1. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2002)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1995)
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak
riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990)
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung
pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi
kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit. (Hudak & Gallo, 1996)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah
kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal yang menahun dimana
ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang berlangsung dari
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang berlangsung dalam jangka
waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik
uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang
menimbulkan respon sakit.
2. Anatomi Fisiologi
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah
kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang
peritoneum atau di luar rongga peritoneum.
Ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dari jaringan fibrus dan membentuk pembungkus
yang halus. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal.
Fungsi Ginjal :
-
b. Ureter
Kandung kemih berfungsi sebagai penampung urine. Organ ini seperti buah pir atau
kendi. Kandung kemih terletak di dalam panggul besar, di depan isi lainnya dan di
belakang simpisis pubis. Bagian terbawah adalah basis sedangkan bagian atas adalah
fundus. Puncaknya mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis.
d. Uretra
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke lubang luar,
dilapisi oleh membrane mukosa yang bersambung dengan membrane yang melapisi
kandung kemih.
Mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan berkemih disebabkan oleh
penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine di dalamnya. Jumlah urine yang
ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi yaitu 170-230ml. Mikturisi
merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan.
Kandung kemih dikendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatik dari pleksus
hipogastrik.
(Nursalam, 2006)
3. Etiologi
a. Menurut Smeltzer C, Suzanne (2002), etiologi gagal ginjal kronik yaitu :
1) Glomerulonefritis kronis
2) Pielonefritis
3) Diabetes mellitus
4) Hipertensi yang tidak terkontrol
5) Obstruksi saluran kemih
6) Penyakit ginjal polikistik
7) Gangguan vaskuler
8) Lesi herediter
9) Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
b. Menurut
Doengoes
ginjal kronik
yaitu
termasuk
antara lain:
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2) Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
tubulus ginjal
6) Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
7) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
Hematologis
- Anemia
- Trombositopeni
- Ggn Fungsi
leukosit
- Eritropoitin <
- Defisiensi besi
- Hemolisis
Gastrointestinal
Cegu
kan
-
Gastr
Cardiovaskuler
- Hipertensi
- Odema
- Parotitis
Endokrin
- Ggn.Metab.protein
- Ureum > daripada
air liur
itis
- Ggn.Tolerasi
Anor
eksia Mual
Muntah
- Ggn.Metab.lemak
- Ggn.Metab Vit. D
glukosa
Neurologis
Restless
Leg sindrom.
Burning
Feet sindrom.
Ensepalo
pati
Miopati
-
(Nursalam, 2006)
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
b. Menurut Smeltzer (2002), tanda dan gejala gagal ginjal kronik yaitu: hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
c. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
1) Sistem kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction sub pericardial
2) Sistem Pulmoner
a. Krekel
b. Nafas dangkal
c. Kusmaull
d. Sputum kental dan liat
3) Sistem gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan pardarahan mulut
d. Nafas berbau amonia
4) Sistem muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
5) Sistem Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Pruritis
c. Kulit kering bersisik
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
6) Sistem Reproduksi
a. Amenore
b. Atrofi testis
6. Komplikasi
a. Hipertensi
b. Hiperkalemia
c. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung
d. Anemia
e. Penyakit tulang
( Smeltzer, 2002)
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Menurut
1)
Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang
terjadi.
2)
3)
Untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu ataqu obstruksi lain.
Foto polos yang disertai dengan tomogram memberikan hasil keterangan yang
lebih baik Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
4)
5)
USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostat.
6)
Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,
parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.
7)
8)
9)
Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap
sebagai bendungan.
hipoalbuminemia.
b) Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
c) Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
menurunnya diuresis.
f) Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24
sebagai berikut:
1) Pemeriksaan laboratorium
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui
beberapa pembesaran ginjal.
3) Pemeriksaan EKG
(anuria)
c) Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
d) Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular
g) Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
2) Darah
a) Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
b) BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
c) SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
d) GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
e) Protein (albumin) : menurun
f) Natrium serum : rendah
g) Kalium: meningkat
h) Magnesium: meningkat
i) Kalsium ; menurun
j) Osmolalitas serum: Lebih dari 285 mOsm/kg
3) Pelogram Retrograd: Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
4) Ultrasonografi Ginjal :
Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas
5) Endoskopi Ginjal, Nefroskopi:
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor
selektif
6) Arteriogram Ginjal:
9. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas /istirahat
- Gejala:
Kelemahan malaise
Kelelahan ekstrem,
Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
- Tanda:
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
- Gejala:
Riwayat hipertensi lama atau berat
Palpitasi, nyeri dada (angina)
- Tanda:
Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik
Disritmia jantung
Pucat pada kulit
Friction rub perikardial
Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
- Gejala:
Faktor stress, misalnya masalah finansial, hubungan dengan orang lain
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan
- Tanda:
Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan kepribadian, mudah terangsang
d. Eliminasi
- Gejala:
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
Diare, Konstipasi, abdomen kembung,
- Tanda:
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat, kemerahan, berawan
Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
- Gejala:
- Gejala:
Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada Sakit kepala,
penglihatan kabur
telapak kaki Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati
perifer)
- Tanda:
Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang perhatian, stupor, koma
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
Rambut tipis, kuku tipis dan rapuh
g. Nyeri/kenyamanan
- Gejala:
Dispnea, nafas pendek, nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum
- Tanda:
Dispnea, takipnea pernapasan kusmaul
Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
i. Keamanan
j. Seksualitas
Gejala:
Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga
l. Penyuluhan
Riwayat diabetes mellitus pada keluarga (resti GGK), penyakit polikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang
(Doengoes, 2002)
10. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder:
muntah.
d. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi
keletihan.
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Penurunan
curah
jantungSetelah
dilakukan
tindakan 1. Auskultasi bunyi jantung dan 1.
berhubungan dengan bebankeperawatan
diharapkan
dapat paru
jantung yang meningkat.
mempertahankan curah jantung 2. Kaji adanya hipertensi
2.
dengan bukti tekanan darah dan
frekuensi jantung dalam batas
normal, nadi perifer kuat dan sama
dengan waktu pengisian kapiler.
3. Selidiki keluhan nyeri dada, 3.
perhatikan
lokasi,
beratnya
(skala 0-10)
4. Kaji tingkat aktivitas, respon 4.
terhadap aktivitas
2.
Rasional
Adanya takikardia frekuensi
jantung tidak teratur
Hipertensi dapat terjadi karena
gangguan
pada
sistem
aldosteron-renin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi
ginjal)
Hipertensi dan gagal ginjal
kronik dapat menyebabkan
nyeri
Kelelahan dapat menyertai
Gagal ginjal kronik juga anemia
3.
sering
4. Tingkatkan
kunjungan oleh 4.
orang terdekat selama makan
5. Berikan perawatan mulut sering 5.
4.
Perubahan
pola
nafasSetelah
dilakukan
tindakan 1.
berhubungan
dengankeperawatan diharapkan Pola nafas
hiperventilasi
sekunder,kembali normal / stabil
2.
kompensasi melalui alkalosis
respiratorik.
3.
5.
Kerusakan
integritas
kulitSetelah
dilakukan
tindakan 1.
berhubungan dengan pruritis keperawatan diharapkan integritas
kulit dapat terjaga dengan kriteria
hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
4.
Inspeksi
kulit
terhadap 1.
perubahan
warna,
turgor,
vaskuler, perhatikan kadanya
kemerahan
Mengidentifikasi kekurangan
nutrisi
Gejala
yang
menyertai
akumulasi toksin endogen yang
dapat
mengubah
atau
menurunkan pemasukan dan
memerlukan intervensi
Porsi
lebih
kecil
dapat
meningkatkan
masukan
makanan
Memberikan pengalihan dan
meningkatkan aspek sosial
Menurunkan ketidaknyamanan
stomatitis oral dan rasa tak
disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi
masukan
makanan
Menyatakan
adanya
pengumpulan secret
Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran O2
Mencegah terjadinya sesak
nafas
Mengurangi beban kerja dan
mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia
Menandakan area sirkulasi
buruk atau kerusakan yang
dapat
menimbulkan
pembentukan
dekubitus
/
infeksi.
6.
- Menunjukan perilaku / teknik 2. Pantau masukan cairan dan 2. Mendeteksi adanya dehidrasi
untuk mencegah kerusakan kulit
hidrasi kulit dan membran atau hidrasi berlebihan yang
mukosa
mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan
3. Inspeksi
area
tergantung 3. Jaringan udem lebih cenderung
terhadap udem
rusak / robek
4. Ubah posisi sesering mungkin
4. Menurunkan
tekanan pada
udem , jaringan dengan perfusi
buruk
untuk
menurunkan
iskemia
5. Berikan perawatan kulit
5. Mengurangi
pengeringan ,
robekan kulit
6. Pertahankan linen kering
6. Menurunkan iritasi dermal dan
risiko kerusakan kulit
7. Anjurkan pasien menggunakan 7. Menghilangkan
kompres lembab dan dingin ketidaknyamanan
dan
untuk memberikan tekanan pada menurunkan risiko cedera
area pruritis
8. Anjurkan
memakai pakaian 8. Mencegah
iritasi
dermal
katun longgar
langsung dan meningkatkan
evaporasi lembab pada kulit
Intoleransi
aktivitasSetelah
dilakukan
tindakan 1. Pantau pasien untuk melakukan 1. Untuk mengetahui kemampuan
berhubungan dengan oksigenasikeperawatan diharapkan pasien aktivitas
klien
jaringan yang tidak adekuat,dapat meningkatkan aktivitas yang 2. Kaji faktor yang menyebabkan 2. Untuk mengetahui intervensi
keletihan.
dapat ditoleransi
keletihan
selanjutnya
3. Anjurkan aktivitas alternatif 3. Kelelahan dapat menyebabkan
sambil istirahat
klien sesak nafas
4. Pertahankan status nutrisi yang 4. Nutrisi
dapat
menjadi
adekuat
kekuatan / menghasilkan energy
untuk beraktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI