Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Klasifikasi yang ditetapkan oleh Intenasional League Againts Epilepsy (ILAE) terdiri dari
dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan klasifikasi untuk
sindrom epilepsi.
Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi.
1. Bangkitan parsial
Bangkitan parsial sederhana
Motorik
Sensorik
Otonom
Psikik
Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran
Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran saat awal
bangkitan
Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
Parsial sederhana yang menjadi umum tonik klonik
Parsial komplek menjadi umum tonik klonik
Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik
klonik
2. Bangkitan umum
Lena (absence)
Mioktonik
Klonik
Tonik
Tonik klonik
Atonik
3. Tak tergolongkan
PATOFISIOLOGI
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang
atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang
sebagian tergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah,
talamus, korteks serebrum kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan, sedangkan
lesi di serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Ditingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi,
termasuk yang berikut :
Instabilititas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan
Neuron neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan
Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi ) yang disebabkan oleh kelebihan acetilkolin atau defisiensi asam gama
aminobutirat (GABA)
Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi
neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan
neurotransmitter inhibitorik.
Perubahan perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian
disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang,
kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas muatan listrik sel sel saraf motorik daapt
meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat juga respirasi dan glikolisis
jaringan. Asetilkolin muncul dicairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam
glutamat mungkin mengalami deplesi selama aktivitas kejang. Fokus kejang tampaknya
sangat peka terhadap asetilkolin, suatu neurotransmitter fasilitatorik. Fokus fokus tersebut
lambat meningkat dan menyingkirkan asetilkolin.
Jenis jenis kejang
Klasifikasi kejang
Parsial
1. Parsial sederhana
Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral), sensorik (merasakan,
membaui, mendengar, sesuatu yang abnormal), autonomik (takikardia,
bradikardia, takipnu, kemerahan, rasa tidak enak di epigastrium), psikik
(disfagia, gangguan daya ingat)
Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit
2. Parsial kompleks di mulai sebagai kejang parsial sederhana , berkembang menjadi
perubahan kesadaran yang disertai oleh
Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengecapkan bibir, mengunyah
menarik narik baju)
Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi generalisata
Biasanya berlangsung 1-3 menit.
Generalisata
Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik, tidak ada aura
1. Tonik klonik
Spasme tonik klonik otot, inkontinensia urin dan alvi menggigit lidah, pasca iktus
2. Absence
Sering salah didiagnosis sebagai melamun
- Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kepala mata bergetar, atau
berkedip secara cepat, tonus postural tidak menghilang
- Berlangsung beberapa detik
3. Mioklonik
kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai ,
cenderung singkat, Hilang nya secara mendadak yang terbatas di beberapa otot
atau tungkai cenderung singkat.
4. Atonik
Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh (drop
attack)
5. Klonik
Gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple di lengan,
tungkai, atau torso
6. Torso
Peningkatan mendadak tonus otot ( menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh
bagian atas, fleksi lengan dan ekstensi tungkai
- Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi
- Dapat menyebabkan henti nafas
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan elektro-ensefalopati (EEG)
Rekaman EEG sebaiknya dilakukan pada saat bangun, tidur, dengan stimulasi fotik,
hiperventilasi, stimulasi tertentu sesuai pencetus bangkitan (pada epilepsi refleks)
2.
Kelainan epileptiform EEG interiktal (diluar bangkitan) pada orang dewasa dapat
ditemukan sebesar 29-38% pada pemeriksaan ulang gambaran epileptiform dapat
meningkat menjadi 59-77%
Bila EEG pertama normal sedangkan perangkaan epilepsi sangat tinggi, maka dapat
dilakukan EEG ulangan dalam 24-48 jam setelah bangkitan atau dilakukan dengan
persyaratan khusus, misalnya kurangi tidur, atau dengan menghentikan obat anti
epilepsi (OAE).
Indikasi pemeriksaan EEG
- Membantu menegakkan diagnosis epilepsi
- Menentukan prognosis pada kasus tertentu
- Perimbangan dalam menghentikan OAE
- Membantu dalam menetukan letak fokus
- Bila ada perubahan bentuk bangkitan dari bangkitan sebelumnya
Pemeriksaan pencitraan otak (brain imaging), dengan indikasi:
Semua kasus bangkitan pertama yang di duga ada kelainan struktural
Adanya perubahan bentuk bangkitan
Terdapat defisit neurologik fokal
Epilepsi dengan bangkitan parsial
Bangkitan pertam di atas usia 25 tahun
Untuk persiapan tindakan pembedahan epilepsi
MRI
MRI merupakan prosedur pencitraan pilihan untuk epilepsi dengan sensitiviatas tinggi
dan lebih spesifik dibandingkan dengan CT SCAN
MRI dapat mendeteksi sklerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor dan
hemangioma kavernosa
Pemeriksaan MRI di indikasikan untuk epilepsi yang sangat mungkin memerlukan
terapi pembedahan
3. Pemeriksaan labor
Darah : HB, Leukosit, HT, Trombosit, Hapus darah tepi, elektrolit ( natrium,
kalium, kalsium, magnesium), kadar gula, fungsi hati (SGOT, SGPT, Gamma
GT alkali fosfatase), ureum, kreatinin, dan lainnya atas indikasi
Cairan serebrospinal : bila dicuragai ada infeksi SSP
Pemeriksaan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi misalnya ada kelainan
metabolik bawaan
Diagnosis Banding