PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toxoplasma adalah parasit protozoa bersel tunggal penyebab Toxoplasmosis.
Virus ini pertama kali ditemukan dalam hewan pengerat di Afrika Utara yang
disebut gondii oleh Charles Nicolle dan Lonis Manceaux di Laboartorium Institut
Pasteur di Tunisia pada tahun 1908. Siklus hidup selengkapnya baru ditemukan
pada tahun 1970 yakni ditemukannya siklus seksual pada kucing sebagai hospes
tetapnya, sedangkan pada hospes perantara adalah berbagai jenis burung dan
mamalia termasuk manusia. Toxoplasma gondii (sebutan di dunia medis) tersebar
luas di alam, baik pada manusia maupun hewan, dan merupakan salah satu
penyebab penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada manusia di seluruh
permukaan bumi. Angka prevalensi Toxoplasmosis di berbagai negara bervariasi,
tidak membedakan jenis kelamin pria dan wanita. Dalam dunia medis, Toxoplasma
sering disebut juga dengan virus kucing. Padahal sesungguhnya ini bukan virus
kucing, tetapi parasit darah. Kenapa sering disebut virus kucing : selain sebutan ini
sudah salah kaprah, memang parasit ini tumbuhnya di dalam tubuh binatang. Hal
mana menurut penelitian di dalam maupun di luar negeri, 70% penyebab penyakit
ini adalah kotoran kucing. Kemudian melalui hewan lain yang menempel dalam
makanan, lalu masuklah ke dalam tubuh manusia dan menyatu dalam darah.
Awalnya seseorang yang mengidap Toxoplasma ini tampak sehat tetapi kemudian
ketika sedang hamil mulai muncul sejumlah gejala. Gejala yang sering terjadi
adalah flek pada wanita yang sedang hamil. Flek ini bisa terjadi terus menerus
sepanjang kehamilan, janin di dalam rahim tidak berkembang, hamil anggur, atau
bayinya meninggal pada usia kandungan 7-8 bulan. Bahkan yang seringkali terjadi
adlah keguguran. Sebenarnya Toxoplasma bukanlah penyakit menular kepada
pasangan, tetapi ia menular pada keturunan. Bisa jadi anak pertama dan kedua
sehat, tetapi anak ketiga cacat atau mengalami Epilepsi dan autisme. Tetapi yang
sering terjadi sesungguhnya jika dilakukan tes di laboratorium, baik anak pertama
maupun anak kedua sesungguhnya turut terinfeksi.
3)
4)
5)
6)
Epidemiologi Toxoplasma | 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toxoplasma
Toxoplasma merupakan suatu penyakit zoonosis, yaitu pada hewan yang
ditularkan kepada manusia. Penyakit ini disebabkan oleh suatu parasit yang
dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yang dapat menginfeksi hewan dan
manusia. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia menderita toksoplasmosis, tetapi
kebanyakan penderita tidak menunjukkan adanya suatu gejala klinis, karena
adanya system kekebalan tubuh yang mempertahankan diri terhadap parasit
tersebut. Namun toksoplasmosis dapat menjadi masalah yang berat jika terjadi
pada bayi yang baru lahir dan orang dengan system kekebalan tubuh yang
melemah.
Infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya
10-20% kasus infeksi . Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala
influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS,
pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah
dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dan
ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejalagejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh
karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma
IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi
Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu
diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter),
serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
perantara dari T. gondii antara lain biri-biri, kambing, binatang pengerat, sapi, babi,
ayam, dan burung. Semua binatang tersebut dapat mengandung stadium infektif
(cystozoite atau bradizoite) dari T. gondii yang membentuk kista dalam jaringan
terutama jaringan otot dan otak. Kista jaringan dapat hidup dalam jangka waktu
panjang kemungkinan seumur hidup binatang tersebut.
Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada
kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk
yang infektif dan dapat menular pacta manusia atau hewan lain.
PenyebaranToxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia, termasuk
Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari penduduk
Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan
pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang sering
terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan
adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa
kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani
daging mentah seperti juru masak.
Krista T. gondii dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -4C sampai tiga
minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu
-15C selama tiga hari dan pada suhu -20C selama dua hari. Daging dapat
menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65C selama empat sampai lima
menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif,
demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat.
Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber
infeksi pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk
infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk
penyebaran T. gondii. Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan
adalah sebagai berikut: kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing
75% dan pada ternak lain kurang dari 10%.
2.5 Cara Pengendalian Sumber Toxoplasma
1) Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat
2) Isolasi penderita toksoplasma dan sumber penyebab penyakit ini
3) Dilakukannya disinfeksi serentak
4) Dilakukannya karantina pada sumber penyebab penyakit
5) Diadakannya imunisasi kontak
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Pada infeksi kongenital lakukan
pemeriksaan titer antibodi ibu; sedangkan pada infeksi yang didapat,
periksalah titer antibodi pada anggota keluarga dan selidiki kemungkinan
terjadinya pemajanan terhadap kotoran kucing, tanah, daging mentah tau
terpajan dengan binatang yang terinfeksi.
7) Pengobatan spesifik: Untuk orang yang sehat dengan status imunitas yang
baik, tidak ada indikasi untuk diberi pengobatan kecuali jika infeksi terjadi
Epidemiologi Toxoplasma | 5
pada awal kehamilan atau adanya Chorioretinitis aktif, myocarditis atau ada
organ lain yang terkena. Obat yang dipakai adalah Pyrimethamine
(Daraprim) dikombinasi dengan Sulfadiazine dan asam folat (untuk
mencegah depresi sumsum tulang). Pengobatan diberikan selama 4
minggu untuk mereka yang menunjukkan gejala klinis berat. Selain obat
diatas, untuk toxoplasmosis pada mata ditambahkan Clindamycin. Pada
toxoplasmosis okuler, terjadi penurunan visus yang irreversible. Jika yang
terserang mata maka yang dapat terkena adalah macula, syaraf mata atau
papillomacular bundle, untuk mencegah hal ini diberikan kortikosteroid
sistemik.Pengobatan terhadap wanita hamil menjadi masalah. Spiramycin
sering digunakan untuk mencegah infeksi plasenta; jika pada pemeriksaan
USG ada indikasi telah terjadi infeksi pada bayi maka berikan pengobatan
pyrimethamine dan sulfadiazine. Pyrimethamine tidak diberikan pada 16
minggu pertama kehamilan karena dikawatirkan akan terjadi teratogenik;
dalam hal ini sulfadiazine dapat diberikan tersendiri. Bayi yang lahir dari ibu
yang menderita infeksi primer atu dari ibu yang HIV positif selama
kehamilan diberikan pengobatan pyrimethamine-sulfadiazine-asam folat
selama tahun pertama sampai terbukti bahwa bayi tersebut tidak menderita
toxoplasmosis kongenital. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
Chorioretinitis atau gejala sisa. Belum ada pegangan dan petunjuk yang
jelas tentang pengobatan bayi yang lahir dari ibu yang HIV positif disertai
toxoplasma seropositif.
2.6 Cara Pencegahan Penyakit Toxoplasma
1) Berikan penyuluhan kepada para ibu tentang upaya pencegahan seperti
berikut:
a. Daging yang akan dikonsumsi hendaknya daging yang sudah diradiasi
atau yang sudah dimasak pada suhu 1500F (660C), daging yang
dibekukan mengurangi infektivitas parasit tetapi tidak membunuh
parasit.
b. Ibu hamil yang belum diketahui telah mempunyai antibodi terhadap T.
gondii, dianjurkan untuk tidak kontak dengan kucing dan tidak
membersihkan tempat sampah. Pakailah sarung tangan karet pada
waktu berkebun dan cucilah tangan selalu setelah bekerja dan sebelum
makan.
2) Kucing diberi makanan kering, makan yang diberikan sebaiknya makanan
kaleng atau makanan yang telah dimasak dengan baik. Kucing jangan
dibiarkan memburu sendiri makanannya (jaga agar kucing tetap didalam
rumah sebagai binatang peliharaan).
3) Buanglah kotoran kucing dan sampah tiap hari (sebelum sporocysts
menjadi infektif). Kotoran kucing dapat dibuang kedalam toilet yang saniter,
Epidemiologi Toxoplasma | 6
Epidemiologi Toxoplasma | 9
Epidemiologi Toxoplasma | 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toxoplasma disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Gejala Toxoplasma
ringan yaitu mirip influenza, bisa timbul rasa lelah, demam dan umumnya tidak
menimbulkan masalah. Gejala - gejala umum yang sering tampak pada bayi
berusia 1 tahun atau lebih adalah anemia, kejang-kejang, pembengkakan kelenjar
air liur, muntah, timbul bisul - bisul, radang paru-paru, Diare, Demam, Kulit Kuning,
pengapuran dalam tengkorak, gejala lebih lanjut adanya keterlambatan mental dan
fisik pada usia selanjutnya.
Wanita hamil terinfeksi Toxoplasma menyebabkan abortus spontan (4%), lahir
mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. risiko gangguan
perkembangan susunan saraf, serta retardasi mental. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan yaitu dengan IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas anti Toxoplasma IgG.
Cara pengendalian dan pencegahannya adalah melaporkan kepada petugas
kesehatan setempat, isolasi, karantina, disinfeksi, imunisasi, investigasi kontak
dan sumber infeksi, serta menjaga personal-hygiene dan lingkungan.
3.2 Saran
Sebaiknya kita lebih mempelajari ciri-ciri dari penyakit ini, karena apabila masih
sulit dalam membedakannya, kita dapat salah mengambil tindakan. Perlunya
catatan secara berkala mengenai penyakit-penyakit ini, agar kita dapat memantau
sejauh mana penyakit ini berkembang dan dapat atau tidaknya menyebabkan
KLB, serta dapat melakukan program pencegahan terhadap penyakit ini.
Epidemiologi Toxoplasma | 11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Toksoplasma.
http://www.fortunestar.co.id/index.php?option=com_
content&view=article&id=34:toksoplasma&catid=22:lain-lain&Itemid=117.
Kompasiana.
2012.Toxoplasma:
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/09/18/
toksoplasmosis-waspadalahfaktor-resiko-faktor-pencetus-dan-pencegahannya493982.html
http://books.google.co.id/books?
id=SIionRwiX8gC&pg=PT99&lpg=PT99&dq=faktor+resiko+dari+toxoplasma&source=
bl&ots=ePt4XBljw&sig=sg1oU6Yn8dByRkjUtZL2sLRgPEk&hl=en&sa=X&ei=J_7UOihDMnKrAfYjoAI&ved=0CDoQ6AEwAjgK
Buku manual pemberantasan penyakit menular james chin, MD, M. Ph tahun 2000.
Subekti, Didik T. 2005. Perkembangan Kasus Dan Teknologi Diagnosis Toksoplasmosis.
Yogyakarta: Fkh Ugm. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/ lkzo0541.pdf
Arrasyid, Nurfidak. 2006. Imunopatogenesis Toxoplasma Gondii Berdasarkan Perbedaan Galur.
Medan : FK USU. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/ wazo1633.pdf
Depkes. 2010. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2010. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA_2010.pdf
Epidemiologi Toxoplasma | 12