HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati
Bantul
Diajukan Kepada :
dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG
Disusun oleh :
Duane Ayu Fitri
20100310148
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun oleh:
Duane Ayu Fitri
20100310148
Telah dipresentasikan pada:
Maret 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dalam serum. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang
berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.
Keluhan,gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit
(Prawirohardjo, 2002).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari hari (Arief. B., 2009).
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum sehingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini di sebut hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau
defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Llwellyn, 2004).
B. Konsep Kehamilan
1. Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2005).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan
tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan berlangsung antara 28 dan 36
minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan post matur (Manuaba, 2005).
2. Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda kehamilan tidak pasti
1) Amenorea (tidak haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak mendapat haid. Penting diketahui tanggal hari
pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan
bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
2) Nausea (mual) dan emesis (muntah). Mual terjadi umumnya pada
bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis.
Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim
disebut morning sickness.
3) Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu). Mengidam sering terjadi
pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin
tuanya kehamilan.
4) Pingsan. Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.
Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulanbulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5) Anoreksia (Tidak ada selera makan). Pada bulan-bulan pertama terjadi
anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.
6) Sering kencing terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.
di
serviks
akan
meningkat
aktifitasnya
dan
akan
darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. Apabila
terjadi kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak
sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian.
d) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum
graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta
terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon
estrogen dan progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
Dalam dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi terdapat hormon
relaxin, suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan
korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kehamilan. Kadar
relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester
pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan
janin menjadi baik hingga aterm.
e) Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,
estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen
menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah selsel
asinus
pada mammae.
Somatomammotropin
mempengaruhi
perawatannya.
C. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna dan genetalia
interna.
1. Genitalia Eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak, daerah ini ditutupi rambut pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan
membentuk kommisura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya terdapat
jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasea. Saat pubertas
tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora,
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum
sampai uterus 712 cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan
uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding
belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 712 cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm.
Uterus terdiri dari :
1)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2)
Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut
kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametrium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah
tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi
disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12
cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba.
D. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat zat lain. Beberapa faktor predisposisi
dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1.
2.
3.
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi
Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2005).
E. Diagnosis
Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan
diagnosis kehamilan terlebih dahulu. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan
amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan tanda-tanda kehamilan,
yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan konsistensi lunak dan
serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar -hCG dalam urin pagi hari dapat
membantu menegakkan diagnosis kehamilan.
Tabel 1. Definisi-Definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan
Emesis Gravidarum
Mual dan muntah dikeluhkan
Hiperemesis Gravidarum
terus Mual dan muntah mengganggu aktivitas
sehari-hari
Mual
dan
muntah
komplikasi
(ketonuria,
menimbulkan
dehidrasi,
dan penyakit metabolik perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang berguna
adalah awitan mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dalam
delapan minggu setelah hari pertama haid terakhir. Karena itu, awitan pada trimester
kedua atau ketiga menurunkan kemungkinan hiperemesis gravidarum. Demam, nyeri
perut atau sakit kepala juga bukan merupakan gejala khas hiperemesis gravidarum.
Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan untuk mendeteksi kehamilan ganda atau
mola hidatidosa.
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis
obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan
infeksi Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit
ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat
ditemukan riwayat sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium
yang berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi
atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis
dan melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum. Pada kolestasis dapat ditemukan
pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam, ikterus, warna urin gelap dan tinja
berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin. Pada perlemakan
hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia, gangguan
pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik.
Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran
klinis gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan
nyeri perut kanan bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan
lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang
semakin membesar. Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas,
yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (apabila
pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena
itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4
dan TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit
Graves, tetapi pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis
penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4
meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu
diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat
kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian
propiltiourasil
pada
pasien
hipertiroidisme
dapat
meredakan
gejala-gejala
untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan,
prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.
Menentukan Derajat Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi hiperemesis
gravidarum tingkat I, II dan III.
Hiperemesis gravidarum tingkat I:
Ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi
muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan dapat
keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut. Frekuensi nadi meningkat sampai
100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan jumlah
urin.
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II:
Pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun,
dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi berada pada rentang 100-140 kali/menit
dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah
kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.
Hiperemesis gravidarum tingkat III:
Sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum
tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi
kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan
protein.
F. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara :
1. Memberikan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan
ekstraokular. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti
efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin,
klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan
reticular activating system. Obat- obatan tersebut dikontraindikasikan terhadap pasien
dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat,
penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali,
dan glaukoma sudut tertutup. Hanya didapatkan sedikit informasi mengenai efek
terapi antiemetik terhadap janin. Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika
pengobatan dengan antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan
tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah randomized
trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk
mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan
pusing yang lebih ringan.
2. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian
makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum
dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana awal pasien
hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi
dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per
oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan
glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.
Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan
defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.
Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I.
Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang
mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa
hari.Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet hiperemesis II.
Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua
zat gizi, kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan.
Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.
BAB III
KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Alamat
Agama
Tgl masuk RS
No RM
: Ny. SM
: 29 tahun
: Banyusemoro, girirejo, Imogiri, Bantul.
: Islam
: 26 Februari 2015
: 544503
ANAMNESA
a. Keluhan Utama
: Muntah
b. Keluhan Tambahan : Mual dan pusing
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keterangan G1P0A0 UK: 8 minggu
keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu SMRS, pasien mengeluh
setiap makan selalu muntah sehingga pasien merasa lemas.
d. Riwayat Obstetri
I: Hamil ini
HPMT: 1 januari 2015
HPL: 8 Oktober 2015
UK : 8 minggu
e. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit jantung disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat sakit DM disangkal
- Riwayat sakit asma disangkal
- Riwayat alergi disangkal
f. Riwayat Penyakit Keluarga
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Pasien
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
: Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 98x/menit,
RR: 20x/menit, Suhu: 36,2 C
Tinggi Badan
: 169cm
Berat Badan
: 59 kg
b. Status Generalis
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Jantung
Paru
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb
: 12.5 gr/dl
Lekosit
: 7.70 103 uL
Trombosit : 187 103 uL
Hematokrit : 37.3 vol%
Gol. Darah : A
PPT
: 15.8 detik
APTT
: 28.3 detik
TERAPI
- Infus RL:D5:KAEN 3B 1:1:1 30 tpm
- Inj. Metoclorpramid 1Amp/12jam/IV
- Sulfas Ferosus 1 tab/12jam/oral
VI.
FOLLOW UP
1. S
: Pusing (+), mual (+), Muntah (+) 1x pagi hari.
O : TD: 100/60 mmHg, N: 72x/menit, R:16x/menit, S:36C
A : Hiperemesis Gravidarum
P : - Asam Folat I tab/24 jam
- Neurobion drip 1Amp/500cc RL 30tpm
- Anvomer 2x1 tab
2. S
: Pusing (+), mual (+), Muntah (-), badan terasa lemas.
O : TD: 110/80 mmHg, N: 60x/menit, R:16x/menit, S:36,1C
A : Hiperemesis Gravidarum
P : - Asam Folat I tab/24 jam
- Anvomer 2x1 tab
3. S
: Pusing (-), mual (-), Muntah (-), lemas (+)
O : TD: 100/70 mmHg, N: 68x/menit, R:20x/menit, S:36,2C
A : Hiperemesis Gravidarum
P : - Asam Folat I tab/24 jam
- Anvomer 2x1 tab
-BLPL
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan keterangan pasien
kehamilan 8 minggu mengeluh muntah sejak 1 minggu SMRS, dalam sehari pasien
mengatakan muntah lebih dari 10 kali, memuntahkan setiap makanan yang masuk.
Keluhan dirasakan sejak umur kehamilan 3 minggu dan keluhan memberat sejak 1
minggu SMRS. Muntah-muntah pada pasien ini disebut hiperemesis gravidarum.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf.
Beberapa faktor predisposisi penyebab hyperemesis gravidarum adalah primigravida,
hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, dan mola hidatidosa.
Pada pasien ini ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan
penurunan nafsu makan dan minum dan terdapat penurunan berat badan sehingga
diklasifikasikan Hiperemesis Gravidarum tingkat I. Penatalaksanaan utama
hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian makanan peroral.
Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertim- bangkan sebagai
BAB V
KESIMPULAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan
penghentian makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena
dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis
gravidarum dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana
awal pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan
rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian
makanan per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC
Mansjoer,Arif et al (2001). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta.
Manuaba. (2007) .Pengantar kuliah obstetric. Jakarta. EGC.
Mochtar,Rustam.(1998). Sinopsis Obstetri.Jakarta.
Prawirohardjo,Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.
Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa.(1992). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo