PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini tingkat moralitas bagi anak di Indonesia masih
sangat tinggi 40/1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan
dan pemahaman orang tua tentang pemeliharaan dan perawatan serta hygieni diri /
perorangan dan lingkungan masih kurang.
Kejang demam merupakan penyakit yang mempunyai komplikasi yang
sangat berbahaya, seperti kerusakan sel otak, cedera, anoksia. Oleh karena itu
perlu perawatan yang intensif yang meliputi perawatan secara medik, terapeutik,
supportif yang dapat segera dilaksanakan. Maka diperlukan kerja sama yang baik
antara tenaga kesehatan dan keluarga dalam mencegah terjadinya bahaya tersebut,
dengan cara memberi penyuluhan dan pemahaman tentang arti pentingnya
kebersihan baik diri, keluarga dan lingkungan. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk mengangkat kasus kejang demam ini sebagai laporan asuhan kebidanan
pada anak.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi
saluran pernapasan bagian atas, kemudian disusul dengan infeksi saluran
pencernaan. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak lakilaki dari pada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena para wanita didapatkan
maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki.
Hal inilah yang menjadi latar belakang penulisan laporan kasus ini.
Penulis berharap agar karya tulis ini dapat berguna bagi semua pihak yang
memerlukan, khususnya sesama rekan tenaga kesehatan guna menambah
pengetahuan, kemampuan mengatasi kejang demam, yang mencakup apa kejang
demam, bagaimana cara penanganannya, dan komplikasi yang terjadi jika kejang
demam tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. F
Umur
: 4 tahun
JenisKelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara alloanamnesis terhadap pasien pada tanggal
15-11-2015, pagi menjelang siang di Bangsal Flamboyan RST Dr. Soedjono.
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RST Dr. Soedjono, kejang 1 jam SMRS
kurang lebih selama 1 menit.
b. Keluhan Tambahan
Demam, batuk, dan pilek
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Berdasarkan alloanamnesis dari ibu pasien, pasien mengalami kejang sejak
1 jam SMRS selama kurang lebih 1 menit. Kejang dengan kedua lengan anak
menekuk dan kedua kaki lurus. Saat kejang mata melirik ke atas. Kejang hanya 1x
selama 24 jam. Keluhan disertai demam sejak 18 jam SMRS, batuk dan pilek
sejak 1 hari sebelumnya. Pasien sadar setelah mengalami kejang. Suhu sebelum
kejang ibu tidak mengetahui. Pasien sempat berobat ke bidan untuk mengatasi
demamnya dan suhu sempat turun. Diare disangkal, sesak disangkal, riwayat sakit
telinga disangkal. BAB dan BAK normal. Tidak ada riwayat trauma/kontak
dengan luka yang kotor.
Tanda Vital
N
: 90x/menit
RR
: 32x/menit
BB : 15 Kg
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Rambut
Mata
Palpebra
: Edema /
Pupil
: Bulat, isokor
Konjungtiva
: Anemis/
RefleksCahaya : +/+
Sklera
: Ikterik/
Cekung: -/-
Telinga
Bentuk : Normal/Normal
Serumen
: /
Liang : Lapang
MembranTimpani:Intak/Intak
Mukosa:Tidak hiperemis
Hidung
Bentuk
: Normal
Deviasi Septum :
Sekret
: /
Concha
Mulut
Bibir : kering
Tonsil
: T1T2tenang
Leher
KGB
Thoraks
Paru
-
Inspeksi
: Hemithorax kanan-kiri simetris dalam keadaan
statis dan dinamis
Palpasi
: Fremitus taktil dan vocal kanan sama dengan kiri
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
: Suara nafas vesikuler, rhonki/, wheezing /
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar, simetris
Auskultasi
Palpasi
: Supel
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
Atas
Akral
: Hangat
Perfusi
: Baik
Sianosis
: ()
Edema
: ()
Bawah
Akral
: Hangat
Sianosis
: (-)
Perfusi
: Baik
Edema
: (-)
Status Neurologis:
PCS: E4V5M6 = 15
Refleks Patologis:
Babinsky: (-)
Meningeal Sign:
Refleks Fisiologis:
Tricep: +2
Biceps brachialis: +2
Laseque: (-)
Patella: +2
Kernig:(-)
Achilles: +2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 15-11-2015, jam 11.00 WIB
Paramete
r
WBC
LYM %
MID%
GRAN%
Result
14.5
49.7
5.6
44.7
LYM#
2.9
MID#
1.3
GRAN#
2.7
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW_CV
RDW_SD
4.60
12.1
34.4
74.8
24.7
40.4
14,8
33.1
PLT
MPV
PDW
PCT
227
6.4
10.4
0.15
Unit
X
10^3/U
L
%
%
%
X
10^3/UL
X
10^3/UL
X
10^3/UL
x10^6/U
L
g/dl
%
f
pg
g/dl
%
f
X
10^3/UL
f
f
%
DIAGNOSIS KERJA
Kejang Demam Simpleks ec ISPA
DIAGNOSIS BANDING
Kejang intrakranial:
1. Meningitis
2. Ensefalitis
Kejang ekstrakranial:
1. Kejang Demam
PLAN TERAPI
Range
4.0-10.0
20.0-40.0
1.0-15.0
50.0-70.0
0.6-4.1
0.1-1.8
2.0-7.8
3.50-5.50
11.0-15.0
36.0-48.0
80.0-99.0
26.0-32.0
32.0-36.0
11.5-14.5
39.0-46.0
150-450
7.4-10.4
10.0-14.0
0.2-0.5
PLAN FOLLOW UP
Hari/Tanggal/
Jam
16/11/2015
Hasil Pemeriksaan
Instruksi Dokter
O: KU/KS : tampaksakitsedang / CM
VS :
N : 120x/menit
R : 32 x/menit
S : 38 oC
Kepala : normochepal
Mata
: CA /, SI /
+
+
17/11/2015
Ekstremitas : akralhangat
edem
A : kejang demam simpleks ec ISPA
S : demam (+), batuk (+), pilek (+), Therapy:
mual (-), muntah (-), belum BAB 1
R : 32 x/menit
S : 37,8 oC
ml/24 jam.
Lapifed DM 3x1/4 cth
Lapixim 3x500 mg
Norages 150 mg k/p
Sanmol 175 mg
Stesolid 0,3 mg
Puyer 3x1
Kepala : normochepal
Mata
: CA /, SI /
+
+
18/11/2015
Ekstremitas : akralhangat
edem
A : Kejang Demam Simpleks ec ISPA
S : demam (+), batuk (+), pilek (+), Therapy:
mual (-), muntah (-),BAB dan BAK
: CA /, SI /
+
+
Ekstremitas : akralhangat
edem
A : kejang demam simpleks ec ISPA
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Kejang demam (febrile convulsion) adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal lebih dari 380 ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5
tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan yang dilakukan pada binatang, suhu
yang tinggi menyebabkan terjadinya kejang.
B.
Etiologi
Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:
1.
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroentritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2.
3.
4.
5.
Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau
Patologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber energi
otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi yang dipecah menjadi karbondioksida dan
air.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkn kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak umur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewaa yang
hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membrane tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas keseluruh sel maupun membran
sel disekitarnya dengan bantuan yang disebut neurotransimitter dan terjadi kejang. Tiap
anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergangtung tinggi rendahnya ambang
kejang seseorang. Anak akan menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang akan terjadi pada suhu 38 0C sedangkan anak dengan ambang
kejang yang tinggi, kejan akan terjadi pada suhu 40 0C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan
ambang kejangg yang rendah. Dalam penanggulannya perlu memperhatikan pada tingkat
suhu beberapa pasien menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapia, asidosis laktat disebabkab oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkaynya aktifitas otot dan selanjutnya
mneyebabkan metabolisme otak meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejan lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permehabilitas kapiler dan timbul
odema otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada daerah medial
lobus temporalis setelah mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Karena itu
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
sehingga terjadi epilepsi.
D.
atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak
terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung
lama atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi yang
menetap. Kejang demam terkait dengan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu
tubuh mencapai 390C atau lebih, ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh lamanya
beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap >15 menit menunjukkan
penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat terjadi mata terbalik
keatas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan berulang.
E.
Komplikasi
Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit yaitu:
1.
Kerusakan otak yang terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor yang mengakibatkan ion kalsium
dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara irrevesible.
2.
Retardasi mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam neonatus.
F.
Penatalaksanaan Medis
Dalam penanggulangan kejang demam sederhana adapun penatalaksanaan medisnya
sebagai berikut:
1.
diazepam ini yang diberikan secara intravena tidak perlu dipersoalkan lagi karena
keberhasilan untuk menkan kejag sekitar 80% - 90%. Efek terapeutiknya sangat cepat, kirakira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksiknya yang serius hampir tidak dijumpai apabila
diberikan secara perlahan dan dosisnya tidak melebihi 50 mg per suntikan. Dosisnya
diberikan sesuai dengan berat badan, biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0.3 mg/kg BB/
kali maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang
lebih besar. Diazepam dapat diberikan secara berulang pada kejang tetapi tidak dianjurkan
untuk digunakan pada dosis yang tinggi.
2.
3.
Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila
telah memungkinkan dapat diberikan paracetamol 10mg/kg BB/kali kombinasi diazepam 0,3
mg/ kg BB.
4.
Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama kurang dari 10
udem, dan anemis. Capillary refill time (CRT) kembali kurang dari dua detik dan arteri dorsalis
pedis teraba kuat.
Untuk lebih mengarahkan diagnosis pada pasien ini, kemudian dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk lab darah. Hasil lab darah hematologi rutin pada tanggal 15 Novemeber 2015
pukul 11.00 WIB di Laboratorium Patologi Klinik RST menunjukkan kadar Hb (12,1 g/ dl),
kadar Hct (34,4%), kadar leukosit (14,5 ribu/ l), kadar trombosit (227 ribu/ l).
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
pada pasien mengarahkan diagnosis banding bahwa pasien mengalami febris konvulsif, ISPA
dengan manifestasi kejang disertai demam dan batuk. Pasien An. A didiagnosis mengalami febris
konvulsif karena mengalami kejang selama 1 menit yang di sertai demam dan geajala ISPA
berupa batuk.
Terapi awal yang diberikan pada tanggal 15 November 2015 sesuai hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium adalah Inf D5 1/2 NS 1200 ml/24 jam, Lapifed
DM 3x1/4 cth, Lapixim 3x500 mg, Norages 150 mg k/p, sanmol 175 mg + stesolid 0,3 mg
( puyer 3x1)
Cairan parenteral berupa D5 1/2 NS diberikan sebagai terapi suportif. Sanmol dan
stesolid diberikan untuk menurunkan demam pasien dan mencegah kemungkinan terjadinya
kejang berulang. Antibiotik lapixim diberikan indikasi ispa.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.
Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu KesehatanAnak.
Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta.
Behrman, Kliegmen dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, penerbit Buku Kodektoren EGC,
Jakarta.
Mansjoer Arif dkk, Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ke 3 Jilid I, FKUI.