3 Siang Arifi 03010039
3 Siang Arifi 03010039
PENDAHULUAN
Toxoplasma
gondii
adalah
protozoa
intraselular
yang
dapat
rentan,
dan
kucing
liar
dari
kebun
binatang
dari
Hasil penulisan karya ilmiah ini mampu dijadikan sebagai salah satu referensi
bagi masyarakat, terutama pada pekerja yang khususnya bekerja di kebun
binatang atau yang berhubungan dengan hewan dan yang memelihara binatang
terutama kucing untuk meningkatkan kesadaran untuk mencuci tangan setelah
bekerja.
3
1.5.2
Sebagai wujud kontribusi positif bagi para akademisi, khususnya penulis untuk
dapat mengetahui apakah para pekerja kebun binatang Ragunan memiliki
pengetahuan yang cukup akan toksoplasmosis sehingga sadar untuk mencuci
tangan diterapkan untuk pekerja di kebun binatang Ragunan
1.5.3 Manfaat bagi masyarakat
Samahalnya dengan tujuan penulisan karya ilmiah oleh para peneliti lain, bahwa
penelitian ini memiliki manfaat contribution to knowledge (kontribusi bagi dunia
ilmu pengetahuan), bermanfaat bagi pengembangan keilmuan serta dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan penulisan karya ilmiah
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN RINGKASAN PUSTAKA
4
2.1 Toksoplasmosis
2.1.1 Definisi
Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang
dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal
dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak
terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering
tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan
diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter seharihari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga
dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toksoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi
penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan
hewan peliharaan lainnya.
disebutkan di atas penyakit to xoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing
dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang
yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya
yang suka memakan makanan dari daging seteng ah matang atau sayuran lalapan
yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.10
2.1.2 Epidemiologi
Toxoplasma gondii tersebar luas di seluruh dunia. Data prevalensi serologi
menunjukan bahwa 30 samapi 40% penduduk dunia terinfeksi Toxoplasma gondii,
sehingga toksoplasmosis merupakan penyakit infeksi yang paling banyak diderita
pendudukbumi. Infeksi banyak terjadi di daerah dataran rendah beriklik panas
dibangingkan dengan daerah dingin yang terletak didataran tinggi.Perancis dan
negara-negara yang penduduknya mempunyai kebiasaan makan daging mentah
atau yang dimasak kurang matang, menunjukan angka prevalensi toksoplasmosis
yang tinggi. Penelitian USA pada tahun 1004 menunjukan angka prevalensi
serologi toksoplasmosis sebesar 22,5% dan pada perempuan berusia subur (child
bearing age) prevalensi menunjukan angka sebesar 15%.7
Rata-rata 50%. Survei seroepidemiologi di Asia Tenggara menunjukkan
angka 26,7% di kepulauan Taiwan, 14,7% di Thailand, 11,3% di Filipina, dan
42.9% di Indonesia. Tampaknya ada pengaruh etnis yang membedakan prevalensi
toksoplasmosis pada penduduk Indonesia yang lebih tinggi dibanding penduduk
kepulauan Taiwan, Thailand dan Filipina. 7 Seroprevalensi toxoplasmosis pada
1693 penduduk di Jakarta yang berumur 20-85 tahun adalah 70%, tanpa
perbedaan laki-laki (71%) dan perempuan (69%). Di Iran, seroprevalensi IgG
pada penderita kanker adalah 45,2% sedangkan pada kelompok kontrol (orang
sehat) adalah 36,5%. 8 Laporan survei di kalangan ibu hamil di berbagai tempat
menunjukkan angka seroprevalensi yang bervariasi, yaitu 45% pada ibu hamil,
44,6% dan 36.8% pada ibu hamil dengan dan tanpa riwayat kegagalan kehamilan
di India; 41.3% di Polandia, 18,2% - 40,6% di Taiwan dan 16% 51% di Perancis.
2.1.3 Anatomi dan morfologi
Berdasarkan tempat hidupnya Toxoplasma gondii mempunyai dua bentuk,
yaitu bentuk intraseluler dan bentuk ekstraseluler.
Intraseluler, parasit ini mempunyai bentuk yang bulat atau lonjong sehingga
sulit dibedakan Morfologinya dari Morfologi Leishmania. Ekstraseluler, parasit
ini mempunya bentuk seperti bulan sabit yang langsing dengan salah ujungnya
runcing sedangkan ujung lainnya tumpul. Toxoplasma gondii ekstraseluler yang
berukuran sekitar 2 x 5 mikron, mempunyai sebuah inti parasit yang terletak di
bagian ujung yang tumpul dan parasit.9
2.1.4 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh T.gondii yang merupakan parasit obligat
intraselluler (protozoa) dari ordo Coccidia yang dapat menimbulkan infeksi pada
burung mamalia. Toxoplasma gondii ada dalam 3 bentuk di alam:
6
yang
transplantasi organ dan tranfusi darah pada orang yang terinfeksi Toxoplasma
gondii juga merupakan faktor resiko terinfeksi penyakit tersebut.11
2.1.6 Perubahan Patologi dan Gejala
Tergantung pada stadium infektif yang memasuki tubuh penderita, masa
inkubasi toksoplasmosis berlangsung antara 5-23 hari. Melalui aliran darah
parasit akan menyebar ke berbagai organ, misalnya ke otak, sumsum tulang
belakang, sumsum tulang, kelenjar limfe, mata, paru, limpa, hati dan otot jantung.
Pada orang dewasa yang sehat dan tidak sedang hamil, karena sistem imun
tubuhnya mampu melawan infeksi, gejala klinis toksoplasmosis umumnya tidak
jelas dan tidak ada keluhan penderita. Gejala klinis yang ringan mirip gejala flu,
antara lain berupa pembengkakan ringan kelenjar limfe dan nyeri otot yang hanya
berlangsung selama beberapa minggu. Meskipun demikian parasit masih berada
dalam bentuk tidak aktif dalam jaringan dan organ tubuh penderita yang akan
berubah kembali menjadi bentuk aktif jika daya tahan tubuh penderita
menurun.9,13
Gejala toksoplasmosis tampak jelas pada ibu hamil yang menderita
toksoplasmosis karena dapat mengalami abortus,janin lahir mati atau bayi yang
dilahirkan menunjukan tanda-tanda toksoplasmosis. Hal ini disebabkan karena
parasit menyebabkan kerusakan organ dan sistem saraf penderita bayi dan anak.
Ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma gondii pada trimester pertama kehamilan
umumnya akan mengalami abortus atau janin lahir mati. Infeksi toksoplasmosis
yang terjadi pada trimester terakhir kehamilan akan menyebabkan bayi yang
8
sistiserkosis dan
hidatidosi.
Pada pemeriksaan serologi titer immunoglobulin G (igG) yang tinggi
menunjukan bahwa seseorang telah pernah terinfeksi parasit ini, sedangkan titer
9
menetapkan
diagnosis
pasti
toksoplasmosis
harus
dilakukan
pemeriksaan mikroskopik histologi secara langsung atas hasil biopsi atau pungsi
atau otopsi atas jaringan organ penderita, atau pemeriksaan atas jaringan berasal
dari hewan coba yang dinokulasi dengan bahan infektif. Parasit jug amungkin
ditemukan pada pemeriksaan langsung atas darah penderita, sputum, tinja, cairan
serebrospinal dan cairan amnion.
Untuk menentukan adanya penularan toksoplasmosis dari ibu ke anak dapat
dilakukan pemeriksaan biomolekuler terhadapa DNA parasit yang ada di daalam
cairan amnion.
2.1.8 Pengobatan
Banyak penderita yang terinfeksi Toxoplasmosis gondii dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan. Pengobatan terutama diberikan pada ibu hamil yang
terinfeksi di awal kehamilan, Jika terjadi chorioretinitis aktif, miokarditis atau jika
terjadi gangguan pada organ-organ.
Penderita yang sedang menderita toksoplasmosis diobati dengan terapi
antiparasit yang diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dengan
sulfadiasin, sebaliknya disertai pemberian asam folat untuk mencegah terjadinya
depresi sumsum tulang. Pada infeksi yang berat pengobatan diberikan selama 2
sampai 4 minggu. Cara pemberian kombinasi obat adalah sebagai berikut : hari
pertama pirimetamin diberikan 50mg per oral diikuti 6 jam kemudian, 25mg
ditambah silfadiasin 2 gram. Pada hari ke-2 sampai dengan hari ke 14:
Priimetamin 25mg/hari ditambah silfadiasin 4x 1 gram/hati.
Toksoplasmosis dapat diobati dengan spiramisin sebagai obat tunggal dengan
dosis 2-4gram perhari selama 3 sampai 4minggu.
10
Jika memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah maka tes darah untuk
toksoplasmosis, jika positif maka dokter akan memberi tahu jika dan
kapan dibutuhkan pengobatan untuk mencegah infeksinya aktif
kembali.
Jika ada rencana untuk hamil, lakukan pemeriksaan toksoplasmosis.
Jika positif, makan sudah terdapat kekebalan pada ibu yang tidak akan
- Keringkan tangan dengan handuk bersih atau sekali pakai atau pengering udara.
Jika memungkinkan, gunakan handuk untuk mematikan kran.
Sabun antibakteri tidak lebih efektif dalam membunuh kuman daripada sabun
biasa. Menggunakan sabun antibakteri bahkan dapat menyebabkan perkembangan
bakteri yang resisten terhadap agen antimikroba produk tersebut - sehingga sulit
untuk membunuh kuman tersebut di kemudian hari.21
2.3 Ringkasan Pustaka
Tabel 1. Ringkasan Pustaka
Peneliti
Lokasi
Studi
Subjek
Lama
Variabel
Penelitian
Desain
Studi
waktu
yang diteliti
Hasil
studi
13
Puguh
Klinik
Cross
Karyawan
Higiene
suroto22
Hewan
sectiona
di Klinik
perorangan
penelitian,
Dinas
Hewan
pada
didapatkan adanya
Peternaka
Dinas
n Jawa
Peternakan
Timur
Jawa
Timur
Timur,
dengan higiene
kejadian
perorangan di Klinik
toksoplasm
Hewan Dinas
osis
Peternakan Jawa
Seroprevale
Timur
Terdapat prevalensi
nsi
tertinggi
toksoplasm
toksoplasmosis pada
Katara
osis pada
RD,
pekerja
dengan kucing,
Bhanderi
kebun
G,
binatang
reptil
Jani RG,
Gujarat
klinik
Cross
Pekerja
Bhuva
Sectiona
di kebun
tahun
CN,
l Survey
binatang
kejadian
Vadaliya
D23
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
14
Karakteristik
Usia
Kelamin
Status
pernikahan
Pendidikan
terakhir
Pengetahuan tentang
toksoplasmosis
(variabel independen)
(variabel dependen)
Gambar 1. Kerangka Konsep
3.2
Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam analisis penelitian ini.
3.2.1
Variabel dependen
15
tersebut mencuci tangan, Selalu mencuci tangan diberi nilai 2, jarang mencuci
tangan diberi nilai 1 dan tidak sama sekali diberi nilai 0.
3.2.2
Variabel independen
Penelitian independen pada penelitian ini adalah karakteristik dan tingkat
3.3
Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
16
Karakteristik
Sekumpulan
Wawancara
dengan
kategori :
khusus yang
kuisioner
membentuk
individu
Umur
Lamanya hudup
Wawancara
dalam satuan
dengan
tahun sejak
kuisioner
kelahirannya
hingga saat ini
Kelamin
Jenis Kelamin
Wawancara
dengan
Usia
Kelamin
Status
pernikahan
Pendidikan
terakhir
16-20 tahun
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
>40 tahun
Laki-laki
Perempuan
Nominal,
ordinal
dan
interval
Interval
Nominal
kuisioner
Status
Keadaan ikatan
Wawancara
pernikahan
perkawinan
dengan
yang dilakukan
kuesioner
- Tidak menikah
Nominal
-Menikah
-Janda/duda
sesuai dengan
ketentuan
hukum dan
agama
Pendidikan
Pendidikan
Wawancara
terakhir
terakhir yang
dengan
diselesaikan
kuesioner
pada institusi
pendidikan
formal
- SD
Nominal
-SMP
-SMA
-Akademi/Perguruan
tinggi
17
Pengetahuan
Informasi yang
Wawancara
dimiliki oleh
dengan
mengetahui apakah
seseorang
kuisioner
para pekerja
mengenai suatu
meemiliki
objek
pengetahuan tentang
Ordinal
toksoplasmosis
dengan setiap
jawaban benar
masing-masing
bernilai 1 poin dan
jika salah 0 poin,
dikatakan tau jika
menjawab benar 4-5
pertanyaan.
dengan kategori:
Definisi
Toksoplasmosis
Penyebab
Toksoplasmosis
Gejala
Perilaku
Bentuk
Wawancara
Toksoplasmosis
Faktor resiko
Perilaku mencuci
mencuci
pencegahan
dengan
tangan yaitu
tangan
toksoplasmosis
kuisioner
kebiasaan mencuci
dengan benar
tangan setelah
setelah
bekerja
Ordinal,
Interval
bekerja
18
Kebiasaan
Keseringan
Wawancara
1.
mencuci
pekerja kebun
kuesioner
tangan
binatang setelah
tangan
setelah
setelah
bekerja
bekerja
diberi
selalu
bekerja
mencuci
nilai 2
2.
Pekerja
yang
kadang-kadang
mencuci tangan
setelah
bekerja
diberi nilai 1
3. Pekerja yang tidak
sama
sekali
mencuci tangan
setelah
bekerja
diberi nilai 0
BAB IV
METODE
4.3.2 Sampel
Jumlah sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus:
n = N / [1+ N x (d)2]
ket:
21
Informed Consent
Pengumpulan Data
Wawancara Kuesioner
Analisis Data
WAKTU
Kegiatan
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2013
2013
2013
2013
2013
26
30
19
27
24
23
29
J
5
BAB V
HASIL
Pada bab ini, akan diuraikan hasil penelitian berdasarkan uji analisis yang telah
dilakukan, diantaranya analisis univariat dan analisis bivariate(Chi-Square). Besar
sampel yang dipakai dalam penelitian adalah 64 orang. Pengumpulan data
dilakukan selama bulan Desember 2013 di Kebun binatang Ragunan, Jakarta
Selatan.
5.1 Analisis univariat
5.1.1 Distribusi Jenis Kelamin Pekerja Kebun Binatang
24
Jumlah
n (%)
57
7
64
89.1
10.9
100.0
Tabel diatas menunjukan bahwa untuk peserta penelitian pada pekerja kebun
binatang yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 89,1% dan perempuan 10,9%.
5.1.2 Distribusi Umur Para Pekerja Kebun Binatang
Tabel 5. Distribusi umur para pekerja kebun binatang
Umur
Jumlah
n (%)
> 40 tahun
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
Total
22
1
6
18
17
64
34.4
1.6
9.4
28.1
26.6
100.0
Tabel diatas menunjukan bahwa untuk peserta penelitian pada pekerja kebun
binatang dengan umur lebih dari 40 tahun sebesar 34,4%, 21-25 tahun sebesar
1,6%, 26-30 tahun sebesar 9,4%, 31-35 tahun sebesar 28,1% dan untuk umur
berkisar 36-40 tahun sebesar 26,6%.
Tabel 5.1.3 Distribusi Status Pernikahan Para Pekerja Kebun Binatang
Tabel 6. Distribusi status pernikahan para pekerja kebun binatang
Status Penikahan
Janda/duda
Menikah
Tidak menikah
Total
Jumlah
n (%)
1
56
7
64
1.6
87,5
10,9
100.0
25
Tabel diatas menunjukan bahwa untuk status pernikahan para pekerja kebun
binatang yang sudah menikah sebesar 89,1%, Janda/duda 1,6% dan yang tidak
menikah sebesar 9,4%.
Tabel 5.1.4 Distribusi Pendidikan Terakhir Para Pekerja Kebun Binatang
Tabel 7. Distribusi pendidikan terakhir para pekerja kebun binatang
Pendidikan Terakhir
SD-SMP
SMA
Perguruan tinggi
Total
Jumlah
n (%)
5
36
23
64
7,8
56.3
35,9
100.0
Tabel diatas menunjukan bahwa untuk pendidikan terakhir para pekerja kebun
binatang yang perguruan tinggi sebesear 35,9%, Tamat SMA 4,7% dan tamat SDSMP 7,8%.
Tabel 5.1.5 Distribusi Pengetahuan Tentang Toksoplasmosis
Tabel 8. Distribusi pengetahuan tentang toksoplasmosis
Pengetahuan tentang
toksoplasmosis
Tidak
Ya
Total
Jumlah
n (%)
21
43
64
32,8
67,2
100.0
Tabel diatas menunjukan bahwa para pekerja kebun binatang yang mengetahui
apa itu toksoplasmosis didapat presentase sebesar 71,9% dan yang tidak
mengetahui tentang toksoplasmosis adalah 28,1%.
Tabel 5.1.6 Distribusi Perilaku Mencuci Tangan Setelah Bekerja
26
Jumlah
Kadang-kadang
Selalu
Total
n (%)
6
9,4
58
64
90,6
100.0
Tabel diatas menunjukan bahwa presentase perilaku mencuci tangan pada pekerja
kebun binatang yang selalu mencuci tangan adalah 90,6%, yang tidak pernah
sama sekali mencuci tangan dan kadang-kadang mencuci tangan sebesar 9,4%.
5.2 Tabel Bivariat
5.2.1
Jenis
kelamin,
umur
dan
pendidikan
terakhir
berdasarkan
Jenis
Laki-laki
Kelamin Perempuan
Umur:
> 40 tahun
21-25 tahun 26-30
tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
Pendidikan Terakhir
SD-SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Status Pernikahan
p
0,269
0,035
9
3
13
4
1
8
17
9
0,005
4
13
4
1
23
19
0,749
27
Jenis
Laki-laki
Kelamin Perempuan
Janda/duda Tidak
menikah
Menikah
19
37
p
0,269
Tabel diatas menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan
status pernikahan para pekerja kebun binatang dengan pengetahuan tetang
toksoplasmosis, dilihat dari p yang lebih besar dari 0,05. Sedangkan adanya
hubungan antara umur dan pendidikan terakhir pekerja kebun binatang dengan
pengetahuan tentang toksoplasmosis dilihat dari p kurang dari 0,05.24
5.2.4 Pengetahuan Tentang Toksoplasmosis Berdasarkan Perilaku Mencuci
Tangan Setelah Bekerja
Tabel 11. Pengetahuan Tentang Toksoplasmosis Berdasarkan
Perilaku Mencuci Tangan Setelah Bekerja
Perilaku Mencuci Tangan
Setelah Bekerja
Tidak Pernah
Kadang-kadang
Pengetahuan
Tentang
Tidak
Ya
Selalu
4
2
17
41
p
0,064
Toksoplasmosis
28
Tabel diatas menunjukan bahwa didapatkan p lebih dari 0,05 yang menandakan
tidak adanya hubungan antara pengetahuan tentang toksoplasmosis dengan
perilaku mencuci tangan setelah bekerja pada pekerja kebun binatang.24
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini diambil dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada para
pekerja kebun binatang khususnya para perawa binatang mamalia, karnivora,
unggas dan reptil. Lokasi penelitian dilakukan di Kebun Binatang Ragunan,
Jakarta Selatan yang diambil pada tanggal 8-21 Desember 2013. Kuesioner yang
dibagikan berisikan data pekerja kebun binatang berupa Nama, Umur, Status
Pernikahan, Pendidikan Terakhir yang mana dikaitkan dengan pengetahuan para
pekerja tentang toksoplasmosis, setelah itu pengetahuan tentang toksoplasmosis
akan dikaitkan dengan pencegahannya yaitu berupa perilaku mencuci tangan
setelah bekerja. Terdapat penelitian yang menunjukan bahwa adanya Toxoplasma
gondii pada beberapa hewan di kebun binatang terutama seperti singa, harimau,
unggas. Didapatkan juga pada penelitian sebelumnya bahwa adanya tingkat
kejadian toksoplasmosis dengan higiene seseorang.
29
Variabel yang diteliti padaa penelitian ini adalah variable independen dan
variable dependen. Variabel didapatkan dengan kuesioner. Variabel-variabelnya
berupa; umur, status pernikahan, Pendidikan terakhir, pengetahuan tentang
toksoplasmosis dan perilaku mencuci tangan setelah bekerja. Masing-masing
variable akan dihitung persentasenya dengan pengukuran frekuensi dan akan
dijabarkan pada table univariat. Hubungan antara variable akan ditentukan
menggunakan SPSS yaitu dengan rumus statistik Chi-Square. Pada penggunaan
statistik pada variabel Jenis Kelamin dengan pengetahuan tentang toksoplasmosis
pada pekerja kebun binatang didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur pekerja kebun binatang dengan pengetahuannya akan
toksoplasmosis yang ditandai dengan p > 0,05. Variabel lainnya, Antara Variebel
Status Pernikahan dengan pengetahuan tentang toksoplasmosis tidak didapat
aanya hubungan yang signifikan, dilihat dari hasil p yang lebih dari 0,05.
rutinitas mereka sendiri atau untuk menghindari penyakit lainnya, tidak menutup
kemungkinan toksoplasmosis salah satu penyakit yang mereka cegah. Pada
penelitian toksoplasma lainnya didapatkan prevalensi tertinggi toksoplasmosis
pada pekerja yang bekerja dengan kucing, diikuti dengan jenis reptile. Didapatkan
juga adanya peningkatan terjadinya toksoplasmosis dengan higiene seorang
pekerja di peternakan.
Toksoplasmosis itu sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii. prevalensi toksoplasmosis diperkirakan bervariasi dari <2%
hingga 70% pada populasi Asia Tenggara. Kontak dengan kucing dan konsumsi
daging mentah merupakan faktor risiko yang paling umum dalam memperoleh
tingkat tinggi infeksi Toxoplasma.25 Gejala toksoplasma sendiri tidak terlihat
kecuali seseorang tersebut mendapati dirinya memiliki system imun tubuh yang
berkurang. Penelitian mendapatkan bahwa pada orang yang memiliki system imun
tubuh yang kurang dan menderita toksoplasmosis didapatkan gejala seperti
limfadenopati pada umumnya.26,27 Diagnosis dini harus dilakukan khususnya untuk
wanita hamil dan orang yang memiliki sistem imun yang kurang.28 Diagnosis
infeksi T. gondii atau toksoplasmosis dapat dibentuk dengan tes serologi,
amplifikasi sekuens asam nukleat spesifik (yaitu, polymerase chain reaction
[PCR]), demonstrasi histologis dari parasit dan / atau.29 Banyak penderita yang
terinfeksi Toxoplasmosis gondii dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan. Pengobatan terutama diberikan pada ibu hamil yang terinfeksi di
awal kehamilan, Jika terjadi chorioretinitis aktif, miokarditis atau jika terjadi
gangguan pada organ-organ. Penderita yang sedang menderita toksoplasmosis
diobati dengan terapi antiparasit yang diberikan dalam bentuk kombinasi
pirimetamin dengan sulfadiasin, sebaliknya disertai pemberian asam folat untuk
mencegah terjadinya depresi sumsum tulang.30
31
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan setelah bekerja pada pekerja
kebun binatang. Umur dan pendidikan terakhir para pekerja kebun binatang
menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan pengetahuan
mereka tentang Toksoplasmosis.
7.2
Saran
Karena tidak didapatkan hasil yang signifikan antara pengetahuan tentang
dan apakah mereka mengetahui pencegahan untuk tidak tertular. Saran lain adalah
menambahkan variabel independen dan mencari berbagai variable dependen
lainnya untuk di teliti, seperti tidak hanya pengetahuan dan pencegahan
toksoplasmosis tetapi juga dapat diteliti apakah para pekerja kebun binatang
terjangkit dengan toksoplasmosis dan dihubungkan dengan pencegahan atau
higiene setiap orang yang bekerja di kebun binatang. Selain menambahkan
variabel, penulis juga menyarankan untuk melakukan penelitian di lebih banyak
kebun binatang dengan jumlah sampel yang lebih besar agar dapat memberikan
gambaran umum populasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
33
Cunha
JP,
Stoppler
MC.
Toxoplasmosis.
Available
at:
Hamil.
Available
at:
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
35
30. Van der Ven AJAM, Van de Ven S, Camps W, Melchers WJG, Koopmans PP,
Galama JMD. Anti-toxoplasma effect of pyrimethamine, trimethoprim dand
sulphonamides alone and in combination implications for therapy. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy. 38: 75-80.
36