Anda di halaman 1dari 63

FLU BURUNG

ANCAMAN DAN PENCEGAHAN

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


BADAN INFORMASI PUBUK
PUSAT INFORMASI KESEJAHTERAAN RAKYAT

2006

Flu Burung: Ancaman dan Pencegahan/redaksi


Sedia Barus let al]. -- Cet 2. -- Jakarta: Departemen
Komunikasi dan lnfonnatika, 2006
X,78 hal.; 21 cm
ISBN 979-99613-3-5
I. Ayam - Penyakit. I. Sedia Barus.
636.0832

SAMBUTAN
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Mewabahnya fluburung di lndonesia yang diidentifikasi sebagai penyebab meninggalnya sejumlah orang telah menimbulkan
kepanikan bagi masyarakat karena flu burung merupakan penyakit berbahaya yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
Penularan flu burung pada manusia telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Karena itu penyakit ini harus ditangani.
diwaspadai, sekaligus ditanggulangi secara serius oleh pemerintah bersama-sama masyarakat.
Sejarah perkembangan wabah flu burung di lndonesia telah
memasuki babak baru, bahkan kejadian luar biasa yang menewaskan sejumlah korban ini mengakibatkan Indonesia menjadi
sorotan dunia internasional. Bahkan sejumlah negara berusaha
melakukan langkah-langkah preventif agar wabah yang mematikan itu tidak menular ke negara mereka.
Selain menewaskan korban manusia, wabah penyakit influenza pada unggas yang disebut dengan Avian Influenza(AI), sangat berdampak terhadap perekonomian nasional terutama bagi
jutaan pelaku peternak yang menggantungkan hidupnya dari sektor perunggasan.
Sementara itu protein hewani mempunyai peran yang sangat
penting pada asupan gizi tubuh manusia, sehingga sangat diperlukan bagi ketahanan, kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
Penanggulangan dan pencegahan penularan dapat dilakukan
dengan adanya peran aktif masyarakat yang didasari pengetahuan yang cukup dan pemahaman masyarakat tentang wabah/
kejadian luar biasa ini. Sehingga tersedianya informasi yang

FLU BURUNGAncaman dan Pencegahan

iii

!entang flu burung menjadi salah satu skala prioritas bagi


pauowtah dalam upaya pencegahan.
Berkenaan dengan itu Departemen Komunikasi dan Informatika perlu menyebarluaskan informasi sehingga tercipta kondisi
kesiapan masyarakat dalam menangani dampak flu burung.
Untuk mengatasi wabah/kejadian luar biasa ini dan mendapatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan koordinasi lintas sektora] secara terpadu dan berkesinambungan, dengan tekad bahwa
upaya pencegahan dan penanggulangan wabah/kejadian luar biasa flu burung merupakan tanggung jawab kita bersama.
Terkait dengan permasalahan flu burung yang merupakan
masalah regional dan global maka Departemen Komunikasi dan
Informatika bersama Departemen Kesehatan dan Departemen
Pertanian serta instansi terkait lainnya menyusun buku dengan
judul Flu Burung, Anc.aman dan Pencegahan.
Diharapkan
buku ini dapat digunalmn sebagai acuan bagi Instansi terkait
terutama Badan/Dinas Informasi dan Komunikasi, Hubungan
Masyarakat Provinsi/Kabupaten/Kota
dan tokoh masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat, dalam upaya meningkatkan tingkat kesadaran
masyarakat terhadap virus yang mematikan itu.
Jakarta,

Oktober 2005

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

L/

~
&ly'1 FLU BURUNG Ancaman dan hnr'g,""~.-

KATA PENGANTAR
Sejak akhir tahun 2003, wabah flu burung telah melanda beberapa negara di Asia dan telah menjadi pandemi. Beberapa negara tersebut meliputi Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Kamboja,
Hongkong, Laos, RRC, Pakistan termasuk Indonesia. Hampir seluruh kejadian wabah negara tersebut disebabkan oleh virus flu burung subtipe H5Nl kecuali Pakistan ditemukan subtipe H7. Klmsus di Indonesia telah terjacli di 178 kabupaten/kota di 26 provinsi
telah tertular dan menjadi daerah endemi yakni: Jawa Timur, Jawa
Tengah, mY, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Bali, NTB, NTT,
Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, SlIlnatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Nanggroe Aceh
Darussalam, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Barat, dan Riau serta Kep. Riau.
Dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan flu burung, pemerintah perlu secara terus-menerus untuk
mensosialisasikan kebijakan sepuluh strategi penanggulangan
Avian Influenza dengan memprioritaskan biosekuriti, vaksinasi
dan depopulasi. Kebijakan ini diambil dengan alasan penyebaran
yang sudah meluas, perjalanan wabah yang tidak mudah dikendalikan, dan situasi peternakan unggas yang terdiri dari banyak
peternakan unggas ayam ras skala kecil. ayam kampung, itik, dan
burung puyuh.
Sehubungan dengan itu Departemen KomlU1ikasi dan Informatika menyusun buku informasi Flu Burung, Ancaman dan
Pencegahan dimulai dari berbagai pertemuan yang dikoordinir
oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dilanjutkan dengan pertemuan sejenis dengan departemen dan instansi

FLU
BURUN"
A,,_. do.Pm,,,,mm
I

terkait serta asosiasi dibidang peternakan, kesehatan untuk


mendapat berbagai informasi dalam upaya penyusunan buku dimaksud.
Buku ini menjelaskan hal-hal yang terkait dengan Avian Influenza seperti penjelasan singkat, sifat-sifat gejala pada unggas,
sifat-sifat dan gejala pada manusia, kewaspadaan menghadapi
kemungkinan terjadinya Pandemi Influenza di masa mendatang
serta dilengkapi dengan gambar berwarna, sehingga memudahkan publik untuk mengetahui gejala awal dan cara mengambil
tindakan.
Semoga buku ini dapat menjadi pegangan publik pada umumnya guna mendukung upaya pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan flu burung secara tuntas yang merupakan sumber kemungkinan terjadinya pandemi influenza.
Kepada Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian,
Tim Penyusun buku ini, serta sektor lain yang telah berperan
aktif dalam penyusunan buku ini, kami sampaikan terima kasih.
Saran dan asupan untuk penyempurnaan buku ini sangat kami
harapkan.
Jakarta,

Oktober 2005

BADAN INFORMASI PUBLIK


KEPAlA,

SUPRAWOTO

""'I'
''''-I}\\)

vi' FLU BURUNG Ancaman dan POW'i'(iJ.{;1


,'"

PENGANTAR CITAKAN KEDUA


Merebaknya kembali endemi flu burung paada unggas dan
kejadian luar biasa pada manusia sungguh telah mengkhawatirkan, sehingga pemerintah kembali menggiatkan berbagai upaya
pencegahan dan penangulangannya.
Wabah flu burung yang melanda dunia khususnya Asia pada
tahun 2003 diantaranya di Korea Selatan, Vietnam, Thailand,
Kamboja, Hongkong, Laos, RRC. Pakistan termasuk Indonesia,
telah menimbulkan kekhawatiran banyak Negara di belahan dunia seperti Eropa, Amerika, dan Afrika.
Presiden Susilo Bambang Yodhoyono pada pertemuan Rabu
15 Februari di Istana Negara dengan unsur Gubernur, memerintahkan untuk menangani pencegahan penyebaran virus flu
burung didaerah masing-masing. Para Gubernur yang bertemu
Presiden ialah Gubernur Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Baral, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan yang daerahnya dinilai
merupakan daerah-daerah yang rawan endemi flu burung.
Langkah-langkah penanganan wabah flu burung memerlukan koordinasi antar instansi terkait di daerah, terutama di
Provinsi tersebut di atas, antara lain langkah-langkah seperti,
sosialisasi kepada masyarakat, pengecekan unggas dari pintu ke
pintu, penambahan obat tamiflu, penambahan rumah sakit rujukan, dan riset vaksin.
Dalarn kaitan ini, Departemen Komunikasi dan Informatika
perlu mencetak ulang buku ini mengingat masih banyak daerah
yang memerlukannya.

FLU BUHUNG Ancaman

dan Pencegahan

Melalui buku ini, diharapkan kegiatan sosialisasi tentang


pencegahan dan penanggulangan wabah flu burung dapat ter1ak~
sana lebih baik.
Selamat membaca.

J akarta, Maret 2006


Departemen

Komunikasi

,\\(i':I\'I
-,vi.W FLlIBURUNt;.4,1COmGlI

dan Informatika

dan Penregahan

DAFIAR ISI

Sambutan Menteri Komunikasi Dan Informatika


Kata Pengantar

111
v

Pengantar Cetakan Kedua

vii

Daftar Isi

lX

I.

Pendahuluan

II.

Penanggulangan Flu Burung

Pada Unggas

..................................................__...................

...........................................

.......................................................................

L Sifat Virus

2. Gejala

3. Cara Penularan

11

4. Cara Pencegahan

13

B. Pada Manusia ..................................... ...................................

17

1. Definisi Kasus ...............................................................

19

2. Gejala Klinis

21

3. Cara Penularan

21

4. Pemeriksaan Dan Pengobatan

21

5. Pencegahan Dan Kewaspadaan

21

6. Perilaku Hidup Sehat

23

7. Cara Mencuci Tangan Yang Benar

24

FLU BURUNG Ancaman

dan Pencqgal1an

8. Kebersihan Lingkungan

25

9. Kewaspadaan Universal Standar Bagi


Petugas Rumah Sakit

26

III. Kewaspadaan Menghadapi Pandemi


Influenza

31

1. Prakiraan

33

2. Menghadapi Pandemi Influenza Pada Manusia

34

A Periode Interpandemi

37

B. Periode Kewaspadaan Terhadap Pandemi

37

C. Periode Pandemi

:38

N. Penutup

39

Lampiran 1 :Tanya Jawab

45

Lampiran 2 : Rumah Sakit Rujukan Untuk Perawatan

50

Lampiran 3 : a. Alamat Laboratorium Kesehatan Hewan

52

b. Alamat Laboratorium Rujukan NasionaL

53

Lampiran 4 : Daftar Dinas Peternakan

54

Lampiran 5 : Daftar Daerah Tertular Avian Influenza Pada


Unggas

57

Lampiran 6: Pusat Inforrnasi

66

Lampiran 7 : Perpres RI No. 7 Tahun 2006

67

X~\ FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan

PEND HUlU

;.

PENDAHULUAN
Flu burung adalah penyakit yang disebabkan olch virus influenza tipe A. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan sampai pada yang
bersifat fatal.
Penyakit ini menimbulkan kematian yang sangat tinggi (hampir 90 %)pada unggas di beberapa peternakan dan menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar bagi peternak. Unggas (ayam, burung, dan itik) merupakan sumber penularan virus avian influenza. Unggas air lebih kebal (resisten) terhadap virus ini daripada
unggas peliharaan. Sedangkan burung kebanyakan dapat juga
terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas air.
Kasus flu burung dalam perkembangan, tidak hanya menyerang unggas saja, tetapi juga menyerang manusia. Pada tahun
1997, 18 orang di Hongkong diserang flu burung, 6 orang meninggal dunia. Kemudian di China, Belanda, Vietnam, Thailand,
flu burung mulai menyerang manusia. Pada akhir tahun 2003, di
sejumlah negara penyakit Avian Influenza pada unggas menjadi
wabah (pandemi) seperti Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Thailand, Taiwan, Kamboja, Hongkong, Laos, RRC dan Pakistan termasuk lndonesia. Sampai saat ini tidak ditemukan bukti ilmiah
adanya penularan antar manusia. Saat ini virus flu burung belum
menular dari manusia ke manusia, yang ada baru penularan dari
unggas ke manusia.
Di lndonesia Virus Influenza A H5Nl tersebut menyerang
ternak ayam sejak bulan Oktober 2003. Sampai dengan Februari
2005 telah mengakibatkan 14,7juta ayam mati. Sedangkan simasi
pada manusia di lndonesia sejak bulan Juli 2005 sampai dengan
tanggal 8 Maret 2006 dilaporkan 380kasus yang dicurigai sebagai

FLC BURUNG

Ancaman

dan Pencegahan

"'~'\-""
:;f,;\W\~(
3'.'~~~'
.,j!3.:.,',0

i~~f~
~l;

;I

"""'~'
~~',
~,(Ij;,.'
$;<O\~,,\'I1

flu burung pada manusia. Setelah dilakukan pemeriksaan epidemiologi, klinis dan laboratorium, hasilnya: 233 penderita bukan
flu burung, 28 penderita benar-benar flu burung (confirmed case)
dan diantaranya 20 penderita meninggal (angka kematian 71,4 %),
Kasus Probable 11 dan 5 diantaranya meninggal, sebanyak 107
kasus tersangka diantaranya 30 meninggal dan 1 penderita terpapar yaitu penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda klinis
(tetap sehat) tetapi pemeriksaan serologis menunjukkan adanya
zat anti (anti bodi).
Sampai saat ini 178 Kabupaten/Kota di 26 Provinsi telah tertular (dan menjadi daerah endemi) Avian Influenza pada unggas,
yaitu Banten, DRI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,Jawa
Timur, Bali, Lampung, K.:1.limantanTengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu,
NTB, NTT, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Jambi, Sumatera
Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, NAD, Sulawesi
Barat, dan Riau serta Kep. Riau.
Maksud dan Tujuan Penulisan
Buku "Flu Burung, Ancaman dan Pencegahan" ini diterbitkan dengan maksud sebagai acuan dalam memberikan sosialisasi
kepada masyarakat agar dapat memahami tentang flu burung.
Sedangkan tujuannya ialah :
1. Meningkatkan pemahaman seluruh lapisan masyarakat tentang flu burung agar seluruh lapisan masyarakat mau dan
mampu secara mandiri melakukan pencegahan dan penanggulangannya
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) untuk senantiasa mewaspadai gejala, sifat, dan penyebarannya
sekarang ini dan diwaktu-waktu yang akan datang.

,
:

T~1

4,,,. FLU BURUNG Ancaman dan pf'ncr.gahan

~\I)
\,

Penanggulangan
Flu Burung

- -'..- -

, II

II. PENANGGULANGAN FLU BURUNG


Dalam upaya melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, Pernerintah RI mempunyai Rencana
Strategi Nasional Penanggulangan Avian Influenza dan kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza. Adapun 10 Strategi untuk penanggulangan Flu Burung (AvianInIluenza), yaitu:
1. Pengendalian penyakit avian influenza pada hewan,
2. Penatalaksanaan kasus pada manusia dan pencegahan infeksi baru pada unggas (koordinasi dengan Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan dan Kementerian Lingkungan
Hidup),
3. Perlindungan pada kelompok resiko tinggi (koordinasi dengan Departemen Pertanian),
4. Surveilans epidemiologi (pada manusia dan unggas/hewan),
5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan,
6. Komunikasi, resiko, inforrnasi dan peningkatan kesadaran
masyarakat,
7. Memperkuat peraturan perundang-undangan,
8. Peningkatan kapasitas (Capacity Building),
9. Penelitian kaji tindak,
10. Monitoring dan evaluasi.
iI.. PADA UNGGAS
Virus Avian Influenza dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, dari yang patogen ringan (low
pathogenic) sarnpai yang bersifat patogen ganas / fatal

FLU BURUNGAncamai/ dan Pencegahall

(highly pathogenic). Masa inkubasi penyakit ini adalab 3 hari


pada unggas di luar kandang, sedangkan untuk unggas di
dalam kandang (fIok) mencapai 14-21 hari. Hal ini tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies/jenis yang
terinfeksi. dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis.
Unggas (ayam, burung, itik, bebek, burung puyuh, dU)
merupakan sumber penularan virus Avian Influenza. Kebanyakan virus ini diisolasi dari itik. meskipun kebanyakan bu.
fung dapat juga terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas
aiT.Unggas air lebih kebal (resisten) terhadap virus ini daripada unggas peliharaan. Virus tersebut tidak menyebabkan
penyakit yang nyata pada unggas air, namun dapat menyebabkan dampak yang sangat fatal pada unggas peliharaan,
dan juga telah teridentifikasi adanya virus avian influenza
pada babi.
Kerugian sebagai akibat kematian unggas ialah penurunan harga produk unggas, tertutupnya peluang ekspor, pe..
ningkatan biaya penanggulangan penyaki~ serta kerugian lain
sebagai dampak tak langsung dari wahab Avian lnfluenza.

1. Sifat Virus
Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya
memerlukan bahan organik: unbJk tetap hidup. Didalam
tubuh unggas (juga babj) virus avian influenza dapat
berkembang biak (replikasi) menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga bersifat labil atau mudah mengalami mutasi dari patogen (kuman) ringan menjadi
patogen (kuman) ganas atau sebaliknya.
VIrUSavian influenza juga dapat beradaptasi dengan
obat maupun vaksin. Sehingga perlu dilakukan monitor-

FU. BlRITNGAncamQn dan Pencegahan

ing vaksinasi untuk mengetahui apakah vaksin yang dipergunakan masih efektif atau tidak. Jika tidak, maka harus dibuat vaksin baru dengan menggunakan virus yang
ditemukan di lapangan yang dilemahkan.
Virus avian influenza merupakan virus yang lemah
yang tidak tahan panas dan zat desinfektan (pencuci
hama). Dalam daging ayam, virus ini mati pada suhu
80.C selarna satu menit atau 70.C selama 30 menit. Pada
telur ayam, virus avian influenza mati pada suhu 64"( selama 4,5 menit.
Namun pada kotoran ayam, virus avian influenza
mampu bertahan selama 35 hari pada suhu 4'C Sedangkan dalam air, virus tersebut dapat tahan hidup selama
4 hari pada suhu 22'C dan 30 hari pada suhu QOC Di
kandang ayam, virus avian influenza bertahan selama 2
minggu setelah depopulasi ayam, namun virus avian influenza dapat mati dengan desinfektan.
Dari sifat virus ini jelas dapat dilakukan upaya pencegahan penularan virus antar unggas maupun terhadap
manusia.

2.

Gejala
Avianinfluenza rnemiliki gejala yang bervariasi. Pada
kasus yang sangat ganas (akut) ditandai dengan kematian tinggi tanpa disertai gejala klinis. Hewan tampak
sehat tetapi tiba-tiba mati. Namun pada umumnya gejala
yang ditimbulkan oleh infeksi virus avian influenza akan
memmjukkan gejala klinis, sebagai berikut:
1. Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu,
berwarna biru keunguan.
2. Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung,
FU 1BURUNG Mlcm'nim dan Penci:gahl1nf.9,"
~~
~\ ~\, ~

3.

Pembengkakan

di daerah bagian muka dan kepala,

4. Pendarahan dibawah kulit (sub kutan) ,


5.

Pendarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki


dan telapak kaki,

6.

Batuk, bersin dan ngorok,

7.

Unggas mengalami diare dan kematian tinggi.

offi.
.'t
,:'i;!.~,

..

,~,

Jengger berwarna biru keunguan


(sianosis)

Ada Pendarahan
';;"
:~~~

titik pada otot


li:':;
~'.\!W

"i<--"

~~."r~~~;:,.
Pendarahan titik (ptechie) pada kaki

Kulit perut yang tidak ditumbuhi


bulu berwarna biru keunguan
(sianosis)

Kematian tinggi

Hal yang perlu diwaspadai apabila terjadi kematian


unggas dalam jumlah banyak, hal ini sangat mungkin
disebabkan avian influenza, oleh karenanya perlu segera
dilaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau yang
membidangi peternakan dan kesehatan hewan untuk

,
...

'\'\.l'!'
,

FLU BumJNG

Ancaman

dan Fe1'l{'ega/zaJJ

segera mendapatkan tindakan. Juga dilaporkan kepada


petugas Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kaupaten
Kota untuk pengamatan dan tindakan pada kesehatan
manUSIa.
Gejala penyakit lain yang mirip dengan avian influenza adalah Newcastle Disease (NDjtetelo). Cholera
unggas (Fowl Cholera) yang akut, dan penyakit saluran
pernafasan atas pada unggas.

3. Cara Penularan
Penyakit influenza flu burung dapat ditularkan dari
unggas ke unggas atau dari peternakan ke peternakan
lainnya dengan cara: (1) Kontak langsung dari unggas
terinfeksi dengan hewan yang peka dan (2) Kontak tidak
langsung. Penularan dengan kontak tidak langsung melalui:

.
.
.

.
.
.

Percikan cairan atau lendir yang berasal dari hidung

dan mata.
Paparan muntahan.
Lubang anus (tinja) unggas yang sakit.
Penularan lewat udara akibat konsentrasi virus yang
tinggi terdapat dalam saluran pernafasan.
Melalui sepatu dan pakaian peternak

yang terkon-

taminasi.
Melaluipakan, air,dan perala1m1yang terkontaminasi virus.

Melalui perantara angin yang memiliki peran penting dalam penularan penyakit dalam satu kandang
tetapi memiliki peran terbatas dalam penyebaran
antar kandang.

FLU BURUNG

AlIraman

dan Pentegahan

,,,,,';'.1
. .~.
\~n'
'_.~~JW
,\Ir.""

Unggas air berperan sebagai reservoir (sumber)


virus avian influenza me1aJuivirus yang ada dalam
saluran usus rintestinalJ dan dilepaskan melalui kotoran/tinja (teces).

Jika ditemukan kematian unggas dengan gejala yang


seperti pada gejala klinis diatas dapat diambil sampel un~
tuk dilakukan bedah bangkai. Dari bedah bangkai tersebut akan tampak:
. Pendarahan di bawah kulit, bintik-bintik perdarahan
pada otot dan jaringan lemak,
Pendarahan pada organ trakhea. pankreas dan per~
adangan pada usus, hati dan limpa,
. Bintik-bintik pendarahan pada anggota tubuh termasuk pada kaki yang sering diikuti pembengkakan
ludemo} .
Diagnosa Laboratorium dilakukan untuk meneguhkan diagnosa lebih lanjut. Untuk keperluan diagnosa
laboratorium perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
. Sampel diambil dari unggas hidup, unggas yang
memperlihatkan gejala klinis, dan unggas yang
mati.
Dari unggas yang masih hidup diambil preparat
ulas/swab kloaka. saluran pernapasan {trachea}
atau kotoran (feces) segar dan serum.
Dari unggas yang mati, dilakukan pemeriksaan jaringan sa]uran pencernaan rproventrikulus, intesti.
rium, coeca tansil) dan jaringan sa]uran pernafasan
(trachea dan paru-paru).
. PengLriman sampel harus dijaga dalam keadaan
dingin (tidak beku) dan dikirimkan ke Balai Besar

.
.

12

FU Bl'KU1\"r. Anraman dali Pellregaha1/

Veteriner (BBVet), Balai Penyidikan dan Pengujian


Veteriner (BPPY) Regional terdekat, dan Balai Penelitian Veteriner (BalitvetJ.
4.

Cara Pencegahan
Tidak ada pengobatan yang praktis dan spesifik untuk infeksi virus avian influenza pada unggas komersial
Pada peternakan unggas komersial tindakan pemusnahan terbatas terhadap unggas yang sakit maupun sekandang dengan yang sakit disarankan untuk menghindari
kasus yang lebih luas.
Satu-satunya obat yang dapat menurunkan kematian
akibat avian influenza adalah obat "amantacline". Namun
obat ini hanya direkomendasikan terhadap unggas ke-sayangan tidak boleh dipergunakan karena residunya
akan berbahaya bagi manusia.
Dalam menanggulangi avian influenza dilakukan 3
pola yakni; Pencegahan berupa upaya yang dilakukan
untuk menghindari terjadinya avian influenza; Pengendalian merupakan upaya untuk mengendalikan jika terjadi
kasus avian influenza sehingga tidak meluas; dan Pemberantasan yang merupakan suatu upaya untuk membebaskan kembali suatu wilayah dari avian influenza
Pelaksanaan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan melaksanakan
9 (sembilan) langkah penanggulangan avian influenza
pada hewan yang terdiri atas:
1.

Peningkatan keamanan dari penularan {biosekuriti},

2.

Vaksinasi,

3.

Pemusnahan terbatas {depopulasi) di daerah tertular,

FIJj BURIJNG Ancaman dan Pencegahan

..'13
I~\'
M,\\1

4. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas dan


limbah peternakan unggas,
5. Surveilans dan penelusuran {tracing back},
6. Pengisian kandang kembali (restocking),
7. Pemusnahan menyeluruh (stamfJing-<Jut)di daerah
tertular baru,
8. Peningkatan kesadaran masyarakat (publicawareness),

9.

Monitoring dan evaluasi.

Dari kesembilan langkah tersebut langkah utama


yang dapat ililaksanakan oleh masyarakat adalah pelaksanaan biosekuriti yang ketat, vaksinasi, pemusnahan
terbatas, pengisian kandang kembali dan pemusnahan
menye)uruh di daerah tertular baru.
Pelaksanaan biosekuriti secara ketat adalah untuk
mencegah semua kemungkinan penularan/kontak de-ngan peternakan tertular dan penyebaran penyakit, melalui tindakan :
a. Pengawasan lalu lintas dan tindak karantina/isolasi
lokasi peternakan tertular dan lokasi tempat-tempat
penampungan unggas yang tertular yang dilakukan
dengan:
. membatasi secara ketat lalu lintas hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, alas
kandang/litter,
membatasi lalu lintas orang/pekerja dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan,
. para pekerja dan semua orang yang berada dalam
lokasi peternakan harus dakan konilisi seha~
. para pekerja peternakan dan semua orang yang

14

FLU BURUNG Ancama'l don Penugahan

masuk lokasi peternakan/penamptmgan unggas


tertular harus menggunakan pakaian pelindung,
kacamata, masker, sepatu pelindung dan harus
melalui tindakan desinfeksi dan sanitasi,
. mencegah kontak antara unggas dengan burung liar/burung air, rodensia (tikus) dan hewan lain.
b. Dekontaminasi/desinieksi
{sucihama} dilakukan
terhadap:

semua bahan, sarana peralatan dan bangunan

kandang yang kontak dengan unggas sakit,


pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan
dan bahan lain yang tercemar yang masuk dan
keluar lokasi peternakan,
lokasijalan menuju peternakan/kandang dan areal

sekitarkandang/tempatpenampunganunggas.
Jenis desinfektan yang dapat digunakan misalnya

asam perasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartener, fonnaldehid/formalin 2-5%,


iodoform kompleks (iodine), senyawa fenol, natrium/kalitUl1hipoklorit.
Pemusnahan unggas selektif (depopulasiJ di peternakan tertular, dilakukan dengan:
a. Membunuh dengan menyembelih semua unggas
hidup yang sakit dan unggas sehat yang sekandang
dan memusnaskannya dengan pembakaran.
b. Pembakaran (disposal)
Membakar dan menguburkan

{bangkai}, karkas, telur; kotoran

unggas mati
(feees) , bulu,

FLU BURUNG Ancaman dali Pencegahan

aJas kandang (sekam), pupnk dan pakan ternak


yang tercemar serta bahan dan peralatan lain
yang terkontaminasi yang tidak dapat didekontaminmi/ didesinfeksi secara efektif.
. Lubang tempat penguburan/pembakaran harus
berlokasi di dalam areal peternakan tertular dan
berjarak minima120 meter dari kandang tertular
dengan kedalaman 1,5meter.
. Apabila lubang tempat penguburan/ pembakaran terletak di luar areal peternakan tertular,
maka harus jauh dari pemukiman penduduk dan
mendapat ijin dari Dinas Peternakan setempat.
Vaksinasi/pengebalan dilakukan terhadap semuaje-nis unggas yang sehat di daerah tertular. Tindakan vaksinasi dilakukan sesuai dengan ketentuan. Vaksin yang
dipergunakan adalah vaksin inaktif {killed vaccine} yang
telah mendapatkan nomor registrasi dari pemerintah.
Pengisian kembali (restoking) unggas ke dalam kandang dapat dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan setelah dilakukan pengosongan kandang dan semua
tindakan dekontaminasi {desin[eksi}dan disposaJ sesuai
prosedur selesai dilaksanakan.

Pemusnahan unggas secara menyeluruh (stamping out) di daerah-tertWar-baru akan dilakukan apabila
timbul kasus avian influenza di daerah bebas/terancam
yang telah didiagnosa secara klinis, patologi anatomis
dan epidemiologis serta dikonfirmasi secara laboratoris.
Pemusnahan menyeluruh dilakukan dengan memusnahkan seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua

FLU BURUNG

Ancaman

dan Pencegah01I

unggas yang berada dalam radius 1 km dari peternakan


tertular tersebut.
B. PADA MANUSIA
Dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir, kejadian
penyakit flu burung cenderung meningkat dan berakibat kematian pada penderitanya. Penyakit ini disebabkan oleh virus
influenza yang ditularkan oleh unggas. Berbagai upaya perlu
dilakukan dalam penanggulangannya, mengingat penyakit
flu burung berpotensial wabah.
Kejadian flu burung diberbagai negara di dunia, WHO
melaporkan negara-negara terjangkit flu burung, yaitu :
Hongkong, China, Belanda, Vietnam, dan Thailand. Di Hongkong, avian influenza A (H5Nl) menyerang ayam dan ma~
nusia (tahun 1997). Jumlah penderita sebanyak 18 orang dengan 6 kematian (CFR =Case Fatality Rate/Angka Kematian
Kasus = 30 %).Kejadian ini merupakan kejadian pertama kali
dilaporkan adanya penularan langsung dari unggas ke manusia. Kemudian, avian influenza A (H9N2) terjadi pada 2 anak
tanpa kematian (tahun 1999) dan avian influenza A (H9N2)
terjadi 2 kasus dengan satu kematian (tahun 2003). Kedua kasus ~nimempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Di Belanda,
avian influenza A (H7N7) ditemukan 83 kasus dengan satu
di antaranya meninggal pada pekerja peternakan dan keluarganya (tahun 2003). Di Vietnam (s.d. 6 Maret 2006 avian
influenza A (H5Nl) ditemukan 93 kasus dengan 42 kematian
(CFR = 45.2 %).Di Thailand (s.d. Maret 2006). avian influenza A (H5Nl) ditemukan 22 kasus dengan 14 kematian (CFR
=

63 %).RRC15 kasus. 9 meninggal (CFR/angka kematian

60 %).Kamboja 4 kasus, 4 meninggal (angka kematian 100%).


Turkey 12 kasus, 4 meninggal (angka kematian 33,3%),dan

FLUBURUNG
AnmmandanPencegaha"
f\'

Iraq 2 kasus, 2 meninggal. Kejadian kesakitan penderita dan


kematian karena flu burung cenderung meningkat dan ditakutkan menjadi pandemi.
Di lndonesia, kejadian luar biasa (KLB) Flu Burung pada
unggas telah terjadi dengan ditandai jutaan ternak ayam mati,
dan pada saat itu terindentifikasi adanya serangan virus ini
dari unggas kepada manusia. Daerah terjangkit KLB unggas
"Flu Burung" adalah seluruh Jawa, Bali, Lampung, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Sejak bulan Oktober
2003 sampai Januari 2004, sebanyak 4,7 juta ayam dilaporkan mati. Departemen Pertanian menyampaikan konfirmasi
ak1;iirbahwa kematian ayam tersebut disebabkan oleh virus
~_/f1d
burung A/H5Nl, yang pada awalnya diduga disebabkan
virus "Newcastle"/tetelo.Departemen Kesehatan melaporkan
berdasarkan penelitian sero survei (survey serum darah)
yang dilakukan pada waktu itu dimana belum ditemukan adanya transmisi penularan pada pekerja peternakan unggas di
daerah KLB tersebut Namun, pada akhir bulan Juni 2005 dilaporkan adanya 3 penderita radang paru berat (pneumonia
berat) pada satu cluster /kelompok dalam satu keluarga di
Tangerang. Hasil pemeriksaan klinis dan laboratorium dari
Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan referensi laboratorium Universitas Hongkong adalah positip virus
influenza NH5Nl (flu burung) yang berasal dari unggas Indonesia.
Dalam upaya melaksanakan pencegahan dan penanggulangan KLB Flu Burung Departemen Kesehatan RI mempunyai 7 Strategi Nasional yaitu:
1. Pengendalian kejadian luar biasa (KLB) pada unggas
dan pencegahan infeksi baru pada unggas (koordinasi

FLU BURUNG

Ancaman

dan Pencegahan

dengan Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan


dan Kementerian lingktrngan Hidup};
2. Perlindungan pada kelompok resiko tinggi (koordinasi
dengan Departemen Pertanian);
3. Surveilans Endemologi (pada manusia dan unggas/hewan, koordinasi dengan Departemen Pertanian);
4. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) atau Komunikasi Resiko (koordinasi dengan Departemen Pertanian,
Departemen Komunikasi dan Informatika serta sektor
lain);
5. Penatalaksanaan kasus dan pengendalian infeksi pada
sarana pelayanan kesehatan;
6. Peningkatan Studi/Penelitian dan Pengembangan;
7. Pernyataan KiE Nasional Flu Eunmg.
l. DeIinisi Kasus
a. Kasus Suspek (tersangka)
Kasus Suspek adalah seorang yang menderita Infeksi Saluran Penafasan Akut (ISPA) dengan gejala demam (temperatur lebih dari 38C), batuk dan atau sakit
tenggorokan dan atau beringus serta dengan salah satu
keadaan,sebagaiberikut:
. 7 hari (seminggu) terakhir sebelum sakit mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit Flu Eu~
rung;
. 7 hari (seminggu) sebelum sakit kontak dengan unggas sakit atau mati atau menggunakan produk mentah unggas seperti pupuk kandang dan lain-lain;
. kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam
masa penularan;
FLU BURUNG Ancaman

dan Pencegahan

.
.

bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung,
Cluster (kelompok) radang paru berat (pneumonia
berat),
Pemeriksaan darah: leukosit jumlah kurang dari
5000, Limfositopenia

dan Trombositopenia,

Hasil pemeriksaan dengan HI tes positif pada spesimen tunggal atau kenaikan titer sepasang spesimen
kurang dari 4 kali.

b. Kasus ''Probable''
Kasus "probable"adalah kasus suspek disertai salah
satu keadaan;

Hasil serologis sepasang

menunjukkan kenaikan 4 kali atau lebih titer antibodi terhadap influenza NHS;
Pemeriksaan laboratorium dengan mikro neutralization tes menunjukkan adanya antibodi specific influ~
enza A/HS.

spesimen dengan HI tes

c. Kasus Konfirmasi (Confirmed Case)


Kasus konfirmasi adalah kasus suspek atau "probable" disertai oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium:

Kultur virus influenza NHSNl

RT-PCR influenza (lIS) positip,

positip,

Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali atau


lebih pada pemeriksaan spesimen kedua dengan mikro neutralization tes,

FLU BURUNG Ancaman

dan Pencegahan

IFA tes positip (+) dengan antibodi monoklonal influenza NH5.

2.

Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umum~
nya, yaitu demam (panas), sakit tenggorokan, batuk, beringus, nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat
penyakit ini dapat menjadi lebih berat dengan gejala sesak
nafas berupa peradangan di paru-paru (pneumonia), dan
dapat menyebabkan kematian.

3.

Cara Penularan
Cara penularan virus flu burung dan unggas pada manusia melalui cara kontak langsung dengan unggas yang
sakit, mati, tinja, cairan (sekreta) unggas yang terserang flu
burung.
Cara penularan virus flu burung dari unggas ke manusia
dapat melalui udara yang tercemar virus yang berasal dari
tinja atau sekreta unggas yang terserang flu burung masuk
ke saluran pernafasan.
Adapun orang beresiko tertular virus flu burung adalah
pekelia pada peternakan, keluarga yang memelihara unggas,
lingkungan keluarga di sekitar petemakan, penjual dan penjamah unggas, pekerja pemotong unggas.
Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan virus
flu burung dari manusia ke manusia.

4. Pemeriksaan clanPengobatan
Dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan Diagnosa Flu Burung. Pemeriksaan
klinis dilakukan untuk mengamati gajala klinis yang timbul,

FLU BURUNG Ancaman

dan Pencegahan

keadaan umum penderita, tanda-tanda vital penderita, serta


berat ringannya penyakit.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan penderita dan juga untuk mendeteksi bakteri/virus apa yang menyerang penderita tersebut. Pemeriksaan laboratorium untuk menilai keadaan kesehatan antara
lain dengan menilai jumlah leukosit, limfosit, fungsi hati,
fungsi ginjal, dan yang penting juga analisis gas darah arteri.
Sedangkan pengobatan yang diberikan sesuai dengan gejala yang ada dan hasil laboratorium. Bila batuk, pasien dapat
diberi obat batuk, kalau sesak dapat diberi obat jenis bronkodilator untuk melebarkan saluran napas yang menyempit.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomar: 1372/Menkes/SK/IX/2005 bahwa 44 Rumah Sakit di
seluruh lndonesia telah ditunjuk untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan penderita flu burung (terlampir).
5. Pencegahan dan.Kewaspadaan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan lain dan meng~
gunakan alat pelindung diri, merupakan upaya yang harus
dilakukan oleh mereka yang kontak dengan unggas, baik
unggas hidup maupun unggas mati.
WHO juga menyatakan bahwa dengan memasak bahan
makanan asal unggas secara baik (merebus daging sampai
80C / sampai mendidih, merebus telur rnenjadi masak)
maka virus akan mati.
Juga perlu diperhatikan pada saat mengolah/memasak
unggas dengan memakai perlindungan, setelah itu mencuci
tangan dengan sabun, atau deterjen secara bersih.

~~~

FLU BURUNG

Ancaman

dan Pencegahan

Khusus pada peternakan dan pemotongan hewan terdapat beberapa anjuran WHO yang dapat dilakukan:
1. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah
terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan dengan
sabun. Mereka yang langsung memegang dan membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk membersihkan tangannya
2. Mereka yang memegang, membunuh, dan membawa
atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati
karena flu burung seyogianya melengkapi diri dengan
baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kacamata
(google),dan juga sepatu bot.
3. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan
prosedur yang baku dan memerhatikan faktor keamanan
petugas.
4. Pekerja peternakan, pemotongan, dan keluarganya perlu
diberi tahu untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila
mengidap gejala-gejala pernapasan seperti batuk, pilek,
sakit tenggorokan, susah napas, infeksi mata, dan gejala
flu lainnya.
5. Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan
secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian vaksin
influenza, penyediaan obat antivirus, dan pengamatan
perubahan kondisi pekerja.
6. Perilaku Hidup Sehat
Anda mungkin sering sekali melarang anak anda bermain di tempat yang diduga mengandung kuman. Sehingga
anda khawatir dan melarangnya bermain di tempat-tempat
semacam itu. Tapi anak anda tetap saja bermain di tempat
FLU BURUNG Ancaman dati Pencegahan

kesukaannya itu. Ada cara lain yang cukup "ampuh" yang


dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit selain dengan larangan seperti diatas yaitu dengan kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun atau deterjen dan lain-lain.
Dengan mencuci tangan secara baik dan benar anak anda
akan terhindar dari ancaman tertular kuman, bakteri, atau virus flu burung. Juga perlu dilakukan kebersihan lingkungan
disekitar kita dari kotoran/najis unggas atau hewan.
7. Cara Mencuci Tangan Yang Benar
Berikut ini adalah cara-cara sederhana mencuci tangan
yang benar.
1) Cucilah tangan anda dengan air mengalir, kalau bisa dengan air hangat karena air hangat lebih baik dari pada air
dingin untuk membunuh kuman.
2) Gunakan sabun dan kemudian gosok tangan dengan
sabun sampai berbusa sampai sekitar 10 atau 15 detik. Pastikan daerah-daerah seperti sela-sela jari dan di
bawah kuku juga ikut dibersihkan. Bersihkan sampai ke
pergelangan tangan.
3) Bilaslah tangan, kemudian keringkan dengan baik menggunakan handuk.
Ajari anak anda cara berikut ini dan lakukan hal ini dengan teratur. Akan lebih baik lagi bila anda mau mencuci
tangan bersarna anak beberapa kali dalam sehari agar anak
anda dapat belajar betapa pentingnya mencuci tangan itu.
Jika anak anda terlihat segan mencuci tangannya, cobalah
cara berikut:
1. Sediakan sabun berwarna-warni atau sabun dengan
bentuk-bentuk khusus atau sabun dengan aroma

FLU BURUNG

Ancainan

dan Pencegahan

yang disukai oleh anak.


2. Anda dan anak anda dapat bersama-sama menyanyikan lagu kesukaan anak anda selama mencuci
tangan.
Untuk mengurangi penyebaran kuman-kuman di
rumah anda biasakan mencuci tangan terutama:
. sebelum makan dan masak,
. setelah menggunakan kamar mandi,
. setelah bersih-bersih di rumah,

setelah menyentuh hewan, termasuk hewan peliharaan,


setelah mengunjungi atau merawat keluarga atau
kerabat yang sakit,
. setelah membersihkan hidung, batuk atau bersin,
. saat kembali ke rumah setelah bermain, berkebun,
bekerja atau yang lainnya.
Jangan sepelekan "keampuhan" kebiasaan mencuci
tangan ini. Kebiasaan sederhana ini dapat menghindarkan anda dan keluarga anda dari penyakit.

8. Kebersihan LingkW1gan
Kebersihan lingkungan merupakan faktor resiko terbaik
dalam pencegahan terhadap penularan penyakit.
Untuk mencegah tertular oleh virus flu burung perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bersihkan kandang secara rutin setiap hari.
b. Buanglah kotoran unggas dengan cara ditimbun.
c. Bersihkan makanan unggas yang tercecer di lantai sehingga tidak mengundang burung-burung liar ke kandang.

FLU BURUNG Ancaman

dan Pencegahan

d. Alirkan limbah cair yang berasal dari hasil pembersihan


kandang ke saluran pembuangan kotoran yang tersedia
(selokan).
e. Jauhkan kandang-kandang unggas dari tempat tinggal.
f. Apabila ada unggas (ayam, burung, bebek) yang mati
gunakan sarung tangan pada saat membakar dan menimbun unggas tersebut.
g. Bagi pekerja pada peternakan unggas seyogianya :
1) menggunakan pakaian pelindung diri (topi, masker,
sarung tangan, sepatu bot, pakaian khusus).
2) Cuci tangan dan kaki setelah keluar dari kandang.
3) Jangan merokok dan makan di dalam areal kandang.
h. Apabila akan menggunakan pupuk kandang pada tanaman diharapkan menggunakan sarung tangan dan masker (tutup hidung).
i. Apabila akan membersihkan ayam yang sudah dipotong
diharapkan:
1) membersihkan ayam tersebut dengan air mengalir.
2) Buanglah kotoran yang berasal dari jeroan dengan
dibungkus plastik.
3) Cucilah telur sebelum disimpan.
4) Cuci tangan dengan sabun, atau deterjen setelah
membersihkan ayam atau telur.
9. Kewaspadaan Universal Standar bagi Petugas Rumah Sakit
1. Mencuci tangan yang dilakukan di bawah air mengalir
dengan menggunakan sabun dan sikat selama kurang
lebih 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh permu-

FLU BURUNG Ancamml d.a11Pencegahan

!<aantelapak tangan maupun punggung tangan.


2. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
3. Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau pakaian sekali pakai.
4. Memakai masker N95 atau minimal masker bedah.
5. Menggunakan pelindung wajah I kaca mata (goggle)renang (bila diperlukan)
6. Menggunakan apron/ gaun pelindung
7. Menggunakan sarung tangan
8. Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot).
Kewaspadaan terhadap penularan yang diperlukan antara lain ialah :
a. Kewaspadaan Universal yaitu dengan memperlakukan
semua darah dan tubuh sebagai bahan infeksius. Hindari
menjarnah dengan tangan telanjang atau segera cuci bila
mungkin tercemar.
b. Cuci tangan (dengan air mengalir dan sabun/antiseptik.
gosok selama 10 detik. dan lap kering) sebagai tindakan
rutin: sebelum dan setelah menjamah pasien dan melepas sarung tangan.
c. Sarung tangan pemeriksaan digunakan bila akan menjamah darah dan tubuh atau benda tercemar lain. Ganti
sarung tangan setiap ganti pasien. Lepas segera sarung
taogan setelah selesai tindakan.
d. Masker, kaca mata. pelindung wajah dikenakan bila ada
kemungkinan teIjadi percikan darah, dan tubuh lain selarna melakukan tindakan atau perawatan pasien.
...
FLU BURU~G Ancaman da" PencegaMtI ?:l

e. Kewaspadaan tambahan terhadap penularan melalui


kontak dan percikan (dropletJ, dapat dilakukan dengan:
1. Penempatan pasien
Pasien ditempatkan dalanI ruang tersendiri. Bila
tidak tersedia ruang tersendiri dapat ditempatkan bersama pasien dengan diagnosis yang sama (kohortJ.
2. Menggunakan alat pelindung yang diperlukan
Semua petugas kesehatan harus selalu mengenakan alat pelindung sebagai berikut:

Ketika masuk ke ruang pasien kenakan masker,

penutup kepala, kaca mata pelindung, sarung


tangan, gaun pelindung, sepatu pelindung. Selama melaksanakan tindakan, ganti sarung tangan
setelah menjamah bahan inIeksius. Pilih gaun
pelindung (tidak perlu steril) yang sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan (kedap
air atau tidak).

Lepas gaun sebelum

meninggalkan

ruangan

dan

pastikan baju kerja tidak terkontaminasi.


Lepas sarung tangan sebelum keluar ruangan
dan cuci tangan segera dengan antiseptik dan
pastikan setelahnya tidak lagi menjamah permukaan di ruang pasien yang mungkin tercemar.
Demikian pula dengan alat pelindung yang lain.

3. Transportasi Pasien
Batasi pemindahan pasien ke ruang lain kecuali
sangat diperlukan. Bila terpaksa, kenakan masker
pada pasien dan selimut bersih rapat, pastikan ke-

28:
.:<e
.,,:.;;;)

FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan

waspadaan universal tetap teJjaga untuk menekan


resiko penyebaran mikroorganisme ke pasien lain
dan pencemaran permukaan lingkungan atau peralatanlam.
4. Alat kesehatan untuk pasien
Bila mungkin alokasikan alat kesehatan khusus
untuk pasien tersebut atau bersama dengan pasien
sejenis untuk menghindari penyebaran antar pasien.
Bila menggunakan alat untuk pasien umum, maka
perlu pembersil1an yang memadai dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lam.

FLU BURUNG Ancaman

dan PencegaJlOtI

29

Kewaspadaan
Menghadapi
Pandemi
Influenza
,

lili.
..

!II. KEWASPADAAN MENGHADAPI


PANDEMI INFLUENZA
1. Prakiraan
Prakiraan munculnya kasus avian influenza (flu burung)
pada unggas senantiasa seiring dengan kondisi unggas yang
lemah. Kondisi ini umumnya pada saat unggas mengalami
stress. Salah satu sebab ialah perubahan cuaca dari musim
panas ke musim penghujan.
Musim awal hujan dengan kondisi lingkungan yang
becek memungkinkan perkembangan mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dan jamur) yang ada disekitar kandang.
Perkembangan jumlah virus yang bersamaan dengan kondisi unggas yang lemah akibat stres cuaca sangat memungkinkan terjadinya wabah avian influenza.
Langkah kewaspadaan yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan tindakan menjaga kebersihan kandang dengan melakukan desinfeksi kandang, menerapkan biosekuriti
yang ketat untuk menghidari masuknya virus avian influenza
dari tempat lain, dan menjaga kondisi unggas dalam kondisi
yang baik dengan memperhatikan pakan, vitamin dan suhu
ruangan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah melaksanakan vaksinasi menjelang tiba musim pancaroba tersebut.

Biosekuriti dan desinfeksi sangat diperlukan Wltuk menghindari masuknya virus kedalam kandang sehingga memperkecil kemungkinan unggas terinfeksi oleh virus avian influenza. Meningkatkan ketahanan tubuh dan vaksinasi sangat
diperlukan untuk mencegah avian influenza pada unggas yang
sehat.

FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan

2.

Menghadapi Pandemj Influenza pada Manusja


Selain antigen virus influenza manusia dengan virus flu
burung berbeda, virus influenza pada manusia pun sangat
cepat perubahan subtipeilya, sehingga setiap tahun selalu
ada vaksin baru sesuai dengan virus yang ada saat itu. Flu
burung disebabkan oleh virus flu yang beredar pada unggas. Virus flu burung belakangan menular pada manusia
dan dapat mengakibatkan kematian bila dari subtipe ganas
(highly pa/hogenic).

Adapun virus influenza manusia sering disebut flu saja


beredar dan menular antar manusia. Ada tiga macam virus
influenza: A,B dan C, yang biasanya menyebabkan wabah
adalah tipe A
Salah satu sifat virus flu ialah mudah berubah. Sifat virus flu yang mudah berubah menyebabkan vaksinnya juga
harus selalu dievaluasi. Virus flu pada manusia di belahan
bumi utara dengan belahan bumi selatan saja bisa berbeda
sehingga vaksinnya juga berbeda. Lalu, virus ini setiap tahun juga berubah sehingga tidak ada jaminan vaksin yang
sama akan melindungi penularan virus flu dari manusia ke
manusia. Vaksin influenza pada manusia yang sekarang bukan untuk melindungi penularan virus flu burung dari unggas ke manusia tetapi untuk mencegah reasortment (wahana
menyatu) antara virus flu burung dan flu manusia yang dapat
membentuk subtipe virus baru yang berpotensi menular dari
manusia ke manusia.
Virus flu burung juga sangat mudah berubah di lapangan.
Karena itu, vaksin flu burung yang diberikan pada unggas saat
ini belum tentu cocok untuk tahun depan. Mudah berubahnya
virus flu burung maupun virus flu manusia makin menunjuk-

FLU mTRUNG Ancaman dan Pencegahan

kan bahwa vaksinasi influenza pada manusia tidak akan melindungi manusia dari resiko penularan flu burung.
Data didapat dari pengalaman kasus di Hongkong.
DaJam haJ ini perlu ditegaskan bahwa sejauh ini jumlah kasus flu burung pada manusia masih relatif sedikit jumlahnya.
Artinya, walau sejak 1997kasus ini sudah dilaporkan mulai
terjadi dan jutaan unggas yang mati, jumlah kasus pada manusia dalam hitungan puluhan orang. Masyarakat tidak perlu
resah berlebihan dan panik, kendati memang perlu waspada
dan mengikuti perkembangan yang ada.
Program penaoggulaogan telah dan sedang dilakukan
oleh berbagai negara. Dari pengaJaman tahun-tahun laju,
kasus flu burung dapat ditanggulangi. Tentu saja kita harus
waspada, sebab bila program penanggulangan tidak berjalan
baik, apalagi kalau terjadi mutasi dan timbul virus baru yang
ganas dan mudah menular, masalahnya tentu akan jadi lebih
serius lagi. Sejauh ini kita percaya upaya penanggulangan
telah dilakukan secara optimaJ di berbagai negara yang terkena flu burung. Sampai tahun 1997. flu burung hanya terjadi pada binatang saja. Baru pada 1997ada laporan kasus flu
burung H5Nl yang menyerang manusia di Hongkong dan
menyebabkan 18 orang dirawat di rumah sakit serta 6 orang
meninggal dunia. Jadi, kematian sekitar 30 persen.
Di tahun 1999 dilaporkan lagi dua kasus anak-anak di
Hongkong yang terbukti terinfeksi flu burung H9N2, keduanya sembuh dengan baik DaJam tahun 1998-1999dilaporkan
beberapa kasus yang terinfeksi H9N2 dari daratan Cina. Kemudian di tahun 2003 dilaporkan pula dua kasus terinfeksi flu
burung H5Nl, dari orang yang baru pulang dari Cina. Satu
kasus sembuh dan satu lagi meninggal dunia, artinya kematian 50 persen.
FLU BURUNGAncaman dan Pencegahan 35

Pada tahun 2003 terjadi wabah influenza H7N7 di Belanda pada pekerja petemakan dan keluarganya. Lebih dari 80
orang terkena penyakit ini, yang relatif lebih ringan, dengan
keluhan utama berupa infeksi mata dan sebagian gangguan
pernapasan. Seorang dokter hewan meninggal pada wabah di
Belanda ini. Masih di tahun 2003, juga dilaporkan satu kasus
anak-anak di Hongkong yang tertular virus H9N2. Anak ini
sempat dirawat di rumah sakit dan kemudian sembuh.
Pada sebagian besar kasus di atas dapat ditelusuri secara
jelas bahwa mereka tertular dari unggas, uffilUllnyadi peternakan. Penularan memang pada dasarnya adalah dari unggas ke manusia. Hanya saja, menurut Pusat Kendali Penyakit (CDC) Amerika Serikat, kemungkinan adanya penularan
dari orang ke orang dicurigai terjadi pada wabah H5Nl tahun
1997di Hongkong dan H7N7 tahun 2003 di Belanda. Sementara itu, pada wabah yang terjadi sekarang ini, akibat virus
influenza A H5Nl, sampai saat ini tidak ditemukan bukti ilmiah adanya penularan antannanusia. Tegasnya, pada keadaan
sekarang ini virus flu burung belum menyebar dari orang ke
orang, tetapi kita tetap harus selalu waspada kemungkinan
terjadinya mutasi gen dari virus flu burung tersebut sehingga
sangat mudah terjadi penularan dari manusia ke manusia.
Pemerintah telah menyusun rencana strategis nasional
dalam menghadapi pandemi influenza.
Strategi dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
Pandemi Influenza meliputi :
1. Penguatan Manajemen Berkelanjutan,
2. Penguatan Surveilans pada Hewan dan Manusia,
3. Pencegahan dan Pengendalian,
4. Penguatan Kapasitas Respons Pelayanan Kesehatan,
5. Komunikasi, Risiko, Informasi dan Edukasi,
FLU BURUNG Ancaman

dan Pencegahan

6. Rencana Kontigensi Pandemi Influenza.


Kemungkinan terjadinya suatu pandemi influenza (wabah
yang sangat besar) dari virus flu sub tipe baru ini dapat kita
lihat dari perkembangan menuju terjadinya pandemi yang
dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Fase Pandemi yang meliputi tiga periode yakni:
a. Periode Interpandemi
b. Periode Kewaspadaan Terhadap Pandemi
c. Periode Pandemi
a.

Periode Interpandemi
Periode interpandemi terbagi atas dua fase yakni:
Fase 1. (Indonesia sebelum Juli, 2003) tidak ada subtipe virus influenza baru dideteksi pada manusia. Suatu
subtipe virus influenza yang telah menyebabkan infeksi
pada manusia mungkin ada pada binatang. Jika ada pada
manusia resiko infeksi atau penyakit pada manusia diperkirakan rendah.
Fase 2. Tidak ada subtipe virus influenza baru dideteksi pada manusia. Tetapi, suatu subtipe virus influenza
bersirkulasi pada binatang memiliki suatu resiko penyakit pada manusia. Di lndonesia fase ini mulai pada bulan
Agustus 2003 ketika virus subtipe H5Nl dideteksi pada
unggas.

b. Periode Kewaspadaan Terhadap Pandemi


Periode kewaspadaan terdiri dari tiga fase yaitu:
Fase 3. Infeksi pada manusia dengan suatu subtipe baru, tetapi tidak ada penularan/penyebaran
dari
manusia ke manusia, atau pada kejadian-kejadian yang

FLU BURUNG Ancaman dati Pencegahan

paling jarang pada kontak yang dekat Di Indonesia fase


ini mnlai pada bulan Juli 2005 ketika infeksi oleh subtipe
H5NI dikonfinnasikan pada manusia.
Fase 4. Kelompok melingkar kecil (cluster) dengan penularan terbatas dari manusia ke manusia tetapi
penyebaran sangat terloka1isir. memberi isyarat bahwa
virus itu tidak beradaptasi baik dengan manusia. Di Indonesia sampai Maret 2006. fase ini belum mulai.
Fase 5. Kelompok (ClusterJ lebih besar, tetapi penyebaran dari manusia ke manusia masih terlokalisasi,
memberi isyarat bahwa virus itu meningkat menjadi
lebih baik beradaptasi dengan manusia, tetapi mungkin
belum sepenuhnya menular dengan mudah (resiko pandemi yang substantif). Waktu yang diperlukan dari fase
lima ini untuk masuk ke periode pandemi (fase keenam)
selama tiga bulan.
C. Periode Pandemi
Periode pandemi masuk dalam fase ke enam dari keseluruhan periode yakni fase penularan yang meningkat
dan berkesinambungan pada masyarakat umum.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pandemi
influenza (wabah besar dan luas) yang disebabkan oleh
virus influenza subtipe baru. perlu dilakukan pencegahan dan penanggulangan secara tuntas pada sumber infeksinya yaitu pada unggas.
Semua pihak, Pemerintah bersama seluruh lapisan
masyarakat dan golongan perlu menyadari kemungkinan adanya ancaman pandemi influenza dan berperan
serta, memberikan kontribusi untuk penanggulangan.
waspada dan siaga, tidak panik.
38

FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan

Penutup

IV. PENUTUP
Penyebaran virus flu burung di lndonesia akhir-akhir ini
meningkat. Hingga 8 Maret 2005 telah terjadi 28 kasus konfirmasi flu burung (Confirmed Case) dan 20 diantaranya meninggal.
Masyarakat menjadi khawatir, virusnya menyebar lebih cepat dan
terjadi penularan pada manusia tanpa terkendali. Diperkirakan
kasus serupa juga dapat'terjadi diwaktu-waktu mendatang sebagaimana kasus pandemi influenza di Spanyol pada tahun 1918
yang menelan banyak korban.
Penularan penyakit ini pada unggas yang vaksinnya sendiri
belum ditemukan cukup menakutkan bagi peternak unggas.
Oleh sebab itu penyakit ini sangat mencekam, karena bukan saja
berdampak kerugian usaha ekonomi rakyat (peternak) tapi juga
mengancam kehidupan manusia. Bagi sebagian kalangan isu flu
burung diduga dapat menggoyahkan tatanan kerukunan yang
ada selama ini dan berdampak negatif terhadap kondisi sosial,
politik, ekonomi dan keamanan.
Pemerintah menyadari bahwa proses sosialisasi, khususnya
komunikasi resiko (Risk Communication), informasi dan pendidikan menjadi amat strategis dalam menghadapi situasi semacam
ini. Diharapkan dengan penanganan proses tersebut secara benar
maka kesadaran dan kewaspadaan seluruh lapisan masyarakat dalam mengantisipasi penyebaran flu burung akan tumbuh
serta masyarakat selalu tanggap terhadap upaya-upaya penanggulangan, pencegahan dan penyebaran wabah flu burung ini.
Untuk itu disarankan agar masyarakat lebih proaktif mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit ini, agar dapat
terhindar dari bahaya wabah/flu burung. Departemen Pertanian,
Departemen Kesehatan dan instansi terkait lainnya terus berupaya
mengurangi faktor resiko wabah/kejadian luar biasa penyebaran

FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan

flu burung dengan cara penanggulangan kejadian luar biasa pada


unggas yang merupakan swnber infeksi/swnber penularan pengamatan Surveilans Epidemiologi, peningkatan manajenem kasus
perlindungan kelompok resiko tinngi, KIE (Komunikasi, Informasi,
Edukasi) atau Komunikasi Resiko, Penelitian dan Pengembangan.
Dalam mendukung upaya-upaya tersebut Departemen Komunikasi dan Informatika bersama Departemen Pertanian, Departemen Kesehatan maupun instansi terkait lainnya menyusun
paket informasi publik tentang ancaman dan pencegahan wabah
flu burung.
Dimasa mendatang buku ini akan terus mengalami penyempurnaan. Oleb kareua iro dibarnpkan masukan dari seluruh instansi
pemerintah dan institusi lainnya melalui situs web konUnfo.go.id.

42

FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan

lampiran

KAB / KOTA

20

Sumatera Utara

152
153
154
155
156
157
158
159
160
161

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

162

11

Simalungun
Kota Tebing. Tinggi

Dairi
Tapanuli Utara
Deli Serdang

KotaMedan
Serdang Bedagei

Nias
Samosir
Kota Binjai

Langkat

Subtotal = 11
21

Kalimatan Timur

163

Kutai Kartanegara

164

Kota Samarinda
Subtotal = 2

22

Sulawesi

165

Tenggara

166

Kota Kendari
Kolaka

Subtotal= 2
23.

NAD

167

Aceh Tenggara

168

Pidie

169

Aceh Utara

170

Banda Aceh
Subtotal = 4

FLU BURUNG Ancaman dalI Pencegahan

KO
24

IIIIII'ROPI'I'I

W/I)H'j

Sulawesi Barat

111

Majene
Subtotal = 1

25

Riau

172

Dwnai

173

Bengkalis

174

Kampar

175

RDkan Hilir

176

Kuantan Sengingi

177

Kota Pekanbaru
Subtotal = 6

26

Kep. Riau

178

Kota Batam
.subtotal

TOTAL

=1

178

FLL BURUNGAncaman dan Petlcegahan 65

lAMPIRAN 6
PUSAT INFORMASI
POSKO FLU BURUNG NASIONAL
Direktorat
Penyehatan

Jenderal
Pemberantasan
Penyakit
Lingkungan. Departemen Kesehatan

dan

JL Percetakan Negara 29 Jakarta


Telp: 021- 4257125
Website: penyakitmenular.info
SMS kejadian luar biasa Penyakit Menular:
0813 181 39990

Rumah Sakit Rujukan Nasional Penyakit Menular


RS Penyakit Infeksi DR. SuHana Saroso
JL Baru Sunter Permai Raya. Jakarta 14340.
Telp. 021-6506559.
Fax. 021-6401411.

Crisis Center Avian Influenza


Direktorat
Peternakan,

Kesehatan
Departemen

Hewan.
Pertanian

Direktorat

Jenderal

Jl. Harsono RM No.3, Gedung C Lt. 9, Ragunan, Jakarta Selatan


'relp:021-78830617
Fax: 021-7815783
Web: www.keswan.ditjennak.go.id
Email: keswan@deptan.go.id

~'"
66 , ', FLU BURUNG

~~

Ancaman

dan Petlce"ahan

'

PERATURAN PRESIDEN REPUBUK INDONESIA


NOMOR 7 TAHUN 2006
TENTANG
KOMITE NASIONAL PENGENDAUAN FLU BURUNG
(AVlAN INFLUENZA) DAN KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA
DENGAN RAHMATTUHAN YANGMAHAESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:

a. bahwa perkembangan virus flu burung (avian influenza) di lndonesia dan dunia cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu
sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang semakin besar dan telah
berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat;
b. bahwa lndonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki resiko berjangkitnya pandemi influenza pada manusia yang dikhawatirkan dapat menimbulkan korban jiwa yang
lebih besar;
c. bahwa untuk percepatan pengendalian flu burung (avian influenza) dan peningkatan kesiap siagaan menghadapi pandemi influenza,
diperlukan langkah-langkah komprehensif dan
keterpaduan dari seluruh instansi Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, dunia usaha,

FLU BURUNG Al1caman dun Pencegahan

organisasi profesi, organisasi non pemerintah.


perguruan tinggi. dan lembaga internasional
serta pihak-pihak terkait lainnya;
d. bahwa sehubungan dengan butir a, butir b,
dan butir c teIoebut di atas dipandang perlu
membentuk Komite Nasional Pengendalian
Flu Burung (Avian Influenza) dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza;

Mengingat

1. pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara


Republik lndonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang

Nomnr 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan


Pokok Peternakan

dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1967Nomor 10.Tambahan LembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor 2824);
3 Undang-Undang Nomor 4Tahun 1984tentang
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 1984 Nomor 20.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
4. Undang-Undang Nomor 23Tahun 1992tentang
Kesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1992Nomor 100.Tambahan Lembaran Negara Repub~Klndonesia Nomor 3495);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republiklndonesia Tahun 2004 Nomor
125. Tambahan Lembaran Negara Republik

68

--'

FLU BUR(I~G Ancaman dan Hmcegaltall

lndonesia Nomor 4437);


6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977
tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan (lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1977
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3101);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun
1983Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 3253);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991
tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3447);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERATURAN
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIATENTANGKOMITENASIONAL
PENGENDALIAN FLU BURUNG IAI'lAN
INFLUENZA)
DAN
KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA.

Pasal 1
Untuk percepatan pengendalian flu burung (avian influenza)
dan peningkatan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza
secara komprehensif dan terpadu, dibentuk Komite Nasional

FLU BURUNG Anraman

dan Pencegahan

Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) Dan Kesiapsiagaan


Menghadapi Pandemi Influenza. yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut Komnas FEPI.

Pasal 2
Komnas FEPI berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 3
Komnas FEPI bertugas:
a.

Menetapkan kebijakan dan rencana strategis nasional


serta pedoman umum pencegahan, pengendalian, dan
penanggulangan flu burung (avian influenza) serta ke"
siapsiagaan menghadapi pandemi influenza;

b.

Menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan


dalarn rangka pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan flu burung (avian influenza) serta kesiapsiagaan
menghadapi pandemi influenza;

c.

Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pencegahan,


pengendalian, dan penanggulangan flu burung (avian
influenza) pada hewan dan manusia serta kesiapsiagaan
menghadapi pandemi influenza;

d. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan strategi nasional pengendalian flu burung (avian
influenza) dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, serta menetapkan langkah-langkah penyelesaian
permasalahan
strategis yang timbul dalarn kegiatan
pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan flu burung (avian influenza) serta kesiapsiagaan menghadapi
pandemi influenza;

rf~
f..'II
~W

FLU BURUNG

Ancaman

dan Pencegahan

e.

Mengkoordinasikan pengelolaan data dan informasi yang


terkait dengan masalah flu burung (avian influenza) pada
hewan dan manusia;

f.

Memberikan arahan kepada Komite Provinsi dan Komite


Kabupaten/Kota dalam rangka pencegahan, pengendalian dan penanggulangan flu burung (avian influenza)
serta kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.
Pasal 4

(1) Susunan Keanggotaan Komnas FEPI adalah sebagai berikut


Ketua merangkap
Anggota
Wakil Ketua I
merangkap Anggota
Wakil Ketua II
merangkap Anggota
Wakil Ketua III
merangkap Anggota
Anggota

Menteri Koordinator Bidang


Kesejahteraan Rakyat;
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian;
Menteri Pertanian;
Menteri Kesehatan;
1.
2.

Menteri Dalam Negeri;


Menteri Luar Negeri;

3.
4.
5.
6.

Menteri
Menteri
Menteri
Menteri

7.
8.

Menteri Perhubungan;
Menteri Pendidikan Nasional;

Keuangan;
Kehutanan;
Perindustrian;
Perdagangan;

FLL BUHUNG Ancaman dati PI?1icegahatl

"!
~n
L\l'~
iI\\\i\
~ ~W

Sekretaris merangkap
Anggota

9. Menteri Kebudayaan dan


Pariwisata;
10. Menteri Komunikasi dan
Informatika;
11. Menteri Negara Riset
dan Teknologi;
12. Menteri Negara Lingkungan
Hidup;
13. Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas;
14. Panglima Tentara Nasional
Indonesia;
15. Kepala Kepolisian Negara
Republik lndonesia;
16. Ketua Palang Merah
Indonesia.
Deputi Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Bidang
Pertanian dan Kelautan.

(2) Penyelenggaraan tugas Komnas FBPI sehari-hari dibantu


oleh Tim Pelaksana yang diketuai oleh Sekretaris Komnas
FEPI.
(3) Susunan keanggotaan Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri dari unsur eselon I instansi terkait,
organisasi profesi dan pihak lain yang terkait, yang ditetapkan oleh Ketua Komnas FBPI.

~~1:
.~~~ FLU BURUNGAncaman dan Pencegahan
1\1!!~
\'!Jt

Pasal 5
(1) Untuk membantu

kelancaran

pelaksanaan

tugas Komnas

FBPI, Gubernur dan Bupati/Walikota membentuk Komite


Provinsi dan Komite Kabupaten/Kota Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) Dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza.
(2) Komite Provinsi dan Komite Kabupaten/Kota

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Gubernur untuk Komite


Provinsi dan Bupati/Walikota untuk Komite Kabupaten/Kota.
(3) Komite Provinsi dan Komite Kabupaten/Kota

merumus-

kan kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pencegahan, pengendalian dan penanggulangan flu burung (avian influenza) serta kesiapsiagaan
menghadapi pandemi influenza di wilayahnya sesuai kebijakan, strategi dan pedoman serta arahan yang ditetapkan
oleh Komnas FBPI.
(4) Komite Provinsi dan Komite Kabupaten/Kota melaporkan
secara berkala pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Komnas
FEPI.
Pasal 6
(1) Dalam

melaksanakan

tugasnya,

Komnas

FEPI

diban-

tu oleh sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris Komnas


FEPI.
(2) Dalam hal dipandang perlu, Ketua Komnas FEPI dapat membentuk Kelompok Kerja dan Panel Ahli yang terdiri dari pejabat instansi Pemerintah, pakar, akademisi, praktisi dan/atau
pihak-pihak lainnya.

FLU BURU:-iC; Ancatl/at/ dan Pencegahan

''!I\
,'"
73
~\;

Pasal 7

Mekanisme dan tata kerja Komnas FBPI, Komite Provinsi,


Komite Kabupaten/Kota, Sekretariat, Kelompok Kerja dan Panel
Ahli diatur lebih lanjut oleh Ketua Komnas FEPI.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugasnya, Komnas FBPI melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan instansi Pemerintah Pusat
maupun instansi Pemerintah Daerah. dunia usaha, organisasi
non Pemerintah, organisasi profesi, perguruan tinggi, badan
internasional dan/atau pihak-pihak lain yang dipandang perlu,
serta melibatkan partisipasi masyarakat.
Pasal 9
Komnas FBPI melaporkan program kerja serta perkembangan
pelaksanaan kegiatannya secara berkala setiap 3 (tiga) bulan atau
sewaktu-waktu kepada Presiden.
Pasal 10
Masa tugas Komnas FBPI adalah selama 4 (empat) tahun
dan dapat diperpanjang apabila diperlukan.
Pasal

11

Semua biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komnas FEPI dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber
dana lainnya yang sifatnya tidak mengikat.

f4
I
;

FLU BURUNG Ancamml

dan Pencegahan

Pasa112
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini ditetapkan oleh Menteri Koordjnator Bidang
Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komnas FBPI.

Pasal 13
Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di]akarta
pada tanggal 13 Maret 2006
PRESIDEN REPUBliK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinansesuai dengan aslinya


Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum
1.ambock V. Nahattands

FLL BURUNG Anromalf dan Pf:ncegaha1l 75

TIM PENYUSUNAN
BUKU FLU BURUNG
ANCAMAN DAN PENCEGAHAN
Pengarah

1. Menteri Komunikasi dan Informatika


2. Sekretaris Jenderal
Departemen Komunikasi dan Informatika

Penanggung jawab
Supervisi
Ketua
Sekretaris

Drs. Suprawoto, SH, Msi


Prof. Dr. Musa Asyarie
Dra. Sri Wuryatmi, MM
Maurice SimaL1tpang, SH

Nara Sumber

1.
2.
3.
4.
5.

Dr. Sardikin Giriputro, Sp. p, MARS


Dr. H. Ilhan1Patu, Sp. BS
Tato Suharto, SKM
Dr. Muhammad Nadhirin
Drh. Nur Saptahidhayat

Tim Redaksi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sedia Barus
Trianggono
Tahsinul Manaf
Sri Wibowati
Hypolitus Layanan
MaraH Anton Panggabean
Lukman Hakim

Sekretariat

1.
2.
3.
4.

Zulfia Mirjati Oesman


M. Badrun Nasikin
Hartje R. Winerungan
Muswini

FLU BURUNG Ancaman dan PfIJagu

n:

RAlAT
Hal 19, sub 3
tertulis Endemologi seharusnya Epidemiologi
Ha] 26, sub h
tertulis tana-man seharusnya tanam-an
Hal 36, sub 5
tertulis risiko seharusnya resiko
Ha137, sub b fase 3
tertulis suatu sub tipe baru seharusnya suatu virus sub tipe baru
Hal. 57, lampiran 5
tertulis Tahun !\gustus 2003 - 14 Maret 2006
seharusnya Agustus 2003 - 14 Maret 2006

Anda mungkin juga menyukai