PENDAHULUAN
Wrist joint atau sendi pergelangan tangan merupakan regio yang meliputi
tulang karpalia dan bagian metafise serta permukaan sendi tulang radius dan ulna,
sedangkan Elbow joint atau sendi siku terdiri dari ujung distal tulang humerus dan
ujung proksimal tulang radius dan ulna.
Terdapat sejumlah jenis patah tulang yang sering terjadi pada persendian
ini. Meskipun beberapa dari fraktur ini biasanya terisolir (tidak ada luka lain),
fraktur ini dapat menjadi bagian dari cedera siku yang lebih kompleks. Fraktur
yang sering terjadi baik pada anak - anak maupun dewasa di daerah radius dan
ulna antara lain; fraktur Montegia, fraktur Galeazi, fraktur Supracondylus, fraktur
Colles, dan fraktur Smith. Penyebab terbanyak dari fraktur - fraktur tersebut
adalah akibat trauma langsung, di mana tangan jatuh terlebih dahulu kemudian
badan (dalam hal ini tangan menyangga berat badan ketika jatuh).
Penatalaksanaan pada fraktur fraktur tersebut dapat berupa reposisi
tertutup ( Closed Reduction ) yang dilanjutkan dengan gips maupun Operasi
dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Angka kesembuhan pada
fraktur ini cukup tinggi, sehingga seringkali hanya membutuhkan tindakan
reposisi tertutup ( Closed Reduction) dan gips. Tindakan operatif hanya
dibutuhkan bila fraktur berada pada di daerah intraartikuler atau yang bersifat
communitif.
Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana gambaran hasil radiologi
pada Wrist joint dan Elbow joint yang mengalami fraktur, sehingga dapat
membantu pemilihan penatalaksanaan yang sesuai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah.
2.2
Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi
mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut
Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan di bawah
periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang
masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal
sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang
disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap system terdiri
atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian.
Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit
antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli.
Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat
sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf
yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang
mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang.
Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang di
dalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang. Trabekulae ini terlihat seperti
spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang di dalamnya terdapat bone
marrow yang membentuk sel - sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua
macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui
proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak
dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom
(FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru.
Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel
penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang
tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstraseluler yang disebut matriks.
Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen,protein, karbohidrat, mineral, dan
substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,
oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang dengan pembuluh darah. Selain
itu, di dalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang
menyebabkan tulang keras. Sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 400
ml/menit melalui proses vaskularisasi tulang.
2.3
Anatomi
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah, merupakan
tulang pipa dengan sebuah batang dan 2 ujung yang lebih pendek dari pada
ulna.Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk
kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari
humerus. Sisi - sisi kepala radius bersendi dengan taktik radius dan ulna.
Di bagian bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta disebelah medial
dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon dari insersi
otot biseps.
Batang radius di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih
bundar dari pada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.
Batangnya melengkung ke sebalah luar dan terbagi dalam beberapa
permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor dan
pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior; dan di sebelah posterior
memberi kaitan pada ekstensor dan supinator di sebelah dalam lengan
2.3.2
Kinesiologi
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik didapati tanda fraktur. Pemeriksa harus
Penyulit
Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa
mengenai saraf radialis, ulnaris maupun medianus atau cabangnya. Cedera saraf
radialis ditemukan pada fraktur Montegia, sedangkan cedera saraf medianus
sering terjadi pada fraktur radius distal. Karena di lengan bawah terdapat banyak
pembuluh darah kolateral, kerusakan pembuluh darah jarang berakibat berat
terhadap lengan bawah. Penyulit yang segera tampak berupa sindrom
kompartemen juga relatif jarang.
2.6
pada elbow joint dan wrist joint, yaitu : Fraktur Montegia, Fraktur Galeazi,
Fraktur Supracondylus, Fraktur Colles, Fraktur Smith dan Fraktur Skafoid.
2.6.1
FRAKTUR MONTEGIA
A.
Pengertian
Fraktur Montegia adalah fraktur (discontinuitas) pada bagian
Klasifikasi
Menurut Bado Fraktur Montegia diklasifikasikan 4 tipe yakni:
a. Tipe I
Fraktur pada proksimal atau 1/3 tengah dari ulna dengan dislokasi
anterior pada caput radius.
Fraktur pada proksimal atau 1/3 tengah dari ulna dengan dislokasi
posterior pada caput radius.
Bado lesi tipe II. Setelah ORIF (Open Reduction Internal Fixation).
c. Tipe III`
Fraktur dari metafisis ulna dengan dislokasi lateral dari caput
radius.
Bado lesi tipe III dengan pergeseran lateral dari caput radius (with lateral
displacement of the radial head).
d. Tipe IV.
Fraktur pada proximal dan 1/3 tengah dari radius dan ulna dengan
dislokasi anterior dari caput radius.
Mekanisme cedera
Biasanya penyebabnya adalah jatuh mengenai tangan, kalau pada
Gambaran Klinis
Deformitas ulna biasanya jelas tetapi caput radius yang
Penatalaksanaan
Indikasi untuk pengobatan dari fraktur Montegia didasarkan pada
pola spesifik dari fraktur dan umur penderita. Sebagian besar fraktur
Montegia pada anak-anak dapat dilakukan closed reduction dan long arm
cast, sedangkan pada sebagian besar orang dewasa dilakukan open
reduction internal fixation.
Clossed reduction dengan mengunakan sedasi diberikan apabila
kejadiannya sudah berlangsung 6-8 jam. Clossed reduction biasanya
dilakukan dengan posisi supinasi, tetapi kadang memerlukan traksi dan
penekanan langsung dari caput radius. Apabila closed reduction tidak
berhasil maka akan segera di lakukan open reduction di kamar operasi.
Penundaan reduksi dari caput radius dapat mengakibatkan kerusakkan
artikular secara permanen, cedera saraf atau keduanya.
Apabila terjadi open fraktur maka akan dilakukan operasi
emergensi. Pada bado tipe I,III, dan IV dilakukan posterior long arm cast
dengan posisi siku flexi 90 derajat dan supinasi penuh.sedangkan pada
bado tipe II dilakukan posterior long arm cast dengan posisi siku flexi 70
derajat dan supinasi. Imobilisasi dapat dilakukan selama 6 minggu.
F.
Komplikasi
Malunion
FRAKTUR GALEAZZI
A.
Definisi
Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar joint
B.
Epidemiologi
Dari semua kasus patah tulang lengan bawah biasanya fraktur
Galeazzi terjadi sekitar 3-7% dan paling sering pada laki-laki. Walaupun
pola fraktur Galeazzi dilaporkan jarang, diperkirakan 7% dari seluruh
patah tulang lengan bawah pada orang dewasa.
C.
Mekanisme cedera
Penyebab lazimnya adalah jatuh dengan posisi menumpu pada
bawah dan
sendi
radioulnar
inferior
bersubluksasi
atau
Montegia.
D.
Gambaran klinik
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur
Pemeriksaan Sinar-X
Dilakukan foto antebrachii antero posterior (AP) dan lateral, juga
F.
Terapi
Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan reposisi dan imobilisasi
dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal,
deviasi ulnar, dan fleksi dan mobilisasi segera karena bagian distal
mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka
dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila
reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi Kwire. Operasi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF).
preoperasi,
seperti
fraktur
lainnya,
perencanaan
preoperatif diperlukan foto rontgen yang tepat, beserta foto dari sisi yang
sehat diperlukan sebagai perbandingan dan operasi
Kontraindikasi
Jika ada yang lebih mengancam jiwa harus dilakukan yang lebih prioritas,
operasi ini dapat ditangguhkan terlebih dahulu sampai pasien stabil.
G.
Komplikasi
Tingkat komplikasi secara keseluruhan dalam pengobatan fraktur
Nonunion
Malunion
Cross union
Kompartemen sindrom
Atropi sudeck
Trauma N. Medianus
Refracture
H.
Mortalitas
Pada umumnya rendah.
I.
Drain dilepas 24-48 jam post operatif atau sesuai dengan produksinya.
Mulai latihan ROM aktif dan pasif dari jari-jari, pergelangan tangan,
siku sesegera mungkin setelah operasi.
J.
Follow Up
2.6.3
FRAKTUR SUPRACONDYLAR
A.
Insiden
Kejadian fraktur supracondylus biasanya terjadi pada tulang yang
B.
Mekanisme Cedera
Biasanya terjadi akibat jatuh dengan posisi tangan terentang
dengan
siku
hiperekstensi
sehingga
dapat
menyebabkan
fraktur
Gambaran Klinik
Setelah jatuh, anak merasa nyeri dan siku bengkak, dan didapatkan
deformitas-S pada siku dengan jelas. Kalau gerakan siku atau bahu
dipaksakan sebelum konsolidasi, humerus dapat mengalami fraktur lagi.
Kekakuan sendi dapat diminimalkan dengan aktifitas lebih awal.
Sinar-X
Fraktur terlihat paling jelas pada pemeriksaan foto elbow lateral.
Pada fraktur yang bergeser ke posterior maka pada fotonya ditemukan
garis fraktur berjalan secara oblik ke bawah dan ke depan dan fragmen
distal bergeser ke belakang dan miring ke belakang. Pada fraktur yang
bergeser ke anterior maka pada fotonya ditemukan garis fraktur bersifat
oblik dan lebih rendah di posterior, fragmen miring ke depan.
D.
Penatalaksanaan
1. Skin Traksi
E. Komplikasi
1. Dini
Lesi pembuluh darah dan cedera saraf.
Akibat dari fraktur supracondylus dapat menyebabkan cerdera
arteri brakialis dan cedera saraf medianus.
2. Kronis
Miositis osifikans, kekakuan sendi, malunion, dan cubitus varus.
2.6.4
FRAKTUR COLLES
A.
(shortening) radial. Keadaan ini dapat atau tidak disertai fraktur styloideus
ulnae. Variasi intraartikuler dapat melibatkan facies artikularis distal radius
serta artikulatio radiocarpal dan radioulnaris.
Fraktur Colles diuraikan pertama kali oleh Abraham Colles tahun
1814 sebagai fraktur dislokasi ujung distal radius berjarak satu setengah
inci dari sendi, yang ternyata terbukti kebenarannya dengan perkembangan
radiolografi (Pool, 1973).
B.
lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian
distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal kolateral ulnar dan
radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligamentum dan kapsular
yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis yang
melekat pada semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat
pada ligamentum kolateral ulnar. Ligamentum kolateral ulnar bersama
dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligamentum
radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan
ulna, disebut Triangular Fibro Cartilage Complex (TFCC) (Sjamsuhidajat,
1997) berguna untuk menstabilakan artikulatio radioulnaris distal
(Zabinski dan Weiland, 1999).
Gerakan pergelangan tangan sangatlah luas (mobile) dan
kemampuannya mencapai 1800 untuk rotasi lengan bawah. Kurang dari
80% dari transmisi beban melalui pergelangan tangan lewat artikulatio
radiocarpal sementara 20% sisanya melalui artikulatio ulnocarpal lewat
Triangular Fibro Cartilage Complex. (Zabinski dan Weiland, 1999).
Cedera ini paling sering terjadi pada saat bermain sepatu roda,
skateboard, atau kegiatan lainnya dimana seseorang jatuh ke depan pada
kecepatan tinggi. Tulang dapat menjadi lebih rapuh pada orang dewasa
yang berusia 50 60 tahun atau lebih tua. Orang yang lebih tua memang
C.
Gejala Klinis
Klasifikasi
Gertland dan Werley cit Zabinski dan Weiland (1999), mula mula
membagi trauma distal radius ke dalam fraktur ekstra artikular dan intra
artikular. Kebanyakan klasifikasi fraktur dibuat berdasarkan anatomi
fraktur. Klasifikasi Frykman didasarkan pada keterlibatan artikulatio
radiokarpal dan atau radioulnar serta ada tidaknya fraktur styloideus ulnae.
URAIAN
Fraktur radius ekstra artikuler
Fraktur radius ekstra artikuler dengan fraktur ulna
Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal
Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal disertai fraktur
V
VI
ulna distal
Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal
Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal disertai
VII
VIII
ulnaris distal.
Fraktur sendi radiokarpal dan radioulnaris distal disertai fragmen ulnaris
Klasifikasi anatomi yang paling komprehensif dan lengkap adalah
Deformitas
Tidak ada atau tidak bermakna. Angulasi dorsal < 0 0 atau shortening < 3
II
III
IV
mm
Ringan. Angulasi dorsal 1 100 dan / atau shortening 3 6 mm
Sedang. Angulasi dorsal 11 - 140 dan / atau shortening 7 - 11 mm
Berat. Angulasi dorsal > 150 atau shortening > 11 mm
F.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada derajat pemendekan tulang radius
gips dapat dilepas umumnya 5 - 6 minggu (Mc Rae); Apley dan Solomon,
1987; Gartland dan Werley, 1951).
Mengenai immobilisasi gips bawah siku atau atas siku masih
terdapat perbedaan pandangan. Apley dan Solomon (1987), serta Mc. Rae
(1982), menyatakan penanganan fraktur Colles cukup dengan gips bawah
siku sedangkan ahli lain menyatakan harus dengan gips atas siku (Way,
1994). Sheikh dan Murthy (2000) menganjurkan immobilisasi kombinasi
yaitu gips atas siku pada minggu minggu awal dilanjutkan gips bawah
siku kecuali pada penderita di atas 60 tahun harus dipasang gips bawah
siku untuk mencegah kekakuan sendi siku.
G.
Komplikasi
Komplikasi Dini : Algodystrophy
Komplikasi Kronis ; Neuropathy persisten dari N. Medianus, N.
Ulnaris, dan N. Radialis, arthrosis radiocarpal dan radioulanar, dan
malposition - malunion. Komplikasi lain adalah adanya ruptur
tendon, unrecognized associated injuries, Volkmanns ischaemia,
finger stiffness, carpal tunnel syndrome, dan shoulder - hand
syndrome.
tipe dan fraktur Barton jenis anterior dengan dislokasi pergelangan tangan
salah satu tipe dari fraktur Smith.
1. Fraktur Smith yang comminutive dan oblique.
2. Fraktur Barton, yang disebut anterior fraktur tipe flexi marginal
dengan dislokasi pergelangan tangan.
3. Fraktur transversal yang disebut juga fraktur radius bagian distal yang
tidak dengan tipe flexi kominutif.
C.
Mekanisme Cedera
Cedera ini paling sering ditemukan setelah seseorang jatuh dengan
Gejala Klinis
Penatalaksanaan
Konservatif :
1. Mills (1957), telah menganjurkan cara manipulasi dari fraktur Smith
dengan mengembalikan arah persendian seperti semula. Mills dan
Thomas menyarankan cara mengunci fragmen pada tempatnya dengan
posisi supinasi penuh. Immobilisasi dengan sirkuler gips di atas siku
selama 5 6 minggu.
2. Plewer (1962), menganjurkan untuk mobilisasi setelah gips dibuka
supaya cepat, sebab kalau kurang aktif akan mengakibatkan
pergerakan pronasi yang terbatas dan terjadi kekakuan sendi tangan
dan siku.
3. De Palma menganjurkan sebagai berikut
Type I :
Fraktur Smith dengan comminutive yang oblique dilakukan reduksi
dengan traksi, manipulasi dan transfiksasi dengan pin.
Type II :
Fraktur Barton atau disebut pula fraktur marginal anterior tipe fleksi.
Penderita tidur telentang dan posisi siku tegak lurus, lengan bawah
pada posisi pertengahan (mid position).
Dilakukan traksi dengan alat Weinberg pada jari jari di atas siku
yang diikatkan ke bawah meja.
lalu
pergelangan
tangan
diletakkan
dalam
posisi
Penderita tidur terlentang dan posisi siku tegak lurus lalu dilakukan
traksi dengan alat Weinberg pada jari jari di atas siku yang
diikatkan di bawah meja.
Operatif :
Cauchoix, Dupare dan Potel (1960), menganjurkan
pengobatan fraktur Smith dengan fiksasi dalam (internal fixation)
dengan memakai plat kecil berbentuk T (Ellis Plate) dimana dua
sekrup dipasang pada fragmen proximal sedangkan fragmen distal
ditahan dengan kuat tanpa memakai sekrup.
Teknik operasi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Incisi vertikal melalui sisi radial arah volar dari lengan bawah
bagian distal dan incisi diperdalam sampai M. Pronator Quadratus
antara M. Flexor Carpi Radialis pada sisi lateral dan M. Palmaris
Longus dan N. Medianus pada sisi medial.
2. M. Flexor Policis Longus ditarik ke lateral dan tendon M. Flexor
Digitorum Superficialis ke medial, dan M. Pronator Quadratus
tampak pada sisi inferior dari tulang radius bagian bawah.
3. Fraktur
diperbaiki
dengan
plat
kecil,
menyudut
untuk
Keuntungan :
Di antara ke-3 tipe dari fraktur Smith, tipe Barton adalah yang
paling memuaskan pada pengobatan dengan cara operasi ini, juga
pada tipe yang lain cukup memuaskan.
F.
Komplikasi
1. Kerusakan jaringan lunak : Yang penting di sini adalah
kerusakan N.Medianus
fraktur.
2. Malunion : karena reposisi dan immobilisasi yang kurang baik.
3. Non union
4. Osteoarthritis
5. Gangguan pronasi dan supinasi
2.6.6
FRAKTUR SKAFOID
Fraktur skafoid (dari bahasa Yunani skaphos, artinya kapal), kadang
deformity
dari
fraktur
snuffbox.
Foto
proyeksi
pembobotan
T1
potongan
pada
proksimal
tulang
Komplikasi
Diagnosis dan tatalaksana yang tertunda dari suatu fraktur skafoid
dapat menyebabkan komplikasi, seperti nonunion, osteonekrosis, dan artritis
pasca trauma. Yang paling sering adalah nonunion dan osteonekrosis.
Meskipun kadang-kadang kedua fragmen skafoid dapat menjadi nekrotik,
osteonekrosis biasanya terjadi pada fragmen proksimal dan jarang pada
bagian distal karena adanya suplai darah yang baik pada bagian tulang ini.
Osteonekrosis sering terjadi dalam 3 sampai 6 bulan setelah cedera ketika
fragmen yang terkena terlihat hiperdensitas. Karena foto konvensional
kadang-kadang gagal untuk membuktikan kondisi ini, maka pencitraan CT
direkomendasikan. Pasien dengan union atau nonunion yang lambat lebih
mudah mengalami osteonekrosis, tetapi kesembuhan kadang-kadang dapat
terjadi. Union dan nonunion yang lambat biasanya ditangani dengan
pembedahan melalui graft tulang . Jika cara ini gagal, maka tulang skafoid
harus dikeluarkan dan diganti dengan prostesis. Salah satu komplikasi serius
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang ada di dalam referat ini, dapat disimpulkan
bahwa fraktur yang sering terjadi baik pada anak - anak maupun dewasa di daerah
radius, ulna dan karpal antara lain; fraktur Montegia, fraktur Galeazi, fraktur
Supracondylus, fraktur Colles, fraktur Smith dan fraktur Skafoid. Penyebab
terbanyak dari fraktur - fraktur tersebut adalah akibat trauma langsung, di mana
tangan jatuh terlebih dahulu kemudian badan (dalam hal ini tangan menyangga
berat badan ketika jatuh).
Penatalaksanaan pada fraktur fraktur tersebut dapat berupa reposisi
tertutup ( Closed Reduction ) yang dilanjutkan dengan gips maupun Operasi
dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Angka kesembuhan pada
fraktur ini cukup tinggi, sehingga seringkali hanya membutuhkan tindakan
reposisi tertutup ( Closed Reduction) dan gips. Tindakan operatif hanya
dibutuhkan bila fraktur berada pada di daerah intraartikuler atau yang bersifat
communitif.
DAFTAR PUSTAKA
Apley Graham A. & Solomon Louis. Prinsip Fraktur. Buku ajar ortopedi dan
fraktur system apley, edisi ketujuh, Widya Medika, Hal. 237. Jakarta.
Beals RK. 1976. The normal carrying angle of the elbow. A radiographic study of
422 patients. Clin Orthop Relat Res. Sep 1976;119:194-6. Diakses dari
http//scribd.com pada tanggal 10 juni 2015.
Mansjoer A et al (2001). Bedah Orthopedi, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1
Edisi III. Media Esculapius. FKUI.hal.346-357 Jakarta
Rasjad, Chairuddin (1998). Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Penerbit Bintang
Laumpatue. Hal. 409-466 Ujung Pandang
Reksoprodjo, S. (2002). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Staf Pengajar Bagian Ilmu
Bedah FKUI. Binarupa Aksara,1995,Hal. 502, Jakarta.
Kishner.
Elbow
Joint
Anatomy.
Diakses
dari