Anda di halaman 1dari 3

NAMA : 1.

SYARTIA NORMIAH (I1A013001)


2. APRIDA RAHMAH (I1A013002)
JUDUL : DAMPAK EKONOMI DARI OBESITAS DI AMERIKA SERIKAT

ANALISIS JURNAL

Dampak ekonomi dari obesitas


di Amerika Serikat
Definisi yang paling umum dari obesitas didasarkan pada Indeks
massa tubuh (BMI), yang didefinisikan sebagai berat badan dalam
kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter kuadrat. Obesitas pada orang
dewasa umumnya didefinisikan sebagai BMI 30,0 atau lebih besar,
karena dengan BMI 25,0-29,9 saja sudah dikategorikan sebagai
overweight.
Selama beberapa dekade terakhir, obesitas telah tumbuh menjadi
epidemi global utama. Pada tahun 2002, hampir 500 juta orang di
seluruh dunia kelebihan berat badan. Di Amerika Serikat (AS), tingkat
obesitas telah dua kali lipat sejak tahun 1970 menjadi lebih dari 30%,
dengan lebih dari dua pertiga dari Amerika sekarang overweight.
Penelitian sampai saat ini telah mengidentifikasi setidaknya empat
kategori utama dari dampak ekonomi terkait dengan epidemi obesitas
yaitu biaya medis langsung, biaya produktivitas, biaya transportasi, dan
biaya modal manusia. Dampak ekonomi yang besar dari obesitas
diidentifikasi dalam semua empat kategori yang ada ini.
Pada jurnal ini membahas lebih banyak tentang dampak ekonomi
dari obesitas itu sendiri, baik mengenai biaya yang harus dikeluarkan
oleh pasien untuk obesitas itu sendiri, maupun untuk mengobati
komplikasi yang terjadi akibat obesitas.

Thompson et al menyajikan model dinamis dari hubungan antara


BMI dan risiko lima penyakit terkait dengan obesitas yaitu seperti
hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus tipe 2, penyakit
jantung koroner, dan stroke. Peneliti meneliti bahwa banyak efek tidak
langsung dari obesitas pada hasil kesehatan. Obesitas
merupakan faktor risiko untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, dan
diabetes, yang dengan sendirinya akan menjadi faktor risiko PJK
(penyakit jantung koroner) dan stroke. Ditemukan risiko PJK untuk
50% lebih tinggi pada kelebihan berat badan (BMI 25-28,9), dua kali
tinggi di obesitas (BMI 29-32,9), dan tiga kali lebih tinggi di
yang sangat gemuk (BMI. 33), dibandingkan dengan berat badan yang
sehat.
Dari analisis NHANES-II data cross-sectional untuk pria dan
wanita ditemukan risiko hipertensi dan diabetes akan meningkat 3,0 kali
dan 2,9 kali masing-masing, dibandingkan dengan non overweight.
Sebuah survei skala besar dari 195.000 orang dewasa ditemukan
rasio odds untuk kelebihan berat badan dan obesitas (dibandingkan
normal) menjadi 1,59 dan 3,44 masing-masing untuk diabetes, 1.82
dan 3,50 masing-masing untuk tekanan darah tinggi, dan 1,50 dan
1,91 masing-masing untuk kolesterol tinggi. Signifikan secara statistik
efek untuk asma dan radang sendi juga ditemukan. Sebuah studi juga
mengukur peningkatan 1 mmHg di darah sistolik tekanan yang
dihasilkan dari setiap kenaikan satu unit BMI.
Hasil dari penelitian menunjukkan peningkatan substansial dalam
penyakit risiko berbanding lurus dengan peningkatan BMI.
Dari data diatas dapat disimpulkan semakin tinggi berat badannya,
semakin tinggi terkena komplikasi dan semakin tinggi pula biaya akan
pengobatannya. Ini artinya obesitas berdampak pada ekonominya.
Obesitas juga dapat memberikan kontribusi untuk penurunan
produktivitas jika obesitas individu yang kurang produktif saat hadir di

tempat kerja. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari kesehatan fisik dan
mental kondisi yang lebih umum di antara pekerja obesitas dan
negatif yang mempengaruhi kemampuan produktif, pun obesitas
mempengaruhi biaya transportasi dan biaya modal hidupnya juga.
Artinya, obesitas sangat berdampakn buruk pada kesehatan dan
ekonomi orang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai