Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati
Bantul

Diajukan Kepada :
dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG

Disusun oleh :
Duane Ayu Fitri
20100310148
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun oleh:
Duane Ayu Fitri
20100310148
Telah dipresentasikan pada:
Maret 2015

Bantul, Maret 2015


Menyetujui dan mengesahkan,
Pembimbing

dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG

BAB I
PENDAHULUAN

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dalam serum. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang
berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.
Keluhan,gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit
(Prawirohardjo, 2002).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari hari (Arief. B., 2009).
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum sehingga berat

badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini di sebut hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau
defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Llwellyn, 2004).
B. Konsep Kehamilan
1. Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2005).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan
tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan berlangsung antara 28 dan 36
minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan post matur (Manuaba, 2005).
2. Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda kehamilan tidak pasti
1) Amenorea (tidak haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak mendapat haid. Penting diketahui tanggal hari
pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan
bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
2) Nausea (mual) dan emesis (muntah). Mual terjadi umumnya pada
bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis.
Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim
disebut morning sickness.
3) Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu). Mengidam sering terjadi
pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin
tuanya kehamilan.
4) Pingsan. Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.
Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulanbulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5) Anoreksia (Tidak ada selera makan). Pada bulan-bulan pertama terjadi
anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.
6) Sering kencing terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.

Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih


ditekan oleh kepala janin.
7) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.
8) Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,
hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang
berlebihan, dikenal sebagai chloasma gravidarum. Areola mammae
juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang
berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba
di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea gravida).
Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
9) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada
triwulan pertama.
10) Varises. Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah
genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida
kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan terdahulu, timbul
kembali pada triwulan pertama. Kadang- kadang timbulnya varises
merupakan gejala pertama kehamilan muda (Wiknjosastro, 2005).
b. Tanda pasti kehamilan
1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin (BJJ). Dengan stetoskop
laennec BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat doppler
BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
3) Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin.
4) Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi
sekarang karena dampak radiasi terhadap janin (Manuaba, 2000).
3. Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil
a) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen
dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus, di samping itu serabut-serabut
kolagen menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga
uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamiln ektopik, uteru

akan membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu pula


endometrium menjadi desidua.
Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu)
berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak
gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada
akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan
antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara
lain untuk membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil
ganda atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya. Pada
minggu-minggu pertama istmus uteri mengadakan hipertrofi seperti korpus
uteri. Hipertrofi istmus pada triwulan pertama membuat istmus menjadi panjang
dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam obstetri sebagai tanda hegar.
b) Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih
banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik
terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka
serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus
serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan
tekanan bagian bawah janin kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak
berlipat-lipat dan tidak menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada
serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi pemeriksa
hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan kasar,
sehingga dapat mengganggu kehamilan.
Kelenjar-kelenjar

di

serviks

akan

meningkat

aktifitasnya

dan

akan

mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil


mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini
sampai batas tertentu masih merupakan keadaan fisiologik.
c) Vagina dan vulva
Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan
agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh

darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. Apabila
terjadi kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak
sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian.
d) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum
graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta
terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon
estrogen dan progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
Dalam dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi terdapat hormon
relaxin, suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan
korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kehamilan. Kadar
relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester
pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan
janin menjadi baik hingga aterm.
e) Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,
estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen
menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah selsel

asinus

pada mammae.

Somatomammotropin

mempengaruhi

pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulakan perubahan dalam sel-sel,


sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan
demikian mamma dipersiapkan untuk laktasi. Di samping ini, di bawah
pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar
kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papila
mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam, seperti seluruh
areola mamma karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih
jelas menonjol di permukaan areola mamma. Pada kehamilan 12 minggu
keatas, dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut
kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi.
f) Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang


membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan
dalam kehamilan. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara
fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah
akan bertambah banyak 25% pada puncak usia kehamilan 32 minggu.
Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi
penambahan volume plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin
dalam darah menjadi lebih rendah. Pada minggu ke-32, wanita hamil
mempunyai hemoglobin total lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak
hamil. Bersamaan itu, jumlah sel darah putih meningkat ( 10.500/ml),
demikian juga hitung trombositnya. Untuk mengatasi pertambahan volume
darah, curah jantung akan meningkat 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan
peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup,
akan tetapi frekuensi denyut jantung meningkat 15%. Setelah kehamilan lebih
dari 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan darah.
g) Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan
diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam,
dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga
memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat
20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih
rendah. Pada kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan
mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga menimbulkan
kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan penampilan badannya.
h) Metabolisme dalam kehamilan
Angka Metabolisme Basal (AMB) meningkat hingga 15-20% yang umumnya
ditemukan pada trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh
terutama dari pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20
minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk
mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan
biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian tenaganya.
Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang- tulangnya
dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya

diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr


kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah
cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium
dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia,
akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat
menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani. Segera setelah haid
terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine) meningkat dari 3-6 satuan
dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini
mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan
seterusnya sampai akhir kehamilan. Pinosinase adalah enzim yang dapat
membuat oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam
darah ibu pada kehamilan 14-38 minggu. Berat badan wanita hamil akan naik
kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi
terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam
kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor
(Wiknjosastro, 2005).
4. Adaptasi Psikologis Pada Ibu Hamil
a) Trimester pertama; Ragu-ragu akan kehamilannya, ambivalen (konflik
perasaan) dan lebih banyak berfokus pada diri sendiri. Pada trimester
ini, adanya perasaan tidak nyaman akibat perasaan mual, muntah, dan
keletihan sering kali keinginan seksual menurun.
b) Trimester kedua
1) Adanya pergerakan bayi, ibu menjadi yakin dengan keberadaan bayinya,
dan ibu merasa percaya akan segera mempunyai bayi.
2) Ibu lebih banyak berfokus pada bayinya, biasanya dia merasa lebih baik
daripada trimester I dan belum terganggu aktivitasnya.
3) Perubahan ukuran tubuh untuk beberapa orang menyebabkan perubahan
body image atau pandangan terhadap gambaran diri yang negative.
c) Trimester ketiga
1)

Persiapan kelahiran sudah mulai dilakukan ibu. Ibu menanyakan


tentang tanda-tanda persalinan kepada teman atau saudaranya

yang telah mengalami proses persalinan.


2) Beberapa wanita mengalami ketakutan persalinan dan merasa
3)

tidak nyaman menghadapi hari-hari menjelang persalinan.


Ibu menyiapkan pakaian, tempat untuk bayi, dan merencanakan

perawatannya.
C. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi

Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna dan genetalia
interna.
1. Genitalia Eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak, daerah ini ditutupi rambut pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan
membentuk kommisura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya terdapat
jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasea. Saat pubertas
tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora,

dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah


vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio
minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum
terdapat muara-muara dari liang senggama (introitus vagina uretra), kelenjar
bartholini dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama, ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Letaknya pada
mulut vagina, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi
ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari dan ada yang
dapat dilalui satu jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang
ditutupi oleh kulit perineum.

2. Genetalia Interna

a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum

sampai uterus 712 cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan
uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding
belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 712 cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm.
Uterus terdiri dari :
1)

Fundus uteri (dasar rahim)

Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2)

Korpus uteri

Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut
kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametrium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah
tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi
disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12
cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba.

D. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat zat lain. Beberapa faktor predisposisi
dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1.

Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda,

2.

estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.


Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan

3.

metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi
Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2005).

E. Diagnosis
Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan
diagnosis kehamilan terlebih dahulu. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan
amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan tanda-tanda kehamilan,
yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan konsistensi lunak dan
serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar -hCG dalam urin pagi hari dapat
membantu menegakkan diagnosis kehamilan.
Tabel 1. Definisi-Definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan
Emesis Gravidarum
Mual dan muntah dikeluhkan

Hiperemesis Gravidarum
terus Mual dan muntah mengganggu aktivitas

melewati 20 minggu pertama kehamilan


Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

sehari-hari
Mual
dan

muntah

komplikasi

(ketonuria,

menimbulkan
dehidrasi,

hipokalemia, penurunan berat badan


Tidak menimbulkan komplikasi patologis
Menyingkirkan Penyebab Hiperemesis Lain
Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis
gravidarum. Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal, pielonefritis

dan penyakit metabolik perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang berguna
adalah awitan mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dalam
delapan minggu setelah hari pertama haid terakhir. Karena itu, awitan pada trimester
kedua atau ketiga menurunkan kemungkinan hiperemesis gravidarum. Demam, nyeri
perut atau sakit kepala juga bukan merupakan gejala khas hiperemesis gravidarum.
Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan untuk mendeteksi kehamilan ganda atau
mola hidatidosa.
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis
obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan
infeksi Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit
ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat
ditemukan riwayat sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium
yang berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi
atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis
dan melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum. Pada kolestasis dapat ditemukan
pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam, ikterus, warna urin gelap dan tinja
berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin. Pada perlemakan
hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia, gangguan
pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik.
Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran
klinis gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan
nyeri perut kanan bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan
lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang
semakin membesar. Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas,
yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (apabila
pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena
itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4
dan TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit
Graves, tetapi pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis
penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4
meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu
diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat
kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian

propiltiourasil

pada

pasien

hipertiroidisme

dapat

meredakan

gejala-gejala

hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah.


Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya hubungan antara infeksi kronik
Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Pada studi tersebut,
sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum menunjukkan
hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif, namun studi tersebut masih
kontroversial. Sebuah studi lain di Amerika Serikat mendapatkan tidak terdapat
hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan infeksi H. pylori.
Deteksi Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan
dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok.
Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh
karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tandatanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan
tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam
pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan
sianosis, serta penurunan berat badan. Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang
persisten adalah gangguan keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium,
klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai
hiponatremia dan hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat
membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama sekali, sehingga cadangan
karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi
jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasi
dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik,
dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton
(buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan
hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan
hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria.
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah
terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan
yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya
tidak diperlukan. Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan
berat badan dalam kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi

untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan,
prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.
Menentukan Derajat Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi hiperemesis
gravidarum tingkat I, II dan III.
Hiperemesis gravidarum tingkat I:
Ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi
muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan dapat
keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut. Frekuensi nadi meningkat sampai
100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan jumlah
urin.
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II:
Pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun,
dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi berada pada rentang 100-140 kali/menit
dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah
kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.
Hiperemesis gravidarum tingkat III:
Sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum
tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi
kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan
protein.
F. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara :
1. Memberikan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.

3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam


jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Emesis Gravidarum
Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah
istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas,
makanan berlemak, atau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu
mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi yang kecil namun sering cukup
efektif untuk mengatasi mual dan muntah derajat ringan. Jenis makanan yang
direkomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang
panjang, dan biskuit kering. Minuman elektrolit dan suplemen nutrisi peroral
disarankan sebagai tambahan untuk memastikan terjaganya keseimbangan elektrolit
dan pemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang banyak mengandung protein
juga memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual.
Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual.
Tata Laksana Farmakologis
Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan
tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan
diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil. Pemberian obat secara
intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. Obat-obatan yang
digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen
prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8
jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual
dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernickes encephalopathy.
Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang

disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan
ekstraokular. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti
efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin,
klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan
reticular activating system. Obat- obatan tersebut dikontraindikasikan terhadap pasien
dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat,
penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali,
dan glaukoma sudut tertutup. Hanya didapatkan sedikit informasi mengenai efek
terapi antiemetik terhadap janin. Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika
pengobatan dengan antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan
tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah randomized
trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk
mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan
pusing yang lebih ringan.
2. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian
makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum
dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana awal pasien
hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi
dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per
oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan
glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.
Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan
defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.
Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I.
Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang

mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa
hari.Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet hiperemesis II.
Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua
zat gizi, kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan.
Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

BAB III
KASUS
I.

II.

IDENTITAS
Nama
Umur
Alamat
Agama
Tgl masuk RS
No RM

: Ny. SM
: 29 tahun
: Banyusemoro, girirejo, Imogiri, Bantul.
: Islam
: 26 Februari 2015
: 544503

ANAMNESA
a. Keluhan Utama
: Muntah
b. Keluhan Tambahan : Mual dan pusing
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keterangan G1P0A0 UK: 8 minggu
keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu SMRS, pasien mengeluh
setiap makan selalu muntah sehingga pasien merasa lemas.
d. Riwayat Obstetri
I: Hamil ini
HPMT: 1 januari 2015
HPL: 8 Oktober 2015
UK : 8 minggu
e. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit jantung disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat sakit DM disangkal
- Riwayat sakit asma disangkal
- Riwayat alergi disangkal
f. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat sakit jantung disangkal


- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat sakit DM disangkal
- Riwayat sakit asma disangkal
- Riwayat sakit hepar disangkal
g. Anamnesis Sistem
1. Sistem serebrospinal
: Pusing (+)
2. Sistem respirasi
: Batuk (-), sesak nafas (-)
3. Sistem kardiovaskuler
: Nyeri dada (-)
4. Sistem digestivus
: Mual (+), muntah (+), nyeri perut (-),
flatus (+), BAB normal
5. Sistem Urogenital
: Nyeri pinggang (-), hematuria
(-)
6. Sistem muskuloskeletal

: Tak ada hambatan dalam bergerak.

III.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Pasien
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
: Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 98x/menit,
RR: 20x/menit, Suhu: 36,2 C
Tinggi Badan
: 169cm
Berat Badan
: 59 kg
b. Status Generalis
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Jantung
Paru

IV.

: Turgor dan elestisitas berkurang


: Normocephal
: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
: Sekret (-/-)
: Sekret (-/-)
: Bibir sianosis (-). Lidah kotot (-), lidah tremor (-)
: JVP tidak meningkat, pembesaran limfomodi (-)
: Simetris, ketinggalan gerak (-)
: S1 dan S2 reguler, bising jantung (-)
: Suara dasar vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb
: 12.5 gr/dl
Lekosit
: 7.70 103 uL
Trombosit : 187 103 uL
Hematokrit : 37.3 vol%
Gol. Darah : A
PPT
: 15.8 detik
APTT
: 28.3 detik

Control PPT: 13.8 detik


Control APTT: 31.6 detik
HBsAg
:Negatip
V.

TERAPI
- Infus RL:D5:KAEN 3B 1:1:1 30 tpm
- Inj. Metoclorpramid 1Amp/12jam/IV
- Sulfas Ferosus 1 tab/12jam/oral

VI.

FOLLOW UP
1. S
: Pusing (+), mual (+), Muntah (+) 1x pagi hari.
O : TD: 100/60 mmHg, N: 72x/menit, R:16x/menit, S:36C
A : Hiperemesis Gravidarum
P : - Asam Folat I tab/24 jam
- Neurobion drip 1Amp/500cc RL 30tpm
- Anvomer 2x1 tab
2. S
: Pusing (+), mual (+), Muntah (-), badan terasa lemas.
O : TD: 110/80 mmHg, N: 60x/menit, R:16x/menit, S:36,1C
A : Hiperemesis Gravidarum
P : - Asam Folat I tab/24 jam
- Anvomer 2x1 tab
3. S
: Pusing (-), mual (-), Muntah (-), lemas (+)
O : TD: 100/70 mmHg, N: 68x/menit, R:20x/menit, S:36,2C
A : Hiperemesis Gravidarum
P : - Asam Folat I tab/24 jam
- Anvomer 2x1 tab
-BLPL

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan keterangan pasien

G1P0A0 dengan umur

kehamilan 8 minggu mengeluh muntah sejak 1 minggu SMRS, dalam sehari pasien
mengatakan muntah lebih dari 10 kali, memuntahkan setiap makanan yang masuk.
Keluhan dirasakan sejak umur kehamilan 3 minggu dan keluhan memberat sejak 1
minggu SMRS. Muntah-muntah pada pasien ini disebut hiperemesis gravidarum.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf.
Beberapa faktor predisposisi penyebab hyperemesis gravidarum adalah primigravida,
hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, dan mola hidatidosa.
Pada pasien ini ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan
penurunan nafsu makan dan minum dan terdapat penurunan berat badan sehingga
diklasifikasikan Hiperemesis Gravidarum tingkat I. Penatalaksanaan utama
hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian makanan peroral.
Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertim- bangkan sebagai

terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum dapat juga


diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana awal pasien hiperemesis
gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan
natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama
24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Pada pasien ini mendapat
terapi rehidrasi digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien juga digunakan
untuk memenuhi kebutuhan kalori pasien dan pemberian Asam Folat, neurobion drip
dan anvomer. Neurobion (mengandung vitamin B1, B6, B12) diberikan secara drip
IV. Suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan mencegah insiden
hiperemesis gravidarum. Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan koenzim yang
berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino. Anvomer,
komposisinya Pyrathiazine chlorotheophylline 40 mg, vit B6 30 mg yang mempunyai
indikasi untuk mencegah mual dan muntah selama kehamilan.

BAB V
KESIMPULAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan
penghentian makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena
dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis
gravidarum dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana
awal pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan
rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian
makanan per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC
Mansjoer,Arif et al (2001). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta.
Manuaba. (2007) .Pengantar kuliah obstetric. Jakarta. EGC.
Mochtar,Rustam.(1998). Sinopsis Obstetri.Jakarta.
Prawirohardjo,Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.
Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa.(1992). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai