2006
SAMBUTAN
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Mewabahnya fluburung di lndonesia yang diidentifikasi sebagai penyebab meninggalnya sejumlah orang telah menimbulkan
kepanikan bagi masyarakat karena flu burung merupakan penyakit berbahaya yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
Penularan flu burung pada manusia telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Karena itu penyakit ini harus ditangani.
diwaspadai, sekaligus ditanggulangi secara serius oleh pemerintah bersama-sama masyarakat.
Sejarah perkembangan wabah flu burung di lndonesia telah
memasuki babak baru, bahkan kejadian luar biasa yang menewaskan sejumlah korban ini mengakibatkan Indonesia menjadi
sorotan dunia internasional. Bahkan sejumlah negara berusaha
melakukan langkah-langkah preventif agar wabah yang mematikan itu tidak menular ke negara mereka.
Selain menewaskan korban manusia, wabah penyakit influenza pada unggas yang disebut dengan Avian Influenza(AI), sangat berdampak terhadap perekonomian nasional terutama bagi
jutaan pelaku peternak yang menggantungkan hidupnya dari sektor perunggasan.
Sementara itu protein hewani mempunyai peran yang sangat
penting pada asupan gizi tubuh manusia, sehingga sangat diperlukan bagi ketahanan, kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
Penanggulangan dan pencegahan penularan dapat dilakukan
dengan adanya peran aktif masyarakat yang didasari pengetahuan yang cukup dan pemahaman masyarakat tentang wabah/
kejadian luar biasa ini. Sehingga tersedianya informasi yang
iii
Oktober 2005
L/
~
&ly'1 FLU BURUNG Ancaman dan hnr'g,""~.-
KATA PENGANTAR
Sejak akhir tahun 2003, wabah flu burung telah melanda beberapa negara di Asia dan telah menjadi pandemi. Beberapa negara tersebut meliputi Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Kamboja,
Hongkong, Laos, RRC, Pakistan termasuk Indonesia. Hampir seluruh kejadian wabah negara tersebut disebabkan oleh virus flu burung subtipe H5Nl kecuali Pakistan ditemukan subtipe H7. Klmsus di Indonesia telah terjacli di 178 kabupaten/kota di 26 provinsi
telah tertular dan menjadi daerah endemi yakni: Jawa Timur, Jawa
Tengah, mY, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Bali, NTB, NTT,
Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, SlIlnatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Nanggroe Aceh
Darussalam, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Barat, dan Riau serta Kep. Riau.
Dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan flu burung, pemerintah perlu secara terus-menerus untuk
mensosialisasikan kebijakan sepuluh strategi penanggulangan
Avian Influenza dengan memprioritaskan biosekuriti, vaksinasi
dan depopulasi. Kebijakan ini diambil dengan alasan penyebaran
yang sudah meluas, perjalanan wabah yang tidak mudah dikendalikan, dan situasi peternakan unggas yang terdiri dari banyak
peternakan unggas ayam ras skala kecil. ayam kampung, itik, dan
burung puyuh.
Sehubungan dengan itu Departemen KomlU1ikasi dan Informatika menyusun buku informasi Flu Burung, Ancaman dan
Pencegahan dimulai dari berbagai pertemuan yang dikoordinir
oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dilanjutkan dengan pertemuan sejenis dengan departemen dan instansi
FLU
BURUN"
A,,_. do.Pm,,,,mm
I
Oktober 2005
SUPRAWOTO
""'I'
''''-I}\\)
dan Pencegahan
Komunikasi
,\\(i':I\'I
-,vi.W FLlIBURUNt;.4,1COmGlI
dan Informatika
dan Penregahan
DAFIAR ISI
111
v
vii
Daftar Isi
lX
I.
Pendahuluan
II.
Pada Unggas
..................................................__...................
...........................................
.......................................................................
L Sifat Virus
2. Gejala
3. Cara Penularan
11
4. Cara Pencegahan
13
17
19
2. Gejala Klinis
21
3. Cara Penularan
21
21
21
23
24
dan Pencqgal1an
8. Kebersihan Lingkungan
25
26
31
1. Prakiraan
33
34
A Periode Interpandemi
37
37
C. Periode Pandemi
:38
N. Penutup
39
45
50
52
53
54
57
66
67
PEND HUlU
;.
PENDAHULUAN
Flu burung adalah penyakit yang disebabkan olch virus influenza tipe A. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan sampai pada yang
bersifat fatal.
Penyakit ini menimbulkan kematian yang sangat tinggi (hampir 90 %)pada unggas di beberapa peternakan dan menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar bagi peternak. Unggas (ayam, burung, dan itik) merupakan sumber penularan virus avian influenza. Unggas air lebih kebal (resisten) terhadap virus ini daripada
unggas peliharaan. Sedangkan burung kebanyakan dapat juga
terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas air.
Kasus flu burung dalam perkembangan, tidak hanya menyerang unggas saja, tetapi juga menyerang manusia. Pada tahun
1997, 18 orang di Hongkong diserang flu burung, 6 orang meninggal dunia. Kemudian di China, Belanda, Vietnam, Thailand,
flu burung mulai menyerang manusia. Pada akhir tahun 2003, di
sejumlah negara penyakit Avian Influenza pada unggas menjadi
wabah (pandemi) seperti Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Thailand, Taiwan, Kamboja, Hongkong, Laos, RRC dan Pakistan termasuk lndonesia. Sampai saat ini tidak ditemukan bukti ilmiah
adanya penularan antar manusia. Saat ini virus flu burung belum
menular dari manusia ke manusia, yang ada baru penularan dari
unggas ke manusia.
Di lndonesia Virus Influenza A H5Nl tersebut menyerang
ternak ayam sejak bulan Oktober 2003. Sampai dengan Februari
2005 telah mengakibatkan 14,7juta ayam mati. Sedangkan simasi
pada manusia di lndonesia sejak bulan Juli 2005 sampai dengan
tanggal 8 Maret 2006 dilaporkan 380kasus yang dicurigai sebagai
FLC BURUNG
Ancaman
dan Pencegahan
"'~'\-""
:;f,;\W\~(
3'.'~~~'
.,j!3.:.,',0
i~~f~
~l;
;I
"""'~'
~~',
~,(Ij;,.'
$;<O\~,,\'I1
flu burung pada manusia. Setelah dilakukan pemeriksaan epidemiologi, klinis dan laboratorium, hasilnya: 233 penderita bukan
flu burung, 28 penderita benar-benar flu burung (confirmed case)
dan diantaranya 20 penderita meninggal (angka kematian 71,4 %),
Kasus Probable 11 dan 5 diantaranya meninggal, sebanyak 107
kasus tersangka diantaranya 30 meninggal dan 1 penderita terpapar yaitu penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda klinis
(tetap sehat) tetapi pemeriksaan serologis menunjukkan adanya
zat anti (anti bodi).
Sampai saat ini 178 Kabupaten/Kota di 26 Provinsi telah tertular (dan menjadi daerah endemi) Avian Influenza pada unggas,
yaitu Banten, DRI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,Jawa
Timur, Bali, Lampung, K.:1.limantanTengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu,
NTB, NTT, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Jambi, Sumatera
Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, NAD, Sulawesi
Barat, dan Riau serta Kep. Riau.
Maksud dan Tujuan Penulisan
Buku "Flu Burung, Ancaman dan Pencegahan" ini diterbitkan dengan maksud sebagai acuan dalam memberikan sosialisasi
kepada masyarakat agar dapat memahami tentang flu burung.
Sedangkan tujuannya ialah :
1. Meningkatkan pemahaman seluruh lapisan masyarakat tentang flu burung agar seluruh lapisan masyarakat mau dan
mampu secara mandiri melakukan pencegahan dan penanggulangannya
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) untuk senantiasa mewaspadai gejala, sifat, dan penyebarannya
sekarang ini dan diwaktu-waktu yang akan datang.
,
:
T~1
~\I)
\,
Penanggulangan
Flu Burung
- -'..- -
, II
1. Sifat Virus
Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya
memerlukan bahan organik: unbJk tetap hidup. Didalam
tubuh unggas (juga babj) virus avian influenza dapat
berkembang biak (replikasi) menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga bersifat labil atau mudah mengalami mutasi dari patogen (kuman) ringan menjadi
patogen (kuman) ganas atau sebaliknya.
VIrUSavian influenza juga dapat beradaptasi dengan
obat maupun vaksin. Sehingga perlu dilakukan monitor-
ing vaksinasi untuk mengetahui apakah vaksin yang dipergunakan masih efektif atau tidak. Jika tidak, maka harus dibuat vaksin baru dengan menggunakan virus yang
ditemukan di lapangan yang dilemahkan.
Virus avian influenza merupakan virus yang lemah
yang tidak tahan panas dan zat desinfektan (pencuci
hama). Dalam daging ayam, virus ini mati pada suhu
80.C selarna satu menit atau 70.C selama 30 menit. Pada
telur ayam, virus avian influenza mati pada suhu 64"( selama 4,5 menit.
Namun pada kotoran ayam, virus avian influenza
mampu bertahan selama 35 hari pada suhu 4'C Sedangkan dalam air, virus tersebut dapat tahan hidup selama
4 hari pada suhu 22'C dan 30 hari pada suhu QOC Di
kandang ayam, virus avian influenza bertahan selama 2
minggu setelah depopulasi ayam, namun virus avian influenza dapat mati dengan desinfektan.
Dari sifat virus ini jelas dapat dilakukan upaya pencegahan penularan virus antar unggas maupun terhadap
manusia.
2.
Gejala
Avianinfluenza rnemiliki gejala yang bervariasi. Pada
kasus yang sangat ganas (akut) ditandai dengan kematian tinggi tanpa disertai gejala klinis. Hewan tampak
sehat tetapi tiba-tiba mati. Namun pada umumnya gejala
yang ditimbulkan oleh infeksi virus avian influenza akan
memmjukkan gejala klinis, sebagai berikut:
1. Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu,
berwarna biru keunguan.
2. Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung,
FU 1BURUNG Mlcm'nim dan Penci:gahl1nf.9,"
~~
~\ ~\, ~
3.
Pembengkakan
6.
7.
offi.
.'t
,:'i;!.~,
..
,~,
Ada Pendarahan
';;"
:~~~
"i<--"
~~."r~~~;:,.
Pendarahan titik (ptechie) pada kaki
Kematian tinggi
,
...
'\'\.l'!'
,
FLU BumJNG
Ancaman
dan Fe1'l{'ega/zaJJ
3. Cara Penularan
Penyakit influenza flu burung dapat ditularkan dari
unggas ke unggas atau dari peternakan ke peternakan
lainnya dengan cara: (1) Kontak langsung dari unggas
terinfeksi dengan hewan yang peka dan (2) Kontak tidak
langsung. Penularan dengan kontak tidak langsung melalui:
.
.
.
.
.
.
dan mata.
Paparan muntahan.
Lubang anus (tinja) unggas yang sakit.
Penularan lewat udara akibat konsentrasi virus yang
tinggi terdapat dalam saluran pernafasan.
Melalui sepatu dan pakaian peternak
yang terkon-
taminasi.
Melaluipakan, air,dan perala1m1yang terkontaminasi virus.
Melalui perantara angin yang memiliki peran penting dalam penularan penyakit dalam satu kandang
tetapi memiliki peran terbatas dalam penyebaran
antar kandang.
FLU BURUNG
AlIraman
dan Pentegahan
,,,,,';'.1
. .~.
\~n'
'_.~~JW
,\Ir.""
.
.
12
Cara Pencegahan
Tidak ada pengobatan yang praktis dan spesifik untuk infeksi virus avian influenza pada unggas komersial
Pada peternakan unggas komersial tindakan pemusnahan terbatas terhadap unggas yang sakit maupun sekandang dengan yang sakit disarankan untuk menghindari
kasus yang lebih luas.
Satu-satunya obat yang dapat menurunkan kematian
akibat avian influenza adalah obat "amantacline". Namun
obat ini hanya direkomendasikan terhadap unggas ke-sayangan tidak boleh dipergunakan karena residunya
akan berbahaya bagi manusia.
Dalam menanggulangi avian influenza dilakukan 3
pola yakni; Pencegahan berupa upaya yang dilakukan
untuk menghindari terjadinya avian influenza; Pengendalian merupakan upaya untuk mengendalikan jika terjadi
kasus avian influenza sehingga tidak meluas; dan Pemberantasan yang merupakan suatu upaya untuk membebaskan kembali suatu wilayah dari avian influenza
Pelaksanaan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan melaksanakan
9 (sembilan) langkah penanggulangan avian influenza
pada hewan yang terdiri atas:
1.
2.
Vaksinasi,
3.
..'13
I~\'
M,\\1
9.
14
sekitarkandang/tempatpenampunganunggas.
Jenis desinfektan yang dapat digunakan misalnya
unggas mati
(feees) , bulu,
Pemusnahan unggas secara menyeluruh (stamping out) di daerah-tertWar-baru akan dilakukan apabila
timbul kasus avian influenza di daerah bebas/terancam
yang telah didiagnosa secara klinis, patologi anatomis
dan epidemiologis serta dikonfirmasi secara laboratoris.
Pemusnahan menyeluruh dilakukan dengan memusnahkan seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua
FLU BURUNG
Ancaman
dan Pencegah01I
FLUBURUNG
AnmmandanPencegaha"
f\'
FLU BURUNG
Ancaman
dan Pencegahan
dan Pencegahan
.
.
bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung,
Cluster (kelompok) radang paru berat (pneumonia
berat),
Pemeriksaan darah: leukosit jumlah kurang dari
5000, Limfositopenia
dan Trombositopenia,
Hasil pemeriksaan dengan HI tes positif pada spesimen tunggal atau kenaikan titer sepasang spesimen
kurang dari 4 kali.
b. Kasus ''Probable''
Kasus "probable"adalah kasus suspek disertai salah
satu keadaan;
menunjukkan kenaikan 4 kali atau lebih titer antibodi terhadap influenza NHS;
Pemeriksaan laboratorium dengan mikro neutralization tes menunjukkan adanya antibodi specific influ~
enza A/HS.
positip,
dan Pencegahan
2.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umum~
nya, yaitu demam (panas), sakit tenggorokan, batuk, beringus, nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat
penyakit ini dapat menjadi lebih berat dengan gejala sesak
nafas berupa peradangan di paru-paru (pneumonia), dan
dapat menyebabkan kematian.
3.
Cara Penularan
Cara penularan virus flu burung dan unggas pada manusia melalui cara kontak langsung dengan unggas yang
sakit, mati, tinja, cairan (sekreta) unggas yang terserang flu
burung.
Cara penularan virus flu burung dari unggas ke manusia
dapat melalui udara yang tercemar virus yang berasal dari
tinja atau sekreta unggas yang terserang flu burung masuk
ke saluran pernafasan.
Adapun orang beresiko tertular virus flu burung adalah
pekelia pada peternakan, keluarga yang memelihara unggas,
lingkungan keluarga di sekitar petemakan, penjual dan penjamah unggas, pekerja pemotong unggas.
Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan virus
flu burung dari manusia ke manusia.
4. Pemeriksaan clanPengobatan
Dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan Diagnosa Flu Burung. Pemeriksaan
klinis dilakukan untuk mengamati gajala klinis yang timbul,
dan Pencegahan
~~~
FLU BURUNG
Ancaman
dan Pencegahan
Khusus pada peternakan dan pemotongan hewan terdapat beberapa anjuran WHO yang dapat dilakukan:
1. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah
terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan dengan
sabun. Mereka yang langsung memegang dan membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk membersihkan tangannya
2. Mereka yang memegang, membunuh, dan membawa
atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati
karena flu burung seyogianya melengkapi diri dengan
baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kacamata
(google),dan juga sepatu bot.
3. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan
prosedur yang baku dan memerhatikan faktor keamanan
petugas.
4. Pekerja peternakan, pemotongan, dan keluarganya perlu
diberi tahu untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila
mengidap gejala-gejala pernapasan seperti batuk, pilek,
sakit tenggorokan, susah napas, infeksi mata, dan gejala
flu lainnya.
5. Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan
secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian vaksin
influenza, penyediaan obat antivirus, dan pengamatan
perubahan kondisi pekerja.
6. Perilaku Hidup Sehat
Anda mungkin sering sekali melarang anak anda bermain di tempat yang diduga mengandung kuman. Sehingga
anda khawatir dan melarangnya bermain di tempat-tempat
semacam itu. Tapi anak anda tetap saja bermain di tempat
FLU BURUNG Ancaman dati Pencegahan
FLU BURUNG
Ancainan
dan Pencegahan
8. Kebersihan LingkW1gan
Kebersihan lingkungan merupakan faktor resiko terbaik
dalam pencegahan terhadap penularan penyakit.
Untuk mencegah tertular oleh virus flu burung perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bersihkan kandang secara rutin setiap hari.
b. Buanglah kotoran unggas dengan cara ditimbun.
c. Bersihkan makanan unggas yang tercecer di lantai sehingga tidak mengundang burung-burung liar ke kandang.
dan Pencegahan
meninggalkan
ruangan
dan
3. Transportasi Pasien
Batasi pemindahan pasien ke ruang lain kecuali
sangat diperlukan. Bila terpaksa, kenakan masker
pada pasien dan selimut bersih rapat, pastikan ke-
28:
.:<e
.,,:.;;;)
dan PencegaJlOtI
29
Kewaspadaan
Menghadapi
Pandemi
Influenza
,
lili.
..
Biosekuriti dan desinfeksi sangat diperlukan Wltuk menghindari masuknya virus kedalam kandang sehingga memperkecil kemungkinan unggas terinfeksi oleh virus avian influenza. Meningkatkan ketahanan tubuh dan vaksinasi sangat
diperlukan untuk mencegah avian influenza pada unggas yang
sehat.
2.
kan bahwa vaksinasi influenza pada manusia tidak akan melindungi manusia dari resiko penularan flu burung.
Data didapat dari pengalaman kasus di Hongkong.
DaJam haJ ini perlu ditegaskan bahwa sejauh ini jumlah kasus flu burung pada manusia masih relatif sedikit jumlahnya.
Artinya, walau sejak 1997kasus ini sudah dilaporkan mulai
terjadi dan jutaan unggas yang mati, jumlah kasus pada manusia dalam hitungan puluhan orang. Masyarakat tidak perlu
resah berlebihan dan panik, kendati memang perlu waspada
dan mengikuti perkembangan yang ada.
Program penaoggulaogan telah dan sedang dilakukan
oleh berbagai negara. Dari pengaJaman tahun-tahun laju,
kasus flu burung dapat ditanggulangi. Tentu saja kita harus
waspada, sebab bila program penanggulangan tidak berjalan
baik, apalagi kalau terjadi mutasi dan timbul virus baru yang
ganas dan mudah menular, masalahnya tentu akan jadi lebih
serius lagi. Sejauh ini kita percaya upaya penanggulangan
telah dilakukan secara optimaJ di berbagai negara yang terkena flu burung. Sampai tahun 1997. flu burung hanya terjadi pada binatang saja. Baru pada 1997ada laporan kasus flu
burung H5Nl yang menyerang manusia di Hongkong dan
menyebabkan 18 orang dirawat di rumah sakit serta 6 orang
meninggal dunia. Jadi, kematian sekitar 30 persen.
Di tahun 1999 dilaporkan lagi dua kasus anak-anak di
Hongkong yang terbukti terinfeksi flu burung H9N2, keduanya sembuh dengan baik DaJam tahun 1998-1999dilaporkan
beberapa kasus yang terinfeksi H9N2 dari daratan Cina. Kemudian di tahun 2003 dilaporkan pula dua kasus terinfeksi flu
burung H5Nl, dari orang yang baru pulang dari Cina. Satu
kasus sembuh dan satu lagi meninggal dunia, artinya kematian 50 persen.
FLU BURUNGAncaman dan Pencegahan 35
Pada tahun 2003 terjadi wabah influenza H7N7 di Belanda pada pekerja petemakan dan keluarganya. Lebih dari 80
orang terkena penyakit ini, yang relatif lebih ringan, dengan
keluhan utama berupa infeksi mata dan sebagian gangguan
pernapasan. Seorang dokter hewan meninggal pada wabah di
Belanda ini. Masih di tahun 2003, juga dilaporkan satu kasus
anak-anak di Hongkong yang tertular virus H9N2. Anak ini
sempat dirawat di rumah sakit dan kemudian sembuh.
Pada sebagian besar kasus di atas dapat ditelusuri secara
jelas bahwa mereka tertular dari unggas, uffilUllnyadi peternakan. Penularan memang pada dasarnya adalah dari unggas ke manusia. Hanya saja, menurut Pusat Kendali Penyakit (CDC) Amerika Serikat, kemungkinan adanya penularan
dari orang ke orang dicurigai terjadi pada wabah H5Nl tahun
1997di Hongkong dan H7N7 tahun 2003 di Belanda. Sementara itu, pada wabah yang terjadi sekarang ini, akibat virus
influenza A H5Nl, sampai saat ini tidak ditemukan bukti ilmiah adanya penularan antannanusia. Tegasnya, pada keadaan
sekarang ini virus flu burung belum menyebar dari orang ke
orang, tetapi kita tetap harus selalu waspada kemungkinan
terjadinya mutasi gen dari virus flu burung tersebut sehingga
sangat mudah terjadi penularan dari manusia ke manusia.
Pemerintah telah menyusun rencana strategis nasional
dalam menghadapi pandemi influenza.
Strategi dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
Pandemi Influenza meliputi :
1. Penguatan Manajemen Berkelanjutan,
2. Penguatan Surveilans pada Hewan dan Manusia,
3. Pencegahan dan Pengendalian,
4. Penguatan Kapasitas Respons Pelayanan Kesehatan,
5. Komunikasi, Risiko, Informasi dan Edukasi,
FLU BURUNG Ancaman
dan Pencegahan
Periode Interpandemi
Periode interpandemi terbagi atas dua fase yakni:
Fase 1. (Indonesia sebelum Juli, 2003) tidak ada subtipe virus influenza baru dideteksi pada manusia. Suatu
subtipe virus influenza yang telah menyebabkan infeksi
pada manusia mungkin ada pada binatang. Jika ada pada
manusia resiko infeksi atau penyakit pada manusia diperkirakan rendah.
Fase 2. Tidak ada subtipe virus influenza baru dideteksi pada manusia. Tetapi, suatu subtipe virus influenza
bersirkulasi pada binatang memiliki suatu resiko penyakit pada manusia. Di lndonesia fase ini mulai pada bulan
Agustus 2003 ketika virus subtipe H5Nl dideteksi pada
unggas.
Penutup
IV. PENUTUP
Penyebaran virus flu burung di lndonesia akhir-akhir ini
meningkat. Hingga 8 Maret 2005 telah terjadi 28 kasus konfirmasi flu burung (Confirmed Case) dan 20 diantaranya meninggal.
Masyarakat menjadi khawatir, virusnya menyebar lebih cepat dan
terjadi penularan pada manusia tanpa terkendali. Diperkirakan
kasus serupa juga dapat'terjadi diwaktu-waktu mendatang sebagaimana kasus pandemi influenza di Spanyol pada tahun 1918
yang menelan banyak korban.
Penularan penyakit ini pada unggas yang vaksinnya sendiri
belum ditemukan cukup menakutkan bagi peternak unggas.
Oleh sebab itu penyakit ini sangat mencekam, karena bukan saja
berdampak kerugian usaha ekonomi rakyat (peternak) tapi juga
mengancam kehidupan manusia. Bagi sebagian kalangan isu flu
burung diduga dapat menggoyahkan tatanan kerukunan yang
ada selama ini dan berdampak negatif terhadap kondisi sosial,
politik, ekonomi dan keamanan.
Pemerintah menyadari bahwa proses sosialisasi, khususnya
komunikasi resiko (Risk Communication), informasi dan pendidikan menjadi amat strategis dalam menghadapi situasi semacam
ini. Diharapkan dengan penanganan proses tersebut secara benar
maka kesadaran dan kewaspadaan seluruh lapisan masyarakat dalam mengantisipasi penyebaran flu burung akan tumbuh
serta masyarakat selalu tanggap terhadap upaya-upaya penanggulangan, pencegahan dan penyebaran wabah flu burung ini.
Untuk itu disarankan agar masyarakat lebih proaktif mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit ini, agar dapat
terhindar dari bahaya wabah/flu burung. Departemen Pertanian,
Departemen Kesehatan dan instansi terkait lainnya terus berupaya
mengurangi faktor resiko wabah/kejadian luar biasa penyebaran
42
lampiran
KAB / KOTA
20
Sumatera Utara
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
162
11
Simalungun
Kota Tebing. Tinggi
Dairi
Tapanuli Utara
Deli Serdang
KotaMedan
Serdang Bedagei
Nias
Samosir
Kota Binjai
Langkat
Subtotal = 11
21
Kalimatan Timur
163
Kutai Kartanegara
164
Kota Samarinda
Subtotal = 2
22
Sulawesi
165
Tenggara
166
Kota Kendari
Kolaka
Subtotal= 2
23.
NAD
167
Aceh Tenggara
168
Pidie
169
Aceh Utara
170
Banda Aceh
Subtotal = 4
KO
24
IIIIII'ROPI'I'I
W/I)H'j
Sulawesi Barat
111
Majene
Subtotal = 1
25
Riau
172
Dwnai
173
Bengkalis
174
Kampar
175
RDkan Hilir
176
Kuantan Sengingi
177
Kota Pekanbaru
Subtotal = 6
26
Kep. Riau
178
Kota Batam
.subtotal
TOTAL
=1
178
lAMPIRAN 6
PUSAT INFORMASI
POSKO FLU BURUNG NASIONAL
Direktorat
Penyehatan
Jenderal
Pemberantasan
Penyakit
Lingkungan. Departemen Kesehatan
dan
Kesehatan
Departemen
Hewan.
Pertanian
Direktorat
Jenderal
~'"
66 , ', FLU BURUNG
~~
Ancaman
dan Petlce"ahan
'
a. bahwa perkembangan virus flu burung (avian influenza) di lndonesia dan dunia cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu
sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang semakin besar dan telah
berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat;
b. bahwa lndonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki resiko berjangkitnya pandemi influenza pada manusia yang dikhawatirkan dapat menimbulkan korban jiwa yang
lebih besar;
c. bahwa untuk percepatan pengendalian flu burung (avian influenza) dan peningkatan kesiap siagaan menghadapi pandemi influenza,
diperlukan langkah-langkah komprehensif dan
keterpaduan dari seluruh instansi Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, dunia usaha,
Mengingat
dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1967Nomor 10.Tambahan LembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor 2824);
3 Undang-Undang Nomor 4Tahun 1984tentang
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 1984 Nomor 20.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
4. Undang-Undang Nomor 23Tahun 1992tentang
Kesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1992Nomor 100.Tambahan Lembaran Negara Repub~Klndonesia Nomor 3495);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republiklndonesia Tahun 2004 Nomor
125. Tambahan Lembaran Negara Republik
68
--'
Menetapkan
PERATURAN
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIATENTANGKOMITENASIONAL
PENGENDALIAN FLU BURUNG IAI'lAN
INFLUENZA)
DAN
KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA.
Pasal 1
Untuk percepatan pengendalian flu burung (avian influenza)
dan peningkatan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza
secara komprehensif dan terpadu, dibentuk Komite Nasional
dan Pencegahan
Pasal 2
Komnas FEPI berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 3
Komnas FEPI bertugas:
a.
b.
c.
d. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan strategi nasional pengendalian flu burung (avian
influenza) dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, serta menetapkan langkah-langkah penyelesaian
permasalahan
strategis yang timbul dalarn kegiatan
pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan flu burung (avian influenza) serta kesiapsiagaan menghadapi
pandemi influenza;
rf~
f..'II
~W
FLU BURUNG
Ancaman
dan Pencegahan
e.
f.
3.
4.
5.
6.
Menteri
Menteri
Menteri
Menteri
7.
8.
Menteri Perhubungan;
Menteri Pendidikan Nasional;
Keuangan;
Kehutanan;
Perindustrian;
Perdagangan;
"!
~n
L\l'~
iI\\\i\
~ ~W
Sekretaris merangkap
Anggota
~~1:
.~~~ FLU BURUNGAncaman dan Pencegahan
1\1!!~
\'!Jt
Pasal 5
(1) Untuk membantu
kelancaran
pelaksanaan
tugas Komnas
sebagaimana
merumus-
kan kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pencegahan, pengendalian dan penanggulangan flu burung (avian influenza) serta kesiapsiagaan
menghadapi pandemi influenza di wilayahnya sesuai kebijakan, strategi dan pedoman serta arahan yang ditetapkan
oleh Komnas FBPI.
(4) Komite Provinsi dan Komite Kabupaten/Kota melaporkan
secara berkala pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Komnas
FEPI.
Pasal 6
(1) Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Komnas
FEPI
diban-
''!I\
,'"
73
~\;
Pasal 7
11
Semua biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komnas FEPI dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber
dana lainnya yang sifatnya tidak mengikat.
f4
I
;
dan Pencegahan
Pasa112
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini ditetapkan oleh Menteri Koordjnator Bidang
Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komnas FBPI.
Pasal 13
Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di]akarta
pada tanggal 13 Maret 2006
PRESIDEN REPUBliK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
TIM PENYUSUNAN
BUKU FLU BURUNG
ANCAMAN DAN PENCEGAHAN
Pengarah
Penanggung jawab
Supervisi
Ketua
Sekretaris
Nara Sumber
1.
2.
3.
4.
5.
Tim Redaksi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sedia Barus
Trianggono
Tahsinul Manaf
Sri Wibowati
Hypolitus Layanan
MaraH Anton Panggabean
Lukman Hakim
Sekretariat
1.
2.
3.
4.
n:
RAlAT
Hal 19, sub 3
tertulis Endemologi seharusnya Epidemiologi
Ha] 26, sub h
tertulis tana-man seharusnya tanam-an
Hal 36, sub 5
tertulis risiko seharusnya resiko
Ha137, sub b fase 3
tertulis suatu sub tipe baru seharusnya suatu virus sub tipe baru
Hal. 57, lampiran 5
tertulis Tahun !\gustus 2003 - 14 Maret 2006
seharusnya Agustus 2003 - 14 Maret 2006