Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia saat ini berkembang begitu pesat, hal
ini terlihat dari banyaknya perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Menurut data
dari Badan Pusat Statistik (2012) dalam Tarwaka (2014) tercatat sebanyak 23.257
perusahaan dari berbagai macam bidang beroperasi di Indonesia. Meskipun
demikian tingkat pencapaian penerapan kinerja K3 pada perusahaan di Indonesia
masih sangat rendah. Dari data ILO (2003) dalam Tarwaka (2014) dari 15.017
perusahaan hanya 2% (sekitar 317 buah) perusahaan yang sudah menerapkan K3
dengan baik. Sedangkan sisanya 98% (sekitar 14.700) perusahaan belum
menerapkan K3 secara baik. Dari data tersebut tentunya dapat menjadi tolak ukur
pencapaian kinerja K3 di Indonesia. (Tarwaka, 2014)
Untuk menjamin suksesnya perkembangan industri aspek keselamatan kerja
memegang peranan dalam meminimalkan risiko bahaya yang ada di tempat kerja.
Dalam hal ini keselamatan kerja haruslah mendapat perhatian utama demi
berhasilnya
program-program
perusahaan
dalam
rangka
meningkatkan
produktivitas bagi perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja juga akan dapat
menciptakan keamanan dan kenyamanan kerja serta mempunyai peranan penting
dalam usaha mencegah dan menanggulangi adanya resiko kecelakaan, serta
pengamanan aset perusahaan.
Salah satu pekerjaan yang mengandung unsur resiko tinggi yang dapat
menyebabkan kerugian adalah pekerjaan yang berhubungan dengan ketinggian.
Banyak masalah yang timbul ketika pekerja bekerja di ketinggian misalnya
pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (Full Body Harness), lanyard tidak
dicantolkan ke handrail, bekerja tidak mematuhi prosedur bekerja di ketinggian.
Salah satu upaya agar dapat meminimalkan risiko perusahaan menggunakan
dan
menyebabkan
5.000
orang
pekerja
meninggal
dunia.
APD
dan
perancah
tersebut
terhadap
1.3
RI
Nomor
perbedaan
elevasi.
Pengertian
lainnya
adalah
pekerjaan
yang
safety, menguasai lokasi pekerjaan terutama mengenai tingkat risiko yang dapat
ditimbulkannya, memiliki teknik yang dapat mengantisipasi risiko bekerja di
ketinggian serta didukung peralatan safety yang disesuaikan dengan kebutuhan
atau spesifikasi pekerjaan yang akan dilakukan. Namum demikian, hal yang
terpenting dalam melakukan suatu pekerjaan adalah kualitas dari hasil pekerjaan
yang dilaksanakan.
yang
dipakai
dalam
bekerja
di
ketinggian
(HSE
UK.
2007)
meningkatkan
keselamatan
dalam
bekerja
di
ketinggian.
10
Tali
Bahu
11
Buckle
Peralatan
Attachmen
t / D -Ring
attachmen
1) Harus dilengkapi dengan D-ring mounted pada bagian belakang
t point
tambahan
dari harness
Tali
Pinggang
supleyer.
Lanyard
1) Harus dilengkapi dengan locking snaphooks.
2) Harus dipasangkan pada D-ring mounted di bagian belakang
harness.
3) D-ring depan dan samping hanya digunakan untuk positioning saja.
4) Ujung yang lain pada lanyard harus di kaitkan pada tempat kaitan
atau gantungan atau titik jangkar (anchor point) pada batas atau
di atas pinggang si pekerja.
Tali Paha
12
5) Snap hook dari ujung lanyard yang dikaitkan pada anchor point
harus dari jenis double-locking (double-action); dalam hal ini jenis
carabiner atau karabiner dapat digunakan untuk sambungan dengan
D-ring belakang.
6) Panjang ideal lanyard adalah 4 feet (1.24m) dan tidak melebihi 6
feet (1.8m)
7) Sebelum digunakan lanyards harus dicek untuk mengetahui adanya
yang rapuh, robek atau tanda-tanda kerusakan lainnya.
8) Lanyard yang sudah terkena impact atau akibat dari jatuh
sebaiknya tidak digunakan lagi.
9) Lanyard harus disimpan di tempat yang terjaga baik suhu serta
kelembannya.
13
3) Sesuatu yang memiliki sisi atau pinggiran yang tajam tidak dapat
digunakan sebagai anchor point karena dapat mengakibatkan
lanyard terkoyak.
BAB 3
14
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prosedur bekerja di ketinggian PT Holcim Indonesia Tbk Tuban Plant
Prosedur bekerja pada ketinggian di PT Holcim Indonesia Tbk Tuban
Plant untuk menjelaskan bagaimana para pekerja bekerja di dengan selalu
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Prosedur yang di terapkan oleh
PT Holcim Indonesia Tbk Tuban Plant:
1) Tanggung Jawab
a) Plant Manager bertanggung jawab:
1. Operasional pabrik secara keseluruhan.
2. Memastikan ketersediaan sumber daya dan training untuk
pelaksanaan prosedur ini
3. Memastikan bahwa setiap orang yang bekerja telah
mengetahui prosedur ini dan memiliki kompetensi untuk
menjalankan dengan benar sistem manajemen pencegahan
bahaya terjatuh
b) Manajer/ Superintenden memiliki tanggung jawab :
1. Pelaksanaan seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan
departemennya.
2. Menetapkan dan memastikan bahwa telah tersedia sumber
daya yang memadai untuk pelaksanaan prosedur ini.
3. Memastikan bahwa seluruh orang yang bekerja telah
mengerti mengenai prosedur ini dan memperoleh Induksi
sebelum melaksanakan pekerjaannya.
4. Melakukan inspeksi untuk meyakinkan telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan.
c) Team Leader dan Pengawas bertanggung jawab untuk:
16
pekerjanya
&
17
termasuk
mengoperasikan
atau
menggunakan
18
harus
terdaftar
dan
memiliki
pelindung
jatuh
yang
digunakan.
b) Survey ulang harus dilakukan jika ada perubahan pada aktifitas dan
fasilitas/struktur termasuk adanya fasilitas/struktur baru.
c) Penilaian resiko harus dilakukan oleh orang yang kompeten untuk
mengidentifikasi resiko-resiko yang berkaitan dengan aktifitas
bekerja di ketinggian. Untuk aktifitas rutin, HIRAC harus tersedia
dan untuk aktifitas non rutin, JSA harus dibuat.
d) Pemilihan sarana pencegah dan pelindung
mempertimbangkan hirarki kontrol
jatuh
harus
19
20
pendirian
dan
pembongkaran
perancah,
perancah,
selama
digunakan,
dan
saat
pembongkaran.
6. Perancah tidak boleh digunakan dengan alat angkat kecuali
telah
diijinkan
oleh
petugas
yang
kompetem
dan
berwenang.
7. Ketika perancah memiliki roda, pastikan bahwa roda
tersebut berada dalam posisi terkunci bila perancah sedang
digunakan
d) Tangga Tetap
1. Tangga bisa dibuat untuk tempat tertentu, dimana disana
tidak dibutuhkan perawatan rutin dan hanya kadang-kadang
dibutuhkan untuk akses
2. Tangga harus diletakkan pada kemiringan 60, atau jika
keterbatasan area dan kondisi bisa dipasang tegak lurus
3. Lebar tangga minimal 450 mm, dengan jarak pijakan 300
mm. Pagar/pegangan yang layak harus disediakan
4. Untuk tangga dengan tinggi lebih dari 2.5 m, sangkar
pelindung harus dipasang
5. Tempat pijakan istirahat tidak boleh berjarak lebih dari 9
meter
21
oleh
petugas
yang
kompeten,
seperti
yang
diijinkan
22
merancang,
mendirikan
dan
membongkar
scaffolding.
2. Rancangan, pendirian dan pembongkaran scaffolding harus
sesuai dengan standard yang berlaku (BS, AS/NZS, JIS)
3. Hanya inspektor scaffolding yang bisa memeriksa
scaffolding dan mengeluarkan ijin scaffolding (termasuk
persyaratan minimal penggunaannya).
4. Scaffolding harus di beri label scafftag merah selama
pendirian, pada saat diperiksa dan selama pembongkaran
5. Scaffolding yang sudah diperiksa dan dinyatakan aman
untuk digunakan harus diberi tanda scafftag warna hijau
6. Hanya scaffolding dengan scafftag warna hijau yang boleh
digunakan
7. Silahkan merujuk pada CGL1010 tentang Sistem Ijin Kerja
atau Panduan Site lainnya.
c) Memakai Full Body Harness
1. Pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian dan tindakan
pengendalian lain tidak dapat dilakukan, full body harness
harus dipakai setiap saat. 1 hook harus selalu dikaitkan ke
titik kait yang baik setiap saat
2. FBH harus diperiksa setiap kali akan dipakai untuk
memastikan kondisinya layak dipakai
3. Ikuti petunjuk pemakaian dari pabrik pembuat
4. Jangan memelintir sabuk karena bisa menyebabkan cedera
tambahan saat terjatuh.
5. Setel sabuk agar nyaman dipakai, jangan terlaku ketat atau
longgar
23
tempat
24
di
ketinggian
harus
memiliki
rencana
25
26
27
Penilaian
28
Dari gambar 4.2 ditemukan bahwa pekerja tidak mentaati peraturan yang
diberlakukan oleh perusahaan, dan di dalam lembar ceklist ada beberapa ketentuan
yang tidak dilaksanakan di antaranya ketentetuan no 1,2,3,4,5 & 9
Pekerja tidak mendapat pelatihan bekerja di ketinggian hal ini
menyebabkan pekerja rentan tidak mengetahui hal apa saja yang perlu disiapkan
untuk bekerja diketinggian, pekerja sudah memakai full body harness dengan baik
tetapi tidak mencantelkan lanyard yang bisa mengabitkan pekerja terjatuh
kebawah dan berpotensi terjadi injury, hal ini bisa mengakibatkan pekerja
terpeleset dan mengakibatkan terjatuh dan berpotensi terjadi injury, dan bekerja
diketinggian tidak dilengkapi barrier/warning sign.
Selain melanggar ketentuan yang ada pada lembar ceklist pekerja juga
tidak membuat permit dan JHA. Manager superintenden dan semua pihak yang
bertangung jawab terkesan lalai dan tidak mengingatkan pekerja atas tidak
mengertinya pekerja tentang prosedur yang dilakukan saat bekerja di ketinggian.
29
Penilaian
30
Dari gambar 4.4 ditemukan bahwa pekerja tidak mentaati peraturan yang
diberlakukan oleh perusahaan, dan di dalam lembar ceklist ada beberapa ketentuan
yang tidak dilaksanakan di antaranya ketentetuan no 2 dan 9.
Pekerja sudah memakai full body harness dengan baik tetapi tidak
mencantelkan lanyard yang bisa mengabitkan pekerja terjatuh kebawah dan
berpotensi terjadi injury, terdapat opening pada platform atau lantai kerja hal ini
bisa mengakibatkan pekerja terpeleset dan mengakibatkan terjatuh dan berpotensi
terjadi injury, dan bekerja diketinggian tidak dilengkapi barrier/warning sign.
Selain melanggar ketentuan yang ada pada lembar ceklist pekerja juga
menyalahi aturan permit yang berlaku yaitu tidak ada pekerjaan hotwork tetapi
pekerja melakukan pekerjaan hotwork (gerinda) diatas scaffolding. Peralatan juga
tergeletak di atas platform yang bisa mengakibatkan orang yang dibawahnya
kejatuhan benda tersebut, manager superintenden terkesan lalai dan tidak
mengingatkan pekerja atas tidak mengertinya pekerja tentang prosedur yang
dilakukan saat bekerja di ketinggian.
31
32
injury. Manager superintenden terkesan lalai dan tidak mengingatkan pekerja atas
tidak mengertinya pekerja tentang prosedur yang dilakukan saat bekerja di
ketinggian.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
tentang prosedur bekerja pada ketinggian, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan prosedur bekerja pada ketinggian di PT. Holcim Indonesia Tbk
Tuban plant sudah sesuai peraturan yang di terapkan oleh perusahaan yang
mengacu pada beberapa peraturan diantaranya adalah
Management
Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Nomor
34
bekerja
pada
DAFTAR PUSTAKA
35