
~> Tabel Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten
Tahun 2009 ............................................................................

38

~> Table Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan


Pemerintahan...... 49

commit to user

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di


Indonesia. Dalam Undang-Undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi
pada daerah kabupaten dan kota diselenggarakan dengan memperhatikan prinsipprinsip efisiensi, efektivitas, produktif, dan akuntabel melalui upaya-upaya
koordinasi, pembinaan, pengawasan, dan kerjasama antar tingkat pemerintahan
dan antara pemerintah daerah. Selain itu undang-undang ini juga mendefinisikan
otonomi daerah sebagai hak, kewenangan, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi yang diberikan
kepada daerah kabupaten kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan
yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara
proposional. Artinya pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan
pembagian dan pemanfaatan dari sumberdaya nasional yang berkeadilan serta
pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
Dalam hal pengambilan kebijakan-kebijakan terutama mengenai kebijakan
desentralisasi fiskal pemerintah daerah haruslah menaati peraturan perundangundangan yang berlaku. Agar kebijakan-kebijakan tersebut tidak merugikan
penduduk. Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengarahkan ekonomi suatu daerah melalui pengeluaran dan pendapatan
(berupa pajak) pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
dan pajak. Dalam kebijakan fiskal daerah yang dibuat pemerintah daerah untuk
mengarahkan keadaan suatu daerah melaluai pengeluaran dan pendapatan, yang
mana hal ini tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral
dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas pemerintah daerah.
to user
Pengembangan kapabilitascommit
diartikan
sebagai upaya untuk memperbaiki

2
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kemampuan pemerintah daerah menjalankan fungsi dan perannya secara


efisisen, sedangkan peningkatan efektifitas diartikan sebagai upaya untuk
menyelaraskan kapabilitasnya dengan tuntutan dan kebutuhan publik.
Dalam kaitan ini anggaran daerah harus mampu secara optimal
difungsikan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan
pengeluaran, membantu mengambil keputusan dan perencanaan
pembangunan, otoritas peneluaran dimasa-masa yang akan datang, sumber
pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk
memotifasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari
berbagai unit kerja (Jones & Pendlebury, 1996; Mardiason:2002; 177).
Salah satu fungsi angaran adalah sebagai alat untuk mengukur efisiensi dan
efektivitas suatu pemerintah daerah yang menunjukkan hubungan input dan atau
output. Input dalam angaran dinyatakan dalam bentuk pengeluaran dan belanja
untuk menunjukan batas maksimum jumlah uang yang diperkenenkan untuk
dikeluarkan pada setiap tingkat kegiatan yang akan dilaksanakan. Output
dinyatakan dalam bentuk penerimaan atau pendapatan yang menunjukan jumlah
uang yang akan diperoleh dari estimasi hasil minimal yang secara rasional dapat
dicapai. Pengendalian atas hal ini dilakukan dengan cara membandingkan antara
angaran dengaran realisasinya. Dalam pengeluaran daerah, pengendalian
dimaksudkan untuk memastikan jumlah relisasinya peneluaran atau belanja tidak
melebihi dari jumlah yang diangarakan serta untuk mengetahui tingkat kegiatan
pencatatan realisasi pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar
pertimbangan dengan angaran dalam aktivitas pengendalian.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah telah menetapkan landasan yang jelas
dalam penataan pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah, antara
lain berisi mengenai :
1. Prinsip kebijakan perimbangan keuangan;
2. Dasar pendanaan pemerintah daerah;
3. Sumber penerimaan daerah;
4. Pendapatan asli daerah;
5. Dana perimbangan;
6. Dana alokasi umum;

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

3
digilib.uns.ac.id

7. Dana alokasi khusus;


8. Lain-lain pendapatan;
9. Pinjaman daerah;
10. Pengelolaan keuangan dalam rangka desentralisasi;
11. Pertanggungjawaban; dan
12. Pengawasan dan pemeriksaan.
Terkait dengan pengelolaan keuangan daerah Pasal 5 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah disebutkan bahwa kepala daerah selaku kepala pemerintah
daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Dalam
hal ini pemerintah daerah meliputi berbagai fungsi seperti meliputi fungsi
perencanaan umum, fungsi penyusunan anggaran, fungsi pemungutan pendapatan,
fungsi perbendaharaan umum daerah, fungsi penggunaan angaran serta fungsi
pengawasan dan pertanggung jawaban.
Dalam melaksanakan kewenangannya sebagai pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan maka seorang kepala daerah akan sangat
terbebani dalam menetukan segala hal yang terkait mengenai keuangan daerah,
oleh karenanya pemeritah daerah haruslah berpedoman pada peraturan-peraturan
yang ada. Untuk melaksanakan segala peraturan yang dibuat maka dibutuhkan
suatu pola manajemen yang berkualitas dari seorang kepala daerah sehingga pada
akhirnya mampu mencapai tujuan dari pengelolanan keuangan darah. Menuju
kearah tercapainya tujuan dari sistem pengelolaan keuangan daerah yang bagus
bukan lah hal yang mudah karena terkait dengan tugas keseharian dari
pemerintahan daerah. Kepala daerah dalam hal ini menduduki posisi yang sangat
strategis dalam pembangunan di daerah. Dalam Negara berkembang terdapat
tipologi etika pembangunan sebagai mana disampaikan oleh Wahyu Kumortomo.
Di negara-negara berkembang, tugas utama birokrasi lebih dititik beratkan
untuk memperlancar proses pembangunan. Itu lah sebabnya banyak penulis
commit to userberkembang menggunakan istilah
menganalisis administrasi negara-negara

4
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

birokrasi pembangunan. Definisi yang sederhana mengatakan bahwa


pembangunaan adalah proses perubahan dari suatu keadaan tertentu kearah
keadaan yang lebih baik. Dalam tugas-tugas pembangunan, aparat
administrasi diharapkan memiliki komitmen terhadap tinjauan-tinjauan
pembangunaan, baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam
pelaksanaannya secara efektif dan efisien. Dia harus berorientasi kepada
kegiatan (bukan hanya terpaku pada aturan-aturan legalistik), maupun
memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan serta mampu merumuskan
kebijakan-kebijakan tertentu kearah kemajuan. Sinkatnya dia harus mampu
menjadi agen-agen perubahan (change agent). Wajarlah apabila para
administrator pembangunaan diberi hak-hak untuk mengambil kebijakankebijakan yang diperlukan berdasarkan pertimbangan rasional dan
pengalaman yang dimilikinya. Keleluasaan untuk mengambil kebijakan
administratif (administrative discretion) ini diberikan supaya pemerintah
dapat berjalan secara efektif dan proyek-proyek pembangunan yang
kerapkali membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat itu dapat
terlaksana dengan lancar. (Wahyudi Kumorotomo, 1992:89)
Peningkatan daya kritis masyarakat terhadap kontrol kebijakan dalam hal
desentralisasi fiskal mengeniai pengelolaan keuangan daerah menjadikan peran
kepala daerah menjadi meteri pokok sistem evaluasi kinerja aparatur pemerintah
daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Dalam sistem pengelolaan keuangan
daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daearh, dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan

Daerah

telah

membawa

konsekuensi

harus

dilaksanakannya

pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien sesuai dengan prinsipprinsip yang berlaku.
Partisipasi masyarakat dalam proses siklus anggaran (meliputi tahap
penyusunaan anggaran, tahap pengawasan pelaksanaan angaran serta tahab
pertanggung jawaban angaran), akan sangat menentukan keberhasilan pemerintah
daerah dalam mendukung angaran daerah sebagai instrument manajemen ini.
Keterlibatan masyarakat dalam seluruh siklus angaran diharapkan akan mampu
mengatasi berbagai permasalahan angaran, seperti kebocoran dan pemborosan
commit to user

5
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

atau penyimpangan pengalokasian angaran yang cenderung lebih berorientasi


pada kepentingan birokrasi dan bukan kepentingan masyarakat.
Pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal dalam pengelolaan keuangan
daerah

sering

sekali

mengalami

kesulitan-kesulitan

atau

permasalahan-

permasalahan di dalam prakteknya. Hai ini mendorong pemerintah daerah untuk


lebih memperhatikan kebijakan yang dikeluarkannya, yang mana kebijakan
tersebut harus sesuai dengan perundang-undangan dan kebijakan tersebut harus
berpihak pada rakyat. Selain itu tanggungjawab pemerintah sangat diperlukan
dalam pelaksana kebijakan desentralisasi fiskal dalam pengelolaan keungan
daerah.
Dengan memperhatikan unsur tanggung jawab keterbukan informasi maka
selayaknya pemerintah daerah memberikan tempat yang seluas-luasnya bagi
keinginan masyarakat dalam hal transparasi demi terselenggaranya suatu tata
kelola pemerintahan daerah yang baik. Serta dengan melakukan pertimbangan dan
pemikiran yang matang agar kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah dapat terlaksanakan sesuai tujuan pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun skripsi dengan judul,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

DESENTRALISASI FISKAL MENGENAI PENGELOLAAN KEUANGAN


DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah

implementasi

kebijakan

desentralisasi

fiskal

terhadap

pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Klaten tahun 2009?


2. Permasalahan apa yang muncul dalam implementasi kebijakan desentralisasi
fiskal terhadap pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Klaten tahun 2009?
commit to user

6
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Strategi dan kebijakan apa sajakah yang ditempuh pemerintahan daerah untuk
mengatasi permasalahan yang muncul dalam implementasi kebijakan
desentralisasi fiskal Kabupaten Klaten tahun 2009?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan agar dengan tujuan dapat memberikan suatu
manfaat ini dapat menemukan intisari hukum dari gejala-gejala hukum yang
terkandung dari materi atau obyek yang diteliti melalui suatu kegiatan ilmiah.
Kegiatan ilmiah tersebut dilakukan berdasarkan pada metode-metode,
sistimatika dan pemikiran tertentu yang pada akhirnya dapat di tarik kesimpulan
mengenai gejala-gejala hukum tersebut dengan cara menganalisa secara seksama.
Pemeriksaan terhadap fakta hukum juga dilakukan untuk kemudian
diusahakan mengenai suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang
terjadi di dalam gejala yang bersangkutan dan juga harus mempunyai tujuan yang
jelas, sehingga dengan adanya tujuan tersebut dapat dicapai solusi atas masalah
yang dihadapi saat ini. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian
ini mempunyai tujuan sebagai berikut;
1. Tujuan Obyektif
a.

Mengetahui

pelaksanaan

kebijakan

desentralisasi

fiskal

terhadap

pengelolaan keuangan Kabupaten Klaten tahun 2009.


b.

Mengetahui Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kebijakan


desentralisasi fiskal terhadap pengelolaan keuangan daerah Kabupaten
Klaten tahun 2009.

c.

Mengetahui Strategi dan kebijakan yang ditempuh pemerintahan daerah


untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kebijakan
desentralisasi fiskal Kabupaten Klaten tahun 2009.

commit to user

7
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data sebagai bahan utama dalam penyusunan penulisan
hukum guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah wawasan tentang pelaksanaan kebijakan desentralisasi
fiskal di Kabupaten Klaten tahun 2009.
c. Untuk meningkatkan serta mendalami materi kuliah yang diperoleh di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian
Nilai suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat
diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
pengembang ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu hukum pada
khususnya terutama Hukum Administrasi Negara dan Hukum Keuangan
Daerah tentang kebijakan desentralisasi fiskal.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mendalami teori-teori yang telah
diperoleh selama menjalani kuliah strata satu Fakultas Hukum Unuversitas
Sebelas Maret Surakarta. Serta memberikan landasan untuk penelitian lebih
lanjut.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu materi
mengajar mata kuliah Hukum Administrasi Negara.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang telah diteliti.
b. Hasil penelitian ini dapat membantu penulis dalam memahami tentang
commit to user
pengelolan keuangan daerah di Kabupaten Klaten tahun 2009.

8
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya maupun bagi Pemerintah


Daerah Kabupaten Klaten dalam konteks pengelolaan keuangan daerah.

E. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi,
teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 35).
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan
metode penulisan antara lain sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian hukum sosiologis atau empiris yang
terdiri dari penelitan tahap identifikasi hukum dan penelitian terhadap
efektifitas hukum. Maksudnya adalah metode ini mengartikan hukum kepada
suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuhan konkrit
dalam masyarakat. Hukum dikonsepsikan sebagai gejala empiris yang dapat
diamati dalam kehidupan. Hukum tidak dikonsepsikan secara filosofimoralitas sebagai ius constituendum, dan tidak pula secara positif sebagai ius
constitutum, melainkan empiris (Bambang S, 1997: 5). Penelitian yang
peneliti lakukan adalah termasuk penelitian deskeptif dan metode kualitatuf.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di kantor DPPKAD (Dinas Penglolaan
Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah) bidang belanja, bidang PAD
(Pendapatan Asli Daerah) dan bidang hukum dalam lingkup Pemerintahan
Kabupaten Klaten.
3. Jenis Data
Adapun jenis data yang peneliti kumpulkan meliputi:
a. Data Primer, yaitu data yang di peroleh langsung dari lapangan yang
commit to user
berkaitan dengan objek penelitian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara

9
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dengan pejabat Pemerintah Kabupaten Klaten dinas DPPKAD yauitu : AR.


Inarsoyo (Kepala Bidang Belanja Daerah), Drs. Andriyanto Har (Kepala
Bidang Pendapatan Asli Daerah), Wahyu Lestari Nurwaruju , S.Ip, M.Si
(Kepala Seksi Retribusi Daerah dan Penerimaan Lain-Lain), Agus R, MM
(Kepala Bidang Kas dan Akuntansi)
b. Data Sekunder, yaitu data yang dapat mendukung keterangan data primer.
Data ini diperoleh secara tidak langsung melalui dokumen, laporanlaporan, buku-buku, peraturan-peraturan dan literatur lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
4. Sumber Data
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri
dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan

perundang-undangan

dan

putusan-putusan

hakim

(Peter

Mahmud Marzuki, 2006: 141).


Bahan hukum primer adalah menggunakan bahan hukum yang
mengikat, maka yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UndangUndang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolan Keuangan Daerah, Peraturan Daerah
Kabupaten Klaten Nomor 8 Tahun 2009 tentang Retribusi izin Di Bidang
Kesehatan, Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 14 tahun 2009
tentang Retribusi Izin Trayek,. Peraturan Daerah kabupaten Klaten Nomor
10 Tahun 2007 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten
Klaten Nomor 11 Tahun 2007 tentang Retribusi
Alam.
commit to user

Pemakaian Kekayaan

10
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Bahan Hukum Sekunder


1) Bahan hukum primer
Yaitu norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan.
Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer antara lain :
a) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
b) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
c) Peraturan Pemerintah Daerah No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
2) Bahan hukum sekunder
Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, seperti hasil-hasil seminar, pendapat dari pakar hukum
yang relevan dengan penelitian ini, artikel koran dan internet serta
bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dann
sekunder, seperti misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia dan bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah
yang ditelliti.

5. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dari sumber yang telah di tentukan diatas
penulis menggunakan teknik pengumpulan data primer yaitu dengan
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan dilakukan oleh kedua pihak yaitu pewawancara (interviewr)
yang mengajukan peryataan dan yang diwawancara (interviee) yang
memberikan jawaban atas pernyataan itu (Lexy J. Moleong,2001:135)
Hasil wawancara tentang dilakukan untuk mendapatkan data primer
dilaksanakan dengan menggunakan jenis wawancara dengan susunan
commit to user
pernyataan yang dikombinasikan dengan pernyataan yang bersifat alamiah

perpustakaan.uns.ac.id

11
digilib.uns.ac.id

atau sepontanitas, dimana wawancara dilakukan dengan pihak Kepala


Daerah dan pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah Kabupaten Klaten.
Sedangkan untuk data sekunder digunakan tehnik pengumpulan data studi
kepustakaan. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yaitu
dengan cara mengumpulkan dan mempelajari serta memahami buku-buku,
perundang-undangan serta karya ilmiah yang berhubungan dengan
penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini penting agat datadata yang
sudah terkumpul dapat dianalisis sehingga dapat menghasilkan jawaban
guna memecahkan masalahmasalah yang telah ditemukan diatas. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan analisis kualitatis dengan model
interaktif, yaitu komponen reduksi data dan penyajian data dilakukan
bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data terkumpul maka
tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang
maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan data
lapangan (H.B. Sutopo, 1999 : 8).
Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data.
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari data
fieldnote.
b. Penyajian data.
Merupakan suatu realita organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian data meliputi berbagai
jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan
juga tabel.
c. Kesimpulan atau verifikasi.
Dalam pengumpulan data penelitian harus sudah memahami arti
berbagai hal yang ditemui, dengan melakukan peraturanperaturan,
pencatatan-pencatatan, polapola, pertanyaanpertanyaan, konfigurasicommit to user

12
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

konfigurasi, arahan sebab akibat dan berbagai reposisi kesimpulan yang


diverifikasi.
Adapun skema teknik analisis kualitatif dengan interaksi model adalah
sebagai berikut :
Pengumpulan
Data

Sajian
Data

Reduksi
Data

Penarikan
Kesimpulan
Gambar 1
Metode Analisis Interaktif

F. Sistematika Penulisan Hukum


Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi
penulisan hukum ini dapat dibagi menjadi empat bab dengan sistematika sebai
berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah yang
berisi tentang isu hukum APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Klaten), rumusan masalah berisi tentang
implementasi kebijakan desentralisasi fiskal terhadap pengelolaan
keuangan daerah Kabupaten Klaten tahun 2009, permasalahan
dalam implementasi kebijakan desentarlisasi fisikal Kabupaten
Klaten tahun 2009, strategi dan kebijakan yang ditempuh
commit to user
Pemerintah Daerah untuk mengatasi permasalahan dalam

13
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

implementasi kebijakan desentarlisasi fisikal Kabupaten Klaten


tahun 2009; tujuan penelitian berisi tujuan obyektif dan subyektif,
manfaat penelitian berisi manfaat teoritis dan praktis, metode
penelitian berisi jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis data,
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data; dan
sistematika penulisan hukum berisi deskriptif dari skripsi yang
dibuat.
BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi kerangka teori dan kerangka pemikiran yang
diuraikan mengenai kajian pustaka berkenaan dengan judul dan
masalah yang diteliti yang memberikan landasan, yaitu tinjauan
tentang desentralisasi, tinjauan tentang pengelolaan keuangan,
tinjauan tentang keuangan daerah dan tinjauan tentang kabupaten
Klaten

BAB III

: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini berisi laporan hasil penelitian yang diperoleh yang
disertai dengan pembahasan yang dikaitkan dengan permasalahan,
kerangka teori, kerangka pemikiran, dengan teknik analis data yang
telah ditentukan dalam metode penelitian yaitu, implementasi
kebijakan desentralisasi fiskal terhadap pengelolaan keuangan
daerah Kabupaten Klaten tahun 2009, program-program prioritas
pembangunan daerah Kabupaten Klaten tahun 2009, iktisar
pencapaian kinerja keuangan tahun anggaran 2009, permasalahan
dalam implementasi kebijakan desentarlisasi fisikal Kabupaten
Klaten tahun 2009, strategi dan kebijakan yang ditempuh
Pemerintah

Daerah

untuk

mengatasi

permasalahan

dalam

implementasi kebijakan desentarlisasi fisikal Kabupaten Klaten


tahun 2009
commit to user

14
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan yang intinya bahwa terdapat
perbedaan pada APBD (Angeran Pendapatan dan Belanja Daerah)
Kabupaten Klaten tahun 2009 antara yang dianggarkan dan
realisasinya, hal ini dikarenakan bebera faktor dan Pemerintah
Daerah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
permasalan perbedaan pada APBD (Angeran Pendapatan dan
Belanja Daerah) Kabupaten Klaten tahun 2009 antara yang
dianggarkan dan realisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

15
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Desentralisasi
a. Pengertian desentraliasasi
Desentralisasi adalah suatu istilah yang luas dan selalu menyangkut
persoalan kekuatan (power), biasanya dihubungkan dengan pendelegasian
atau penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat di
daerah atau kepada lembaga-lembaga pemerintahan di daerah

untuk

menjalankan unsur-unsur pemerintahan di daerah. Dalam Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2004 dalam Pasal 1 ayat (7) desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi adalah azas penyelenggaraan pemerintah yang di
pertentangkan

dengan

sentralisasi.

Desentralisasi

menghasilkan

pemerintahan lokal. Adanya pembagian kewenangan serta tersediaanya


ruang gerak yang memadai untuk memakanai kewenangan yang diberikan
kepada unit pemerintahan yang lebih rendah (pemerintah lokal).
b. Desentralisasi Dalam Ilmu Administrasi Negara
Desentralisasi di dalam sistem pemerintahan menjadi bagian dari
studi Ilmu Administrasi Negara. Di dalam Ilmu Administrasi Negara, tema
tentang desentralisasi terutama berkenaan dengan fenomena tentang
delegation of autohority and responsibility yang dapat diukur dari
sejauhmana unut-unit organisasi bawah memiliki wewenang dan tanggung
jawab di dalam proses pengambilan keputusan.
Secara teoritis, terdapat dua cara melihat desentralisasi authority
commit to user
dan responsibility itu dapat dibagi (divided), yaitu didasarkan pada
15

16
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

function dan didasarkan pada area. Penerapan dari kedua dasar


pembagian itu akan bervariasi pada setiap bentuk organisasi, dan biasanya
dihadapkan dengan pertentangan-pertentangan kepentingan. Tidak jarang
terjadi bahwa kalau unit-unit pada pusat organisasi diberi fungsional yang
besar, justru cenderung mengakibatkan lemahnya posisi dan efektvitas
pada unit organisasi dibawahnya. Demikian pula sebaliknya.
c. Faktor-faktor Utama Penentu Sukses Atau Gagalnya Desentralisasi
Ada 4 (empat) faktor utama yang dapat menentukan sukses atau
gagalnya desentralisasi yaitu:
1) Besarnya dukungan yang diberikan oleh pimpinan-pimpinan politik
dan birokrat di tingkat pusat terhadap kebijakan desentralisasi melalui
nama kewenangan-kewenangan didelegasikan.
2) Sejauhmana kebijakan-kebijakan dan program-program didelegasikan
untuk mendukung desentralisasi terutama dalam pengambilan
keputusan dan administrasi.
3) Sejauhmana perilaku sikab dan kultur darri birokrasi kondusif
terhadap proses desentralisasi terutama dalam pengambilan keputusan
administrasi.
4) Sejauhmana adanya dukungan yang memadai dalam bentuk keuangan,
tenaga kerja/personel dan sumber-sumber daya lainnya terhadap
proses desentralisasi (Rondinell et al, 1984 : 46 47)
d. Desentralisasi dan Keuangan Daerah
Salah satu faktor yang penting mempengaruhi keberhasilan
desentralisasi adanya penyerahan sumber dana, sumber daya manusia dan
perangkat fisiknya yang memadahi untuk mendukung pelaksanana urusan
yang diserahkan ke daerah. Dalam konteks tersebut membutuhkan suatu
kebijakan keuangan daerah yang efektif. Kebijakan keuangan daerah
sendiri mencakup berbagai aspek yaitu:
commit to user

17
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1) Pembiayaan dalam rangka asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas


pembantuan.
2) Sumber pendapatanAsli Daerah.
3) Pengelolaan Keuangan Daerah dan peningkatan kemampuan aparatur
di daerah dalam mengelola keuangan dan pendapatan daerah.
Berdasarkan asas desentralisasi, semua urusan pemerintah daerah,
baik mengenai pengeluaran belanja pegawai dan operasional daerah dari
maupun mengenai proyek-proyek pembangunan daerah harus dibiayai dari
APBD. Tidak berarti behwa pemerintah daerah harus mempunyai
penerimaan asli daerah (pajak dan retribusi daerah) yang mencukupi untuk
segala pengeluaran tersebut, akan tetapi

dapat juga dari penerimaan

daerah berupa subsidi atau bagi hasil dari pusat. Hanya saja jika pusat
memberikan subsidi kepada daerah dalam rangka pelaksanaan asas ini,
maka subsidi tersebut besifat beban (block Grant), dimana pengunaannya
sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah dalam APBD.
e. Pengertian Desentralisasi fiskal
Desentralisasi fiskal adalah merupakan kewenangan (authority) dan
tanggung jawab (responsibility) dalam penyusunan, pelaksanaan dan
pengawasan

anggaran

daerah

(APBD)

oleh

pemerintah

daerah.

Desentralisasi Fiskal adalah adalah transfer kewenangan di area tanggung


jawab finansial dan pembuatan keputusan termasuk memenuhi keuangan
sendiri, ekspansi pendapatan lokal, transfer pendapatan pajak dan otorisasi
untuk meminjam dan memobilisasi sumber-sumber pemerintah daerah
melalui jaminan peminjaman (Litvac dan Seddon, 1998: 3) dalam Sait
Abdullah (2005:64)).
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengarahkan ekonomi suatu daerah melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak dan retribusi) pemerintah. Instrumen utama
kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Dalam kebijakan fiskal
commit to user
daerah yang dibuat pemerintah daerah untuk mengarahkan keadaan suatu

perpustakaan.uns.ac.id

18
digilib.uns.ac.id

daerah melaluai pengeluaran dan pendapatan, yang mana hal ini tertuang
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Amandemen undang-undang desentralisasi yang dilakukan pada
tahun 2004 menitikberatkan kepada mekanisme pemantauan oleh
pemerintah pusat, dan perbaikan kepada pertanggungjawaban
pengeluaran pemerintah daerah. Disisi fiskal, UU No. 33 tahun
2004 memperbesar basis bagi hasil pajak dari sumber daya alam
yang dimiliki daerah, maupun dari pajak tingkat nasional lainnya,
dan perluasan total dana yang menjadi sumber DAU. Perubahan
kebijakan desentraliasi fiskal itu sendiri merupakan cerminan dari
kebutuhan fiskal yang terus membesar di tingkat daerah, praktek
soft budget constraint dari sisi pemerintah pusat yang juga
disebabkan oleh lambatnyareformasi pajak daerah.(www.grand
desigen_desentralisasi fiskal Indonesia.com)
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah. Pajak yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota
terdiri dari tujuh jenis yaitu;
1) Pajak hotel;
2) Pajak restoran;
3) Pajak hiburan;
4) Pajak reklame;
5) Pajak penerangan jalan;
6) Pajak pengambilan bahan galian; dan
7) Pajak parkir.
Retribusi dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai akibat adanya kontra prestasi yang diberikan oleh
pemerintah daerah atau pelayanan yang yang diberikan oleh pemerintah
daerah yang lansung dinikmati secara perorangan oleh warga masyarakat
dan pelaksanannya didasarkan
peraturan yang berlaku. Kebijakan
commitatas
to user

19
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

desentalisasi fiskal merupakan rangkaian konsep atau proses pembuatan


keputusan dan asas yang menjadi pedoman dalam kebijakan desentralisasi
fiskal.
Desentralisasi fiskal yang merupakan bagian dari otonomi daerah
mempunyai keharusan untuk mentukan fungsi fiskal yang sebaiknya
dilaksanakan oleh daerah dalam rangka mencapai tujuan pemberian
otonomi kepada daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemeritahan Daerah Pasal 66 ayat (3) telah menetapkan fungsi alokasi
sebagai tanggung jawab daerah. Kedekatan kepala daerah dengan
masyarakat merupakan alasan utama penerapan desentralisasi fiskal
sebagai tugas daerah. Daerah dianggap lebih mengetahui aspirasi
masyarakatnya sehingga kebijakan publik dapat ditetapkan sesuai dengan
keinginan masyarakat.
2. Tinjauan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
a. Pengertian Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah. Sedangkan APBD
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam angaran tertentu,
artinya bahwa APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan
daerah dan semua belanja daerah dalam rangka pelaksanana desentralisasi
bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalan APBD. Semua
pengeluaran dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang
ditetapkan dalam APBD sehingga APBD menjadi dasar bagi kegiatan
pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
commit to user

20
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Sistem Pengurusan Keuangan Daerah


Dalam pengurusan keuangan negara, dikenal adanya organ atau
kewenangan sebagai berikut:
1) Pengurusan administratif (administratif beheer)
Pengurus administratif atau dikenal juga sebagai pengurus umum,
mengandung unsur hak penguasaan serta memberikan perintah
menagih dan perintah membayar. Pelaksanaan pengurusan ini
membawa akibat pengeluaran dan/ atau penerimaan daerah.
2) Pengurus khusus (comptabel beheer)
Pengurusan khusus atau dikenal dengan bendaharawan mengandung
unsur

kewajiban

yaitu

menerima,

menyimpan,

mengeluarkan/membayar uang atau yang disamakan dengan uang


dan barang milik daerah dan selanjutnya mempertanggungjawaban
kepada Kepala Daerah.
c. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah terdapat apa yang disebut
sebagai asas umum pengelolaan keuangan daerah yaitu:
1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
dan manfaatuntuk masyarakat (Pasal 4 ayat (1) ).
2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatusistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah (Pasal 4 ayat (2)).
3) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan (Pasal 5 ayat (1)).
commit to user

21
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Tata Usaha Keuangan Derah


Tata

usaha

mengagenda,

umum

memprediksi,

menyangkut

kegiatan

surat-menyurat,

menyimpan

surat-surat

penting

atau

memngarsipkan serta kegiatan dokumentasi lainnya. Sementara tata


uasaha keungan intinya adalah tata buku yang merupakan rangkaian
kegiatan

yang

dilakukan

secara

sistematis

dibidang

keuangan

berdasarkan prinsip-prinsip, standar-standar, tertentu serta prosedurprosedur tertentu sehingga dapat memberikan informasi aktual di bidang
keuangan. Kegiatan ini dikenal dengan sebutan akuntansi yang sekarang
ini telah berkembang sangat pesat baik di bidang akuntansi perusahaan
maupun balam bidang akuntansi pemerintahan.
Salah satu tujuan dari tata buku (akuntansi) ini adalah menyediakan
informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehinga dapat
menyediakan

laporan

keuangan

yang

handal,

dapat

dipertanggungjawabkan, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk


mengevaluasi pelaksanaan keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan
keputusan serta perencanaan untuk masa yang akan datang.
e. Pengeloaan Keuangan Daerah
Dalam pengelolaan keuangan daerah beberapa hal yang menjadi
pedoman adalah tercantum sebagaimana dalam Pereturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah yaitu:
1) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan (Pasal 5
ayat (1) ).
2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan:
a) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
committentang
to userpengelolaan barang daerah;
b) menetapkan kebijakan

22
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c) menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;


d) menetapkan

bendahara

penerimaan

dan/atau

bendahara

pengeluaran;
e) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan daerah;
f) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan
utang dan piutang daerah;
g) menetapkan pejabat yang bertugas melakukanpengelolaan
barang milik daerah; dan
h) menetapkan pejabat yang bertugas melakukanpengujian atas
tagihan dan memerintahkan pembayaran (Pasal 5 ayat (2) ).
3) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
a) Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku PPKD
(pejabat Pengelola Keuangan Daerah);
b) Kepala SKPD (Satuan Kerja Pernagkat Daerah) selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah (Pasal 5 ayat (1)).
4) Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Sekretaris Daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan
daerah.
5) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah berpedoman
pada peraturan perundangundangan.
3. Tinjauan Tentang Kabupaten Klaten.
a. Georafi Kabupaten Klaten
1) Letak Geografi
Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 73219
sampai74833 dan antara 1102614 sampai 1104751. Letak
Kabupaten Klaten cukup stategis karena berbatasan langsung kota
Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah
commit to user

23
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota


wisata.
2) Luas Penggunaan Lahan
Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar 65.556 ha,
terbagi dalam 26 kecamatan, 401 desa/kelurahan. Dari 65.556 ha
luas Kabupaten Klaten, 50,97 persen (33.412 ha) merupakan lahan
pertanian dan 39,29 persen (25.760 ha) merupakan lahan bukan
pertanian dan yang sisanya 9,74 persen adalah bukan lahan
pertanian. Seiring dengan perkembangan keadaan, terjadi perubahan
penggunaan dari lahan pertanian ke non pertanian. Hal ini ditunjukan
dari luas lahan sawah yang terus mengalami penurunan (tahun 2009;
0,03 persen), sedangkan lahan bukan pertanian mengalami kenaikan
(tahun 2009 sebesar 0,03 persen).
b. Letak geografis
1) Wilayah Kabupaten Klaten terletak antara :
Bujur Timur

Lintang Selatan

1100 26 14 - 1100 47 51
70 32 19 - 70 48 33

2) Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten :


Sebelah Utara

Kabupaten Boyolali;

Sebelah Timur

Kabupaten Sukoharjo;

Sebelah Selatan

Kabupaten Gunung Kidul (DIYogyakarta);

Sebelah Barat

Kabupaten Sleman (DIYogyakarta).

3) Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran :


Sebelah Utara :

Dataran Lereng Gunung Merapi;

Sebelah Timur :

Membujur Dataran Rendah;

Sebelah Selatan :

Dataran Gunung Kapur.

4) Jarak Kota Klaten Dengan Kota Lain Se Eksidenan Surakarta :


Kota Klaten ke Kota Boyolali

38 Km;

Kota Klaten ke Wonogiri

67 Km;

Kota Klaten ke Kota


Solo to user
commit

36 Km;

24
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kota Klaten ke Karanganyar

49 Km;

Kota Klaten ke Kota Sukoharjo

47 Km;

Kota Klaten ke Sragen

63 Km.

c. Keadaan Wilayah
1) Keadaan Wilayah Kabupaten Klaten
a) Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara
meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan
Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung.
b) Dataran Rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah
merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur.
c) Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan
meliputi sebagian kecil sebelah selatan kecamatan Bayat dan
Cawas.
Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran
rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah
Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial
disamping penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari
Gunung Merapi.
a) Ketinggian Daerah Kabupaten Klaten:
(1) Sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0 - 100 meter di atas
permukaan laut;
(2) Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100 500 meter
diatas permukaan laut; dan
(3) Sisanya 12,76% terletak diantara ketinggian 500 2.500 meter
diatas permukaan laut.
b) Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten
Jenis tanah terdiri dari 5 (lima) macam :
(1) Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat
di daerah kecamatan
Bayat.
commit
to user

25
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(2) Regosol Kelabu : Bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier
terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah,
Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen,
Klaten Utara, Ceper, Pedan, Karangdowo, Juwiring, Wonosari,
Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom.
(3) Grumusol Kelabu Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir
vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas
sebelah selatan.
(4) Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua :

Bahan induk

berupa batu kapur napal terdapat di daerah Kecamatan Klaten


Tengah dan Kalikotes sebelah selatan.
(5) Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan pasir
vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang,
Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi.
Kabupaten klaten terbentang di antara daerah istimewa Yogyakarta
dan Surakarta yang melewati jalan raya Yogya-Solo mempunyai peran
sangat penting dalam memperlancar segala kegiatan ekonomi. Di samping
daerah mediterania antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota
Surakarta masih terdapat pula beberapa obyek wisata antara lain:
Candi : Candi Bubrah, Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi Merak;
Makam : Makam Sunan Bayat ( Ki Ageng Pandanaran), makam Pujangga
R. Ngabei Ronggo Warsito dan makam Ki Ageng Perwito;
Lainnya : Rowo Jombor, Deles Indah, Musium Gula dan Monumen Juang
1945 serta Pemancingan Janti.
d. Pemerintahan
1)

Wilayah Administrasi
Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391 desa
dan 10 kelurahan.

Seluruh desa yang ada merupakan desa

swasembada. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah


commit to user

26
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Cawas sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit kecamatan


Kalikotes dan Kebonarum masing-masing 7 desa.
2)

Kepegawaian
Tahun 2009 jumlah pegawai negeri di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Klaten termasuk guru sebanyak 16.593
orang, mengalami penurunan sebesar 0,25 persen dari tahun 2008.
Sedangkan bila dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, lulusan
SD sebesar 2,46 persen, lulusan SLTP 4,23 persen, lulusan SLTA
34,74 persen Diploma 28,20 persen, Sarjana dan Pasca Sarjana
30,36 persen

3)

DPRD
Hasil pemilu tahun 2009 menghasilkan lima partai dengan
suara terbanyak yakni PDI Perjuangan, Partai Amanat Nasional,
Golongan Karya, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Kebangkitan
Bangsa. Selama tahun 2009 belum ada peraturan daerah (Perda)
yang dihasilkan. Sedangkan sidang yang dilakukan dewan
mengalami penurunan sebesar 1,66

persen bila dibandingkan

dengan tahun 2008.


e. Penduduk
1) Penduduk Kabupaten Klaten
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari
pembangunan, dalam rangka membentuk manusia Indonesia
seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia. Tahun 2009 jumlah
penduduk Klaten sebesar 1.303.910 jiwa, kondisi ini menunjukan
penambahan

3.416

jiwa

dari

tahun

sebelumnya

dan

pertumbuhannya sebesar 0,26 persen.


Pertumbuhan jumlah penduduk seyogyanya diimbangi
dengan pemerataan penyebaran penduduk. Secara umum kepadatan
penduduk di Kabupaten Klaten merata untuk semua kecamatan,
commit to user

27
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kecuali Kecamatan Kemalang yang paling rendah kepadatannya


sebesar 676 jiwa per km2.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Klaten sebesar
95,79, ini berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari
laki-laki. Untuk penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar
987.676 jiwa, sekitar 75,74 persen dari total penduduk Klaten
2) Tenaga Kerja
Tenaga

kerja

adalah

modal

bagi

geraknya

roda

pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus


mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses
demografi. Tahun 2009 jumlah pencari kerja sebanyak 16.315
orang mengalami penurunan

sebesar 6,18 persen dibandingkan

dengan tahun 2008. Tingkat pendidikan untuk pencari kerja yang


terbanyak adalah SMU/SMK sebesar 9.395 orang.
3) Keluarga Berencana
Peserta KB aktif di Kabupaten Klaten tahun 2008 mencapai
162.485 akseptor dan peserta KB baru sebesar 23.652 akseptor.
Sedangakan metoda alat kontrasepsi yang banyak digunakan untuk
peserta KB baik aktif atau baru adalah suntik.
4) Transmigrasi
Salah satu usaha untuk memperluas kesempatan kerja
adalah melalui program transmigrasi selain untuk pemerataan
penduduk. Pada tahun 2009 jumlah transmigran yang berangkat
dari Kabupaten Klaten sebesar 15 KK, kondisi ini mengalami
penurunan

dibandingkan tahun 2008. Adapun tujuan paling

banyak adalah ke Sulawesi.


f. Keuangan
1) Keuangan Daerah
commit to user

28
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Realisasi pendapatan asli daerah pada tahun anggaran 2009


terhimpun sekitar 984.534.437.004 rupiah naik sekitar 9,30 persen
dibandingkan tahun anggaran 2008. Pajak daerah memberikan
kontribusi paling tinggi yaitu sebesar 20.176.815.291 rupiah atau
sekitar 37,09 persen dari total pendapatan asli daerah.
Sejalan dengan realisasi pendapatan asli daerah, realisasi belanja
daerah untuk tahun anggaran 2009 sebesar 981.121.677.296 atau turun
sebesar 1,90 persen dibandingkan realisasi belanja daerah tahun 2008.
2) Koperasi dan Perbankan
Peranan Koperasi dan perbankan dalam kegiatan perekonomian
daerah sangat penting. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, giro maupun deposito cukup besar, tapi pada
tahun 2009 secara umum mengalami kenaikan. Begitu juga jumlah
peminjam di koperasi mengalami penurunan sebesar 4,07 persen
dibanding tahun 2008, sebanding juga dengan jumlah uang yang
dipinjamkan mengalami penurunan sebesar 34,55 persen

B. KERANGKA PEMIKIRAN
Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintahan daerah berdasarkan
desentralisasi yang di berikan oleh pemerintah pusat negara kesatuan republik
indonesia kepada pemerintah daerah, yang mana desentralisasi tersebut terlaksana
pada daerah otonom. Pemerintah daerah memiliki wewenang yang hampir
penuh atas penggunaan sumber-sumber fiskal. Pemerintah daerah melakukan
kontrol terhadap pengeluaran dari seluruh sumber penerimaan. Hal ini meliputi
penerimaan daerah dari pajak dan retribusi, pendapatan dari sumber-sumber daya
alam, dan dana hibah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah telah membawa banyak
perubahan yang mendasar dalam implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di
Indonesia. Hal tersebut antara lain terlihat dari perbaikan formula pengalokasian
commit to user
dana-dana yang didaerahkan. Perbaikan juga dilakukan dalam mekanisme

29
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

penyaluran Transfer ke Daerah (DAU, DAK, DBH Pajak, dan DBH SDA) yang
saat ini sudah dilaksanakan langsung dari Rekening Kas Umum Negara di
Bendahara Umum Negara (BUN) ke Rekening Kas Umum Daerah. UndangUndang 33 Tahun 2004 telah meletakkan perubahan yang fundamental dalam
pelaksanaan kebijakan desentralisasi, dari yang semula didominasi oleh
Pemerintah Pusat kemudian bergeser dengan memberikan keleluasaan yang lebih
besar

kepada

Pemerintah

Daerah

dalam

menyelenggarakan

tugas-tugas

pemerintahan di Daerah. Dengan dilaksanakannya sistem desentralisasi tersebut,


harapan seluruh komponen bangsa tidak hanya ditujukan pada efisiensi alokasi
arus barang publik di Daerah, tetapi juga mendekatkan pada pelayanan kepada
masyarakat lokal, mendorong demokratisasi, mengakomodasi aspirasi Daerah dan
partisipasi masyarakat, serta merekatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah daerah memiliki dua fungsi dalam halini yaitu sebagai
pengawas dan pengatur. Pengawasan yang dilakuakan oleh pemerintah pusat
adalah mengenai urusan pemerintahan yang berdasar pada;
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Perimbangan Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi Dan Perintahan Daerah Kabupaten/Kota
Sedangkan dalam hal mengatur Pemerintah Daerah mengeluarkan
Peraturan Daerah yang mana peraturan tersebut dijadikan dasar dalam
menyusunan APBD. Selain berpedoman pada Peraturan Daerah, penyusunan
APBD juga berpedoman pada;
1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
3. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan
Keuangan Negara
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan
Nasional
to user
5. Undang-Undang Nomor 32 commit
Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah

30
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
7. Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Daerah

Tahun

Anggaran2009
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, disebutkan bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah.
Pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), dan Lain-lain Pendapatan yang Sah
(LPS). Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala/
pimpinan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD
dan kepala/pimpinan SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
Setelah penyusunan APBD selesai maka tahab selanjutnya adalah pelaksanaan
APBD yang telah di setujui oleh penerintah daerah dan dijalankan pada masingmasing subtansi atau organ-organ pemerintah daerah.

commit to user

31
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

KERANGKA PEMIKIRAN
NKRI
PEMERINTAH
PEMERINTAHAN DAERAH

-Otonomi
- Desentralisasi

DPRD

Pemerintah
Daerah
Mengatur

Mengawasi
Urusan Pemerintahan
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah provinsi, dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Desentraliasi Fiska

PERDA

APBD

Pelaksanaan APBD

Pemerintahan Daerah

1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara
1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
2. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan Keuangan Negara
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Pembangunan Nasional
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
BAB
III
Pemerintah Daerah
6. Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan
commit
to user Keuangan Daerah
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2008 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009

32
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap


Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2009
Pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal tertuang dalam APBD
(angaran pendapaten dan belanja dareah). Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah menurut Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 58 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah suatu
rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
Daerah tentang APBD. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan
rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan semua belanja daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk memenuhi target
yang ditetapkan dalam APBD. Semua pengeluaran daerah dan ikatan yang
membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai
jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD sehingga APBD menjadi
dasar bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan
daerah.
Berbeda dengan penganggaran yang merupakan proses atau metode
untuk mempersiapkan suatu anggaran. Dalam organisasi pemerintah daerah
penganggaran merupakan suatu tahapan yang cukup rumit dengan rentang
waktu yang cukup panjang dan mengandung nuansa politik. Proses
penganggaran dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategis
telah selesai dilakukan. Dalam hal ini anggaran merupakan artikulasi dari hasil
perumusan strategi dan perencanaan strategis yang telah dibuat. Tahap
penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan
tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang
sudah ditetapkan. Anggaran dalam hal ini merupakan pengelolaan
perencanaan operasional / managerial plan for action untuk memfasilitasi
tercapainya tujuan organisasi ( Badrul Munir, 2003: 26 ).
commit to user
32

33
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah dapat


digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2
Skema Proses Penyusunan APBD

Anggaran

Daerah

dalam

penyelenggaraan

sistem

manajerial

pemerintah daerah merupakan hal yang sangat penting, sehingga mempunyai


kedudukan dalam peran dan fungsi anggaran. Arti penting anggaran daerah
dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan
dan menjamin kesinambungan pembangunan, serta meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang
ada terbatas (scarcity of resources).
commit to user

34
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Di samping itu anggaran daerah mempunyai peran penting dalam


sistem keuangan daerah, peran ini dapat dilihat berdasarkan fungsi utamanya
yaitu:
1. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan yang digunakan untuk :
a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan sesuai dengan visi dan
misi yang ditetapkan.
b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.
c. Mengalokasikan sumber-sumber ekonomi pada berbagai program dan
kegiatan yang telah disusun.
d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat penapaian strategi.
2. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang digunakan antara lain:
a. Mengendalikan efisiensi pengeluaran.
b. Membatasi kekuasaan atau kewenangan pemerintah daerah.
c. Mencegah adanya kelebihan pengeluaran (overspending) kekurangan
pengeluaran (underspending) dan salah sasaran (missappropriation)
dalam mengalokasikan anggaran pada bidang lain yang bukan
merupakan prioritas.
d. Memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program
atau kegiatan pemerintah.
e. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemberian
fasilitas, dorongan, dan koordinasi kegiatan ekonomi masyarakat
sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi.
f. Anggaran sebagai alat politik digunakan untuk memutuskan prioritasprioritas

dan

kebutuhan

keuangan

daerah

terhadap

prioritas

pembangunan. Anggaran sebagai dokumen politik merupakan bentuk


komitmen eksekutif (pemerintah daerah) dan pihak legislatif (DPRD)
atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran
bukan sekedar masalah teknis akan tetapi lebih merupakan alat politik.
commit to user
Oleh karenanya penyusunan anggaran membutuhkan political skill,

35
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang


prinsip manajemen keuangan daerah. Kegagalan dalam melaksanakan
anggaran yang telah disetujui dapat menurunkan kredibilitas atau
bahkan menjatuhkan kepemimpinan eksekutif.
g. Anggaran sebagai alat koordinasi antar unit kerja dalam organisasi
pemerintah daerah yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
Anggaran yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi
terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan
organisasi pemerintah daerah. Disamping itu anggaran publik (daerah)
juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja.
h. Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja. Anggaran pada dasarnya
merupakan wujud komitmen pemerintah daerah kepada pemberi
wewenang (masyarakat ) untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan
dan pelayanan masyarakat. Kinerja pemerintah daerah akan dinilai
berdasarkan target anggaran yang dapat direalisasikan.
i. Anggaran dapat digunakan sebagai alat motivasi manajemen
pemerintah daerah agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien
dalam mencapai target kinerja. Agar dapat memotivasi pegawai,
anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau
demanding but achievable. Maksudnya target kinerja hendaknya
ditetapkan dalam batas rasional yang dapat dicapai ( tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah ).
j. Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan ruang
publik (public sphere ) dalam arti bahwa proses penyusunan anggaran
harus

melibatkan

seluas

mungkin

masyarakat.

Keterlibatan

masyarakat tersebut akan dapat dilakukan melalui proses jaringan


aspirasi masyarakat yang hasilnya digunakan sebagai dperumusan
arah kebijakan umum anggaran daerah. Kelompok masyarakat yang
terkoordinir umumnya akan mencoba mempengaruhi anggaran untuk
kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang
commit to useraspirasinya melalui proses politik
terorganisir akan mempercayakan

36
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang ada. Jika tidak ada alat aspirasi mereka, maka mereka akan
melakukan tindakan-tindakan lain misalnya; tindakan massa (class
action), melakukan boikot, vandalisme dan sebagainya.
Pemerintah dalam kerangka penyelenggaraan kinerja pemerintahan
terlihat bahwa sistem pengelolaan keuangan pada dasarnya merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari pemerintahan, karena sistem pengelolaan keuangan
pemerintahan merupakan subsistem dari sistem pemerintahan itu sendiri.
Sebagaimana sistem keuangan negara yang diamanatkan dalam Pasal 23 ayat
(5) Undang-undang Dasar tahun 1945 bahwa aspek pengelolaan keuangan
daerah juga merupakan subsistem yang diatur dalam Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah khususnya Pasal 155 sampai
Pasal 194, dalam pasal 185 ditetapkan bahwa rancangan APBD perlu
mendapatkan persetujuan dari Gubernur.
Berikut ini adalah gambaran tentang peran Gubernur dalam
pengesehan angaran pendapatan dan belanja daerah :

Gambar 3
Skema Proses penetapan APBD

commit to user

37
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pengelolaan

sistem

perimbangan

tersebut

diharapkan

terdapat

keseimbangan yang lebih transparan dalam pendistribusian kewenangan,


pembiayaan dan penataan sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik
dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah secara optimal sesuai
dengan dinamika dan tuntutan masyarakat yang saat ini berkembang. Hal
tersebut menjadi konsekuensi logis bahwa pelaksanaan otonomi daerah tidak
hanya dapat dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh dana
perimbangan tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan sejauh mana
instrumen atau sistem pengelolaan keuangan daerah saat ini mampu
memberikan nuansa manajemen keuangan yang lebih adil, rasional,
transparan dan bertanggung jawab.
Anggaran daerah dibagi menjadi dua, yaitu anggaran operasional dan
anggaran modal/investasi.
1. Anggaran Operasional
Anggaran Operasional (operation/recurent budget) digunakan untuk
merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan.
Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran
operasional adalah belanja rutin (recurrent expenditure) yaitu
pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan
tidak dapat menambah aset bagi pemerintah, disebut juga anggaran
rutin karena sifat pengeluaran tersebut berulang-ulang setiap tahun.
Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional
antara lain belanja administrasi umum dan belanja operasional dan
pemeliharaan.
2. Anggaran Modal/investasi
Anggaran

modal

atau

investasi

(capital/investment

budget)

menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva


tetap seperti gedung, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Belanja
investasi adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu
tahun anggaran dan akan menambah aset untuk kekayaan pemerintah
commit toanggaran
user
dan selanjutnya akan menambah
rutin untuk biaya operasional

38
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan pemeliharaannya. Pada dasarnya pemerintah tidak mempunyai uang


yang dimilikinya sendiri sebab seluruhnya adalah milik publik. Dalam
sebuah masyarakat demokratis, rakyat memberi mandat kepada
pemerintah melalui proses pemilihan umum. Para wakil rakyat
mentranslantasikan mandat tersebut dalam bentuk kebijakan publik dan
prigram yang memberi manfaat bagi pemilih yang direfleksikan dalam
anggaran. Adanya keterbatasan sumberdaya, menyebabkan anggaran
mempunyai tradeoffs, yaitu sebagaian uang tidak dapat dialokasikan
untuk suatu bidang tanpa mengurangi jumlah alokasi pada bidang yang
lain. Pemerintah tidak mungkin memenuhi permintaan seluruh
stakeholder-nya secara

simultan,

sehingga

perlu

ada prioritas

pengelolaan.

1. Program-Program Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten


Tahun 2009
Dalam rencana pelaksanaan RAPBD tahun 2009 telah menetapkan
beberapa prioritas pembangunan sebagaimana yang telah dituangkan dalam
Kebijakan Umum APBD Kabupaten Klaten Tahun 2009, dimana prioritas
pembangunan dimaksud digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan
pembangunan yang muncul pada tahun anggaran berkenaan, sehingga dalam
penganggaran belanja daerah diarahkan untuk membiayai program prioritas
pembangunan daerah. Adapun program-program yang menjadi prioritas
pembangunan daerah tahun 2009 secara garis besar dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel Prioritas Pembangunan

NO

Prioritas

Pembangunan

1.

Sasaran

Peningkatan

Meningkatnya

kualitas

kualitas

SKPD yang
melaksanakan
1. Dinas

Pendidkan
commit to user

Nama Program
1. Wajib belajar
dikdas 9 tahun

39
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pelayanan dan

pelayanan dan

ketersediaan

ketersediaan

sarana dan

sarana dan

prasarana

prasarana

mutu pendidikan

pendidikan

pendidikan

non formal

bagi semua

4. Peningkatan

2. Kantor Arsip & 2. Pendidikan


Perpustakaan
4. Bagian Kesra

menengah
3. Peningkatan

mutu pendidik
dan tenaga
kependidikan
5. Menejemen
pelayanan
pendidikan
6. Pengembangan
budaya baca dan
pembinaan
perpustakaan

2.

Peningkatan

Meningkatnya

1. Dinas

1. Obat dan

kualitas

kualitas

Kesehatan

pelayanan dan

pelayanan dan

ketersediaan

ketersediaan

sarana dan

sarana dan

prasarana

prasarana

Kesehatan

kesehatan

kesehatan dan

secara

pemberdayaan

menyeluruh

masyarakat

perbekalan
kesehatan
2. Upaya kesehatan
masyarakat
3. Promosi

4. Perbaikan Gizi
masy.
commit to user

5. Pengembangan

40
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

lingk sehat

6. Pelayanan
kesehatan
penduduk miskin

3. Penanggulangan Meningkatnya
Kemiskinan

kesejahteraan

1.Dinas Pendidikan 1. Pendidikan


2.Dinas Kesehatan

menengah

penduduk miskin,3.Dinas

(beasiswa anak

sehingga

kel kurang

Sosnaketrans

presentase

4.Bagian

penduduk miskin Pembangunan


dapat dicapai
14,11% pada

5.Bagian
Pemerintahan

akhir tahun 2009 6.Bagian Kesra

mampu)
2. Pelayanan
Kesehatan
penduduk miskin
3. Peningkatan
koordinasi bidang
sosial
4. Peningkatan
koordinasi
perencanaan
pembangunan
(bantuan Sarpras
dasar
pemukiman)
5. Pengembangan
wilayah
perbatasan
6. Pemberdayaan

commit to user

fakir miskin

41
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.

Kemandirian

Meningkatnya

1.Badan

desa /kelurahan kwalitas

Pemberdayaan

pengembangan

melalui

pelayanan

masy.

Perangkat Desa

penguatan

pemerintahan

bantuan

desa dan

keuangan dari

kelurahan

2.Bagian
pemerintahan
3.D P U

pemkab (ADD) menuju

1.Pembinaan dan

2.Peningkatan
pemberdayaan
masy. Pedesaan
3.Peningkatan

kemandirian

keberdayaan

desa/kelurahan

masy pedesaan

Menjamin

Terwujudnya

1.Dinas pertanian

ketersediaan

Kabupaten

2.Dinas Pariwisata

dan ketahanan

Agropolitan

Pemuda & Olah

pangan dalam

yang didukung 5 Raga

produksi

mewujudkan

pilar;

pertanian

Kabupaten

1.Agropoduksi,

Agropolitan

2.Agrobisnis,3.

produksi hasil

Agroteknologi,

peternakan

3.Kantor Ketahanan
Pangan

4.Agroindustri,

1.Peningkatan
ketahanan pangan
2.Peningkatan

3.Peningkatan

4.Pengembangan

5.Agrowisata

pemasaran

dan sarpras

pariwisata

pendukungnya

5.Pengembangan
destinasi
pariwisata

6.

Perluasan

Meningkatnya 1. Disosnaketran

kesempatan

kesempatan

kerja dan

kerja dan

Perindagkop

produktifitas

berusaha

berusaha,

UMKM

tenaga kerja

2. Dinas

1.Peningkatan
kualitas dan

ditandai
3. Dinas Pertanian 2.peningkatan
commit to user

42
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dengan

kesempatan kerja

menggeliatnya

3.perlindungan dan

UMKM dan

pengembangan

koperasi

lembaga
ketenagakerjaan
4.Pengembangan
wilayah
transmigrasi
5.Peningkatan
kesejahteraaan
petani
6.Penciptaan usaha
kecil, menengah
yang kondusif
7.Pengembangan
industri kecil dan
menengah

7.

Pemberdayaan

Meningkatnya 1. DPU

1.PNPM Perkotaan

Masyarakat

kapasitas

2.PPIP

2. Badan

penduduk

Pemberdayaan

dalam hal

Masy.

memberdayak
an diri untuk
mengolah
SDM, SDA

3. Kantor KB dan
PP
4. Bagian
Pemerintahan

dan
lingkungan
serta
mengembangk
commit to user
an nilai-nilai

3.Pemberdayaan
Perempuan
4.PNPM Perdesaan
5.Penigkatan
keberdayaan
masy pedesaan

43
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

luhur.
8.

Peningkatan

Meningkatnya 1. Dinas

SDM aparatur

kapasitas SDM
aparatur

pendidikan
2. Dinas
Kesehatan
3. Badan
Kepegawaian

1. Standarisasi
pelayanan
kesehatan
2. Pembinaan dan
pengembangan
aparatur

Daerah

3. Peningkatan

4. Sekretariat

kapasitas

DPRD

aparatur

5. Bagian

Pemdes

Pemerintahan

4. Peningkatan
Kapasitas
Lembaga
Perwakilan
Rakyat Daerah
5. Peningkatan
sumberdaya
aparatur

9.

Peningkatan

Meningkatnya 1. Dinas

potensi dan

pengelolaan

kualitas SDA

potensi dan

2. DPU

masyarakat

kualitas SDA

3. Badan

dalam

Kesehatan

untuk

Pemberdayaan

mendukung

masy.

pembangunan
yang

4. Badan
Perencanaan

berkelanjutan
Pembangunan
commit to user

1.Peningkatan
partisipasi

membangun desa
2.Pengembangan
lingkungan sehat
3.Pengendalian
pemanfaatan

44
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Daerah
5. Badan

ruang
4.Penataan dan

Lingkungan

Pengelolaan tata

Hidup

Ruang
5.Pembangunan
infrastruktur
pedesaan/perkota
an
6.Pengembangan
kinerja
pengelolaan air
minum dan air
limbah
7.Pengembangan
pengelolaan
jaringan irigasi,
rowo dan
jaringan
pengairan
lainnya.
8.Pengembangan
pengelolaan dan
konservasi
sungai, danau dan
sumber daya air
9.Pengembangan
kelembagaan
sumberdaya air
dan irigasi
10. Pengelolaan

commit to user

ruang terbuka

45
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

hijau (RTH)
11. Perlindungan
dan konservasi
SDA

10.

Sukses

Terlaksananya 1. Badan

Pelaksanaan

Pemilu

Pemilu

Legislatif dan

2. Dinas Dukcapil

pengelolaan

Legislatif dan

Presiden

3. Kantor Satpol

kedinasan KDH/

Presiden

secara
demokratis
dan LUBER

Kesbanglinmas.

PP
4. Bag.
Pemerintahan

1.Peningkatan
pelayanan

Wil.
2.Fasilitasi &
Koordinasi
keamanan dan
ketertiban
3.Peningkatan
kemampuan
perlindungan
masyarakat
4.Penataan
Administrasi
Kependudukan

11.

Peningkatan

Meningkatnya 1. Bappeda

partisipasi

kualitas

masyarakat

partisipasi

Pemberdayaan

keamanan dan

dalam

masyarakat

masy.

ketertiban

perencanaan

dalam

3. Itwilkab

2.Peningkatan

dan pengawasan perencanaan

2. Badan

4. Badan

pembangunan

dan

Kesbanglinmas

untuk

pengawasan
5. Kantor Satpol
commit to user

1.Fasilitasi dan
Koordinasi

partisipasi
masyarakat
dalam

46
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mendukung

pembangunan

PP

membangun desa

penegakan

untuk

hukum,

mendukung

sistem

penghormatan

penegakan

pengawasan

HAM dan

hukum,

internal dan

Pemberantasan

penghormatan

pengendalian

KKN

HAM dan

pelaksanaan

Pemberantasan

kebijakan KDH

6. Bagian Hukum 3.Peningkatan

KKN

4.Bantuan Hukum
dan HAM
5.Kerjasama
Pembangunan
6.Perencanaan
Pembangunan
daerah
7.Perencanaan tata
ruang

Sumber : Kebijakan Umum Angaran Pendapatan Dan Belanja Daerah


Kabupaten Klaten Tahun 2009 (DPPKAD Kab. Klaten.)
Berdasarkan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Klaten Tahun
2009 maka sasaran ekonomi pada tahun 2009 sebagai berikut :
a. Berkurangnya Jumlah Penduduk Miskin;
b. Berkurangnya Jumlah Pengangguran Terbuka;
c. Terjaganya Stabilitas Harga; dan
d. Tersedianya Investasi untuk Pembiayaan Pembangunan.
Sementara itu, Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten pada
tahun 2009 adalah sebagai berikut :
commit to user

47
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Peningkatan kualitas pelayanan dan ketersediaan sarana prasarana bidang


pendidikan yang merata dan berkualitas bagi masyarakat dengan penekanan
pada

upaya

pengurangan

beban

masyarakat

terhadap

pembiayaan

pendidikan khususnya bagi masyarakat miskin, pemenuhan buku-buku ajar,


bantuan pembiayaan guna melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi bagi masyarakat miskin, peningkatan upaya keterkaitan (link and
match) antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja, peningkatan kualitas
tenaga kependidikan dan pemeliharaan sarana prasarana sekolah;
2. Peningkatan kualitas pelayanan dan ketersediaan sarana prasarana bidang
kesehatan yang merata, adil dan berkualitas bagi seluruh masyarakat dengan
penekanan pada upaya terjaminnya kesehatan masyarakat mulai tahap upaya
pencegahan

(deteksi

dini),

perawatan

dan

pengobatan

penyakit,

pembangunan/rehab sarana prasarana pelayananan kesehatan (Puskesmas/


Pustu/Pos

Kesehatan

Desa)

dan

peningkatan

kualitas

tenaga

medis/paramedis;
3. Pengembangan kegiatan fungsional perekonomian agropolitan dengan
penekanan

pada

upaya

peningkatan

kemampuan

daya

beli

dan

penanggulangan kemiskinan masyarakat melalui peningkatan partisipasi,


pemberdayaan dan kemandirian masyarakat perdesaan maupun perkotaan,
pengembangan kelompok ekonomi masyarakat, pengurangan beban belanja
keluarga, peningkatan jejaring pemasaran produk, peningkatan penggunaan
produk lokal, penjaminan penyaluran kredit usaha bagi UMKM, penjaminan
pemasaran produk masyarakat, revitalisasi pasar-pasar tradisional dan
Revitalisasi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) berdasarkan pendekatan
klaster guna mewujudkan produk-produk unggulan di bidang perindustrian
dan pertanian;
4. Peningkatan
perencanaan

peran
dan

serta

masyarakat

pelaksanaan

desa/kelurahan

pembangunan

dalam

tahap

desa/kelurahan

dalam

pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) yang ditekankan pada upaya-upaya


peningkatan kualitas aparatur/lembaga desa/kelurahan, peningkatan sarana
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

48
digilib.uns.ac.id

prasarana pengembangan potensi perekonomian desa/kelurahan, sarana


prasarana pertanian/irigasi, perhubungan, pengembangan sosial-budayakeagamaan masyarakat;
5. Peningkatan upaya terjaminnya ketersediaan dan ketahanan pangan
masyarakat dalam siklus produksi-distribusi agropolitan dan peningkatan
kelangsungan aktifitas perekonomian rakyat di wilayah serta mendukung
pusat-pusat wilayah pertumbuhan ;
6. Penciptaan perluasan kesempatan kerja dan berusaha dalam upaya
menanggulangi permasalahan pengangguran dengan penekanan pada
kemitraan pelatihan dan penyiapan kualitas calon angkatan kerja,
peningkatan jejaring lapangan kerja, pengiriman tenaga kerja baik melalui
Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) maupun Angkatan Kerja Antar
Negara (AKAN);
7. Peningkatan partisipasi daerah dalam pembiayaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri);
8. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan fokus pada
pembinaan aparatur daerah (baik eksekutif maupun legislatif) yang didukung
dengan peningkatan penggunaan Sistem Teknologi Informasi di Bidang
Kependudukan, Keuangan Daerah, Kepegawaian Daerah dan Pelayanan
Publik serta pembinaan Kapasitas Pelaku Ekonomi Daerah, Pemuda dan
Olah Raga serta Budayawan/Seniman Daerah;
9. Peningkatan potensi dan kualitas Sumber Daya Alam (SDA) dengan fokus
pada upaya peningkatan kesuburan lahan, pelestarian Sumber Daya Air,
reboisasi lahan kritis, reklamasi lahan bekas penambangan dan dukungan
kepada usaha-usaha pelestarian fauna maupun penangkaran benih/bibit
tanaman;
10. Menyukseskan terselenggaranya agenda nasional berupa Pemilu Legislatif
dan Presiden Tahun 2009;
11. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

commitdalam
to user
pengawasan pembangunan daerah
rangka menciptakan kondisi daerah

49
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang kondusif serta upaya penegakan hukum, penghormatan HAM dan


pemberantasan KKN.

2. Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan Dan


Program Kegiatan
Belanja Daerah di Kabupaten Klaten diarahkan untuk meningkatkan
efektifitas dan
peningkatan

efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan

kualitas

pelayanan

publik.

Kenaikan

Belanja

dan

Daerah

diupayakan untuk membiayai program dan kegiatan yang esensial dan


bernilai produktif untuk peningkatan pelayanan publik. RAPBD Kabupaten
Klaten

Tahun

2009

secara

keseluruhan

direncanakan

sebesar

Rp.1.007.953.908.000,-, terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar


Rp.797.311.464.000,- dan Belanja Langsung sebesar Rp.210.642.444.000,Secara rinci rencana belanja tahun 2009 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Plafon Anggaran Sementara berdasarkan urusan pemerintahan tahun
anggaran 2009 (yang digunakan untuk program dan kegiatan) sebesar
Rp.281.200.192.000,- yang digunakan untuk membiayai Urusan Wajib
sebesar Rp. 261.441.532.000,-

untuk 57 SKPD, dan digunakan untuk

membiayai urusan Pilihan sebesar Rp.19.758.660.000,- dipergunakan untuk


2 SKPD. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan
PLAFON
NO.

URUSAN / SKPD

ANGGARAN
SEMENTARA
(Rp.)

URUSAN WAJIB

261,441,532,000

DINAS PENDIDIKAN
commit to user

69,818,310,000

50
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2
3

DINAS KESEHATAN

19,150,140,000

DINAS PEKERJAAN UMUM

41,333,092,000

PLAFON
NO.

ANGGARAN

URUSAN / SKPD

SEMENTARA
(Rp.)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAAN


4

DAERAH

3,7995,680,000

DINAS PERHUBUNGAN

1,419,722,000

BADAN LINGKUNGAN HIDUP

1,227,627,000

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN


7

SIPIL

KANTOR KELUARGA BERENCANA & PP

3,385,670,000

1,765,900,000

DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN


9
10

TRANSMIGRASI

1,369,423,000

DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,

8,393,417,000

KOPERASI UKM

11

BADAN KESBANGLINMAS

3,120,330,000

12

KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

603,150,000

DPRD

13

commit to user

51
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

NO.

PLAFON

URUSAN / SKPD

ANGGARAN
SEMENTARA
(Rp.)

14

BUPATI DAN WAKIL BUPATI

15

SEKRETARIAT DAERAH

16

KECAMATAN KABUPATEN KLATEN


BERJUMLAH 26

4,009,908,000

17

KANTOR PELAYANAN TERPADU

852,975,000

18

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

3,583,686,000

19

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

25,807,632,000

20

KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN

578,775,000

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN


21

KEUANGAN DAN

6,778,100,000

22

ASET DAERAH (DPPKAD)

23

KANTOR KETAHANAN PANGAN

24

SEKRETARIAT DAERAH

396,000,000
52,947,276,000

KELURAHAN KABUPATEN KLATEN


25

BERJUMLAH 10

850,000,000
commit to user

52
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

PLAFON
NO.

ANGGARAN

URUSAN / SKPD

SEMENTARA
(Rp.)

1
II

URUSAN PILIHAN

26

19,758,660,000

DINAS PERTANIAN

9,705,160,000

DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN,


27

PEMUDA DAN

10,053,500,000

OLAH RAGA

JUMLAH TOTAL

281,200,192,000

Sumber : Kebijakan Umum Angaran Pendapatan Dan Belanja Daerah


Kabupaten Klaten Tahun 2009 (DPPKAD Kab. Klaten)

3. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Tahun Anggaran 2009


Dalam rangka memenuhi target yang telah di tetapkan dalam APBD
Tahun anggaran 2009 maupun perubahannya, Pemerintah Kabupaten Klaten
telah berupaya mengelola memanfaatkan seluruh potensi sumber dayanya
berdasarkan

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku.

Meskipun

pencapaian target kinerja ekonomi makro dan keuangan Tahun Anggaran


belum dapat memenuhi harapan semua pihak, namun setidaknya telah terjadi
peningkatan kondisi ekonomi dan keuangan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Ikhtisar pencapaian target kinerja keuangan Tahun Anggaran
2009, Secara garis besar Realisasi APBD Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1. Realisasi Pendapatan

Rp 984.534.437.004,00
commit to user
2. Realisasi Belanja dan Transfer
Rp 981.121.677.296,00

53
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Surplus (Defisit)

Rp 3.412.759.708,00

4. Realisasi Pembiayaan :
a. Penerimaan

Rp

57.594.345.860,00

b. Pengeluaran

Rp

497.479.000,00

c. Pembiayaan Neto

Rp 57.096.866.860,00

5. Sisa Lebih Pembiayaan Tahun Berjalan

Rp 60.509.626.568,00

Realisasi APBD Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2009 secara keseluruhan


adalah sebagai berikut :
1. Realisasi Pendapatan Daerah
a. Realisasi Pendapatan Asli Daerah
1) Target sebesar

Rp 66.073.046.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp 46.603.876.930,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp 19.469.169.070,00

Realisasi PAD Tahun 2009 sebesar 70,53 % dari anggarannya, dengan


perincian sebagai berikut :
1) Pajak Daerah :
a) Target sebesar

Rp 20.464.500.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 18.921.063.434,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

1.543.436.566,00

Penerimaan pajak daerah sebesar 92,46 % dari anggarannya.


Sesuai Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
Undang-undang nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, telah diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 tanggal 20 Desember
2000 disebutkan bahwa yang menjadi Pajak Kabupaten/Kota adalah
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
dan Pajak Parkir.
2) Retribusi Daerah
a) Target sebesar

Rp 12.400.488.000,00

b) Realisasi sebesar commit to user

Rp 11.034.755.597,00

54
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

1.365.732.403,00

Penerimaan retribusi daerah sebesar 88,99% dari anggarannya.


Pengelolaan pendapatan retribusi dikelola oleh SKPD yang
membidangi, dan dari 52 SKPD hanya 10 SKPD yang mengelola
pendapatan, antara lain : Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum
(DPU), Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD),
Dinas Perhubungan, Sekretariat Daerah (Setda), Dinas Pertanian,
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah raga, Dinas
Perindustrian

Perdagangan

Koperasi

dan

UMKM,

Dinas

Pendidikan.
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan :
a) Target sebesar

Rp

5.481.000.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp

4.101.047.114,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

1.379.952.886,00

Penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan


sebesar 74,82% dari anggarannya.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah :
a) Target sebesar

Rp 27.727.058.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 12.547.010.785,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp 15.180.047.215,00

Penerimaan lain-lain PAD yang sah sebesar 45,25 % dari


anggarannya.
Rekening ini menampung penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang
tidak masuk kategori pajak daerah dan retribusi daerah, yaitu Hasil
Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan, Penerimaan Jasa
Bank, Penerimaan Dana Revolving, dan lain-lain pendapatan.

commit to user

55
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Realisasi Pendapatan Transfer


Pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat, adalah sebagai berikut :
a) Target sebesar

Rp 892.253.658.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 922.915.374.294,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

30.661.716.294,00

Realisasi Pendapatan Transfer Tahun 2009 sebesar 103,44 % dari


anggarannya, dengan perincian sebagai berikut :
1) Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan
a) Bagi Hasil Pajak :
(1) Target sebesar

Rp 40.540.842.000,00

(2) Realisasi sebesar

Rp 38.281.761.514,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

2.259.080.486,00

Penerimaan bagi hasil pajak sebesar 94,43 % dari anggarannya.


Penerimaan ini berasal dari bagi hasil penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan

(PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB), serta Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh-21)


dan Kompensasi/ Retribusi PPh-21.
b) Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam (SDA) :
(1) Target sebesar

Rp

6.193.815.000,00

(2) Realisasi sebesar

Rp

4.604.081.220,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

1.589.733.780,00

Penerimaan bagi hasil bukan pajak/SDA sebesar 74,33 % dari


anggarannya.
Penerimaan ini berasal dari Pemerintah pusat, pelaksanaannya
dilakukan oleh aparat Pemerintah Pusat, tetapi Pemerintah
Daerah mendapat alokaso bagi hasil. Penerimaan ini meliputi
Bagi Hasil Provisi Sumber Daya Hutan, Bagi Hasil Pungutan
Hasil Perikanan, Bagi Hasil Pertambangan dan Minyak Bumi,
Bagi Hasil Pertambangan Umum, dan lain-lain.
commit to user

56
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c) Dana Alokasi Umum (DAU) :


(1) Target sebesar

Rp 726.192.262.000,00

(2) Realisasi sebesar

Rp 726.192.262.000,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

0,00

Penerimaan Dana Alokasi Umum sebesar 100,00 % dari


anggarannya.
d) Dana Alokasi Khusus (DAK) :
(1) Target sebesar

Rp 71.995.000.000,00

(2) Realisasi sebesar

Rp 71.995.000.000,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

0,00

Penerimaan Dana Alokasi Khusus sebesar 100,00 % dari


anggarannya.
Penerimaan ini merupakan alokasi dari Pemerintah Pusat yang
tujuan penggunaannya untuk membiayai bidang pendidikan,
bidang kesehatan, bidang irigasi, jalan dan air bersih, bidang
pertanian dan perikanan, bidang lingkungan hidup, bidang
kelautan dan perikanan.
c. Realisasi Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya.
Pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat Lainnya, adalah sebagai
berikut :
1) Target sebesar

Rp

6.950.742.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp 36.252.417.000,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp 29.301.675.000,00

Realisasi Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat Lainnya Tahun


2009 sebesar 521,56 % dari anggarannya. Penerimaan ini merupakan
alokasi dari Pemerintah pusat yang terdiri dari Dana Otonomi Khusus
dan Dana Penyesuaian Kabupaten Klaten tidak mendapatkan alokasi
dana ini.

commit to user

57
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Realisasi Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi


Pendapatan transfer dari Pemerintah Provinsi, adalah sebagai berikut :
1) Target sebesar

Rp 40.380.997.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp 45.589.852.560,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

5.208.855.560,00

Realisasi Pendapatan transfer dari Pemerintah Provinsi Tahun 2009


sebesar 112,90 % dari anggarannya.
Penerimaan ini berasal dari Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa
Tengah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.Kabupaten
Klaten memperoleh bagi hasil dari Provinsi terdiri dari Bagi Hasil
Pajak Kendaraan Bermotor/ Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(PKB/BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB),
Pajak Pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah Tanah/ Air Permukaan
(ABT/AP), Retribusi Ijin Dispensasi Jalan, Kelebihan Muatan,
Sumbangan Pihak Ketiga Propinsi dan Tera Ulang, serta Bantuan Lainlain dari Provinsi.
e. Realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah
Lain-lain Pendapatan yang Sah adalah sebagai berikut :
1) Target sebesar

Rp 14.801.359.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp 15.015.185.780,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

213.826.780,00

Realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah Tahun 2009 sebesar 101,44 %


dari anggarannya, yang merupakan gabungan antara pendapatan
lainnya yang berupa Bantuan keuangan dari Provinsi Jawa Tengah dan
Penerimaan Lain-lain.
2. Realisasi Belanja Daerah
a. Target sebesar

Rp 1.035.249.426.000,00

b. Realisasi sebesar

Rp

981.121.677.296,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

54.127.748.704,00

commit to user

58
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Realisasi Belanja Daerah Tahun 2009 sebesar 94,77 % dari anggarannya,


dengan perincian sebagai berikut :
a. Belanja Operasi :
1) Target sebesar

Rp 958.531.475.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp 911.620.049.731,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

46.911.425.269,00

Realisasi belanja operasi sebesar 95,11 % dari anggarannya, terdiri


dari:
1) Belanja Pegawai :
a) Target sebesar

Rp 727.981.150.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 693.011.043.538,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

34.970.106.462,00

Realisasi belanja Pegawai sebesar 95,20 % dari anggarannya.


Belanja ini menurut rekening APBD adalah jenis belanja yang
terdapat dalam kelompok Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung.

Dalam

laporan

keuangan,

belanja

pegawai

ini

merupakan gabungan dari 2 (dua) kelompok belanja tersebut,


dengan rincian sebagai berikut :
a) Belanja Pegawai dari Belanja Tidak Langsung :
(1) Target sebesar

Rp 712.165.111.000,00

(2) Realisasi sebesar

Rp 679.199.053.734,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

32.966.057.266,00

Realisasi belanja pegawai dari belanja tidak langsung sebesar


95,37 % dari anggarannya.
Yang dipergunakan untuk membiayai Gaji dan Tunjangan,
Tambahan Penghasilan PNS, Belanja Penerimaan Lainnya
Pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala Daerah/ Wakil
Kepala Daerah (KDH/WKDH) dan Biaya Pemungutan Pajak.

commit to user

59
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Belanja Pegawai dari Belanja Langsung :


(1) Target sebesar

Rp 15.816.039.000,00

(2) Realisasi sebesar

Rp 13.811.989.804,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

2.004.049.196,00

Realisasi belanja pegawai dari belanja langsung sebesar 87,33%


dari anggarannya, yang dipergunakan untuk membiayai: Honor
PNS meliputi Honor Tim, Upah harian dan lain-lain, serta
Honorarium Non PNS meliputi Uang Lembur, Beasiswa
Pendidikan PNS, Kursus, Pelatihan, Bintek, Sosialisasi dan
lain-lain.
2) Belanja Barang dan Jasa :
a) Target sebesar

Rp 94.704.076.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 84.987.000.545,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

9.717.075.455,00

Realisasi belanja barang dan jasa sebesar 89,74% dari anggarannya.


Belanja ini digunakan untuk biaya operasional kantor dan aparat
antara lain belanja bahan pakai habis, bahan material, jasa kantor,
premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak dan
penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana
mobilitas, sewa peralatan dan perlengkapan kantor, makanan dan
minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian
khusus/hari-hari tertentu, perjalanan dinas, pemulangan pegawai,
dan belanja pemeliharaan.
Sisa anggaran sebesar Rp 9.717.075.455,00 karena pengeluarannya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing satuan kerja.
3) Belanja Hibah :
a) Target sebesar

Rp 47.271.680.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 47.256.680.000,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

15.000.000,00

Realisasi belanja hibah sebesar 99,97 % dari anggarannya.


commit to user

60
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Belanja Bantuan Sosial :


a) Target sebesar

Rp 38.978.345.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 38.198.674.348,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

779.670.652,00

Realisasi belanja bantuan sosial sebesar 98,00% dari anggarannya.


Belanja ini dipergunakan untuk membiayai Bantuan sosial
Organisasi kemasyarakatan, Bantuan Parpol, Bantuan Sosial
Lanjutan, dan bantuan sosial lainnya.
5) Belanja Bantuan Keuangan :
a) Target sebesar

Rp 49.596.224.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 48.166.651.300,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

Realisasi

belanja

bantuan

keuangan

1.429.572.700,00
sebesar

97.12%

dari

anggarannya, yang dipergunakan untuk memberikan bantuan


keuangan kepada desa.
b. Belanja Modal :
1) Target sebesar

Rp 75.194.885.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp 68.465.698.155,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

6.729.186.845,00

Realisasi belanja modal sebesar 91,05 % dari anggarannya, terdiri dari:


1) Belanja Modal Tanah :
a) Target sebesar

Rp

0,00

b) Realisasi sebesar

Rp

0,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

0,00

Realisasi belanja tanah sebesar 0,00 % dari anggarannya.


2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin :
a) Target sebesar

Rp 13.145.356.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 12.682.026.855,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

463.329.145,00

Realisasi belanja peralatan dan mesin sebesar 96,48% dari


commit to user
anggarannya.

61
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Belanja ini digunakan untuk membiayai pengadaan alat-alat


Angkutan Darat Bermotor, Alat-alat Bengkel, Alat-alat Pengolahan
Pertanian & Peternakan, Peralatan Kantor, Perlengkapan Kantor,
Komputer, Meubelair, Peralatan Dapur, Penghias Ruangan Rumah
Tangga,

Alat-alat

Kedokteran,

Studio,

Alat-alat

Alat-alat

Laboratorium,

Komunikasi,
alat-alat

Alat-alat

Persenjataan/

Keamanan.
3) Belanja Gedung dan Bangunan :
a) Target sebesar

Rp 25.013.364.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 23.027.727.300,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

1.985.636.700,00

Realisasi belanja gedung dan bangunan sebesar 92,06 % dari


anggarannya.
Belanja ini digunakan untuk pengadaan Gedung Kantor, Gedung
Rumah Dinas, Gedung Gudang, Bangunan Bersejarah, Konstruksi
PapanReklame/billboard/baliho/pengumuman/bando,
Pembelian

Obyek

Wisata,

Konstruksi/pembelian

Konstruksi
Bangunan

Pasar/kios/los/ruko, Konstruksi / pembelian Bangunan Taman,


Konstruksi / pembelian bangunan gedung / tempat olah raga,
konstruksi / pembelian bangunan Laboratorium.
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan :
a) Target sebesar

Rp 35.217.259.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 30.970.596.300,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

4.246.662.700,00

Realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 87,94% dari


anggarannya.
Belanja ini dipergunakan untuk pengadaan Jalan, Jembatan
Penyeberangan diatas air, Jaringan Irigasi/ waduk/ bendungan
Jaringan air Bersih /air minum, Konstruksi Drainase, Konstruksi
Kolam, Lampu Hias Taman, Instalasi Listrik, Jaringan Telepon.
commit to user

62
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya :


a) Target sebesar

Rp 1.723.406.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp 1.690.397.700,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

33.008.300,00

Realisasi belanja aset tetap lainnya sebesar 98,08% dari


anggarannya.

Belanja

buku/kepustakaan,

ini

pengadaan

digunakan

untuk

pengadaan

barang

bercorak

kesenian,

kebudayaan, pengadaan hewan ternak dan tanaman, sisa anggaran


sebesar Rp 33.008.300,00 karena pengeluarannya disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing satuan kerja.
6) Belanja Aset Lainnya :
a) Target sebesar

Rp

95.500.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp

94.950.000,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

550.000,00

Realisasi belanja aset lainnya sebesar 99,42 % dari anggarannya.


c. Belanja Tak Terduga :
1) Target sebesar

Rp

1.126.114.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp

726.801.800,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

399.312.200,00

Realisasi belanja tak terduga sebesar 64,54% dari anggarannya.


d. Belanja Transfer :
1) Target sebesar

Rp

396.952.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp

309.127.610,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

87.824.390,00

Realisasi belanja transfer sebesar 77,88 % dari anggarannya.


Dipergunakan untuk belanja bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa,
terdiri dari :
1) Bagi Hasil Retribusi :
a) Target sebesar

Rp

396.952.000,00

b) Realisasi sebesar
commit
to user
Kurang dari anggaran
sebesar

Rp

309.127.610,00

Rp

87.824.390,00

63
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Realisasi belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah kepada Pemerintah


Desa sebesar 77,88 % dari anggarannya.
Realisasi belanja transfer digunakan

untuk bagi hasil retribusi

daerah kepada Pemerintah Desa.


3. Realisasi Pembiayaan Daerah
a. Pembiayaan Penerimaan Daerah :
1) Target sebesar

Rp

62.621.363.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp

57.594.345.860,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

5.027.017.140,00

Realisasi penerimaan pembiayaan daerah sebesar 91,97 % dari


anggaran, meliputi penggunaan SiLPA dan penerimaan piutang,
dengan rincian sebagai berikut :
1) Penggunaan SiLPA Tahun lalu :
a) Target sebesar

Rp

37.726.069.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp

37.726.069.503,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

503.000,00

Realisasi penerimaan SiLPA sebesar 100,00% dari anggarannya.


2) Pencairan Dana Cadangan :
a) Target sebesar

Rp

0,00

b) Realisasi sebesar

Rp

1.000.000.000,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

1.000.000.000,00

Realisasi Pencairan Dana Cadangan Bilyet deposito no. 000055


sebesar Rp 1.000.000.000,00 dari Bank Pasar pada tanggal 28
Desember 2009.
3) Penerimaan Pinjaman Daerah :
a) Target sebesar

Rp

22.450.000.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp

17.464.964.500,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

4.985.035.500,00

Realisasi penerimaan Pinjaman daerah sebesar 77,79 % dari


anggarannya.
commit to user

64
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Penerimaan Piutang Daerah :


a) Target sebesar

Rp

2.445.294.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp

1.255.751.857,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

1.189.542.143,00

Realisasi penerimaan piutang sebesar 51,35 % dari anggarannya.


5) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah :
a) Target sebesar

Rp

0,00

b) Realisasi sebesar

Rp

147.560.000,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

147.560.000,00

Realisasi Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah


sebesar 0,00 % dari anggarannya.
b. Pembiayaan Pengeluaran Daerah :
1) Target sebesar

Rp

500.000.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp

497.479.000,00

Lebih/Kurang dari anggaran sebesar

Rp

2.521.000,00

Realisasi Pembiayaan Pengeluaran Daerah sebesar 99,50% dari


anggarannya, yang merupakan pembayaran pokok utang, dengan
perincian sebagai berikut :
1) Pembayaran Pokok Utang :
a) Target sebesar

Rp

500.000.000,00

b) Realisasi sebesar

Rp

497.479.000,00

Lebih/Kurang dari anggaran sebesar Rp

2.521.000,00

Realisasi Pembayaran Pokok utang 99,50 % dari anggaran. Merupakan


pembayaran pokok utang karena adanya pinalti pada pengadaan
konstruksi pasar beras do kecamatan Jatinom.
c. Pembiayaan Neto :
1) Target sebesar

Rp

62.121.363.000,00

2) Realisasi sebesar

Rp

57.096.866.860,00

Kurang dari anggaran sebesar

Rp

5.024.496.140,00

commit to user

65
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Realisasi pembiayaan neto sebesar 91,91 % dari anggarannya, yang


merupakan selisih dari Penerimaan Pembiayaan dikurangi Pengeluaran
Pembiayaan.
4. Sisa Lebih (Kurang) Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan
a. Target sebesar

Rp

0,00

b. Realisasi sebesar

Rp

60.509.626.568,00

Lebih dari anggaran sebesar

Rp

60.509.626.568,00

Realisasi SiLPA tahun berjalan merupakan hasil penjumlahan dari surplus


(defisit) ditambah pembiayaan netto.
4.

Pelaksanaan Pertanggung Jawaban APBD Kabupaten Klaten


Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa impementasi
kebijakan desentralisasi fiskal Kabupaten Klaten tahun 2009 telah sesuai
dengan peraaturan yang berlaku. Sebagai mana diatur dalam Pasal 298 ayat
(1) dan Pasal 301 Peraturan Menteri dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang mana berisi tentang
rancangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam melaksanakan APBD
kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir
dan persesujuan bersama terhadap pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
paling lama sejak 1 (satu) bulan terhitung sejak rancangan peraturan di
terima. Hal ini telah tertuang pada Peraturan Bupati Klaten Nomor 5 Tahun
2010 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2009.
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Angaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaeten Klaten Tahun 2009, pada hakekatnya merupakan
pertanggung jawaban Bupati dengan seluruh Perangkat Daerah Kabupaten
Klaten dalam melaksanakan APBD. Laporan pertanggungjawaban tersebut
telah mendapat persetujuan dari DPRD dan telah dilakukan pemeriksaan
(audit) atas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2009
oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi
Jawa Tengah.

commit to user

66
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dalam hal pertanggungjawaban sesuai dengan Pasal 305 ayat (1)


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 diamanatkan bahwa
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran pertanggungjawaban APBD
harus diserahkan kepada Gubernur unuk diadakan evaluasi.
Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Klaten tertuang dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 5 Tahun 2010 tenteng
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Pelanja Daerah
Kabupaten

Klaten

Tahun

Angaran

2009

dan

penjabaran

tentang

pertanggungjawaban tersebut terdapat dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor


32 Tahun 2010 tentang Penjabaran pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Derah Kabupaten Klaten Tahun angaran
2009.

B.

Permasalahan

Yang

Muncul

Desentralisasi

Fiskal

Terhadap

Dalam

Implementasi

Pengelolaan

Kebijakan

Keuangan

Daerah

Kabupaten Klaten Tahun 2009

1. Permasalahan Dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi Fiskal


Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2009
Dalam rangka memenuhi target yang telah ditetapkan dalam APBD
Tahun anggaran 2009 maupun perubahannya, Pemerintah Kabupaten Klaten
telah berupaya mengelola memanfaatkan seluruh potensi sumber daya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Implementasi
desentralisasi fiskal memberikan kewenangan kepada kabupaten Klaten untuk
mengali dan mengelola keuangannya sendiri, sehingga berdampak pada
munculnya berbagai kebijakan yang mengarah pada pada upaya peningkatan
penerimaan daerah.
commit to user

67
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Namun terdapat permasalahan atau persoalan yang muncul dalam


inpementasi kebijakan desentralisasi fiskal Kabupaten Klaten tahun 2009 yaitu
tidak sesuainya antara anggaran APBD dengaan realisasinya yaitu Pendapatan
Daerah Kabupaten Klaten selama tahun 2009 direncanakan sebesar Rp.
973.128.063.000,00 realisasinya sebesar Rp. 986.484.856.053,00.
akhir

tahun

2009

1.035.249.246.000,00

belanja

daerah

direalisasikan

yang
sebesar

direncanakan
Rp.

Sampai

sebesar

RP.

981.121.677.296,00.

Penerimaan pembiayaan daerah yang direncanakan Rp. 62.621.363.000.00


realisasinya

Rp

57.594.363.000.00

pengeluaran

pembiayaan

daerah

direncanakan sebesar Rp. 500.000.000,00 Realisasinya Rp. 497.479.000,00


dan sisa lebih pembiayaan tahun berjalan yang di anggarkan tidak ada namun
realisasinya menjadi Rp 60.509.626.565,00 dan di jadikan sebagai sumber
APBD tahun berikutnya yatu tahun 2010
Selain itu besarnya pendapatan daerah yang masih didominasi oleh
dana Perimbangan (Transfer) dari Pemerintah Pusat yang mencapai 88 %, dari
total pendapatan daerah sedangkan Dana perimbangan dari Provinsi Jawa
Tengah menjapai 4,16 %, dan Penerimaan dari Lain-lain pendapatan yang
Sah menyumbangkan kontribusi sebesar 1,52 %. Sedangkan peran Pendapatan
Asli Daearah terhadap pelaksanaan APBD sebesar 5,39 % dari total
pendapaten daerah. Adanya ketidaksesuaian rencana APBD dan realisasi
APBD serta masih besarnya dana perimbangan dari pemerintah pusat dan
kecil atau sedikitnya Pendapat Asli Daerah disebabkan karena adanya
hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

commit to user

68
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Hambatan Dan Kendala Yang Ada Dalam Pencapaian Target Yang


Telah Ditetapkan Dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi Fiskal
Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah Di Kabupaten Klaten Tahun
2009
Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang tertuang dalam APBD
sering kali mengalami beberapa hambatan yang disebabkan karena beberapa
faktor. Pemerintah daerah dalam hal ini telah berupaya semaksimal mungkin
untuk memaksimalkan pengelolaan keuangan, namun masih terdapat beberapa
kekurangan yang terjadi. Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Klaten dalam pencapaian target pendapatan dan belanja secara
umum antara lain :
a. Masih Terbatasnya Sarana Dan Prasarana Sebagai Penunjang Penarikan
Pajak Dan Retribusi
Sistem pemungutan pajak dan retribusi yang digunakan di
Kabupaten Klaten adalah sistem Jemput Bola, yaitu sistem pemungutan
pajak dan retribusi dengan cara petugas pajak yang mendatangi wajib
pajak untuk memberikan surat penetapan pajak dan penagihan pajak
kepada wajib pajak. Sistem jemput bola telah ditrapkan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Klaten Nomor 14 Tahun 2009 tentang Retribusi Izin
Trayek pada Pasal 10 ayat (1) berisi bahwa retribusi terutang dipungut
oleh petugas di wilayah daerah tempat proyek retribusi. Dengan
diterapkannya sistem jemput bola tersebut maka pemerintah daerah
kabupaten Klaten memerlukan sarana prasarana yang memadahi untuk
menujang pemberlakuan sistem jemput bola pada penarikan pajak dan
retribusi. Besarnya pajak yang dikenakan adalah sebeser 10% dari
pendapatan atau barang yang yang digunakan, misalanya saja seperti pajak
hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak
pengambilan bahan galian golongan C dan pajak parkir sedangkan untuk
pajak reklame sebesar 25%.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

69
digilib.uns.ac.id

Pajak penerangan jalan sebesar 10% pemungutannya diserahkan


pada PLN (Pasokan Listrik Negara). Dalam penarikannya pajak
penerangan jalan melekat pada rekening listrik wajib pajak. Sedangkan
untuk pajak proyaek-proyek galian C yaitu proyek pengambangan atau
pengaliaan material berupa pasir di kabupaten klaten terdapat pada daerah
Kali Woro yang mana terletak di Desa Ligitan dan Desa Jiwan. Besarnaya
peajak 10% dikenakan pada setiap truk yang mengangkut material pasir,
biasanya pajak yang di berikan sebesar Rp 10.000,00 pada setiap truk yang
telah mengankut pasir. Sedangkan untuk perijinan dari pemasangan iklan
atau reklame, perijinan mengenai restoran,hotel dan peggalian golongan C
semuanya di urusa dalam satu atap di KPT ( Kantor Pelayanaan Terpadu).
Pajak reklame memiliki prosentase yang sangat besar dalam dalam
pemungutannya karena pajak reklame di kenkan sebesar 25% dari dari
hilai sewa reklame (NSR), hal ini di atur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Klaten Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pajak Reklame pada
Pasal 7.
Sitem jemput bola yang diterapkan di Kabupaten Klaten dalam
pemungutan pajak dan retribusi menuntut petugas pajak untuk memiliki
alat trsansportasi seperti sepeda motor, namun keadannya keberadaan
sepeda motor sebagai alat trasportasi petugas pajak untuk memberikan
penetapan dan penagihan kepada wajib pajak masih dirasa sangat kurang.
Jumlah kendran bermotor yang sedikit sedangkan banyaknya wajib pajak
yang harus diberikan surat penetapan pajak dan melakukan penagihan
pajak kepada wajib pajak membuat petugas pajak menjadi kewalahan
sehingga menyebabkan terganggunya penagihan dan pemungutan pajak
yang berdampak pada tidak tercapainya anggaran PAD.
Selain kendaraan bermotor yang dirasa kurang, ketersediaan sarana
dan prasarana komputerisasi juga masih kurang. Banyaknya wajib pajak
memerlukan pendataan yang akurat dan sistematis, sedangkan pendataan
tersebut dilakukan dengan menggunakan komputer. Data yang digunakan
commit to user
untuk menghitung besarnya pajak yang dikenakan kepada wajib pajak di

70
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

olah dengan komputer, namun keadannya komputer yang di gunakan


dalam pengolahan data pengelolaan pajak dan retribusi sudah lama dan
ketinggalan zaman. Penggunaan komputer yang sudah ketinggalan zaman
dan banyak kerusakan kerusaan pada komputer seperti kerusakan pada
monitor, server dan printer membuat tidak optimalnya pengelolaan data
pada penetapan dan penagihan pajak. Akibat dari tidak optimalnya
pengelolaan data mengakibatkan tidak tercapainya anggaran PAD.
b. Belum Optimalnya Penanganan Pemungutan Pajak dan Retribusi
Pemugutan pajak dan retribusi dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti peraturan daearah
tentang penetapan pemungutan pajak dan retribusi daerah, keputusan
Kepala Daerah yang menyangkut pemungutan dan penyetoran pajak dan
retribusi daerah. Besar kecilnya beban yang dikenanakan pada wajib pajak
telah dihitung dan ditentukan oleh petugas pajak dengan perhitungan yang
benar

dan

sesuai

dengan

undang-undang.

Retribusi

dan

pajak

penanganannya ditentukan oleh petugas pajak, misalnya untuk retribusi


pemakaian kekayaan alam tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan
jangka waktu dan atau jumlah pemakiaan kekayaan alam dengan cara
petugas retribusi menentukan perhitungan retribusi pemakaian kekayaan
alam yang harus di bayar, setelah melakukan perhitungan dilakuakan
penetapan petribusi kemudian petugas menyampaikan surat penetapan
retribusi dan setelah waktu pembayaran tiba maka petugas retribusi akan
menagih pembayaran retribusi tersebut kepada wajib retribusi, hal ini telah
diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2007
tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Retribusi yang penagihannya diserahkan pada masing-masing
kantor atau instansi terkesan belum optimal, hal ini bisa disebabkan
kaereana faktor interen dari masing-masing kantor maupun dari faktor
eksteren dari kantor tersebut. Selain itu belum optimalnya penanganan
pemungutan pajak dan retribusi juga dikarenakan belum optimalnya
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

71
digilib.uns.ac.id

petugas pemungut pajak dan retribusi dalam mengelolan dan memungut


pajak dan retribusi. Dalam pengelolannya petugas pajak seringkali
kewalahan atau kesulitan dalam menentukan wajib pajak yang dikenai
penetapan dan penagihan pajak, karena seringkali ada petugas pajak yang
sudah mendapat surat penetapan pajak namun saat penagihannya wajib
pajak tidak mau membayarnya.
c. Belum Optimalnya Peran Serta Atau Dukungan Masyarakat.
Pelasanaan pengelolan keuangan daerah memerlukan partisipasi
atau dukungan dari masyarakat. Dalam menentukan kebijakan-kebijak
yang ditujukan kepada masyarakat pemerintah daerah harus mengetahui
apa keinginan atau tuntutan dari masyarakat, hal ini dimaksudkan agar
kebijakan yang diambil tidak merugikan masyarakat. Utuk itu maka
masyarakat harus mendukung pelaksana kebijakan pemerintah, salah
satunya dalah pelaksanaan pambayaran pajak dan retribusi. Pelaksanaan
pembayaran pajak dan retribusi mejadi sangat penting karena berpengaruh
pada pendapatan daerah.
Pembayaran pajak yang menggunakan sisten jemput bola
mewajibkan petugas pajak utuk mendatangi langsung wajib pajak. belum
optimalnya peran serta atau dukungan masyarakat ini terlihat dari adanya
wajib pajak yang mau membayar pajak namun harus diperingati berkalikali baru mau membayar, dengan adanya peringatan yang berulang-ulang
ini maka petugas pajak harus medatang wajib pajak berulang-ulang hingga
wajib pajak tersebut mau membayar pajaknya. Belum optimalnaya peran
serta atau dukungan masyarakat ini berakibat pada tidak tercapainya target
anggaran pengelolaan keuangan daerah.
d. Peran BUMD Dalam Memberikan Kontribusi Terhadap PAD Masih
Rendah
Banyaknya Badan Usaha Milik daerah (BUMD) yang terdapat di
kabupaten Klaten sangat berpengaruh pada pendapatan daerah, baik usaha
kecil, usaha menengah atau
usaha to
besar.
commit
userBanyaknya kendala yang terdapat

perpustakaan.uns.ac.id

72
digilib.uns.ac.id

dari interen badan usaha maupun kendala dari eksteren badan usaha
mengakibatkan belum optimalnya pemungutan pajak dan retribusi.
Kendala iteren atau kendala dari dalam badan usaha itu sendiri misalnya
seperti ketersedian modal bagi uasahanya yang masih sangat terbatas
sedangkan proses pengembangan badan usaha itu sendiri memerlukan
modal yang tidak sedikit. Sistem menejemen pengelolaan BUMD pada
masing-masing unit atau tim masih belum pas, hal ini terbukti dengan
adanya BUMD yang masuk dalam aneka usaha yang dapat memberikan
konstribusi berupa pajak hanyalah percetakan sengkan untuk BUMD
aneka industri yang lain seperti usaha usaha kecil atau usaha rumahan
belum memberikan kontibusi berupa pajak, hal ini disebabkan karena
beberapa faktor salah satu faktornya adalah ketidak sesuaian sisten
menejemen dari BUMD aneka industri yang berakiat pada pengembangan
BUMD tersebut sehingga tidak dapat atau tidak mampu membayar pajak
daerah.
Pengelolaan BUMD di kabupaten Klaten yang dikelola pada
masing-masing unit atau tim dari badan usaha itu sendiri menuntut
pengelolaan yang professional dan sebaik mungkin, namun dalam
prakteknya pengelolan yang masih sangat kurang hal ini disebabkan
karena sitem managemen yang digunakan masih belum pas, misalnya pada
BUMD aneka indusrti, PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan Bank
Pasar masih menggunakan sistem pengelolaan yang belum optimal. peran
BUMD dalam memberikan kontribusi terhadap PAD yang masih rendah
berdampak pada tidak terpenuhinya target APBD Kabupaten Klaten.
e. Lemahnya Sanksi Bagi Wajib Pajak Dan Wajib Retribusi Yang Melanggar
Hukum
Peraturan daearah tentang penetapan pemungutan pajak dan
retribusi daerah, Keputusan Kepala Daerah yang menyangkut pemungutan
dan penyetoran pajak dan retribusi daerah merupakan peraturan yang
mengatur tentang hak dan kewajiban masyarakat serta hak dan kewajiban
commit to user
dari pemerintah dalam penetapan dan penagihan pajak. Peraturan

73
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

perundang-undangan tersebut memberikan gambran yang jelas mengenai


pemungutan dan pengelolaan pajak, dengan demikian diharapkan
masyarakat sebagai wajib pajak dan pemerintah daerah sebagai pengelola
keuangan daerah diharap dapat melakukan hak dan kewajibannya sesuai
dengan peraturan yang sudah ada. Selain mengatur tentang hak dan
kewajiaban dari wajib pajak dan pemerintah daerah sebagai pengelola
keuanagn daerah peraturan tersebut juga mengatur mengenai sanksi-sanksi
bagi wajib pajak yang tidak mau untuk mematuhinya.
Sanksi administrasi maupun sanksi pidana telah jelas dituangkan
dalam preturan perundang-undangan,misalnya saja Peraturan Daerah
Kabupaten Klaten Nomor 8 Tahun 2009 tentang Retribusi izin Di Bidang
Kesehatan pada Pasal 16 dan 18 telah disebutkan bahwa dalam hal wajib
retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% setiap bulannya
dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan
tagihan dengan menggunakan STRD (surat tanda retribusi daerah) dan
wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya diancam hukuman
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali
jumlah retribusi yang tertuang. Dalam kenyataanya banyak sekali wajib
retribusi yang membayar kurang dari yang sudah ditentukan oleh petugas
retribusi, namun tidak ada sanksi yang dilakunakan secara tegas, selain itu
sanksi adnistrasi maupun sanksi pidana dirasa masih lemah, sehingga
masih banyaknya wajib retribusi maupun wajib pajak yang melanggar
perataturan perundang-undangan tersebut. Lemahnya sanksi bagi wajib
pajak dan wajib retribusi yang melanggar hukum ini lah merupakan salah
satu faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya target anggaran
pendapatan dan belanja daerah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

74
digilib.uns.ac.id

f. Masih Rendahnya Tingkat Pendidikan Sehingga Menyebabkan Rendahnya


Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Dimiliki Oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Klaten.
Dalam malaksanakan tugasnya untuk mennjalankan pemerintahan,
Pemeritah Daerah dibantu oleh beberapa pegawai yang disebut sebagai
PNS. Tugas dari PNS ini bermaca-macam sesuai dengan bidang yang
dikerjakannya. Profesionalitas dan betanggungjawab merupakan salah satu
faktor yang ditutut dari seorang pegawai negri utuk itu tingkat pendidikan
dari pegawai negri sipil sangat diperukan. Pemerintahan kabupaten klaten
masih banyak menggunakan pegawai dengan pendidian akhir SMA
(Sekolah Menengah Atas) sedangkan tuntutan dari pekerjaannya
mem,erlukan pegawai dengan pendidikan akhir S1. Masih rendahnya
tingkat pendidikan sehingga menyebabkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah kabupaten klaten ini
menyebadkan tidak tercapainya target APBD kabupaten klaten.
g. Masih Terbatasnya Sumber Daya Aparatur Birokrasi, Khususnya Tenaga
Yang Memiliki Keahlian Profesi Di Bidang Kesehatan, Pendidikan,
Maupun Tenaga Yang Dapat Mendukung Pelaksanaan Program-Program
Pembangunan Pada Sektor Pelayanan Dasar.
Pemerintah Daerah dalam melaksanaka tugasnya dibantu oleh
beberapa pegawai negri sipil salah satunya adalah aparatur birokrasi yang
memiliki keahlian khusus sesuai dengan pendidikannya. Dengan masih
banyaknya aparatur birokrasi yang memiliki latar belakang pendidikan
yang hanya lulusan SMA merupakan salah satu persoalan yang
menyebabkan masih terbatasnya sumber daya aparatur birokrasi. Tenaga
ahli yang sangat di perlukan di kabupaten klaten adalah tenaga ahli di
bidang kesehatan, pendidikan, maupun tenaga yang dapat mendukung
pelaksanaan program-program pembangunan pada sektor pelayanan dasar,
seperti tenaga ahli perpajakan dan tenaga ahli pengukuran tanah. Masih
terbatasnya sumber daya aparatur birokrasi, khususnya tenaga yang
to kesehatan,
user
memiliki keahlian profesi commit
di bidang
pendidikan, maupun tenaga

perpustakaan.uns.ac.id

75
digilib.uns.ac.id

yang dapat mendukung pelaksanaan program-program pembangunan pada


sektor pelayanan dasar merupakan salah satu faktor tidak tercapainya
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabuaten klaten.

C. Strategi Dan Kebijakan Yang Ditempuh Pemerintahan Daerah Untuk


Mengatasi Permasalahan Yang Muncul Dalam Implementasi Kebijakan
Desentralisasi Fiskal Kabupaten Klaten Tahun 2009.
Implementasi desentralisasi fiskal memberikan kewenangan kepada
kabupaten Klaten untuk mengali dan mengelola keuangannya sendiri, yang
mana pemeritah daerah harus mengoptimalkan Pendapatan asli daerah.
Permasalahan atau persoalan yang muncul dalam inpementasi kebijakan
desentralisasi fiskal Kabupaten Klaten tahun 2009 yaitu tidak sesuainya antara
APBD dengaan realisasinya. Ketidak sesuaian antara APBD dengan
realisasinya ini desebabkan karena beberapa faktor butuh upaya dari
pemerintah daerah untuk menangani malah-masalah atau faktor-faktor
penghambat tersebut dengan cara :
1. Masih terbatasnya sarana dan prasarana sebagai penunjang penarikan
pajak dan retribusi yaitu dengan masih terbatasnya kendaran bermotor dan
komputerisasi yang ada pada lingkup pemerintahan daerah khususnya pada
bagian PAD yang menangani masalah penarikan dan penetapan pajak
maupun retribusi dapat dilakukan dengan cara dilakukan pengadaan
kendaran bermotor dan komputerisasi utuk APBD tahun berikutnya yaitu
tahun 2010. Selain itu dapat dilakukan pemakaian kendaran dari bagianbagian lain maksudnya dalam hal ini kendran bagian selain bagian PAD
yang tidak digunakan untuk digunakan petugas PAD khususnya untuk
penarikan dan penetapan pajak, sedangkan untuk sarana komputerisasi
dapat dilakukan perbaikan-perbaikan pada komputer yang sudah rusak.
2. Belum optimalnya penanganan pemungutan pajak dan retribusi dapat
diatasi dengan cara pengoptimalaan penanganan pemungutan pajak dengan
lebih mengoptimalkan kinerja
petugas pemungut pajak dengan
commit dari
to user

76
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menyedikan sarana dan prasarana yang memadahi sehingga petugas pajak


dapat mengoptimalkan kinerjanya dalam melakukan penetapan dan
pemungan pajak maupun retribusi bagi wajib pajak dan wajib retribusi
3. Belum optimalnya peran serta atau dukungan masyarakat ini dapat di
optimalkan dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pembayaran pajak selain itu masyarakat harus diajak ikut atau
turut serta dalam pengambilan kebijakan atau keputusan keputusan daerah
dalam pemerintahan yang menyangkut tentang pajak dan retribusi dengan
turut sertanya masyarakat dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
daerah maka masyarakat dapat menyampaikan sapirasisnya sehingga
kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah berpihak pada
rakyat, dangan hal ini diharapkan dapat mengatasi masalah tidak
tercapainya angaran pendapatan dan belanja daerah.
4. Peran BUMD dalam memberikan kontribusi terhadap PAD yang masih
rendah merupakan salah satu faktor penghambat dalam tercapainya target
APBD utuk mengatasinya maka harus diadakan pembenahan sistem
menejemen pada masing-masing unit atau tim dari BUMD menjadi lebih
baik, dengan adanya perubahan sistem menejemen dari BUMD yang
semula dirasa kurang pas menjadi sistem nenejemen yang bagus dan
menguntungkan bagi daerah diharapkan dapat meningkatkan peran peran
BUMD dalam memberikan kontribusi terhadap PAD.
5. Lemahnya sanksi bagi wajib pajak dan wajib retribusi yang melanggar
hukum terlihat dari banyaknya wajib retribusi yang membayar kurang dari
yang sudah ditentukan oleh petugas retribusi, namun tidak ada sanksi yang
dilakunakan secara tegas, selain itu sanksi admistrasi maupun sanksi
pidana dirasa masih lemah, sehingga masih banyaknya wajib retribusi
maupun wajib pajak yang melanggar perataturan perundang-undangan
tersebut,

utuk itu perlu ditegakannya atau di ubahnya perundangan-

perundangan tersebut menjadi lebih baik yaitu adanya sanksi pidana dan
daninistrasi yang tegas sehingga
commit toakan
user memperkecil kemungkina wajib

77
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pajak atau wajaib retreibusi untuk melakuakn pelanggaran. Selain itu


petugas pajak dan petugas retrubusi harus melakuan kerjasama dengan
SATPOL PP dan PPSS (Penyidik Pegawai Negri Sipil) utuk melakukan
penagihan padawajib pajak dan wajib retribusi yang tidak mau melakukan
kewajibannya. Dengan adanya perubahan peraturan daerah dan kerjasama
antara petugas pemungut pajak dengan SATPOL PP dan PPNS diharapkan
maumpu mengatasi permasalahan perbedaan APBD yang dianggarkan
dengan realisasinya.
6. Masih rendahnya tingkat pendidikan sehingga menyebabkan rendahnya
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah
kabupaten klaten ini terlihat dari masih banyak pegawai dengan pendidian
akhir SMA (Sekolah Menengah Atas) sedangkan tuntutan dari
pekerjaannya memerlukan pegawai dengan pendidikan akhir S1. Masih
rendahnya tingkat pendidikan sehingga menyebabkan rendahnya kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah kabupaten
klaten. Utuk nengatasi hal tersebut mulai tahun berikutnya yaitu tahun
2010 Perintah Daerah Kabupaten Klaten hanya menerima pegawai dengan
pendidikan akhir minimal D3 utuk teknisi computer, dan S1 utuk
pekerjaan yang menuntut pendidikakan sesuai dengan profesinya. Dengan
adanya peneriman pegawai negri sipil dilingkup kabupaten klaten yang
tidak lagi nenerima pegawai dengan lulusan SMA diharapkan dapat
meningkatkan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah
Kabupaten Klaten dan dapat mengatasi permasalahan perbedaan APBD
yang dianggarkan dengan realisasinya.
7. Masih terbatasnya sumber daya aparatur birokrasi, khususnya tenaga yang
memiliki keahlian profesi di bidang kesehatan, pendidikan, maupun tenaga
yang dapat mendukung pelaksanaan program-program pembangunan pada
sektor pelayanan dasar dapat diatasi dengan penerimaan pegawai negiri
sipil dengan pedidikan yang lebih baik yaitu minimal D3 atau S1 di bidang
kesehatan,

pendidikan,

maupun tenaga yang dapat mendukung


commit to user
pelaksanaan program-program pembangunan pada sektor pelayanan dasar,

78
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

selain itu tahap penseleksian dari ujian masuk pegawai harus dilaksanakan
dengan jujur sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga dapat
meningkatkan sumber daya aparatur birokrasi, khususnya tenaga yang
memiliki keahlian profesi di bidang kesehatan, pendidikan, maupun tenaga
yang dapat mendukung pelaksanaan program-program pembangunan pada
sektor pelayanan dasar.

commit to user

79
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan mengkaji bab kesatu sampai bab ketiga dan berpijak pada
rumusan masalah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ikhtisar pencapaian target kinerja keuangan Tahun Anggaran 2009, Secara
garis besar Realisasi APBD Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
a. Realisasi Pendapatan

Rp 984.534.437.004,00

b. Realisasi Belanja dan Transfer

Rp 981.121.677.296,00

c. Surplus (Defisit)

Rp 3.412.759.708,00

d. Realisasi Pembiayaan :
1) Penerimaan

Rp

57.594.345.860,00

2) Pengeluaran

Rp

497.479.000,00

3) Pembiayaan Neto

Rp 57.096.866.860,00

e. Sisa Lebih Pembiayaan Tahun Berjalan

Rp 60.509.626.568,00

2. permasalahan atau persoalan yang muncul dalam inpementasi kebijakan


desentralisasi fiskal kabupaten Klaten tahun 2009 yaitu tidak sesuainya
antara anggaran APBD dengaan realisasinya. Kendala yang dihadapi oleh
Pemerintah Daerah kabupaten Klaten dalam pencapaian target pendapatan
dan belanja secara umum antara lain :
a. Masih Terbatasnya Sarana Dan Prasarana Sebagai Penunjang
Penarikan Pajak Dan Retribusi
b. Belum Optimalnya Penanganan Pemungutan Pajak Dan Retribusi
c. Belum Optimalnya Peran Serta Atau Dukungan Masyarakat.
d. Peran BUMD Dalam Memberikan Kontribusi Terhadap PAD
Masih Rendah
e. Lemahnya Sanksi Bagi Wajib Pajak Dan Wajib Retribusi Yang
Melanggar Hukum
79
commit
to user

80
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f. Masih Rendahnya Tingkat Pendidikan Sehingga Menyebabkan


Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Dimiliki Oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten.
g. Masih Terbatasnya Sumber Daya Aparatur Birokrasi, Khususnya
Tenaga Yang Memiliki Keahlian Profesi Di Bidang Kesehatan,
Pendidikan, Maupun Tenaga Yang Dapat Mendukung Pelaksanaan
Program-Program Pembangunan Pada Sektor Pelayanan Dasar.
3. Ketidak sesuaian antara APBD dapat diatasi dengan cara dengan cara :
a. Dilakukan pengadaan kendaran bermotor dan komputerisasi utuk
APBD tahun berikutnya yaitu tahun 2010.
b. Pengoptimalaan penanganan pemungutan pajak.
c. Masyarakat harus diajak ikut atau turut setrata dalam pengambialan
kebijakan atau keputusan keputusan daerah.
d. Pembenahan sistem menejemen pada masing-masing unit atau tim
dari BUMD menjadi lebih baik
e. Petugas pajak dan petugas retrubusi harus melakuan kerjasama
dengan SATPOL PP dan PPSS (Penyidik Pegawai Negri Sipil)
f. Penerimaan pegawai dengan pendidikan akhir minimal D3 dan S1.
g. Di bidang kesehatan, pendidikan, maupun tenaga yang dapat
mendukung pelaksanaan program-program pembangunan pada
sektor pelayanan dasar di menggunkan pekerja yang mempunyai
pendidikan akhir minimal D3 dan S1.

commit to user

81
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dan uraiaan yang telah dijelaskan
sebelunya pada bab hasil penelitian dan pembahasan maka ada beberapa saran
yang disampaikan penulis antara lain :
1. Sebaiknya Pemerintahan Daerah Kabupaten Klaten lebih berhemat dalam
pembelanjaan daerah, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kenaikan
belanja daerah yang dilakuan untuk membiayai program dan kegiatan yang
esensial dan bernilai produktif untuk peningkatan pelayanan publik. Selain
itu pemerintahan daerah kabupaten klaten harus meningkatkan PAD
dengan melakukan pengoptimalisasian SDA dan SDM yang dimiliki oleh
Kabupaten Klaten
2. Seharusnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam
peningkatan kinerja PNS lebih memperhatikan pada kebutuhan-kebutuhan
yang lebih mendesak dan lebih penting terlebih dahulu, seperti untuk
mencukupi sarana dan presarana kendaran bermotor dan komputerisasi
yang layak.
3. Peningkatan SDM dan SDA yang dimiliki oleh pemerintah daerah
kabupaten klaten hendaknya menjadi skala preoritas utama dalam dalam
pengembangan PAD karena dengan pengelolan SDA dan SDM yang
optimal dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai