Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau
informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu
pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.

Pembelajaran merupakan

suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber
belajar dan lingkungan.
McKeachie dalam Hamzah Uno menjelaskan bahwa teori adalah
seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata1. Sedangkan Abudin Nata menyatakan bahwa teori merupakan
seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur
dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan
satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan
kebenarannya.2 Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang
kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar
adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran
yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip-prinsip umum atau
kolaborasi antara prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori belajar
merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar.

Dr. Hamzah B Uno,M.Pd. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.


Hal. 4
Prof.Dr.H.Abudin Nata. 2007, Manajemen pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media
Group. Hal. 25

Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme,


Kognitivisme, dan Konstruktivisme.
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan
merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin
maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia
tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu
bangsa.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk
melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu
ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa
anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di
samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang
belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan
perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain,
bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam
instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada
penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar. Hidup bersama antarmanusia
akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam
kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup
manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik
interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi
dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.3
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal
dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai
pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua
kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar
diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman
3

Ratu Manan Tanwey Gerson,2012. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya. Unesa


University Press. Hal. 17

yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi


yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat
membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan
seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak
dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi
teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan, yang lebih penting
untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan
tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman
semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Fenomena pembelajaran dapat dijelaskan dan dimaknai oleh teori-teori
belajar, oleh karena anda merupakan personel yang akan terlibat di
dalampembelajaran maka pada bagian ini anda diajak berdiskusi tentang
berbagai halyang berkaitan dengan teori-teori belajar dan implikasinya dalam
suatu pembelajaran. Suatu teori bukan hanya dapat membantu dalam
memahami fenomena pembelajaran, tetapi juga dapat menjelaskan dan
memaknai setiap fenomena pembelajaran. Teori yang anda kuasai akan
menjadi kerangka pikir dalam mengambil putusan pendidikan atau
pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan masalah, dan bahkan sebagai
bagian hidup yang integratif.
Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori belajar akan saya paparksn
beberapa teori-teori yang akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar?
2. Apa saja Teori-teori Belajar?
C. Tujuan Penulisan

Dari penjelasan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan teori-teori dalam belajar.


Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip diterapkan dalam belajar.
Untuk menjelaskan teori-teori apa saja yang berkenaan dengan belajar.
Untuk menjelaskan faktor apa sajakah yang mempengaruhi belajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar

Para psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah


mereka mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara
menyeluruh. Berawal dari kesulitan tersebut munculah beberapa persepsi
berbeda dari para psikolog, sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki
inti kalau teori belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.4
Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana
teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman
mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung. Dari interaksi tersebut,
para psikolog menyusun proposisi yang mereka tekuni sehingga menghasilkan
madzhab yang mereka ciptakan itu bisa digunakan sebagai landasan pola pikir
mereka.
Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
menurut (Slameto,2010) belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya5, selain itu (Mustaqim dan Abdul Wahib,2010)
mendefinisikan bahwa belajar itu adalah usaha untuk menyesuaikan diri
terhadap

kondisi-kondisi

atau

situasi-situasi

di

sekitar

kita,dalam

menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan kecekatan pengertian-pengertian


yang baru ,atau sikap-sikap yang baru6
Jadi dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasannya
belajar itu adalah suatu proses perubahan,perubahan-perubahan itu tidak hanya
perubahan lahir tetapi juga perubahan batin ,tidak hanya perubahan tingkah
lakunya yang tampak ,tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat
diamati. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan negatif,tetapi perubahan
yang positif ,yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah
perbaikan.
4
5

Mahmud, PsikologiPendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm., 72


Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta,
2010), hal.2
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010),hal.60

Kata belajar itu sendiri sebenarnya sudah lama muncul didalam


persefektif pendidikan,sejak dari manusia baru dilahirkan dimuka bumi hingga
beranjak dewasa dan tua kegiatan belajar masih saja terus dilakukan,misalnya
saja dalam perkembangan kecakapan berbicara,menurut fitrahnya setiap bayi
yang normal memiliki potensi untuk cakap berbicara seperti ayah
bundanya,namun kecakapan berbicara sang bayi itu takan pernah terwujud
dengan baik tanpa upaya belajar walaupun proses kematangan perkembangan
mulutnya telah selesai, melalui contoh tersebut dapat dipahami bahwa makna
belajar sebenarnya sudah ada sejak manusia dilahirkan hanya saja seiring
berjalannya waktu yang mengarah kepada kehidupan yang kontenporer belajar
terus dikembangkan dan mendapatkan perhatian yang sangat serius dari
pemerintah negara termaksud Indonesia. Secara yuridis nasional Indonesia
mengatur sistem pendidikan (yang termasuk belajar) di dalam berbagai
ketentuan konstitusional. Baik dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai
produk peraturan perundang-undangan lainya.
Maka dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah dan kerja
sama dari anggota negara akan tercipta suatu proses belajar mengajar yang
efisien dan pastinya membentuk pendidikan yang berkualitas guna
meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas serta berakhlak mulia,meski
tidak dapat dipungkiri

saat ini masih banyak faktor yang menjadikan

pendidikan di Indonesi terhambat,hal itu pastinya sangat mempengaruhi


kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.Tetapi selain itu yang perlu
disadari bahwa pada dasarnya belajar merupakan kewajiban bagi setiap
individu dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan meskipun banyak
tantangan yang akan dihadapi,namun setelah itu manusia akan memperoleh
derajat kehidupan yang tinggi,sesuai dengan firman Allah7 :

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal.59

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. AlMujadalah: 11 )
Dari bunyi ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bukan saja
negara namun islam juga memandang pentingnya belajar itu.Belajar
merupakan jendela dunia,dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal.
Dalam persefektif islam makna belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan
prilaku,konsep belajar dalam islam merupakan konsep belajar yang sangat
ideal,karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Tujuan belajar dalam islam
bukanlah mencari rezeki di dunia ini semata,tetapi juga untuk sampai kepada
hakikat memperkuat akhlak,artinya mencari atau mencapai ilmu yang
sebenarnya dengan akhlak yang sempurna.
B. Macam-macam Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori psikologi
daya dan teori mental state. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu
hanya

menekankan

pada

segi

kesadaran

saja.

Menurut

aliran

behaviorisme, bahwa:8
1) The image and memories consist of activites engaged in by the
organism. We wake certain responses, we act and this activities are
knnown as images.
2) Behaviorism in psikology is merely the name for that type of
investigation and theory which assumes that mens educational,
vocation and social activities can be completely described or
explained as the result of same (and other) forces used in the natural
sciences.
8

Paul Chapman Publising Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition.
Boston: Allyn and Bacon. Hal. 142

Didalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan


yang utama. Jadi, melalui kelakuan segala sesuatu tentang jiwa dapat
diterangkan. Dengan memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa
akan merespons. Hubungan antara stimulus respons ini akan
menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Dengan
latihan-latihan maka hubungan-hubungan itu akan semakin menjadi
kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory.
Behaviorisme terdiri dari kata Behave yang berarti berperilaku dan
Isme yang berarti aliran. Dilihat dari arti susunan katanya, teori belajar
Behaviorisme

menitikberatkan

pada

perubahan

tingkah

laku.

Karakteristik esensial dari teori belajar ini adalah pemahaman terhadap


kejadian-kejadian yang terjadi di suatu lingkungan untuk memprediksi
perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun faktor internal
lain yang terjadi pada diri seseorang tersebut.
Teori belajar ini terfokus pada munculnya respon terhadap berbagai
stimulus. Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru kepada
siswa, sedangkan respon adalah segala tanggapan atau reaksi yang
diberikan siswa terhadap stimulus yang diberikan. Seseorang
dikatakan belajar apabila mengalami perubahan tingkah laku. Oleh
karena itu pengukuran terhadap stimulus dan respon merupakan hal
yang penting. Disamping itu juga ada faktor lain yang dianggap
penting yaitu penguatan (Reinforcement), apabila penguatan ditambah
(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, dan
sebaliknya.
Teori Behaviorisme cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini
bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu
membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan
telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar

harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih


dulu secara ketat. Disiplin merupakan hal yang harus dijunjung tinggi.
Kegagalan dianggap sebagai seuatu kesalahan. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar. Keberatan terhadap teori ini
adalah karena teori ini menekankan pada refleks dan otomatisasi dan
melupakan kelakuan yang bertujuan (a purposive behavior).9
2. Teori Pembiasaan Klasik
Teori

pembiasaan

klasik

(classical

conditioning)

ini

berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan


Pavlov (1849-1936), pada dasarnya classical conditioning adalah
sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.10
Pavlov mengadakan percobaan terhadap anjing yang diberi
stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dari
hasil percobaannya, sinyal (pertanda memainkan peran yang sangat
penting dalam akdaptasi hewan terhadap sekitarnya.
Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan
pada tiga proses, yaitu: pertama, penyamarataan (generalization) sebab
respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus yang sama melalui
keluarnya air liur; kedua, perbedaan (discimination) untuk merespon
apabila ada perangsang makanan kemulutnya; ketiga, pemadaman
(extinction) terjadi ketika stimulus disajikan berulang-ulang tanpa
adanya stimulus berupa makanan.
Kesimpulan dari percobaan pavlov ialah apabila stimulus yang
diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus
tadi (CS), cepat atau lambat akan menimbulkan respon atau perubahan
yang kita kehendaki dalam CR. Skinner berpendapat bahwa percobaan
Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni:

9
10

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 38-39
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm., 104

law of respondent conditioning atau hukum pembiasaan dan law of


respondent extinction atau pemusnahan yang dituntut.11
Pendekatan teori ini lebih menekankan pada peran stimulus
dalam menghasilkan respon karena pengkondisian, mengasimilasikan
sebagian besar atau seluruh fungsi dari refleks. Karena itulah Watson
dijuluki sebagai pakar psikologi S-R (Stimulus-Response). Dalam
percobaannya, Watson mengamati seorang balita yang pada awalnya
tidak takut pada tikus. Ketika suatu saat balita tersebut memegang
tikus, dia mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita
tersebut menjadi takut dengan suara tiba-tiba dan keras sekaligus takut
dengan tikus. Akhirnya tanpa suara keras pun balita tersebut takut
dengan tikus.
Implikasi teori ini dalam pembelajaran dapat diilustrasikan
sebagai berikut: jika guru menulis soal di papan tulis kemudian
meminta siswa untuk mengerjakannya, seorang siswa maju kemudian
mengerjakan soal akan tetapi jawaban yang diberikan salah. Guru
tersebut langsung mencela tanpa menghargai usaha siswa. Suatu saat
apabila guru tersebut meminta siswa untuk maju mengerjakan soal
maka siswa akan takut untuk mengerjakan soal.
3. Teori Belajar Koneksionisme
Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan
panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak
(impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih
lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh
karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond
psychology.
Awal eksperimennya menggunakan kucing, ketika eksperimen
awal ini berhasil maka ia melanjutkan pada hewan lainnya. Kucing
dibiarkan kelaparan, kemudian ia dimasukkan kedalam kotak yang
sudah dirancang khusus, sehingga jika kucing itu mnyentuh tombol
11

Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010,


hlm., 169

10

pintu maka pintu itu akan terbuka dan ia dapat keluar dan mencapai
daging yang dijadikan umpan diluar kandang. Pada usaha pertama ia
belum terbiasa memecahkan problemnya, sampai kemudian berhasil
menemukan tombol tersebut. Waktu yang dibutuhkan dalam usaha
pertama agak lama. Percobaan yang sam dilakukan secara berulangulang.
Dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan (trial and
error), maka watu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu
semakin singkat. Teori trial and error learning mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Adanya motif yang mendorong akktivitas.


Adanya berbagai respon terhadap situasi.
Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.
Menurut thorndike, dasar proses belajar pada hewan maupun

pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun manusia,
menggacu pada tiga hukumbelajar pokok, yaitu:
a. Law of Readiness adalah reaksi terhadap stimulus yang didukung
kesiapan untuk bertindak dan reaksi itu menjadi memuaskan.
b. Law of Exercise ialah hubungan stimulus respon apabila dering
digunakan akan semakin kuat melalui repetitton atau pengulangan
1) Law of Use: Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika ada
latihan.
2) Law of Disuse: Hubungan stimulus respon bertambah lemah
jika latihan dihentikan.
c. Law of Effect ialah menunjukkan kepada makin kuat atau
lemahnya hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang
dilakukan.12
4. Teori Gestalt
Menurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan ynag
berstruktur. Suatu keseluruhn bukan terdiri dari bagian-bagian atau
unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut
struktur yang telah terbentuk dan salin berinterelasi satu sama lain.
12

Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010,


hlm., 166-167

11

Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran


tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan
lingkungannya.
b. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis,
adanya ganguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong
terjadinya tingkah laku.
c. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi
problematis.
d. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi
tersebut menemukan dirinya.
e. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya
bermakna dalam keseluruhan itu.13
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah
proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah
keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder; bagian-bagian
hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam
hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya; keseluruhan
ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Bila kita
bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita
saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya
yang bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu
sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt; baru kemudian menuyusul kita
saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru,
pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka, dan sebagainya. Suatu
konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang insight
yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubunganhubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak
memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran,
tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Guru memberikan suatu
13

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 41

12

kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan,


dimana anak harus berusaha menemukan hubungan antar bagian,
memperoleh insight agar ia dapat memahamii keseluruhan situasi atau
bahan ajaran tersebut. insight itu sering dihubungkan dengan
pernyataan spontan seperti aha atau oh, see now. Menurut teori
Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap
objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari
keseluruhan,

baru

kemudian

berproses

kepada

bagian-bagian.

Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti


rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
5. Teori Belajar Kognitif
Isilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition yang
padanan katanya knowing, artinya mengetahui. Dalam arti luas
cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan.
Teori ini berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri
seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada
peristiwa innternal. Peristiwa belajar yang dialami manusia bukan
semata masalah

respon terhadap rangsangan, akantetapi adanya

pengukuran dan pengarahan diri yang dikontrol oleh otak.


Dalam aliran kognitif, penataan kondisi bukan sebaga
penyembah terjadinya belajar, melainkan sekedar memudahkan
belajar. Keaktifan individu dalam belajar menjadi unsur yang sangat
penting dan menentukan kesuksesan belajar.
Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas
belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir,
yakni proses pengolahan informasi.
Dalam perkembangan Istilah kognitif menjadi populer sebagai
salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
prilaku mental dan berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, dengan pemecahan masalah, kesenjangan, dan

13

keyakinan. Ranah kejiwaan yang terpusat di otak berhubungan dengan


konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah
rasa.
a. Pemahaman pencerahan (insight)
Menurut aliran Gesalt kegiatan belajar menggunakan
insight adalah pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama
hubungan antar bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dari apa
yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan
belajar seseorang dari pada hukuman dan ganjaran.
Dalam teori belajar menurut Gestalt, yang terpenting dalam
belajar adalah adanya penyesuaian pertama, yaitu memperoleh
respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus
dipelajari, tetapi mengerti/memperoleh insight (pemahaman).
Insight barulah berfungsi bila ada persepsi terhadap
masalahnya. Hilgard memberikan enam macam sifat khas belajar
dengan insight,14 sebagai berikut:
1)

Insight itu dipengaruhi oleh kemampuan dasar. Kemampuan


dasar itu berbeda-beda dari individu yang satu ke individu
yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sukar
untuk belajar dengan insight ini.

2)

Insight itu dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lampau


yang relevan. Walaupun insight itu tergantung kepada
pengalaman masa lampau yang relevan, namun memiliki
pengalaman masa lampau tersebut belum menjamin dapatnya
memecahkan masalah. Jadi misalnya anak tidak dapat
mengerjakan

problem

aljabar,

kalau

dia

belum

tahu

menggunakan simbol-simbol dalam aljabar tersebut terlebih


dahulu (dari masa lampau), tetapi anak yang telah menguasai
simbol-simbol tersebut serta mengetahui cara-cara pemecahan
problem dalam aljabar belum tentu dapat memecahkan
14

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Hal.
278.

14

problem tersebut. Disinilah letak perbedaan antara teori


Gestalt dengan teori assosiasi yang beranggapan bahwa hanya
memiliki pengalaman masa lampau yang diperlukan seseorang
akan

dapat

memecahkan

problem,

sebab

pemecahan-

pemecahan problem berarti penerapan operation-operation


yang telah dipelajari.
3)

Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental.


Insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur
sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat
diambil. Apabila alat yang diperlukan untuk pemecahan
problem itu dapat dibuat seakan-akan menjadi tidak mungkin,
maka problem menjadi lebih sukar.

4)

Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight


bukanlah hal yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya,
melainkan hdala hal yang harus di cari. Sebelum dapat
memperoleh insight orang harus sudah meninjau problemnya
dari berbagai arah dan mencoba-coba memecahkan.

5)

Belajar yang dengan Insight itu dapat diulangi. Jika sesuatu


problem yang telah dipecahkan dengan insight lain kali
diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan, maka dia
akan dengan langsung dapat memecahkan problem itu lagi.

6)

Insight yang telah sekali di dapatkan dapat dipergunakan untuk


menghadapi situasi-situasi yang baru.
Belajar yang disertai insight (insight full learning) biasanya

mempunyai empat ciri.


1)

Transisi dari pemecahan permulaan sampai pemecahan terjadi


dengan tiba-tiba.

2) Pemecahan yang dilakukan dengan insight biasanya lancar dan


bebas dari kesalahan.
3) Pemecahan masalah yang disertai insight, dipegang teguh untuk
pertimbangan lamanya waktu.

15

4) Satu prinsip adanya insight adalah mudahnya aplikasi terhadap


problem yang lain.
b. Teori belajar dari Kurt Lewin
Menurut teori ini adanya asosiasi tidak memberikan motor
penggerak bagi aktivitas mental. Menurutnya, akan selalu ada
tegangan yang perlu pada tiap aktivitas. Belajar merupakan
perubahan dalam struktur kognitif, struktur kognitif ini berasal dari
dua macam kekuatan, satu dari struktur dari medan kognisi dan
lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Motivasi
mempunyai pengaruh yang urgen dalam belajar dari hadiah dan
hukuman.
Kurt Lewin menggambarkan hadiah atau hukuman sebagai
situasi yang mengandung konflik. Apabila seorang ynag sedang
belajr maka ia akan bertambah pengetahuannya sehingga ruang
hidupnya akan menjadi lebih berdiferensiasi.
Perubahan struktur kognitif dapat

terjadi

karena

pengulangan situasi, hal terpenting bukan ulangan itu terjadi,


melainkan struktur kognitif yang berubah.15
c. Teori Operant Conditioning
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant
telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap
15

Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010,


hlm., 173

16

lingkungan yang dekat.16 Respons dalam operant conditioning


terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana
teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman
mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung
Macam-macam Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori psikologi
daya dan teori mental state.
2. Teori Pembiasaan Klasik
Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan
pada tiga proses, yaitu:
a. Penyamarataan (generalization).
b. Perbedaan (discimination).
c. Pemadaman (extinction).
3. Teori Belajar Koneksionisme
Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan
panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak
(impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih
lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh

16

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm., 106

17

karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond


psychology.
4. Teori Gestalt
Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran
tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan
lingkungannya.
b. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis,
adanya ganguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong
terjadinya tingkah laku.
c. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi
problematis.
d. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi
tersebut menemukan dirinya.
e. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya
bermakna dalam keseluruhan itu.
5. Teori Belajar Kognitif
Teori ini berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri
seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada
peristiwa innternal. Peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata
masalah respon terhadap rangsangan, akantetapi adanya pengukuran dan
pengarahan diri yang dikontrol oleh otak.
6. Teori Operant Conditioning
Hukum-hukum belajar Operant Conditioning, diantaranya :
1) Law of operant conditining.
2) Law of operant extinction.
B. Saran
Kami menyadri bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan
kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan
penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi
diri.

18

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat. Tentunya masih


banyak kekurangan dalam makalah kami, hal ini tak lepas dari kodrat kami
sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun kami nantikan dari semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media,
2010.
Mahmud, PsikologiPendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon

19

Anda mungkin juga menyukai