Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL: THE STRUCTURE OF DEPENDENCE

The American Economic Association Journal, J-STOR


Oleh: Theotonio Dos Santos

Dos Santos melalui karya tulisnya ini memberikan definisi ketergantungan yang
cukup jelas. Dalam definisinya dinyatakan bahwa negara-negara pinggiran atau
satelit pada dasarnya hanya merupakan bayangan dari negara-negara pusat atau
metropolis. Jika negara pusat yang menjadi induknya berkembang, negara satelit
bisa juga ikut berkembang. Bila negara induknya mengalami krisis, satelitnya pun
akan kejangkitan krisis.
Dalam mendefinisikan konsep ketergantungan, ada perbedaan definisi
antara yang dirumuskan oleh Dos Santos, dengan Andre Gunder Frank, misalnya.
Bagi Frank, hubungan dengan negara metropolis selalu berakibat negatif bagi
negara satelit. Tidak mungkin ada perkembangan di negara satelit, selama negara
ini masih berhubungan dan menginduk pada negara metropolis.
Sementara, bagi Dos Santos, negara pinggiran atau satelit bisa juga
berkembang, meskipun perkembangan ini merupakan perkembangan yang
tergantung, atau perkembangan ikutan. Impuls dan dinamika perkembangan ini
tidak datang dari negara satelit tersebut, tetapi dari negara induknya. Dengan
demikian, meskipun Dos Santos dan Frank merupakan tokoh dari Teori
Ketergantungan yang cukup terkenal, keduanya berbeda pada beberapa pokok
pikiran.
Dos Santos mengurai tentang bentuk-bentuk ketergantungan dalam tulisannyaini
sebagai berikut.
1. Bentuk yang pertama adalah bentuk ketergantungan kolonial. Terjadi
dominasi politik, dalam bentuk penguasaan kolonial atau penjajahan, dari

negara pusat terhadap negara pinggiran. Perdagangan ekspor dari hasil bumi
yang dibutuhkan oleh negara penjajah adalah kegiatan ekonomi yang utama.
Para penjajah memonopoli tanah, pertambangan, dan tenaga kerja.
Hubungan antara penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif.
2. Bentuk ketergantungan berikutnya adalah ketergantungan finansialindustrial. Tidak terdapat dominasi politik dalam bentuk penjajahan. Secara
politis, negara pinggiran itu merdeka. Namun dalam kenyataannya, negara
pinggiran ini masih dikuasai oleh kekuatan-kekuatan finansial dan industrial
dari negara pusat, sehingga praktis ekonomi negara pinggiran merupakan
satelit dari negara pusat. Negara pinggiran masih mengekspor bahan mentah
bagi kebutuhan industri negara pusat, sama halnya dengan ketergantungan
kolonial. Negara pusat menanamkan modalnya, baik secara langsung
maupun melalui kerjasama dengan pengusaha lokal, untuk menghasilkan
bahan baku ini. Dengan demikian, pengendalian dilakukan melalui
kekuasaan ekonomi, dalam bentuk kekuasaan finansial-industrial.
3. Dan bentuk ketergantungan yang terakhir adalah ketergantungan
teknologis-industrial. Ini merupakan bentuk ketergantungan baru. Kegiatan
ekonomi pada negara pinggiran bukan lagi berupa ekspor bahan mentah ke
negara pusat untuk kepentingan industrinya. Perusahaan-perusahaan
multinasional dari negara pusat mulai menanamkan modalnya dalam
kegiatan industri yang produknya ditujukan ke pasar dalam negeri dari
negara-negara pinggiran. Meskipun industri ini ada di negara pinggiran,
bahkan seringkali dimiliki oleh pengusaha lokal, tetapi teknologinya ada di
tangan perusahaan-perusahaan multinasional. Seringkali, disewakan
melalui perjanjian paten barang-barang modal berupa mesin industri yang
tidak dijual bebas sebagai komoditi. Melalui monopoli teknologi-industrial,
penguasaan terhadap surplus industri di negara-negara pinggiran dilakukan.
Selanjutnya, Dos Santos menguraikan pula proses atau mekanisme dari kegiatan
ekonomi yang tergantung, terutama pada jenis ketergantungan yang ketiga. Negaranegara pinggiran dalam usaha mengatasi keterbelakangannya, percaya bahwa bila

mereka bisa melakukan industrialisasi di negaranya, merekabisa mengatasi


persoalan ini. Karena itu, industrialisasi merupakan impian dari hampir semua
negara-negara pinggiran. Ada tiga hambatan yang kemudian dikemukakan oleh
Dos Santos untuk maksud tersebut.
1. Dibutuhkan valuta asing untuk mengimpor teknologi bagi negara-negara
pinggiran yang mau melakukan industrialisasi. Valuta asing tersebut
diperoleh melalui ekspor bahan-bahan mentah, baik berupa hasil pertanian
maupun hasil pertambangan. Tetapi, harga riil komoditi primer di pasar
dunia cenderung turun terus. Juga kepastian pasarnya sering dihambat oleh
kebijakan proteksi di negara-negara maju. Usaha untuk membuat harga
komoditi ini stabil serta untuk mendapatkan kepastian pasar untuk jangka
panjang telah dilakukan oleh macam-macam badan internasional, seperti
UNCTAD dan GATT, dengan hasil yang minim. Padahal, kestabilan pasar
dan tingkat harga jual barang-barang ini sangat berpengaruh bagi
berhasilnya pembiayaan proses industrialisasi di negara-negara pinggiran.
Maka terjadi kesulitan yang terus menerus bagi negara-negara pinggiran
untuk melaksanakan proses industrialisasi.
2. Di samping itu, neraca perdagangan internasional negara-negara pinggiran
terus mengalami defisit, karena:
a)

Nilai tukar yang terus menurun dari komoditi primer terhadap


barang industri, sebagai akibat harga barang-barang industri yang
terus meningkat. Selain itu juga banyak barang- barang primer yang
mulai dapat diproduksi secara sintesis. Maka ekspor dari negaranegara pinggiran semakin berkurang nilainya, sementara impor
barang-barang modal semakin meningkat untuk menyelenggarakan
proses industrialisasi.

b)

Sektor ekonomi yang paling dinamis di negara-negara pinggiran


biasanya dikuasai oleh modal asing. Karena itu, keuntungan dari
sektor ini diserap kembali ke negara-negara industri maju. Dos

Santos memberikan data yang menunjukkan bahwa modal yang


masuk ke negara-negara berkembang lebih sedikit daripada modal
yang meninggalkan negara itu.
c)

Oleh karena itu, pinjaman luar negeri menjadi penting. Alasannya,


pertama, untuk menutup defisit yang terjadi. Kedua, untuk
membiayai proses industrialisasi tersebut beserta sarana-sarananya.
Tetapi, pinjaman luar negeri ini juga dipakai sebagai alat untuk
membuat

negara-negara pinggiran ini menjalankan sebuah

kebijakan ekonomi yang terbuka, baik bagi penanaman modal asing


maupun bagi pasar di negara tersebut dalam menerima barangbarang impor. Akibatnya, surplus yang terjadi di negara-negara
tersebut disedot keluar oleh adanya keterbukaan ini. Ditambah lagi,
pinjaman luar negeri ini juga dipakai untuk subsidi ekspor negara
pemberi pinjaman (bantuan luar negeri biasanya harus dibelanjakan
untuk membeli barang-barang dari negara pemberi pinjaman),
penjualan teknologi yang tidak cocok bagi pembangunan dari negara
peminjam, dan sebagainya. Akibatnya, bantuan dan pinjaman
seringkali merupakan alat untuk memungkinkan terjadinya proses
dekapitalisasi atau penyusutan modal di negara-negara pinggiran.
3. Adanya monopoli teknologi dari negara-negara pusat membuat negaranegara pinggiran harus membayar sewa bila mau meminjam teknologi
tersebut. Sistem paten melindungi penyebaran teknologi ini untuk jangka
waktu yang cukup panjang. Akibatnya, proses industrialisasi di negaranegara pinggiran menjadi semakin tinggi ongkosnya, karena harus
membayar macam-macam uang sewa. Ini artinya, surplus yang diciptakan
di negara-negara pinggiran, pada akhirnya banyak yang disedot kembali ke
negara-negara pusat.
Di samping itu Dos Santos juga membahas struktur produksi dari sebuah proses
industrialisasi yang tergantung. Industri ini mengalami kesukaran dalam
memasarkan barang-barangnya di dalam negeri. Pertama, upah yang dibayarkan

pada buruh industri sangat rendah, supaya harga barang-barang industri ini bisa
terjangkau bagi anggota masyarakat yang masih miskin tersebut. Sehingga daya
beli para buruh menjadi lemah. Kedua, teknologi padat modal yang dipakai
membuat jumlah pekerjaan yang diciptakan menjadi lebih sedikit. Padahal, industri
modern ini seringkali mematikan industri-industri sejenis yang dikelola secara
tadisional, tetapi menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dengan demikian,
munculnya industri modern, pertama menghilangkan lapangan kerja yang sudah
ada, dan kedua menciptakan lapangan kerja baru yang lebih sedikit jumlahnya.
Akibatnya terjadi penyusutan dalam jumlah lapangan kerja yang ada. Ketiga,
larinya keuntungan keluar negeri membuat mengeringnya modal untuk membentuk
indistri nasional sendiri. maka, industrialisasi seringkali dijalankan dengan bantuan
asing.
Sehingga dengan asumsi yang dikemukakan oleh Dos Santos tersebut,
anggapan bahwa keterbelakangan yang ada disebabkan oleh ekonomi negaranegara itu kurang menyatu dengan kapitalisme itu kurang tepat. Namun sebaliknya,
hambatan yang paling besar bagi pembangunan di negara-negara ini adalah karena
mereka menyatukan diri dengan sistem internasional dan mengikuti hukum
perkembangannya. Kapitalisme bukan kunci pemecahan masalahnya, tetapi justru
penyebab dari adanya masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai