Kasus DR Mitro
Kasus DR Mitro
Disusun oleh :
Heavin Rakhmat Saintika
012116407
Pembimbing Akademik :
dr. Soemitro, Sp. B.
KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. SOEDJATI SOEMODIARDJO
PURWODADI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
Laporan Kasus
1. Identitas Pasien
a. Nama
: An. S
b. Umur
: 2 tahun
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Pekerjaan
:e. Alamat
: Desa Temon
f. Nomor RM
: 44.36.16.
g. Ruang
: Lavender 4.1
h. Waktu Perawatan
: 3 Agustus 2015
2. Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : bahu kanan kiri, lengan atas kanan dan
kiri melepuh akibat terkena tumpahan minyak goreng panas
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo
tanggal 3 Agustus 2015 pukul 20:00 WIB mengeluhkan bahu
kanan kiri, lengan atas kanan dan kiri melepuh akibat terkena
tumpahan minyak goreng panas.
1 jam SMRS ibu dari pasien sedang menggoreng tempe,
sedangkan pasien bermain disekitar tempat memasak, secara tidak
sengaja pasien menyenggol wajan sehingga minyak goreng tumpah
ke tubuhnya, dan pasien menangis seketika.
Setelah itu pasien bergegas dibawa kerumah sakit dan
diberi terapi cairan dan perawatan luka pada saat di igd kemudian
pasien di rawat di ruang lavender RSUD Dr. R. Soedjati
Soemodiardjo untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
i. Riwayat DM (-)
ii. Riwayat trauma (-)
iii. Riwayat hipertensi (-)
iv. Riwayat asma (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
i. Riwayat hipertensi (-)
ii. Riwayat DM (-)
d. Riwayat Sosio Ekonomi
i. Pasien merupakan seorang anak petani
ii. Pembiayaan biaya RS ditanggung oleh JKN PBI
iii. Kesan ekonomi : kurang
3. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
i. Nadi
ii. Pernafasan
iii. Suhu
: 112 x/menit
: 23 x/menit
: 37,5 0C
b. Status Gizi
i. Berat badan
: 13 kg
c. Pemeriksaan Fisik Sistemik
i. Umum
: Tampak sakit sedang, sering rewel
ii. Kulit
: Luka bakar (+), Ikterik (-), pucat (-)
iii. Kepala
: Mesochepal, rambut mudah dicabut (-),
benjolan (-)
iv. Mata
: Conjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
v. Telinga: kurang pendengaran (-), discharge (-).
vi. Hidung
: Simetris, nafas cuping hidung (-), Mimisan
(-), discharge (-)
vii. Mulut
: sariawan (-), gusi berdarah (-), sianosis (-),
bibir pucat (-), bibir kering (-), mukosa hiperemis (-), lidah
kotor (-), lidah tremor (-),
viii. Tenggorokan : nyeri telan (-), suara serak (-), nyeri
tenggorokan (-)
ix. Leher
: deviasi trakea (-), limfadenopati
(-),
JVP (-), pembesaran tyroid (-).
d. Pemeriksaan Fisik Thoraks Paru
Pemeriksaan
Inspeksi Statis
Inspeksi Dinamis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Thoraks Anterior
Thoraks Post
RR 20x/menit, bentuk datar,
RR 20x/menit, ben
Hiperpigmentasi (-), spider nevi Hiperpigmentasi (-),
(-), tumor (-), inflamasi (-).
(-), tumor (-), infla
Hemitoraks kanan=kiri. ICS
Hemitoraks kanan
Normal. Diameter AP < LL
Normal, Diameter
Pergerakan hemitoraks
Pergerakan hem
kanan=kiri
kanan=kir
Nyeri tekan (-), tumor (-)
Nyeri tekan (-), t
Stem fremitus kanan=kiri
Stem fremitus ka
Sonor di seluruh lapang paru
Sonor di seluruh la
kanan dan kiri
kanan dan k
Suara dasar vesikuler, ronki
Suara dasar vesikule
(-), wheezing (-)
wheezing (
Kesan : Normal
e. Pemeriksaan Fisik Jantung
i. Inspeksi
Iktus kordis tak tampak
ii. Palpasi
Iktus kordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, pulsus parasternal (-), sternal lift (-),
pulsus epigastrium (-)
iii. Perkusi
Jantung terperkusi redup
1. Batas atas jantung
: ICS II linea strenalis sn.
2. Pinggang jantung
: ICS III linea parasternal sn.
3. Batas kanan jantung : ICS V linea sternalis dextra.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
i. Hematologi
1. Hemoglobin : 12,2 g/dl
2. Eritrosit
: 5.370.000 /mm3
3. Leukosit
: 29.700 /l
4. Trombosit
: 492.000 /l
5. LED
: 3 / 5 mm3
6. Hitung Jenis Leukosit
a. Eosinofil
:0
b. Basofil
:0
c. Neutrofil staff
:0
d. Neutrofil segmen
: 64
e. Limfosit
: 28
f. Monosit
:8
7. Coagulation Test
: 5 13
8. Bleeding Time
: 1 0
9. Golongan darah
: A Rh +
ii. Kimia Klinik
1. GDS
: 117 mg/dl
5. Diagnosis
a. Diagnosis Kerja : Luka bakar derajat 1 dengan luas 15%
i.
6. Terapi
a. Edukasi
i. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit yang dialami oleh pasien beserta dengan
komplikasinya
ii. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
penanganan luka
iii. Menjelaskan kemungkinan kesembuhan penderita dan
komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi.
b. Non Farmakologis
i. Istirahat cukup
ii. Makan makanan bernutrisi tinggi, tinggi serat
iii. Perawatan luka teratur
iv. Dilatih untuk menggerakkan bagian tubuh yang terdapat
luka untuk mencegah kontraktur
c. Farmakologis
i. Infus RL sesuai luka bakar
ii. Ceftriaxon 1 gr 2 x 1
iii. Silver sulfadiazine 1%
7. Prognosis
a. Prognosis ad vitam
: dubia ad bonam
b. Prognosis ad functionam
: dubia ad bonam
c. Prognosis ad sanationam
: dubia ad bonam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api,
baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas
yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan
luka bakar. Kerusakan kulit yangterjadi tergantung pada tingginya suhu dan
lama kontak. Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah
sekitar 44C dengan kontak sekurang-kurangnya 5-6 jam.
Di Indonesia, luka bakar masih menjadi problem yang berat.
Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan,
biaya mahal, tenaga terampil dan terlatih. Oleh karena itu penanganan luka
bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis
bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thorax, besah umum), intensifis,
spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri dan
psikologi.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh
kapiler
yang
terpajan
suhu
tinggi
akan
rusak
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Lapisan subkutis(hipodermis)
Tidak
ada
garis
tegas
yang
memisahkan
dermis
dan
menyebabkan luka bakar parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3
detik. Pada 69C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1 detik.
2. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri termal.
Meskipun kejadian injuri disebabkan oleh kebakaran rumah telah
menurun seiring penggunaan detektor asap, kebakaran yang berhubungan
dengan merokok, penyalahgunaan penggunaan cairan yang mudah
terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor
atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab terhadap luka terbakar.
3. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas alam,
propan, butane, minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar lain
seperti aliran listrik menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash
burns memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos dengan area
paling dalam pada sisi yang terkena.
4. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas, plastik, gelas
atau bara panas. Kejadian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh
dengan tangan menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka
bakar yang dalam pada telapak tangan.
5. Chemical Burn
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat asam
kuat atau basa kuat. Kejadian ini sering pada karyawan industri yang
memakai bahan kimia sebagai bagian dari proses pengolahan atau
produksinya. Penanganan yang salah dapat memperluas luka bakar yang
terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides atau cairan netral
lainnya adalah pertolongan terbaik, tidak dengan cara menetralisirnya.
6. Electrical Burn
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar dari
sejak arus masuk sampai bagian tubuh tempat arus keluar. Luka masuk
adalah tempat aliran listrik memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat
keluarnya arus dari tubuh menuju bumi/ground. Sulit secara fisik
menentukan
berat
ringannnya
kerusakan
yang
terjadi
Untuk
tindakan
pertama
adalah
sesegera
mungkin
menghangatkan bagian tubuh tersebut dengan pemanas dan gerakangerakan untuk memperlancar sirkulasi.
C. Klasifikasi Luka Bakar
a) Berdasarkan Sumber Penyebab
1. Panas. Termasuk api, radiasi, atau pajanan panas dari api, uap dan
cairan panas serta benda benda yang panas
2. Bahan kimia. Termasuk berbagai macam asam dan basa
3. Listrik. Termasuk didalamnya arus listrik dan sambaran petir
4. Cahaya. Luka bakar yang disebabkan oleh sumber cahaya yang kuat
atau cahaya ultra violet, juga termasuk sinar matahari
5. Radiasi. Seperti radiasi nuklir, cahaya ultra violet juga termasuk salah
satu sumber penyebab luka bakar karena radiasi
c) Telapak Tangan
- Dewasa :
1 % luas permukaan tubuh sesuai dengan 1 telapak tangan tanpa jarijemari (0.8%)
Anak-anak :
1 % luas permukaan tubuh sesuai dengan 1 telapak tangan dengan
jari-jemari dirapatkan (0.94%). 1 telapak tangan TANPA jari-jemari
hanya 0,5% luas permukaan tubuh (0,52%)
F. Patofisiologi
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia.
Meningkatnya
menimbulkan
bula
yang
permeabilitas
mengandung
menyebabkan
banyak
edema
elektrolit.
Hal
dan
itu
G. Initial Assessment
1. Evaluasi Primer Trauma
- A = Airway
adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)observasi
-
lengan kanan dan kiri, tungkai kanan dan kiri, kelamin luar
Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus
H. Penatalaksanaan
1. Fase Akut
Prioritas tata kelola : life-saving
a) Jalan nafas lancar dan aman, kondisi nafas baik
Airway management
a) Bersih dan amankan saluran nafas
b) Endotracheal intubation
c) Tracheostomy
Breathing management
a) Oksigenasi
b) Imbangan asam-basa
c) Ventilation support
b) Substitusi kehilangan cairan
Formula BAXTER PARKLAND
- 4 mL RL / % luas luka / kg berat badan (24 jam pertama)
50
%
diberikan
pada
8
jam
pertama
50
sisanya
diberikan
dalam
16
jam
berikutnya
dikonsumsi
24 vitamins, minerals, & antioxidants : essential for wound
I. Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada
dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang
timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS,
infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.
J. Komplikasi
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system
Organ Dysfunction Syndrome (MODS),dan Sepsis adalah komplikasi dari
luka bakar. SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik
terhadap berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi
seperti trauma, luka bakar, reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator
inflamasi (proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses
penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh beberapa faktor
predisposisi dan faktor pencetus, respon ini berubah secara berlebihan
(mengalami eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ
sistemik, menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ
terkena menjalankan fungsinya; MODS (Multi-system Organ Disfunction
Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ (Multi-system Organ
Failure/MOF).