Anda di halaman 1dari 12

1

A. PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya memberdayakan potensi yang dimiliki
manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi guna mewujudkan pengabdian kepada Allah
SWT. Dalam konsep ini, Allah SWT telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaikbaiknya. Artinya, manusia telah diciptakan Tuhan dengan potensi maksimal untuk menjadi
khalifah di muka bumi. Tuhan berfirman dalam surah At-Tiin ayat 4 yang artinya :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya Sejak
berada dalam kandungan, Tuhan telah memberikan potensi yang besar kepada manusia untuk
menjadi khalifah yang baik di muka bumi. Tuhan telah berfirman dalam surah Al-Baqarah
ayat 30, yang artinya :Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat,
sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang di muka bumi. Mereka berkata :Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui.
Dengan potensi tersebut,

manusia

hanya

perlu

melakukan

stimulasi

untuk

membangkitkan apa yang telah diberikan Allah SWT, antara lain melalui proses pendidikan.
Akan tetapi karena heterogintasnya, maka tidak semua manusia dapat mengembangkan
potensinya dengan baik jika tidak dibantu orang lain. Untuk itu diperlukan campur tangan
negara dalam proses pendidikan. Dalam pasal 31 UUDN RI 1945 ditegaskan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Selain itu ditegaskan pula bahwa negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
nasional. Kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah juga ditegaskan dalam pasal 11 UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yang menyatakan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
pemerintah dan pemerintah daerah juga wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun.
Dengan adanya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka
pengelolaan pendidikan merupakan salah satu bidang yang diotonomikan. Dengan model

otonomi ini, maka setiap daerah Kabupaten/Kota dan provinsi, mengelola sistem pendidikan
secara lebih mandiri. Tentu masing-masing daerah memiliki kelebihan dan kekurangan serta
karakteristik masing-masing, sehingga menyebabkan model dan sistem pendidikannya pun
harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. Sebagai contoh adalah pengelolaan
pendidikan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang luas, yakni 153.564 km2, dan dengan
jumlah penduduk 2.283.687 jiwa pada tahun 2013, serta kepadatan sekitar 14 jiwa/km2.
Kenyataan ini membuat propinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu propinsi di
Indonesia yang memiliki pola penyebaran penduduk kurang merata dan terpencar-pencar.
Akibatnya pembangunan akses infrastruktur seperti jalan yang menghubungkan antar
pemukiman akan memakan biaya yang cukup besar. Kondisi ini diperparah dengan kondisi
geografis Kalimantan Tengah yang banyak terdiri dari sungai dan rawa, sehingga
pembangunan akses jalan akan memakan biaya lebih besar. Hal ini berakibat pula pada akses
masyarakat terhadap pendidikan.
Pembangunan pendidikan di Kalimantan Tengah, dalam artian sempit, memang telah
menunjukkan kemajuan yang cukup berarti, khususnya dalam program pemberantasan buta
huruf. Data statistik tahun 2010 menyebutkan bahwa hanya terdapat 6,33% dari penduduk
Kalimantan Tengah yang buta huruf. Akan tetapi polarisasi penduduk berdasarkan jenjang
pendidikan belumlah menggembirakan sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 1
Persentase Tingkat Pendidikan Tertinggi Penduduk Kalteng Tahun 2010
No
Pendidikan Terakhir
Persentase
1
Tidak tamat SD
23,60
2
Tamat SD
35,12
3
Tamat SLTP
18,95
4
Tamat SLTA
17,12
5
Tamat D1/D2/D3
2,04
6
Tamat S1/D4
3,00
7
Tamat S2/S3
0,17
Sumber : BPS Kalteng, 2010
Kenyataan di atas mendorong pemerintah propinsi Kalimantan Tengah di bawah
kepemimpinan gubernur Agustin Teras Narang mencanangkan program KALTENG
HARATI, yang pada dasarnya ditujukan untuk mempercepat pembangunan pendidikan di
Kalimantan Tengah. Kalteng Harati juga merupakan gambaran tentang arah pembangunan
pendidikan di Kalimantan Tengah pada kurun waktu 2010-2015. Selain itu, gagasan lahirnya
program Kalteng Harati juga didasari pada 3 kenyataan di lapangan, yakni masalah hasil
Ujian Nasional tahun 2010, persoalan keterbatasan dan pemerataan guru di Kalteng, dan

tantangan yang lebih berat karena arus globalisasi (Harian Tabengan, 1 Juli 2010).
Meskipun demikian, banyak kritik dilancarkan terhadap arah kebijakan program Kalteng
Harati tersebut, terutama dari sisi arah programnya. Salah satunya adalah dari Kusni Sulang
(Jurnal Toddopuli, Juli 2010), yang menyatakan bahwa program Kalteng Harati telah
mengalami disorientasi.
Berdasarkan kajian di atas, maka perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang apa dan
bagaimana (seharusnya) Program Kalteng Harati tersebut.
B. PENGERTIAN KALTENG HARATI
Kata harati berasal dari bahasa Dayak Ngaju, atau juga dalam bahasa Dayak Katingan,
yang artinya

cerdas, berbudi, berdisiplin/taat pada aturan, dan tanggap pada keadaan.

Dengan demikian, kata harati tidak bias dimaknai semata-mata dalam konteks kemampuan
akademik dan kognitif, akan tetapi lebih pada domain afektif.
Gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang, SH dalam paparannya di depan
rombongan Komisi X DPR RI yang melaksanakan kunjungan kerja ke Palangka Raya
tanggal 10 Maret 2014, menyatakan bahwa :
Harati berkenaan dengan sikap. Orang yang
harati orang yang memiliki sikap
baik/terpuji, pandai mengendalikan emosinya, tahu kapan berbicara dan kapan diam,
menyadari sepenuhnya dirinya (masi arep), terampil menempatkan dirinya
dilingkungannya, bertanggung jawab, rendah hati, berkarakter, memiliki soft skill.
Harati bisa diartikan cerdas komprehensif (cerdas intelegensi, cerdas emosi, cerdas
sosial, dan cerdas spiritual)
Jadi harati merujuk pada pengertian insan yang cerdas secara paripurna/komprehensif,
terutama secara intelegensi, emosi, sosial dan spritual. Dengan demikian, Kalteng Harati
dapat diartikan sebagai program percepatan pendidikan di Kalimantan Tengah untuk
membentuk insan cerdas paripurna.
Sebagai sebuah gagasan yang dicetuskan gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras
Narang, program Kalteng Harati melambangkan idealisme pimpinan daerah untuk mencapai
visi kepemimpinannya, yakni mencapai Kalimantan Tengah yang bermartabat. Akan tetapi,
perumusan dan penterjemahan oleh instansi terkait agar visi tersebut implementatif masih
harus dikaji lebih jauh.
C. TUJUAN KALTENG HARATI
Menurut Gubernur Kalimantan Tengah, tujuan Kalteng Harati adalah :
1. Mempercepat peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan di Kalimantan
Tengah, sejalan dengan tuntutan ketersediaan SDM yang profesional, berkompeten
dan berkarakter;

2. Meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi para Pendidik dan Tenaga Kependidikan


dalam mewujudkan Pendidik dan Tenaga Kependidikan profesional, berkompeten,
dan berkarakter;
3. Meningkatkan motivasi belajar kepada generasi muda yang lebih kompetitif dalam
hal kualitas, dengan memberikan dukungan Beasiswa Prestasi kepada mereka yang
benar-benar berprestasi disetiap jenjang secara berkelanjutan;
4. Meningkatkan kualitas siswa dan guru gemar membaca dengan penyediaan buku
pegangan siswa, buku pegangan guru secara mencukupi di satuan pendidikan;
5. Membangun sistem Proses Pembelajaran yang bermakna dan efektif dengan
tersedianya perangkat dokumen kurikulum, fasilitas pembelajaran, serta penggunaan
metodologi pembelajaran.
(Sumber : Paparan Gubernur Kalteng tanggal 10 Maret 2014)
Dari uraian di atas tampak bahwa tujuan Kalteng Harati cukup operasional, akan
tetapi belum secara menyeluruh menggambarkan tujuan pendidikan nasional. Tampaknya
tujuan-tujuan kuantitatif lebih diutamakan karena pengukurannya lebih memungkinkan
dalam jangka waktu yang relatif pendek. Tujuan-tujuan kualitatif seperti diamanatkan
oleh UUDN RI 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, serta amanat UU Nomor
20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang mengharapkan peserta didik memiliki
kecerdasan spiritual keagamaan, kemampuan pengendalian diri, kepribadian, dan
berakhlak mulia, belum tergambar dengan baik dalam tujuan Kalteng Harati tersebut.
D. PRIORITAS KALTENG HARATI
Berdasarkan tujuan program Kalteng Harati di atas, maka pemerintah provinsi
Kalimantan Tengah melalui Dinas Pendidikan provinsi Kalimantan Tengah menetapkan 5
(lima) prioritas program, yakni :

1. Kesejahteraan Guru;
2. Pelatihan Guru;
3. Beasiswa Untuk Siswa Berprestasi;
4. Penyediaan dan Pendistribusian Buku-buku Pelajaran;
5. Meningkatkan kualitas mutu belajar mengajar.
(Sumber : Grand Desain Pembangunan Bidang Pendidikan, Kalteng Harati : 2011-2015)
E. INDIKATOR CAPAIAN KALTENG HARATI i
Berdasarkan paparan Gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang, SH di depan
rombongan Komisi X DPR RI yang melaksanakan kunjungan kerja ke Palangka Raya
tanggal 10 Maret 2014, maka indikator capaian program Kalteng Harati adalah sebagai
berikut :

1. Sertifikasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan (Guru, Kepala Sekolah) pada tahun
2014 mencapai di atas 40%;
2. Kualifikasi Guru kejenjang S1/D-4 pada tahun 2014 mencapai 80%;
3. 90% Guru yang bertugas pada daerah khusus/tertinggal/terpencil memperoleh
tunjangan daerah khusus/terpencil pada tahun 2014.
4. 90% para guru di daerah terpencil disediakan rumah dengan baik pada tahun 2014;
5. 90% Guru memperoleh Diklat Kompetensi dalam setiap tahunnya minimal 50 jam
pada tahun 2014.
6. 90% siswa berprestasi mendapatkan beasiswa prestasi, dan 80% dapat melanjutkan
ke jenjang selanjutnya hingga pendidikan tinggi;
7. 90% pemenuhan buku pelajaran pegangan siswa dan pegangan guru sesuai jumlah
data pelajaran dapat dipenuhi pada tahun 2014;
8. 75% Dokumen KTSP di Satuan Pendidikan dibuat dengan Inovasi sendiri, 20%
adaptasi, dan 5% adopsi paling lambat tahun 2014;
9. 90% para Guru dalam mengajar telah menggunakan pendekatan Lesson Study dengan
metoda yang lebih efektif dan bermakna tahun 2014;
10. Kalimantan Tengah dapat melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun paling lambat
dimulai tahun 2014.
F. ANALISIS PROGRAM KALTENG HARATI
1. Tinjauan Filosofis Kalteng Harati
Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, kata harati berarti cerdas,
berbudi, berdisplin/taat pada aturan, dan tanggap pada keadaan. Kata harati sering
dipadankan dengan kata pintar sehingga menjadi kalimat majemuk pintar tuntang
harati yang artinya pintar, cerdas, berbudi, dan sigap/cepat tanggap. Pertanyaannya
adalah, apakah kata harati sudah dapat mewakili atau mencerminkan hakekat tujuan
pendidikan ?
Dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tercantum dalam
pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari tujuan pendidikan nasional di atas tampak bahwa, proses pendidikan
nasional ditujukan untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Ditinjau dari konsep
dan pengertiannya, Kalteng Harati yang ingin membentuk insan cerdas paripurna
terutama secara intelegensi, emosi, sosial dan spiritual, merupakan program yang relevan
dengan tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi tujuan yang ditetapkan dari program
Kalteng Harati telah terjebak pada pencapaian kuantitatif yang menyimpang dari

filosofinya. Apalagi jika dilihat dari 5 skala prioritas yang ingin dicapai, tampak bahwa
program ini tidak menyentuh hal-hal yang substantive.
Perbandingan antara tujuan pendidikan nasional dengan tujuan program Kalteng
Harati, dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2
Perbandingan Tujuan Pendidikan Nasional
dan Tujuan Kalteng Harati
Tujuan Pendidikan
Nasional
(UU Sisdiknas thn 2003)
Berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi
manusia yang :
1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang
Maha Esa,
2. berakhlak mulia,
3. sehat,
4. berilmu,
5. cakap,
6. kreatif,
7. mandiri,
8. dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Tujuan Kalteng Harati


(Paparan Gubernur Kalteng)
1. Mempercepat peningkatan mutu, relevansi dan daya
saing pendidikan di Kalimantan Tengah, sejalan dengan
tuntutan ketersediaan SDM yang profesional,
berkompeten dan berkarakter;
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi para
Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam mewujudkan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan profesional,
berkompeten, dan berkarakter;
3. Meningkatkan motivasi belajar kepada generasi muda
yang lebih kompetitif dalam hal kualitas, dengan
memberikan dukungan Beasiswa Prestasi kepada
mereka yang benar-benar berprestasi disetiap jenjang
secara berkelanjutan;
4. Meningkatkan kualitas siswa dan guru gemar membaca
dengan penyediaan buku pegangan siswa, buku
pegangan guru secara mencukupi di satuan pendidikan;
5. Membangun sistem proses pembelajaran yang
bermakna dan efektif dengan tersedianya perangkat
dokumen kurikulum, fasilitas pembelajaran, serta
penggunaan metodologi pembelajaran.

Dengan membandingkan dua tujuan pendidikan di atas, tampak bahwa relevansi


tujuan program pendidikan nasional dengan program pendidikan Kalteng Harati tidak
begitu kuat. Hal ini terjadi karena tujuan program Kalteng Harati yang ditetapkan
pemerintah provinsi Kalimantan Tengah lebih fokus pada tataran kulit luar dari proses
pendidikan yang hakiki, yakni memanusiakan manusia. Sementara pada tujuan
pendidikan nasional, tampak kata harati lebih sepadan dengannya karena tujuan
tersebut lebih mencerminkan harapan terbentuknya insan yang cerdas secara paripurna.
Dengan kata lain, tujuan pendidikan nasional lebih bermakna harati dibandingkan
dengan tujuan program Kalteng Harati sendiri.
Perumusan tujuan peogram Kalteng Harati telah terjebak pada pemikiran
bernuansa akademis sehingga keluar dari filosofi harati itu sendiri. Jika harati diartikan

sebagai kecerdasan secara komprehensif, maka perumusan tujuan Kalteng Harati


sebagaimana di atas tidaklah memadai, karena aspek-aspek pembentukan sikap dan
karakter belum tergambar dari tujuan tersebut. Tentu saja pembentukan sikap dan
karakter yang cerdas secara komprehensif

tidak semata-mata dapat dicapai hanya

melalui percepatan peningkatan mutu pendidikan, peningkatan kesejahteraan guru,


menumbuhkan minat baca dan motivasi belajar, serta penyediaan beasiswa, Jika hal itu
yang dimaksudkan sebagai Kalteng Harati, itu berarti bahwa tujuannya telah bergeser
kepada hanya Kalteng Pintar. Dengan kata lain, telah terjadi disorientasi dari filosofi
istilah harati sehingga ada jarak antara orientasi konseptualnya dengan kenyataan di
lapangan.
Seharusnya, penekanan utama dari tujuan Kalteng Harati adalah pada sisi
pembentukan sikap dan keluhuran budi. Jadi pembentukan akal budi seharusnya
merupakan grand orientation dari Kalteng Harati. Hal itu harus dimulai dari
pembentukan karakter guru dan tenaga kependidikan lainnya sedemikian rupa sehingga
mereka dapat dijadikan sebagai teladan, yang pada gilirannya akan mendukung
terciptanya atmosfer pembelajaran yang kondusif. Penekanan proses pembentukan
peserta didik yang harati lebih berupa transfer of vakue, dan bukan transfer of
knowledge.
Dengan demikian, secara filosofis, istilah Kalteng Harati mestinya mengacu pada
pembentukan karakter peserta didik yang memahami dan melaksanakan sistem nilai yang
berlaku di Kalimantan Tengah.
2. Relevansi Program dengan Kebijakan Pendidikan Nasional

Sebagaimana amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,


pendidikan nasional pada dasarnya dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan nasional juga merupakan sistem pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Dengan demikian, pendidikan di semua lini pada dasarnya
ditujukan untuk membentuk kecerdasan komprehensif.
Jika dikaitkan dengan kebijakan pendidikan nasional, maka program Kalteng
Harati secara parsial merupakan turunan dari kebijakan pendidikan nasional, yang

tercermin dalam visi Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang namanya telah berubah
menjadi

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan)

tahun

2010-2014

yakni

Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk membentuk Insan


Indonesia Cerdas Komprehensif. Jika harati bisa diartikan sebagai cerdas
komprehensif (cerdas intelegensi, cerdas emosi, cerdas sosial, dan cerdas spiritual), maka
secara konseptual program Kalteng Harati telah sesuai dengan arah kebijakan pendidikan
nasional, dengan penekanan pada kecerdasan yang komprehensif.
Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2010-2014 adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan
2. Memperluas Keterjangkauan Layanan Pendidikan
3. Meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan
4. Mewujudkan Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan
5. Menjamin Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan
(Sumber : Grand Desain Kalteng Harati, Dinas Pendidikan Kalteng)
Jika dikaitkan dengan misi Kemdikbud di atas, dapat dibandingkan antara misi
Kemdikbud dengan tujuan Kalteng Harati sebagai berikut :
Tabel 3
Perbandingan Misi Kemdikbud dengan Tujuan Kalteng Harati
Misi Kemdikbud
1. Meningkatkan Ketersedia
an Layanan Pendidikan
2. Memperluas
Keterjangkauan Layanan
Pendidikan
3. Meningkatkan
Kualitas/Mutu
dan
Relevansi
Layanan
Pendidikan
4. Mewujudkan Kesetaraan
dalam
Memperoleh
Layanan Pendidikan
5. Menjamin
Kepastian
Memperoleh
Layanan
Pendidikan

Tujuan Kalteng Harati


1. Mempercepat peningkatan mutu, relevansi dan daya
saing pendidikan di Kalimantan Tengah, sejalan
dengan tuntutan ketersediaan SDM yang
profesional, berkompeten dan berkarakter;
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi para
Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam
mewujudkan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
profesional, berkompeten, dan berkarakter;
3. Meningkatkan motivasi belajar kepada generasi
muda yang lebih kompetitif dalam hal kualitas,
dengan memberikan dukungan Beasiswa Prestasi
kepada mereka
yang benar-benar berprestasi
disetiap jenjang secara berkelanjutan;
4. Meningkatkan kualitas siswa dan guru gemar
membaca dengan penyediaan buku pegangan siswa,
buku pegangan guru secara mencukupi di satuan
pendidikan;
5. Membangun sistem proses pembelajaran yang
bermakna dan efektif dengan tersedianya
perangkat
dokumen
kurikulum,
fasilitas
pembelajaran, serta penggunaan metodologi
pembelajaran.

Dari perbandingan di atas dapat dikatakan bahwa secara parsial, atau dalam artian sempit,
program Kalteng Harati telah sejalan dengan misi Kemdikbud RI.
3. Harati dan Prioritas Program Kalteng Harati.
Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian terdahulu, ada 5 (lima) prioritas
program Kalteng Harati yakni : (1). Kesejahteraan Guru, (2). Pelatihan Guru, (3).
Beasiswa Untuk Siswa Berprestasi, (4). Penyediaan dan Pendistribusian Buku-buku
Pelajaran, (5). Meningkatkan kualitas mutu belajar mengajar. Sekali lagi, jika kata
harati diterjemahkan menjadi cerdas secara paripurna/komprehensif, terutama secara
intelegensi, emosi, sosial dan spiritual, maka 5 prioritas program Kalteng Harati tersebut
jauh memadai untuk menghasilkan peserta didik dan lulusan yang harati tersebut.
Sekali lagi, tampaknya kata harati lebih dimaknai sebagai pintar ketimbang cerdas
dan berbudi.
Jika dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan, maka
5 prioritas program Kalteng Harati di atas dapat dikelompokkan dalam beberapa factor
sebagai berikut :
Tabel 4
Pengelompokkan Prioritas Kalteng Harati
Prioritas Kalteng Harati
1. Kesejahteraan Guru;
2. Pelatihan Guru;
3. Beasiswa untuk Siswa Berprestasi
4. Penyediaan dan Pendistribusian Buku-buku
Pelajaran;
5. Meningkatkan kualitas mutu belajar mengajar

Faktor Pendidikan
Guru
Pembiayaan dan pemerataan
Sarana Penunjang
Proses pembelajaran

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa adalah terlalu sederhana jika Kalteng
Harati hanya difokuskan pada faktor guru, pembiayaan, sarana pembelajaran, dan proses
pembelajaran dalam artian sempit. Untuk menciptakan peserta didik yang harati, kita
membutuhkan proses mendidik dan bukan hanya sekedar mengajar saja. Pendidikan
yang harati haruslah melibatkan proses komprehensif dalam pembentukan karakter,
perilaku dan sikap. Menyederhakan proses pendidikan dengan prioritas pada pelatihan
dan kesejahteraan guru, pemberian beasiswa untuk mengejar pemerataan dan APK
(angka partisipasi kasar), dan pemenuhan sarana penunjang, adalah upaya untuk
mengejar

target

kognitif,

sementara

target

afektif

terprogramkan.
4. Indikator Capaian Kalteng Harati yang tidak Harati.

dan

psikomotornya

tidak

10

Jika kita kaji lebih jauh, indikator capaian yang diharapkan dari program Kalteng
Harati, sebenarnya tidak menggambarkan istilah dan pengertian harati itu sendiri.
Indikator-indikator yang telah ditetapkan sebagai ukuran tercapainya program Kalteng
Harati, sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, lebih banyak
menggambarkan tentang capaian yang ingin dicapai guru (bukan peserta didik), padahal
hal tersebut tidak secara langsung berimplikasi positif terhadap peserta didik. Bukankah
tujuan Kalteng Harati adalah menciptakan peserta didik yang cerdas komprehensif ? Lalu
mengapa indikatornya justeru banyak mengukur capain oleh guru, sarana prasarana,
pembiayaan dan pemerataan ? Kenapa tidak mengukur capaian yang diperoleh oleh
peserta didik ? Itu merupakan beberapa pertanyaan mendasar seputar indikator capaian
program Kalteng Harati. Kritik tentang hal ini tergambar pada tabel berikut :
Tabel 5
Kritik tentang Indikator Capaian Kalteng Harati
Indikator Capaian Kalteng Harati
1. Sertifikasi Tenaga Pendidik dan
Kependidikan (Guru, Kepala Sekolah)
pada tahun 2014 mencapai di atas 40%;
2. Kualifikasi Guru kejenjang S1/D-4 pada
tahun 2014 mencapai 80%;

3. 90% Guru yang bertugas pada daerah


khusus/tertinggal/terpencil memperoleh
tunjangan daerah khusus/terpencil pada
tahun 2014.
4. 90% para guru di daerah terpencil
disediakan rumah dengan baik
5. 90% Guru memperoleh Diklat
Kompetensi dalam setiap tahunnya
minimal 50 jam pada tahun 2014.
6. 90% siswa berprestasi mendapatkan
beasiswa prestasi, dan 80% dapat
melanjutkan ke jenjang selanjutnya
hingga pendidikan tinggi;
7. Kalimantan Tengah dapat melaksanakan
Wajib Belajar 12 Tahun paling lambat
dimulai tahun 2014.
8. 90% pemenuhan buku pelajaran

Kaitan dengan Cerdas Komprehensif


Tidak ada jaminan bahwa jika jumlah
tenaga pendidik dan kependidikan yang
bersertifikat telah di atas 40%, maka
karakter peserta didik yang cerdas
berbudi.
Tidak ada jaminan bahwa jika jumlah
guru berpendidikan S1/D4 telah di atas
80%, maka karakter peserta didik akan
semakin baik, atau akan dihasilkan
lulusan yang cerdas berbudi
Penyediaan rumah dinas guru dan
tunjangan khusus di daerah terpencil
berkaitan dengan pemerataan pendidikan
dan perluasan akses pendidikan, akan
tetapi tidak menjamin adanya lulusan
yang cerdas komprehensif.
Diklat kompetensi ditujukan untuk
meningkatkan kompetensi mengajar,
bukan sebagai pendidik, sehingga
indikator ini juga belum menggambarkan
idealisme cerdas komprehensif
Indikator ini berkaitan dengan pemerataan
dan perluasan akses pendidikan, yang
bertujuan menciptakan peserta didik yang
pintar, tetapi belum tentu cerdas
komprehensif.
Indikator ini berkaitan dengan pemenuhan

11

pegangan siswa dan pegangan guru


sesuai jumlah data pelajaran dapat
dipenuhi pada tahun 2014;
9. 75% Dokumen KTSP di Satuan
Pendidikan dibuat dengan Inovasi
sendiri, 20% adaptasi, dan 5% adopsi
paling lambat tahun 2014;
10. 90% para Guru dalam mengajar telah
menggunakan pendekatan Lesson Study
dengan metoda yang lebih efektif dan
bermakna tahun 2014;

sarana penunjang pembelajaran, tetapi


belum tentu dapat menunjang proses
pendidikan/mendidik.
Peserta didik yang cerdas komprehensif
dapat tercipta antara lain dari proses
pembelajaran dan pendidikan yang
direncanakan dan dilakukan guru melalui
dokumen kurikulum, akan tetapi hal itu
sangat tergantung pada kemampuan guru.
Pembelajaran bermakna dapat membantu
memperbaiki pengetahuan, wawasan,
sikap dan perilaku peserta didik, sehingga
indikator ini dapat dijadikan sebagai salah
satu tolok ukur tercapainya peserta didik
cerdas komprehensif.

G. PENUTUP
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Secara konseptual program Kalteng Harati cukup bagus, karena bertujuan untuk
menciptakan insan Kalimantan Tengah yang cerdas komprehensif atau paripurna,
terutama secara intelegensi, emosi, sosial dan spritual. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional.
2. Dalam tataran praktis dan operasional, perlu re-orientasi tentang tujuan, arah kebijakan,
dan skala prioritas program Kalteng Harati, karena tujuan dan arah kebijakan Kalteng
Harati yang telah dirumuskan kurang komprehensif dan terkesan mengejar tujuan
kognitif semata sehingga mengabaikan nilai-nilai afektif dan psikomotor. Selama ini,
perumusan tujuan peogram Kalteng Harati telah terjebak pada pemikiran bernuansa
akademis sehingga keluar dari filosofi harati itu sendiri. Mestinya program Kalteng
Harati lebih diarahkan kepada pembentukan peserta didik yang memiliki karakter dan
berbudi.
3. Perumusan kembali tujuan dan prioritas program Kalteng Harati akan berimplikasi pada
perlunya penetapan kembali indikator capaian program yang lebih difokuskan kepada
perkembangan kecerdasan komprehensif peserta didik, bukan pada indikator capaian
guru. Dengan majunya dunia pengukuran pendidikan saat ini, maka pengetahuan tentang
pengukuran capaian aspek-aspek afektif-psikomotor oleh peserta didik juga berkembang
sehingga membuka peluang untuk menetapkan parameter-parameter kuantatifnya.
REFERENSI
Anonim, Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Jakarta : Sekretariat Negara RI.

12

Anonim, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :
Kementerian Pendidikan RI.
Anonim, Kalteng Harati, Harian Tabengan, 1 Juli 2010
Narang, Agustin Teras, 2010, Kalteng Harati, Paparan Gubernur Kalimantan Tengah, Palangka
Raya : Bappeda Kalteng
Sulang, Kusni, 2010, Gagasan Kalteng Harati ataukah Kalteng Tunjung Nyahu, Palangka Raya:
Jurnal Toddopuli, 2010
Talajan, Guntur , 2010, Grand Desain Kalteng Harati, Palangka Raya, Dinas Pendidikan
Kalteng

Anda mungkin juga menyukai