BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Jika didapat data IR dan NMR yang cukup lengkap, maka MS ini dapat
digunakan untuk konfirmasi dengan memperhatikan bobot molekul dan
kemungkinan rumus strukturnya.
Catatan: Isotop isotop merupakan atom atom yang berasal dari unsur
yang sama. Mereka memiliki jumlah proton yang sama, namun memiliki
massa yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan jumlah netron.
Dalam penjelasan ini, kami memakai dasar asumsi bahwa semua ion yang
terdata memiliki muatan 1+. Dengan demikian, massa/rasio muatan (m/z)
akan secara langsung memberikan massa isotop. Skala atom 12C adalah
skala yang memiliki basis bahwa massa dari atom 12C adalah 12 Jumlah
Isotop Perbandingan besaran puncak-puncak dalam grafik di atas akan
dapat secara langsung menunjukkan jumlah relatif isotop isotop. Puncak
tertinggi seringkali diberi nilai 100 namun anda dapat menggunakan
bentuk ukuran (skala) lainnya. Kita dapat menemukan jumlah relatif dari
isotop-isotop dengan mengukur panjangnya garis dalam diagram. Dalam
kasus ini, kedua isotop dengan jumlah relatifnya adalah: boron-10 23
boron-11 100
akan melewati mesin dan menghasilkan garis 35 dan 37, bergantung pada
isotop yang ada dan anda akan mendapatkan grafik seperti di atas.
Masalahnya, anda juga akan mendapatkan garis-garis yang disebabkan
oleh terdeteksinya molekul-molekul ion klorin Cl2+ yang tidak mengalami
proses fragmentasi. Kita coba untuk menghitung kemungkinan kombinasi
dari atom klorin-35 dan klorin-37 pada sebuah ion Cl2+. Kombinasi antara
klorin-35 dan klorin-37 dalam ion Cl2+ dapat berupa: kedua atom adalah
35Cl, kedua atom adalah 37Cl, atau satu dari setiap jenis. Sehingga total
massa dari ion Cl2+: 35 + 35 = 70 35 + 37 = 72 37 + 37 = 74 Akibatnya,
anda dapat melihat adanya garis-garis di sekitar m/z = 70 seperti di
bawah ini: Garis-garis ini akan melengkapi garis-garis di m/z = 35 dan 37.
Tinggi relatif dari ketiga garis m/z = 70, 72, dan 74 ini memiliki rasio 9:6:1.
Namun demikian, Anda tidak dapat melakukan perbandingan antara tinggi
relatif garis-garis yang terdapat pada 35/37 dan garis-garis yang terdapat
pada 70/72/74. Hal tersebut akan bergantung pada proporsi dari ion
molekul Cl2+ yang mengalami proses fragmentasi. Anda perlu mengetahui
bahwa skala sumbu vertikal dari kedua grafik tidaklah sama. Secara
keseluruhan spektrum massa akan terlihat seperti ini : 2.4. Cara Kerja
Spektrometer massa Prinsip dasar Apabila ada sebuah benda sedang
bergerak lurus dan diberikan gaya luar ke arah samping maka benda itu
tidak akan bergerak lurus, melainkan ia akan bergerak membelok ke arah
samping karena adanya gaya luar tersebut. Misalkan anda sedang
menghadapi sebuah bola meriam yang sedang melewati anda dan anda
mau membelokkannya pada saat tepat lewat di depan anda. Dan alat yang
anda punya hanyalah sebuah selang penyemprot air yang dihubungkan
dengan sebuah pompa jet. Sejujurnya, apa yang anda lakukan .itu tidak
akan berpengaruh banyak. Karena bola meriam itu sangat berat dan ia
tidak akan membelok dari jalur lurusnya. Tapi coba kita pikir lagi, anda
mencoba membelokan sebuah bola tenis yang sedang bergerak dengan
kecepatan yang sama dengan bola meriam tersebut dengan menggunakan
selang penyemprot air yang sama. Karena bola tenis ini sangat ringan,
maka ia akan membelok dengan amat sangat. Berapa besar
penyimpangan yang akan terjadi karena gaya luar itu, tergantung pada
massa benda tersebut (dalam hal ini bola). Apabila kecepatan bola dan
besarnya gaya luar itu diketahuiAanda bisa menghitung massa bola
tersebut jika sudah diketahui bagaimana pola pembelokan yang terjadi
pada bola tersebut. Semakin kecil pembelokan yang terjadi, berarti
semakin berat massa bola tersebut.(Perhitungan yang sebenarnya
tidaklah terlalu sulit) Prinsip diatas tersebut dapat juga diterapkan pada
benda atau partikel seukuran atom. Garis besar tentang apa yang terjadi
dalam alat spektrometer massa Atom dapat dibelokkan dalam sebuah
medan magnet (dengan anggapan atom tersebut diubah menjadi ion
terlebih dahulu). Karena partikel-partikel bermuatan listrik dibelokkan
dalam medan magnet dan partikel-partikel yang tidak bermuatan (netral)
Dalam soal untuk tingkat ini (tingkat A di Inggris atau yang sederajat),
puncak M+1 sering dihilangkan untuk menghindari kebingungan
terutama jika anda diminta untuk menentukan massa rumus relatif suatu
senyawa dari puncak ion molekuler. Isotop karbon-13 Puncak M+1
disebabkan oleh adanya isotop 13C dalam molekul. 13C adalah isotop
karbon yang stabil jangan keliru dengan isotop 14C yang merupakan
radioaktif. Karbon-13 menyusun 1,11% dari seluruh atom karbon. Jika
anda mempunyai senyawa sederhana seperti metana, CH4, kira-kira 1
dalam tiap 100 molekul ini akan mengandung karbon-13 di samping
karbon-12 yang sudah umum. Artinya dalam tiap 100 molekul metana
terdapat 1 molekul yang mempunyai massa 17 (13+4) bukan 16 (12+4).
Spektrum massa akan mempunyai garis yang menunjukkan ion molekuler
[13CH4]+ dan [12CH4]+. Garis pada m/z = 17 akan lebih kecil daripada
garis pada m/z = 16 karena isotop karbon-13 lebih jarang diperoleh.
Secara statistik anda akan memperoleh perbandingan 1 ion yang lebih
berat untuk tiap 99 ion yang lebih ringan. Itulah mengapa puncak M+1
lebih kecil daripada puncak M+. Menggunakan puncak M+1 Apakah yang
terjadi jika terdapat lebih dari 1 atom karbon dalam suatu senyawa?
Bayangkan suatu senyawa mengandung 2 atom karbon. Pada keduanya,
kira-kira 1 dalam 100 kesempatan terdapat 13C. Karena itu 2 dalam 100
kesempatan dari molekul secara keseluruhan mengandung satu atom 13C
bukan atom 12C atom sisanya, 98 dalam 100 peluang dari kedua atom
adalah 12C. Itu artinya bahwa perbandingan tinggi puncak M+1 terhadap
puncak M+ kira-kira 2 : 98. Ini cukup jelas, puncak M+1 kira-kira 2 % dari
tinggi puncak M+. Menggunakan tinggi puncak relatif untuk memprediksi
banyaknya atom karbon Jika ada sejumlah kecil atom karbon Jika anda
menghitung tinggi puncak M+1 sebagai persentase tinggi puncak dari
puncak M+, itu dapat memberikan anda banyaknya atom karbon dalam
suatu senyawa. Kita telah melihat bahwa suatu senyawa dengan 2 karbon
akan mempunyai puncak M+1 kira-kira 2 % dari tinggi puncak M+. Dengan
cara yang sama, anda dapat menunjukkan bahwa suatu senyawa dengan 3
karbon akan mempunyai puncak M+1 kira-kira 3 % dari tinggi puncak M+.
Dengan jumlah atom karbon yang lebih besar Perkiraan yang kita buat
tidak akan dapat dipakai untuk lebih dari 2 atau 3 karbon. Bagian atom
karbon yang berupa 13C bukanlah 1 % tapi 1,11 %. Dan perkiraan bahwa
rasio 2 : 98 adalah sekitar 2% tidak berlaku ketika jumlah yang kecil ini
meningkat. Perhatikan sebuah molekul dengan 5 karbon di dalamnya.
Anda akan mendapatkan bahwa 5,55 (51,11) molekul mengandung 1 13C
untuk tiap 94,45 (100 5,55) yang hanya mengandung atom 12C. Jika
anda mengubah tinggi puncak M+1 sebagai persentase dari puncak M+,
anda mendapatkan jawaban 5,9 % (5,55/94,45 x 100). Itu cukup mendekati
6 % yang memungkinkan munculnya kesalahan, anda akan beranggapan
ada 6 atom karbon. Jika lebih dari 3 atom karbon, anda jangan yakin
dengan perkiraan bahwa tinggi puncak M+1 sebagai persentase dari
stabil. Ini terlihat sangat jelas dalam spektra massa keton seperti pentan3-on. Puncak dasar, pada m/z=57, disebabkan oleh ion [CH3CH2CO]+. Kita
telah membicarakannya pada fragmentasi yang menghasilkan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Spektroskopi Massa
SPEKTROSKOPI MASSA
Disusun oleh:
MURNY
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
ridho-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sebagai tugas mata kuliah
Elusidasi Struktur yang berjudul Spektroskopi Massa.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Elusidasi
Struktur dan juga untuk melatih keterampilan penulis dalam menulis dan menyusun
makalah.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam
penulisan maupun kedalaman materi yang kami bahas di dalam isi makalah ini
dikarenakan keterbatasan waktu dan juga pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
pembelajaran Elusidasi Struktur khususnya pada pokok bahasan mengenai
Spektroskopi Massa.
Maka dari itu, kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan dari makalah ini. Terima kasih.
Hormat Kami,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
Peralatan
Pengaruh Kelimpahan Isotop pada Corak Spektrum
Faktor-Faktor Yang Menentukan Cara Fragmentasi
Daerah-daerah yang menghasilkan ion metastabil.
Mengenal Puncak Ion Molekul
Penentuan Rumus Molekul
Penggunaan Rumus Molekul
Senyawa Aromatik
Senyawa Alifatik
Pemutusan Ikatan Tunggal Primer
Reaksi Penyusunan Ulang
Aturan Stephenson
Ionisasi Secara Kimia
Interpretasi Spektrum
BAB III PENUTUPAN
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
Penggunaan spektrometer massa dimulai tahun 1960. Alat ini sangat sensitif dan
hanya memerlukan sampel dalam ukuran mikro gram, berbeda dengan alat 1H-NMR
atau 13C-NMR yang memerlukan beberapa miligram. Penggunaan spektrometer
massa berkembang dengan pesat karena pertama banyak senyawa organik dapat
diionisasi pada keadaan uap dan dicatat berat molekulnya dengan mengukur
perbandingan massa terhadap muatan (m/e). Kedua ion molekul (m/e) dapat
diputus putus lagi atau difragmentasi dalam fragmentasi lebih kecil yang didapat
berguna untuk penentuan struktur molekul.
Kebanyakan metoda spektroskopi yang telah dibahas timbul dari penyerapan energi
oleh molekul organik, tetapi spektroskopi massa memiliki prinsip yang berbeda.
Dalam sebuah spektrometer, suatu sampel dalam keadaan gas dengan electron
berenergi cukup untuk mengalahkan potensial ionisasi pertama senyawa tersebut
(potensial ionisasi kebanyakan senyawa organik antara 185-300 kkal/mol). Tabrakan
antara sebuah molekul organik dan salah satu elektron berenergi tinggi
menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul itu dan terbentuknya suatu
ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh penembakan elektron berenergi tinggi
tersebut tidak stabil dan pecah menjadi fragmen kecil, baik berbentuk radikal bebas
maupun ion-ion lain. Dalam sebuah spektrometer massa yang khas, fragmen yang
bermuatan positif ini akan dideteksi.
Spektrum massa adalah alur kelimpahan (abundance) jumlah relative
fragmen bermuatan positif berlainan versus massa per muatan (m/z atau m/e) dari
fragmen-fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang dideteksi
dalam suatu spektrometer massa adalah +1; maka nilai m/z sama dengan massa
molekulnya (M). Bagaimana suatu molekul atau ion pecah menjadi fragmenfragmennya bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada.
Oleh karena itu, struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai
struktur molekul induknya. Juga, mungkin seringkali untuk menentukan bobot
molekul suatu senyawa dari spektrum massanya. Pada makalah ini, akan dibahas
mengenai spektroskopi massa secara terperinci.
BAB II ISI
2.1
Peralatan
1.
Arus uap dari pembocor molekul masuk ke dalam kamr pengion (Tekanan mm
Hg).ditembak pada kedudukan tegak lurus oleh seberkas elektron yang dipancarkan
dari filamen panas.Satu dari proses yang disebabkanoleh tabrakan tersebut adalah
ionisasi dari molekul yang berupa uap dengan kehilangan satu elektron dan
terbentuk ion molekul bermuatan positif(a). Karena molekul senyawa organik
mempunyai elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron
menghasilkan ion radikal yang mengandung satu elektron tidak berpasangan.
Proses lain ,molekul yang berupa uap tersebut menangkap sebuah elektron
membentuk ion radikal bermuatan negatif (b) dengan kemungkinan terjadi jauh
lebih kecil (kurang dari 10-2) daripada ion radikal bermuatan positif.Oleh karena
itu,yang umum dibicarakan adalah spektrometri massa ion positif.
Energi berkas elektron yang diperlukan untuk melepaskan satu elektron dari suatu
molekul senyawa organik adalah antara 15(1 eV = 23 kkal /mol).Oleh karena
itu,jika energi berkas elektron lebih kecil dari 10 eV maka tidak akan terbentuk ion.
Tetapi jika energi berkas elektron itu lebih besar dari 10 eV ,misalnya 70 eV,
kelebihan energi ini dapat memutuskan satu ikatan atau lebih pada ion molekul dan
terbentuk ion fragmen.
Berbagai ion positif yang dihasilkan oleh tabrakan elektron akan ditolak oleh pelat
penolak dan kemudian dipercepat melalui celah beberapa pelat yang mempunyai
pontensial percepatan tinggi (8 kV) .Energi kinetik E massa ion m bergerak dengan
kecepatan v diberikan berdasarkan persamaan E= mv. Energi potensial suatu
ion dengan ,muatan e ditolak oleh medan elektrostatik yang bertegangan V adalah
sebesar eV.ion-ion tersebut dengan kecepatan tinggi masuk ke dalam analisator
dan dipisahkan sesuai dengan harga m/e mereka .
3.
Jika pada spektrometer diharapkan pemisahan dari semua ion yang berbeda palin
sedikit satu massa unit, misalnya pemisahan m/e 110 dari 111,dimana harga ini
dari ion fragmen yang bermuatan tunggal maka cukup dilakukan pemisahan pada
medan magnit yang kuat. Ion dengan massa besar lebih sukar dibelokkan dari pada
ion bermassa lebih kecil,sesuai dengan persamaan.
(1)
B= adalah kekuatan medan magnit,r adalah jarijari lintasan dan
V = adalah potensial percepatan
Jari-jari lintasan ion pada medan magnit terlihat seperti pada gambar 2 .Dari
persamaan 1, dengan mengubah-ubah harga
medan magnit sedangkan harga r dan V tetap akan diperoleh semua ion dengan
berbagai harga m/e.Cara lain dengan mengubah-ubah harga V sedangkan harga r
dan H tetap.Cara mana yang digunakan yang penting semua ion dengan semua
harga m/e dapat melalui celah kolektor D dan tercatat pada spektrum massa .
Kerapkali kita mengharpkan dapat membedakan ion-ion yang mempunyai massa
integral nominal massa,tetapi mempunyai massasesungguhnya yang berbeda. Hal
ini disebabkan penyusn isotop dari unsur ( yang menyususn ) tidak merupakan
massa integral yang bulat .Berdasarkan berat atom C adalah 12,000000 massa
sesungguhnya dari beberapa isotop dan spesies molekul sederhana diberikan
dalam tabel 1 . terlihat walaupun CO,HCN,CH, CN = CH, dan N, mempunyai
massa integral sama yaitu 28 tetapi mempnyai massa sesungguhnya yang berbeda
Dengan menggunakan sepektrometer massa yang mempunyai resolusi tinggi ada
kemungkinan untuk memisahkan ion positif dari CO,HCN,CH, CN = CH dan N.
Kolektor ini terdiri dari satu celah atau lebih dan silinder Faraday ,Berkas ion
membentur tegak lurus pada pelat kolektor dan isyarat yang timbul diperkuat
dengan pelipat ganda elektron.
5.
Pencatat
Spektrum massa biasanya dibuat dari massa rendah ke massa tinggi. Pencatat yang
banyak digunakan mempunyai 3-6 galvanometer yang mencatat secarabersamasama pada kertas fotografi. Galvanometer menyimpang jika ada ion menabrak
lempeng kolektor ,berkas sinar ultraviole dapat menimbulkan berbagai puncak pada
kertas pencatat yang peka terhadap sinar ultraviolet .Pada gambar 4a
terlihatsebagian spektrum massa (diatas m/e 62) dari toluena dengan lima
galvanometer.
Cara penyajian yang lebih jelas dari puncak-puncak utama dapat diperoleh dengan
membuat harga m/e terhadap kelimpahan relatif dan ion dengan kelmpahan
terbesar sebagai puncak dasar pada spektrum sebagai 100 persen (gambar 4b)
sedangkan puncak-puncak lain mempunyai harga relatif terhadap puncak dasar.
Cara penyajian lain, data yang sama dalam bentuk tabel (tabel 2).
2.2
,kemungkinan untuk mendapatkan semua atom C pada satu ion adalah sangat
rendah dan karenanya puncak M+2 menunjukkan kelimpahan yang sangat rendah .
Walaupun yod dan fluorberisotop tunggal ,tetapi klor sendiri dari Cl dan Cl dengan
perbandingan kurang lebih 3:1 sedangkan brom terdiri dari Br dan Br dengan
perbandingan kurang lebih 1:1 . Jika ada dua ato Cl akan terjadi puncak M, M+2
dan M+4 dengan perbandingan kurang lebih 9:6:1,
35
35
35
37
35
M+2
35
M+2
35
M+2
37
M+2
M+2
M+2
M+4
Jadi terdiri dari 9M, 6(M+2),1 (M+4),Jika ada dua atom Br terjadi puncak
M,M+2,M+4 dengan perbandingan 1:2:1
Cara lain dalam menghitung perbandingan intensitas puncak ialah dengan rumus
umum untk senyawa yang mengandung m atom Cl dan n atom Br ,terjadi puncakpuncak dengan selisih dua massa unit dengan perbandingan kelimpahan Coef :
(a+b) (c+d)
(2)
M+2
M+4
M+6
M+8
Ion molekul atau ion fragmen yang mengandung berbagai jumlah atom Cl dan atom
Br menunjukkan corak seperti gambar 5.
2.3
Daerah bebas medan pertama, pada alat berfokus ganda, terletak antara
sumber ion dan analisator elektrostatik. Daerah ini tidak terdapat pada alat
berfokus tunggal. Jika ion metastabil dihasilkan didaerah ini, ion tersebut akan
(4)
kadang-kadang harga m/e ion metastabil terhitung lebih rendah 0,1 0,4 satuan
massa daripada harga m/e pengamanan. Adanya ion metastabil menunjang dugaan
adanya hubungan antara m1 dan m2. Tetapi tidak semua fragmentasi menghasilkan
ion metastabil, karena itu tidak adanya puncak ion metastabil bukan suatu bukti
untuk menolak hubungan fragmentasi.
Jika dari suatu ion dapat terjadi dua reaksi, biasanya terjadi persaingan. Kurva
A adalah reaksi A yang mempunyai energy aktivasi lebih rendah daripada aktivitas
reaksi B (kurva B) dan reaksi A mempunyai factor frekuensi lebih besar daripada
reaksi B maka yang selalu terjadi adalah reaksi A. Jika factor frekuensi reaksi A lebih
besar daripada reaksi C dan energy aktivasi reaksi A lebih besar daripada reaksi C
(kurva C) maka terjadi persaingan. Ion yang mempunyai energy lebih rendah dari
Exmengalami reaksi C saja, sedangkan jika energinya lebih besar dari E x akan
mengalami reaksi A saja. Arti fisik dari factor frekuensi rendah (misalnya pada
panjang senjang 108 1012 per detik) adalah bahwa gerakan molekul yang biasanya
terjadi pada ion reaktan harus didepak ke luar pada tingkat transisi. Hal ini serupa
dengan entropi negative dari aktivasi pada system dengan distribusi MaxwellBaltmann. Kecepatan maksimum berkurang sebanding dengan kebolehjadian
mendapatkan geometri yang benar supaya reaksi terjadi.
Biasanya reaksi penyusunan ulang mempunyai factor frekuensi rendah,
sedangkan reaksi pemutusan ikatan tunggal mempunyai factor frekuensi yang
tinggi. Sebagai contohnya, metal o-toluat (I) terjadi persaingan kehilangan
methanol dan radikal metoksi dan ion molekulnya metal p-toluat tidak akan terjadi
karena tidak ada reaksi penyusunan ulang. Pada metal o-toluat, atom hydrogen dari
gugus o-metil masuk dalam penyusunan ulang.
Pada spectra 20 eV, M+ -31 dan M+ -32 mempunyai kelimpahan yang sama,
tetapi pada spectra yang didapatkan pada 15 eV M + -32 lebih besar daripada M+ -31
(Gambar 7).
Ion yang dibentuk oleh fragmentasi primer mempunyai energy cukup untuk
melakukan fragmentasi lebih lanjut dan prinsip umum yang sama digunakan untuk
senua reaksi yang terjadi pada spektrometri massa. Spectrum massa merupakan
hasil dari reaksi kinetik terkontrol dan kelimpahan relative suatu ion dapat berbeda
10 persen jika spectrum yang didapat dari alat lain. Perubahan suhu yang besar
pada kamar pengion dapat menyebabkan perubahan yang besar pada kelimpahan
relative suatu ion.
Butir-butir dibawah ini merupakan penjelasan gambar 6.
1.
Intensitas tinggi dari puncak ion molekul akan terjadi bila peruraian termudah
dari ion molekul tersebut merupakan suatu proses energy tinggi (E 0 = 3 5 eV).
Sebaliknya adanya ikatan lemah pada ion molekul akan menghasilkan kelimpahan
ion molekul yang rendah atau sama sekali tidak ada. Tabel 3 membantu sebagai
petunjuk untuk spectra 70 eV dari berbagai senyawa umum. Kuat berarti ion
molekul sebagai puncak tertinggi (puncak dasar) atau lebih dari 30 persen dari ion
total; lemah berarti ion molekul hanya beberapa persen dari kelimpahan puncak
dasar dan medium berarti diantaranya.
2.
Jika terjadi dua reaksi atau lebih yang bersaing dari ion-ion pendahulu, hanya
proses dengan energy aktivasi yang terendah akan menghasilkan puncak
metastabil.
3.
Ketika dua cara peruraian atau lebih yang dapat terjadi pada ion molekul
tertentu, maka proses dengan energy terendah akan muncul dalam spectrum dan
ini mungkin merupakan satu-satunya proses primer yang muncul jika reaksi ini
mempunyai factor frekuensi yang tinggi.
2.5
1.
Ion molekul tidak terlihat atau lemah. Dalam keadaan ini dapat ditolong
dengan membuat spectrum dengan kepekaan tinggi tetapi akan menurunkan
resolusi atau dengan menggunakan cuplikan yang lebih besar. Jika ion molekul
masih tidak tampak maka diperlukan sumber informasi lain. Model senyawa dapat
diketahui dan massa induk dapat diduga dari corak pemutusannya. Sebagai contoh,
alcohol biasanya memberikan ion molekul yang sangat lemah, tetapi kerap kali
menunjukkan puncak pengganti sebagai hasil dari kehilangan air (M 18)
2.
Ion molekul ada tetapi merupakan satu dari beberapa puncak lainnya. Pada
keadaan ini pertanyaan pertama adalah tentang kemurnian. Jika senyawa itu
dianggap telah murni, masalah selanjutnya adalah mengenal puncak ion molekul
dari puncak M 1. Satu pengujian yang baik adalah mengurangi energy berkas
electron mendekati potensial terlihat. Hal ini akan mengurangi intensitas semua
puncak tetapi akan menaikkan intensitas ion molekul dibandingkan dengan puncak
lain, termasuk puncak ion fragmen dari pengotor. Pengujian lain yang biasa
digunakan adalah menaikkan jumlah cuplikan, atau menaikkan waktu cuplikan
dalam kamar pengion dengan menurunkan tegangan pendorong ion.
Jika puncak ion molekul terlihat pada spectrum maka letaknya pada sebelah
paling kanan. Banyak puncak yand dapat ditolak sebagai puncak ion molekul
berdasarkan syarat struktur yang layak. Kehilangan 14 satuan massa dari ion
molekul terduga harus dicurigai adanya senyawa homolog yang berbeda CH 2satuan.
Kehilangan metilen langsung dari ion molekul hampir tidak pernah terjadi karena
metilen merupakan spesies netral berenergi tinggi. Pada senyawa yang hanya
mengandung C, H, O dan N kehilangan 5-15 unit tidak mungkin terjadi karena
kehilangan sejumlah atom hydrogen atau molekul diperlukan energy sangat tinggi.
Kehilangan 3 - 5 atom hydrogen sangat sering terlihat dan ini biasanya disebabkan
oleh terjadinya dehidrogenasi senyawa tersebut pada system pemasukan cuplikan
dan menimbulkan corak seperti pada gambar 8a. Corak yang ditunjukkan pada
gambar 8b mengarahkan seseorang untuk berpikir, misalnya A dan B adalah
masing-masing ion M CH3 dan M H2O, sebab kehilangan yang spesifik 3 atom
hydrogen tidak didapatkan.
atom nitrogen maka jumlah atom nitrogennya genap. Senyawa yang hanya
mengandung C, H, N, O mempunyai berat molekul ganjil jika jumlah atom
nitrogennya ganjil. Ketika senyawa C, H, O kehilangan radikal (CH 3, OCH3 dan
sebagainya) maka akan menghasilkan ion fragmen yang mempunyai massa ganjil
tetapi jika yang dilepaskan adalah molekul netral (H 2O, HCN, olefin dan sebagainya)
maka ion fragmen yang dihasilkan mempunyai massa genap.
Aturan electron genap mengatakan bahwa ion berelektron ganjil dapat terurai
dengan kehilangan radikal atau molekul berelektron genap. Sedangkan suatu ion
berelektron genap hampir selalu terurai dengan kehilangan molekul berelektron
genap. Artinya ion berelektron genap tidak mungkin kehilangan radikal. Ion
berelektron ganjil adalah ion yang mengandung satu electron tidak berpasangan,
misalnya ion molekul M.+ dan ion fragmen A.+ yang terbentuk dari M.+ dengan
kehilangan molekul berelektron genap. Aturan ini dapat disingkat sebagai berikut :
M.+
B+ + radikal
Atau
M.+
Atau
A.+
C+ + radikal
Atau
A.+
Dan
E+
Dan tidak E+
Perkecualian dari aturan ini (reaksi yang terakhir) terjadi pada peruraian yang
menghasilkan puncak metastabil. Perkacualian dari aturan ini didapatkan misalnya
pada beberapa senyawa diyodida yang berurutan kehilangan radikal yod dari ion
molekulnya. Sumber fisik dari aturan ini agaknya berhubungan dengan stabilitas
yang besar pada ion berelektron genap (H 2O, CH2 = CH2, HCN, CH3COOH dan
sebagainya) adalah suatu hal yang mungkin untuk menjaga karakternya
berelektron genap. Sebaliknya, ion berelektron ganjil mempunyai pilihan antara
pelepasan partikel netral yang kurang stabil dan pembentukan ion yang lebih stabil
(berelektron genap), atau pelepasan molekul stabil berelektron genap dan radikal
ion.
2.6
% intensitas
150(M)
100
151 (M+1)
10,2
152 (M+2)
0,8
150 adalah puncak ion molekul yang merupakan berat molekulnya. Puncak M+2
menunjukkan tidak ada atom halogen atau belerang. Pada lampiran C dibawah
massa 150, dicari yang perhitungan isotop M+1 antara 9,0-11,0. Kemungkinan
rumus molekul senyawa tersebut adalah:
Rumus Molekul
M+1
M+2
C7H10N4
9,25
0,38
C8H8NO2
9,23
0,78
C8H10N2O
9,61
0,61
C8H12N3
9,98
0,45
C9H10O2
9,96
0,84
C9H12NO
10,34
0,68
C9H14N2
10,71
0,52
2.7
(6)
Senyawa Aromatik
Sebagian proses fragmentasi yang terjadi dengan pelepasan radikal atau ion
radikal. Proses ini kebanyakan dinyatakan sebagai proses homofilik. Untuk
mencegah kebingungan, maka proses homofilik dinyatakan dengan tanda mata
pancing , yang berarti pergeseran satu electron. Sedang anak panah digunakan
untuk menyatakan proses heterolitik, yang berarti pergeseran dua electron.
Ion molekul C6H5X.+ terurai oleh tabrakan electron dengan melepaskan
fragmen netral seperti pada tabel 4. Ion molekul asetofenon hanya memerlukan
energy 0,4 eV untuk melepaskan radikal metal dan reaksi yang terdapat dalam
tabel 4 ini memerlukan energy semakin besar dari kiri atas ke kanan bawah.
Misalnya, reaksi kehilangan HF dan C2H2 dari C6H5F.+, dan HCN dari C6H5CN.
+
memerlukan beberapa eV.
Spektrum massa metilbenzoat Gambar 9 merupakan contoh yang jelas
dari benzene monosubtitusi, kelimpahan ion molekul dan ion fragmen jelas terlihat.
Kelompok karakteristik dari ion hasil pemutusan dan perpindahan hidrogen dalam
monoalkilbenzena terlihat pada m/e 77 C6H5+ 78 C6H6+, dan 79 C6H9+.
Pada spektrum massa benzena tersubstitusi dua, terjadi persaingan dua reaksi
fragmentasi dan pada umumnya terlihat hanya satu reaksi fragmentasi dari gugus
yang mempunyai energi fragmentasi rendah (Tabel 4). Seperti pada p-sianotertierbutil-benzen hanya kehilangan radikal metil sebagai reaksi primer dan tidak
terjadi kehilangan HCN dari ion molekul.
Seperti dapat diduga dari tabel 4 ion molekul p-bromanilina(III) hanya melepaskan
radikal brom (gambar 10 b).
Penggunaan tabel 4 tidak berlaku jika gugus substituen terletak sangat berdekatan
satu sama lainnya di dalam tabel itu. Misalnya, pada ion molekul p-kloranilima (IV)
akan terjadi persaingan kehilangan Cl dan HCN (Gambar 10c) daripada hanya
kehilangan HCN saja.
Spektrum pada gambar 10 a, b, c merupakan spektrum massa sebagian dan
didapatkan pada energi berkas elektron yang rendah (12-20 eV) dengan demikian
fragmentasi sekunder diperkecil dan fragmentasi bertingkat dihindari. Pada
umumnya, informasi yang besar gunanya terletak pada massa yang tinggi yang
dihasilkan oleh fragmentasi primer dan fragmentasi sekunder. Fragmentasi
sekunder dari senyawa m/e 144 akan kehilangan etilena (gambar 10a) merupakan
suatu kejutan, karena m/e 144 kemungkinan terbesar adalah senyawa III pada
permulaan pembentukannya. Tetapi hal itu mungkin terjadi karena energi aktivasi
Efek Resonansi
Interaksi elektronik antara dua substituen dapat sedikit mengubah energi aktivasi
untuk reaksi relatif terhadap ArX. Di mana X dapat berupa N(CH 3)2, NHCH3, OCH3,
SCH3, OH dan sebagainya, yang dapat memberikan elektron pada pusat reaksi Y-Z
sehingga memperkuat kehilangan radikal Z.
Efek ini hanya berlaku jika dua substituen itu terdapat pada kedudukan orto atau
para, jika pada meta pasti tidak ada efek resonansi, m-dimetoksibenzena (IX)
(Gambar 11) memberikan puncak fragmen utama pada m/e 108 (M +.-CH2O) dan m/e
109 (M+.-CHO). Kehilangan formaldehida pada tingkat pertama merupakan suatu
proses dengan energi aktivasi rendah, seperti halnya metoksibenzena itu sendiri.
Proses dengan energi aktivasi rendah dari 0-dimetoksibenzena (VII) (Gambar 12)
adalah dengan kehilangan radikal metil dengan pembentukan konjugasi ion VIII.
Jika gugus X (-M) adalah NO2, COR, COOR dan sebagainya yang bersifat menarik
elektron dari pusat reaksi, maka kehilangan radikal Z dihambat. Jika interaksi
semacam ini tidak diketahui maka akan diduga p-metoksitoluena (XI) mengalami
kehilangan CH2O dan CH3 (tabel 4), dan p-nitrotoluena (X) mengalami kehilangan
atom hidrogen (tabel 4), tetapi karena kedua substituen tersebut sangat berdekatan
letaknya dalam tabel 4, maka efek resonansi perlu dipertimbangkan. Dapat diduga
bahwa energi aktivasi untuk kehilangan H dari p-nitrotoluena (X) muncul dan untuk
kehilangan H dari p-metoksitoluena (XI) akan rendah.
Pentingnya pertimbangan ini terdapat pada daerah yang bermassa tinggi dari
spektrum dari IX dan VIII (gambar 13 a, b). M-H adalah ion anak dengan kelimpahan
relatif tinggi dari peruraian primer dari IX, tetapi kehilangan H dari p-nitrotoluena
(VIII) relatif diabaikan terhadap kehilangan NO dan NO 2.
2.
Efek Orto
Jika dua substituen berkedudukan meta atau para tidak dapat berinteraksi melalui
ruang atau pelarut, tetapi jika pada kedudukan orto dapat berinteraksi. Dengan
demikian partikel netral dapat dilepaskan dengan energi aktivasi yang relatif
rendah. Misalnya, adanya gugus metil orto terhadap gugus nitro pada o-nitrotoluena
(XII) memperkenalkan sesuatu yang baru, suatu proses dengan energi rendah,
Senyawa Alifatik
Pemutusan Ikatan Tunggal Primer
Pada senyawa yang mengandung heteroatom dalam hal ini atom N, pemutusan
ikatan terjadi pada atom karbon di sebelah heteroatom.
Jika fragmentasi primer dapat menyebabkan persaingan antara kehilangan dua
radikal atau lebih dari dua radikal yang berbeda pada spektrum 70 eV, maka radikal
yang lebih besar biasanya lebih mudah putus. Jika keadaan semuanya sama, maka
pemutusan radikal hidrokarbon tertier lebih mudah daripada hidrokarbon sekunder
dan lebih mudah lagi daripada hidrokarbon primer.
Adalah sangat berguna untuk mengingat harga m/e yang dihubungkan dengan
anggota paling sederhana dari tipe ion yang dihasilkan oleh beberapa fragmentasi
yang terdapat dalam tabel 6. Jika gugus terikat pada tipe ion yang paling
sederhana merupakan gugus hidrokarbon jenuh, kemudian harga m/e (X + 14n),
dimana m/e X merupakan anggota pertama dari suatu seri (tabel 6). Hubungan ini
timbul sebab penambahan itu dari jumlah integral CH 2.
2.9.2
Kehilangan molekul netral langsung dari ion molekul amina sekunder dan tertier
alifatik, ketal, yodida dan eter biasanya tidak terjadi. Proses primer kehilangan
radikal (tabel 5) lebih umum terjadi. Jika suatu senyawa merupakan kelompok
senyawa dengan E0 rendah, maka pasti tidak terjadi penyusunan ulang. Reaksi
penyusunan ulang merupakan suatu alternatif yang baik jika reaksi pemutusan
ikatan tunggal memerlukan energi yang tinggi. Hampir semua senyawa karbonil
yang mengandung atom hidrogen dapat terjadi reaksi penyusunan ulang, atom
hidrogen berpindah ke atom oksigen karbonil. Biasanya, terbentuk enol
bermuatan dan olefin netral. Harga m/e dari ion yang terbentuk dari berbagai
senyawa karbonil terdapat dalam tabel 7.
Reaksi penyusunan ulang dapat dihubungkan dengan kehilangan molekul netral
stabil yang kecil dari ion molekul karena kehilangan radikal primer tidak mungkin
terjadi. Ini termasuk kehilangan air 918) dari senyawa alkohol, HF (20) dari senyawa
fluorida dan asam asetat (60) dari senyawa asetat.
Kehilangan radikal metoksi dari ester metil memberikan M-31 yang karakteristik,
tetapi gugus alkohol yag lebih besar pada ester (etil, propil, butil dan seterusnya) di
samping kehilangan alkoksi juga mengalami reaksi penyusunan ulang hidrogen
tunggal dan kehendak menghasilkan spesies asam karboksilat terionisasi dan asam
karboksilat terprotonasi.
Semakin besar gugus R2 semakin besar kemungkinan terjadinya penyusunan ulang
hidrogen ganda.
Perlu diingat bahwa isomer karbonium alifatis jenuh primer, sekunder dan tersier
biasanya terdapat saling pertukaran dangan kecepatan lebih tinggi dibandingkan
terhadap kecepatan peruraian unimolekul. Alur peruraian karakteristik (Tabel 8) dari
ion karbonium yang merupakan hasil fragmentasi penyusunan ulang hidrogen, yang
sesuai dengan aturan elektron genap.
Selanjutnya digambarkan spektra 70 eV dari beberapa hidrokarbon dan beberapa
senyawa yang mempunyai gugus fungsi tunggal.
a.
Hidrokarbon
Puncak ion molekul dari hidrokarbon jenuh tidak bercabang selalu ada, walaupun
pada senyawa berantai panjang intensitasnya rendah. Corak fragmentasi sangat
karakteristik dengan adanya seri ion hidrokarbon m/e 29, 43, 59 dan seterusnya
(Tabel 6) dan dengan adanya puncak-puncak berkelompok. Puncak tertinggi dari
setiap kelompok dihasilkan oleh fragmen CnH2n dan CnH2n-1. Kelimpahan terbesar
pada C3 dan C4 dan kemudian kelimpahan ion-ion menurun sedikit demi sedikit
sampai M-C2H5; Puncak M-CH3 sangat lemah atau tidak tampak. Senyawa yang
mengandung lebih dari 8 atom C menunjukkan spektrum yang serupa, kemudian
identifikasi tergantung pada puncak ion molekul.
Keton
Puncak ion molekul suatu keton biasanya cukup tinggi. puncak fragmentasi utama
merupakan hasil pemutusan ikatan C-C yang terikat pada atom oksigen dan
mnghasilkan ion C4H9C=O+ (m/e 85) dan C2H5C=O+ (m/e 57) (Tabel 6).
Puncak dasar biasanya merupakan hasil dari pelepasan gugus alkil terbesar.
Jika suatu dari rantai alkil terikat pada gugus C=O terdiri dari 3 atom C atau lebih,
akan terjadinya reaksi penyusun ulang.
c.
Eter
Puncak ion molekul sangat rendah, tetapi jika jumlah cuplikan lebih diperbesar
biasanya membuat puncak ion molekul atau puncak M+1 terlebih.
Adanya atom oksigen dapat diduga dari puncak-puncak pada m/e 31, 45, 59, 73,
dan seterusnya (Tabel 6). Puncak-puncak ini dihasilkan oleh RO +dan ROCH2+.
Fragmentasi terjadi dalam 2 cara utama:
i.
ii.
Seperti diduga, spektrum dari eter berantai panjang terlihat seperti corak spektrum
hidrogen.
d.
Amina
Puncak ion molekul dari monoamina aliatik merupakan bilangan ganjil, tetapi
biasanya sangat lemah, bahkan pada amina bercabang banyak atau berantai
panjang biasanya tidak tampak. Puncak dasar biasanya merupakan hasil dari
pemutusan C-C ( ) de samping atom hidrogen; untuk amina primer tidak
bercabang pemutusan pada atom C , ini m/e 30 (CH 2NH2+). Pemutusan ini
menghasilkan puncak dasar pada semia ammina primer, sekunder dan tersier yang
tidak bercabang pada atom C . Kehilangan cabang terbesar atom C lebih
disenangi.
2.10 Aturan Stephenson
Pengamatan yang dibuat pada spektra massa alkana digunakan untuk fragmentasi
pada umumnya.
AB]+ A+ + B+ atau
AB]+ A + B+
Reaksi di atas merupakan reaksi pemutusan ikatan tunggal primer dengan
membentuk radikal dan ion elektron genap. Muatan pada A jika PI (A) lebih kecil dari
PI (B).
Serupa untuk reaksi
CD]+ C+ + D+ atau
CD]+ C + D+
Reaksi di atas merupakan reaksi penyusun ulang dengan membentuk molekul
netral. Muatan pada C jika PI (C) lebih kecil dari PI (D).
Aturan ini menyatakan bagian mana yang bermuatan jika tipe tertentu fragmentasi
terjadi, dan merupakan suatu yang mudah jika ingat bahwa pada umumnya suatu
perluasan sistem konjugasi dari suatu sistem akan memperkecil potensial
ionisasinya. Misalnya pada sistem sikloheksinil (XIII) dan (XIV) yang melakukan
fragmentasi retro Diels-Alder pada tabrakan dengan elektron. Sistem dien terlihat
sebagai fragmen bermuatan pada spektrum dari (XIII), tetapi pada spektrum (XIV)
bagian ena yang bermuatan.
Terjadinya hal demikian itu karena adanya sistem konjugasi.
Terjadinya hal demikian itu karena dapat terjadi sistem penyusunan ulang.
Ionisasi secara kimia merupakan hasil dari reaksi molekul ion yang terjadi antara
gas cuplikan tekanan rendah (10+6 mmHg atau kurang) dan ion primer dari gas
pereaksi tekanan tinggi (0,3-3 mmHg). Kedua gas ini dimasukkan ke dalam kamar
pengion dan ditembaki dengan berkas elektrin sehingga terjadi ionisasi gas
pereaksi.Gas pereaksi terionisasi melakukan reaksi molekul ion terhadap dirinya
sendiri untuk membentuk tingkat persiapan yang dapat bereaksi dengan cuplikan.
Berbagai gas pereaksi teah ditemukan, tetapi sampai sekarang yang banyak
digunakan adalah metana dan isobutana. Juka digunakan metana sebagai gas
pereaksi, ion utama pada reaksi adalah CH 5+ dan C2H5+. Ion ini terbentuk dengan
reaksi tabrakan elektron dengan CH4 yang berlebih dalam kamar.
CH4 + e CH4+ + 2e
CH4 CH3+ + H
CH4+ + CH4 CH5+ + CH3
CH3+ + CH4 C2H5+ + H2
Jika ada senyawa yang bersifat penerima proton yang baik, ion
CH5+dan C2H5+ bertindak sebagai asam Bronsted dan memberikan proton kepada
molekul cuplikan.
HH5+ + BH BH2+ + CH4
C2H5+ + BH BH2+ + C2H4
Tipe reaksi ini terjadi untuk alkohol, aldehid, ester dan sebagainya.
Jika cuplikan bukan merupakan penerima proton yang baik, proses ionisasi secara
kimia akan terjadi sebagau pemisah ion hidrida atau sebagai suatu pemindahan
proton peruraian. Misalnya, pada dekana (BM 140) puncak ion utama terletak pada
m/e 149.
C2H5+ + C10H22 C10H21+ + C2H6
CH5+ + C10H22 C10H21+ + CH4 + H2
Adabya fragmentasi tambahan memberikan corak spektrum yang serupa untuk
hidrokarbon dengan spektrum secara tabrakan elektron tetapi kelimpahan ion
molekul semu relatif bertambah tinggi terhadap ion fragmen.
Metode ini sangat efektif jika digunakan bersama-sama dengan sisitem pengion
secara tabrakan elektron.
a.
Senyawa Pengotor
Latar belakang yang diperoleh sebelum cuplikan dimasukan, kerap kali terdapat
puncak kecil pada m/e 41, 43, 55, dan 57 yang merupakan latar belakang
hidrokarbon Cuplikan yang mengalami perlakuan, misalnya kromatografi lapis tipis
atau kromatografi kolom dapat mengandung puncak-puncak pengotor.
b.
Ion Molekul
Dilihat apakah puncak dengan massa tertinggi ialah io molekul (5). Dilihat apakah
puncak dibawah ion molekul terduga berhubungan dengan partikel netral (Lampiran
A). Menarik kesimpulan rumus molekul (6), dan penggunaan rumus molekul (7).
Menarik kesimpulan sifat ikatan yang ada pada ion molekul, misalnya kuat semua,
beberapa lemah dilihat dari kelimpahan ion molekul (Tabel 3). Perlu diketahui
apakan berat molekul merupakan bilangan genap atau ganjil (5) dan corak isotop
yang berkarakteristik.
c.
Corak Fragmentasi
Dilihat kemungkinan kehilangan massa dari ion molekul (Lampiran A) dan tabel
harga m/e yang umum (Lampiran B) untuk memberikan indikasi utama tentang
kemungkinan gugus yang ada dan informasi struktur molekul. Dilihat adanya
puncak metastabil. Periksa pada seri ion yang karakteristik (Tabel 6). Perlu dilihat
jika ion molekul mempunyai beberapa gugus tugas bahwa kesimpulan struktur
mengandung tidak hanya fragmentasi yang diduga (Tabel 4 dan 5) tetapi perlu
diduga adana persaingan fragmentasi dari gugus-gugus yang ada (Tabel 4).
Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus, Marham. 2009. Elusidasi Struktur Molekul Organik. Yogyakarta; Graha
http://murnyfkipuncen.blogspot.co.id/2013/12/spektroskopi-massa.html