ACC Supervisor
Divisi Psikosomatik
Dibacakan tgl 13
November
2015 PSIKOSOMATIK DALAM PALIATIF
SpPD-KPsi
PERAN
CARE
Zulfahmi Zulfa, Wika Hamidah Lubis, Habibah Hanum Nasution
Divisi Psikosomatik
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Paliatif Care adalah sebuah spesialisasi mutidisiplin yang fokus
kepada
mencegah
dan
mengurangi
penderitaan
dan
berupaya
Model tradisional dari perawatan medis saat ini telah dibagi, dengan pada
awalnya menawarkan perawatan kuratif atau perawatan yang bertujuan
untuk
menyembuhkan
penyakit
dan
pada
perawatan
akhir
yang
2,3
kehidupan
Modelsofhealthcaredelivery
AdaptedfromNationalConsensusProjectforQualityPalliativeCare(2004).
Clinicalpracticeguidelinesforqualitypalliativecare.
http: / / www.nationalconsensusproject.org.sci hub.org.
Graphic64252Version1.0
Gambar 1.
Ilmu kedokteran paliatif saat ini dikenal sebagai subspesialisasi medis oleh
American Board of Medical Specialities, begitu juga di Kanada, Inggris,
Irlandia, Australia, dan New Zealand, banyak Negara-negara Eropa juga
mendalami sertifikasi untuk perawatan paliatif. Di Indonesia, Jakarta,
perawatan paliatif di pimpin oleh seorang ahli psikosomatis dengan tim
dengan berbagai spesialisasi kedokteran lainnya. Klinisi yang secara
spesifik terlatih pada paliatif care mempelajari secara mendalam nyeri
dan manajemen simptom, komunikasi sebagai tujuan dari perawatan, dan
perawatan yang terkoordinir dalam jangka waktu kedepan. dengan ini,
pasien dengan penyakit kronis dan serius diharapkan mendapatkan
keuntungan dari paliatif care dan paliatif care tidak hanya oleh spesialisasi
tertentu saja tetapi terbagi pada prakteknya oleh seluruh klinisi yang
menghadapi pasien dengan penyakit serius dan kompleks.4
Sebuah multisenter studi yang menangani lebih dari 9000 penyakit serius
pada pasien menemukan nyeri, sesak safas, ansietas dan depresi adalah
keluhan yang paling sering dijumpai pada pasien dengan penyakit serius
di Amerika Serikat.
Dame Cicely Saunders, Pendiri dari modern hospice and palliative care
memperkenalkan konsep total pain, yaitu beban penyakit pada paliatif
care yang sebenarnya sangat kompleks, tidak hanya terpaku pada
keluhan nyeri pasien saja, tetapi pada hal yang lainnya seperti adanya
emosional dan penderitaan mental, problema sosial dan kebutuhan akan
spiritual.5
DEFENISI
Defenisi perawatan paliatif telah berkembang dari waktu ke waktu.
Dimulai dari pembukaan St. Josephs Hospice for the dying pada tahun
1905 dan St. Christhopers Hospice pada tahun 1967 sampai tahun
1980an, perawatan paliatif sebagian besar melalui program hospice.
Sampai saat ini perawatan paliatif dipandang sebagai perawatan yang
disediakan untuk orang orang yang tidak lagi secara aktif menerima
pengobatan untuk penyakit serius semisal kanker, dan faktanya pada
pasien yang akan meninggal oleh karena penyakitnya tersebut. Sekarang
diakui bahwa prinsip prinsip pada perawatan paliatif harus diberikan
bersama dengan pengobatan penyakit. Menurut WHO, telah timbul
pemikiran dan pemahaman baru bahwa masalah pada akhir kehidupan
memiliki asal usul pada waktu sebelumnya pada perjalanan penyakitnya
tersebut.1
menurut
WHO,
paliatif
care
adalah
suatu
pendekatan
yang
stres
pada
penyakit
yang
berat
apapun
diagnosis
penyakitnya.
Tujuan dari paliatif care adalah meningkatkan kualitas hidup pada pasien
dan keluarganya. Perawatan paliatif terdiri dari sebuah tim yang terdiri
dari para dokter, perawat, dan spesialisasi lainnya yang bekerja sama
untuk meningkatkan dukungan untuk pasien. Dalam hal ini, paliatif care
dapat diberikan pada berbagai tingkat umur, berbagai tingkatan pada
penyakit serius dan diberikan bersama sama dengan pengobatan
kuratif.1,2
seperti
masalah
dalam
kehidupan,
hubungan
sosial,
dan
Karena gejala tumpang tindih dengan kondisi medis. Selain itu dokter
dalam perawatan paliatif sering kali tidak nyaman dengan penggunaan
obat
obat
psikotropika
dan
kurangnya
keahlian
dalam
intervensi
Anxietas
Pada banyak pasien dalam paliatif care, simtom dari anxiety adalah
normal
dan
telah
terprediksi
penyakitnya
dan
saat
digambarkan
sebagai
mengingat
mendekati
perasaan
ketidakpastian
kematian.
tidak
berdaya
Ansietas
dan
tentang
umumnya
takut,
sering
yang
yang
akan
baik.
ditinggalkan,
Beberapa
atau
orang
bagaimana
dengan
mendapatkan
ansietas
mungkin
membutuhkan
intervensi
yang
agresif,
termasuk
didalamnya
berhubungan
dengan
kematian.
Bagaimanapun
ansietas
mungkin
Simtom
emosional
Kegelisahan,
azab,atau terror
Kesulitan fungsi kognitif --
khawatir
Masalah Kebiasaan Penyendiri
Simtom autonomik Diaphoresis, diare, nausea,takikardi atau
takipneu
Ekspresi ketakutan
akan
perasaan
akan
datangnya
kematian
mereka
dan
bagaimana
dapat
timbul
dari
ketakutan
yang
tidak
terkontrol
atau
respon
mereka
dapat
muncul
sebagai
keinginan
ingin
mempercapat kematian7
Assesmen Ansietas
Walaupun pasien dengan penyakit serius sering muncul dengan masalah
ansietas, banyak pasien yang tidak menunjukkan hal ini. Hasilnya sangat
penting bagi dokter untuk mendapatkan kata kunci yang sering muncul
pada ansietas. Hal ini muncul dari rekaman suara dari 415 pasien yang di
O v e r t h evisit
l a s t 2 antara
w e e k s , h pasien
o w o f t e n dengan
h a v e y o u bsakit
e e n b o kanker
t h e r e d b ydan
t h e onkologis.
N ot
S Ansietas
ev er a l
Msering
ore
f o l l o w i n gmuncul
p r o b l e m dengan
s?
a t a Takut,
ll
D a y s Khawatir,
th a n h a lf
sering timbulnya frekuensi kata kata
th e d a y s
dan
gugup
untuk
menyampaikan
keluhan
mereka.
Dengan
1 . F e e lin g n e r v o u s , a n x io u s , o r o n e d g e
0
1
2
memperhatikan kata kata ini dapat menjadi suatu titik akan munculnya
2 . N o t b e in g a b le to s to p o r c o n tr o l w o r r y in g
0
1
2
keluhan ansietas.
3 . W o r r y in g to o m u c h a b o u t d if f e r e n t th in g s
0
1
2
N ea r ly
ev er y
day
3
3
3
scale (GAD-7)
7 . F eseven
e l i n g a f question
r a i d a s i f s o Generalized
m e t h i n g a w f u l mAnxiety
i g h t h a p pDisorder
en
0
1
T o ta l S c o r e:
1 . F e e lin g n e r v o u s , a n x io u s , o r o n e d g e
A d d C olu m n s
N ot
a t a ll
S ev er a l
D ays
M ore
th a n h a lf
+ t _h e_ d_a _y s_
2
2 . N o t b e in g a b le to s to p o r c o n tro l w o r r y in g
_______
N e a r ly
ev er y
_ +d a_ y _ _
3
____
I f y o u c h e c k e d o f f a n y p r o b le m s , h o w d if f ic u lt h a v e t h e s e p r o b le m s m a d e it f o r y o u t o d o y o u r
2
3
w o r k ,3 .t a Wk eo r cr ya i rn eg too fo tmh ui cn hg as b oa ut t hd oi f mf e r ee ,n t o t rh i gn ge s t a l o n g w i t h o t h e r p e 0o p l e ? 1
4 . T ro u b le r e la x in g
N o t a t a ll
S o m e w h a t d iffic u lt
V e r y d if fic u lt
5 . B e in g s o r e s t le s s t h a t it is h a r d t o s it s t ill
_ _ _ _ 6 _. _ B e c o m i n g
e a s i l y a n n o y e d_ o_ r _i r _r i t_a b_ l e
_ _ _ _0 _ _
7 . F e e lin g a fr a id a s if s o m e th in g a w fu l m ig h t h a p p e n
I n te r p r e tin g th e S c o r e :
T o ta l S c o r e:
T o ta l S c o r e
A d d C o lu m n s
E x tr e m e ly D iffic u lt
_ _ _ _ 3_ _
_ _ _ _ _ _ _ + _ _ _ _ _ _ _ +_ _ _ _ _ _ _
I f y o u c h e c k e d o f f a n y p r o b le m s , h o w d if f ic u lt h a v e t h e s e p r o b le m s m a d e it f o r y o u t o d o y o u r
w o r k , t a k1 e 0 c a r e o f t h i nP g os sa st ih bo lme e ,d oi ar gg ent oa lso i ns g ow f i t Gh oAt hDe r ; p ce oo pn l ef ?i r m b y
N o t a t a ll
_ _ _ _ _ _1 0
15
V e r y d if fic u lt
______
S e v e re a n x ie ty
I n ter p r etin g th e S c o r e:
10
P o s s ib le d ia g n o s is o f G A D ; c o n f ir m b y
f u r t h e r e v a lu a t io n
M ild A n x ie t y
M o d e r a te a n x ie t y
15
S e v e re a n x ie ty
E x t r e m e ly D if fic u lt
______
3
3
Gejala gejala ansietas dapat terjadi karena suatu bagian dari penyakit dan
bukan dari kondisi psikologis seseorang (contohnya gagal jantung,
anemia, atau hipertemia) dan hal ini tidak boleh diabaikan. Baik
anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam penilaian
ansietas. Pasien dengan dipsnoe, contoahnya, dapat menjadi sangat
cemas.9
Hal yang penting dari penilaian ansieatas termasuk:
-
toksikologi.
Anamnesis dari keluhan yang didapat dari keluarga, teman, dan
lainnya.
Diagnosis
Pada pasien paliatif care, gejala klinis dari ansietas bias muncul
sesuai dengan kriteria diagnosis yang ada, tetapi dengan adanya
symptom dari penyakit terminal, mungkin hal ini dapat tersamarkan9
Generalized anxiety disorder
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan sulit untuk
dikontrol, hal ini menyebbkan penderitaan yang signifikan dan sangat
mempengaruhi aktifitas. Muncul setiap hari dan setidaknya selama 6
bulan. Pasien, dan anggota keluarga mereka sering menggambarkan
mereka hidup di sisi lain di dunia kecemasan jauh sebelum timbulnya
penyakit yang meyertai. Hal ansietas lain yang timbul adalah seperti
hidup terasa memprihatinkan, lekas marah, dan timbul symptom lain
pada tubuh dari ansietas seperti mudah lelah dan timbulnya ketegangan
otot. Pada pasien dengan kanker stadium akhir prevelensi timbulnya GAD
adalah 0.4%.9
Panic Disorder
serangan
Perubahan terhadap perilaku karena serangan tersebut
Pada pasien dengan penyakit progresif, sisa waktu hidup yang terbatas,
panic dapa muncul terhadap pengobatan yang diberikan, prognosis
penyakitnya, dan ketakutan akan dampak
ditandai
dengan
timbulnya
pikiran
yang
mengganggu,
ketakutan dari kilas balik peristiwa yang telah terjadi pada trauma masa
lalu, menghindari apa saja yang dapat mengingatkan pada trauma masa
lalu, merasa sangat bersalah yang diaman semua hal ini dapat
mengganggu kehidupan social, pekerjaan dan disfungsi interpersonal
Pada pasien dengan paliatif care, PTSD dapat muncul dari saat mendapat
diagnosis penyakit terminalnya, diberitahukan tentang prognosis yang
buruk, dan pengobatan yang ada seperti pemberian. Prevelensi dari PTSD
pada pasien dengan kanker stadium akhir sekitar 0.4-1.1 persen.9
Pengobatan
Simtom
dari
anseitas
harus
diterapi
jika
hal
ini
sudah
care,
psikoterapi,
dan
farmakoterapi.
Sebagai
tambahan,
sangat
berguna
pada
pasien
dan
keluarganya
dalam
Benzodiazipine
Benzodiazepine merupakan obat obatan pilihan untuk manajemen
dari akut ansietas. Tetapi perlu diperhatikan beberapa efek samping
yang dapat ditimbulkan.
Umumnya penggunaan
agen
pada
kelas
yang
sama
tidak
GAD
dan
serangan
panik.
Pasien
dengan
GAD
withdrawal sindrom.
Selective serotonin reuptake inhibitor
SSRI diindikasikan untuk manajemen dari ansietas kronik atau
pengobatan untuk simptmom campuran dari depresi dan ansietas.
Paroxetin sering digunakan karena efek sedative nya yang lebih dan
dapat menimbulkan efek nyaman. Tetapi dapat menjadi masalah
karena akan meningkatnya interaksi dari obat obatan dan sering
dijumpai withdrawal symptom.
Depresi
Pasien dengan sindrom depresi sering terjadi pada kesehatan mental pada
pasien dengan dengan paliatif care, tetapi hal ini sering tidak terdiagnosis.
Menurut data, didapati pravelensi sedang dan depresi berat dalam 6
bulan terahir pada pasien dengan kanker terminal pada observasional
cohort study pada pasien kanker di Ontario Kanada dari tahun 2007
sampai
2009
didapati
hanya
10
persen
yang
diberikan
terapi
pasien.
Depresi
juga
mengganggu
kenyamanan
pasien,
hubungan sosial, emosi dan sering pasien terlalu sensitive dan sering
mengucapkan kata kata selamat tinggal pada keluarga dan teman, yang
hal ini juga berakibat timbulnya ansietas pada anggota keluarga dan
teman.6
Seseorang dengan penyakit terminal yang mengalami sindroma depresi
juga memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri dan ide bunuh diri, dan
mereka
memiliki
keinginan
untuk
memprcepat
kematian
guna
Satu studi menyimpulkan bahwa ide bunuh diri tidak sering pada
orang dengan penyakit kanker, terbatas hanya pada pasien yang
mengalami depresi.
Pada sebuah review pada data konsultasi psikiatri dari Memorial
Sloan-Kattering Cancer center. 1/3 pasien kanker yang bunuh diri
mengalami depresi berat, dan 50 persen didapati campuran antara
BDI-SF,
HADS,
Zung
Self-Rating
depression
scale,
Rotterdam
OfficialreprintfromUpToDate
www.uptodate.com.sci-hub.io2015UpToDate
Reference:
1. Kroenke K, Spitzer RL, Williams J B. The Patient Health Questionnaire-2: validity of a
two-item depression screener. Med Care 2003; 41: 1284.
PHQ- 2 reproduced with the permission of Pfizer I nc.
Sci-Hub
Graphic89663Version1.0
http://www.uptodate.com.sci-hub.io/contents/image?imageKey=picKey=P ALC/2205&source=see_link&rank=1~150&elapsedTimeMs=1
P age 1 of
Figure 3
TERAPI
Depresi berat pada pasien dengan penyakit terminal pada beberapa data
menunjukkan tidak diterapi secara adekuat. Contohnya, pada suatu
penelitian pasien kanker dengan depresi (n=1538) yang diobati di
Skotlandia ditemukan lebih dari 70 persen pasien dengan depresi tidak
merasakan efek yang lebih baik setelah diterapi.
depresi
adalah
rasa
takut,
malu,
rendah
diri,
dan
harus
diberikan
semangat
tentang
hidupnya,
tidak
terlalu
yang
sering
digunakan
pada
paliatif
care
pasien
adalah
sudah
membaik
dapat
diberikan
golongan
SIRS
sebagai
12,13
SSRI
Pada banyak kasus, SSRI dipilih sebagai lini pertama pengobatan,
SSRI sama efektifnya dengan TCA sebagai pengobatan dari deprsei, dan
memiliki efek samping yang lebih sedikit dan resiko yang rendah untuk
terjadi overdosis. Ada banyak golongan SSRI yang diberikan, tetapi yang
sering dipakai adalah Fluoxetin dan paroxetine. Dosis awal 5-10mg,
kemudian ditingkatkan menjadi 20mg 1 kali sehari pada pagi hari, dan
dapat ditingkatkan setelah beberapa minggu menjadi 20mg/hari.12,13
Tricyclic antidepressants
Banyak
studi
tentang
efekasi
dari
dari
TCA
pada
depresi,
pengobatan penyakit.
Walaupun TCA masih digunakan pada penyakit terminal, dia tidak di
toleransi seperti SSRI karena efek sedative dan autonomic efeknya, yang
terkadang dapat menjadi masalah baru pada pasien dengan penyakit
terminal. Efek samping paling sering adalah efek antikolinergik, termasuk
mulut kering, penglihatan kabur, gangguan ingatan, konstipasi, retensi
urin, takikardi, hipotensi ortostatik, dan delirium.
Pada orang tua, sangat rentan terhadap gangguan memori, sering
bingung,
dan
terkadang
halusinasi.
Sedasi
juga
menjadi
masalah
tersendiri pada pasien dengan usia tua yang dapat memperberat efek
obat lainnya. Jika TCA dipilih sebagai obat inisial pada pasien yang tua,
harus dimulai dengan dosis yang rendah dan dititrasi. Desipramine lebih
baik dugunakan dari pada Amitriptylin. Dosis desperamin dimulai dengan
Psikostimulan
Psikostimulan dapat menolong pada pasien dengan didapatinya
disforik mood, perlamabatan psikomotor, bahkan dengan mild cognitive
impairment, karena stimulant dapat meningkatkan performa pada tes
psikologi pada pasien. Pada dosis rendah, obat ini dapat mempengaruhi
nafsu
makan,meningkatkan
perasaan
senang,
dan
membebaskan
adalah
dextroamfetamin
dan
methylphenidate.
Dosis
long
acting morfin dapat diberikan dengan dosis 130mg dua kali sehari dengan
tetap diberikan dosis breakthrough.
Tetapi untuk mudahnya, pemberian tambahan dosis morfin 25-50% dari
dosis sebelumnya jika nyeri tidak teratasi dapat diberikan. Jika pasien
tidak dapat diberikan morfin oral, dapat diberikan morfin subcutaneous
secara kontinu via syringe pump dengan equivalen dosis: oral morfin 3mg
= 1.5mg SC morphine15,16
Transdermal Fentanyl Patch (duragesic) juga sering digunakan pada
manajemen nyeri pada kanker sebagai long acting opioid. Patch ini di
berikan satu selama 3 hari dan memilii pilihan 25, 50, 75, 10 ug/hr dari
fentanyl. Karena mudahnya menggunakan obat ini, fentanyl sering
diberikan pada pasien dengan paliatif care. Tetapi perlu diketahui bahwa
waktu paruh obat adalah 36-48 jam, jadi tetap dibutuhkan dosis
breakthrough dari morfin.
Ratio nya dalah sekitar 50-75 mg/24 jam dari oral morfin dapat di konversi
ke 25ug/hr dari duragesic.16
Kesimpulan
-
pada
pasien
yang
dengan
penyakit
yang
dapat
disembuhkan.
Prinsip utama dari perawatan paliatif adalah manajemen dari
simtom penyakit, Komunikasi yang konsisten dan berkelanjutan
antara pasien dan semua yang terlibat didalam perawatannya,
dukungan psikososial, spiritual, dan dukungan baik itu untuk pasien
ataupun keluarga pasien, dan juga koordinasi dari pusat pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
1. Payne DK, Massie MJ. Anxiety in palliative care. In: Handbook of
Psychiatry in Palliative Medicine, Chochinov HM, Breitbart W. (Eds),
Oxford University Press, New York 2000. p.435.
2. Atkinson JH Jr, Grant I, Kennedy CJ, et al. Prevalence of psychiatric
disorders among men infected with human immunodeficiency virus.
A controlled study. Arch Gen Psychiatry 1988; 45:859.
3. Breitbart W, Chochinov HM, Passik S. Psychiatric symptoms in
palliative medicine. In: Oxford Textbook of Palliative Medicine, 3rd
Version
in
survivors
of
bone
marrow
KangasM,HenryJL,BryantRA.Posttraumaticstressdisorderfollowi
AndrykowskiMA,KangasM.Posttraumaticstressdisorderassociat
IrwinSA,FairmanN,MontrossLP.UNIPAC2:AlleviatingPsychologica
IrwinSA,MontrossLP,ChochinovHM.Whattreatmentsareeffective
BlockSD.Psychologicalissuesinendof-
lifecare.JPalliatMed2006;9:751.
15.
WilsonKG,ChochinovHM,SkirkoMG,etal.Depressionandanxietydi
FavaGA,PorcelliP,RafanelliC,etal.Thespectrumofanxietydisorder
AndersonWG,AlexanderSC,RodriguezKL,etal."Whatconcernsme
is..."Expressionofemotionby
advanced
cancer
patients
during