LKK 1 - 4
LKK 1 - 4
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan komunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non verbal.
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menanyakan identitas pasien
d. Memohon izin untuk melakukan anamnesis
2. Melakukan anamnesis penyakit-penyakit tiroid
a. Keluhan utama.
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit lainnya
e. Riwayat sistem tubuh lainnya
f. Riwayat keluarga
g. Latar belakang sosial (endemik) dan pekerjaan
3. Pemeriksaan Fisik:
a. Mampu menentukan letak anatomi kelenjar tiroid.
b. Mampu melakukan perabaan kelenjar tiroid untuk menentukan ukuran, konsistensi,
difuse atau nodul dan mobilitasnya.
c. Mampu memeriksa gejala klinis yang lain seperti tremor, takikardi, keringat banyak,
dan eksoftalmus .
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR ANAMNESIS KELAINAN KELENJAR TIROID
1.1 Landasan Teori
Kelenjar tiroid terletak di daerah leher di bawah kartilago krikoidea. Kelenjar ini menghasilkan
hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) yang berfungsi untuk merangsang
pembentukan energi, merangsang perkembangan normal SSP, dan merangsang termogenesis. Oleh
karena fungsinya yang beragam, perlu kiranya mempelajari bagaimana melakukan anamnesis pada
pasien dengan gangguan kelenjar tiroid.
Hal pertama yang perlu diwaspadai adalah bila pasien datang dengan keluhan pembesaran di
leher. Untuk itu diperlukan anamnesis yang teliti mengenai keluhan utama, onset penyakit, durasi
penyakit, keluhan penyerta, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat keluarga.
1.2 Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 1 Blok IX FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter
1.3 Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam kepada pasien.
2. Memperkenalkan diri kepada pasien.
3. Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan).
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan meminta izin pasien.
5. Menanyakan keluhan utama yang sering pada kasus tiroid :
a. Benjolan pada leher
b. Keringat banyak
c. Gemetar
d. Jantung berdebar-debar
e. Mudah lelah
f. Penurunan berat badan, nafsu makan
g. Pola BAB (sering diare)
h. Sesak nafas
i. Sering cemas
j. Suka panas atau dingin
6. Menanyakan riwayat penyakit sekarang yang berhubungan dengan keluhan utama secara
kronologis (waktu kejadian, sudah berapa lama, faktor pencetus yang memperberat keluhan).
7. Menanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan riwayat penyakit sekarang,
misal: sejak kapan penyakit tersebut diderita. Bila gangguan tiroid telah berlangsung kronis,
dapat mengakibatkan gangguan jantung.
8. Menanyakan riwayat penyakit lainnya, misal: DM, hipertensi, penyakit jantung rematik.
9. Menanyakan riwayat sistem tubuh lainnya, misal:
a. Sistem gastrointestinal: sering diare.
b. Sistem kardiovaskular: jantung berdebar-debar.
c. Sistem saraf: gangguan konduksi saraf sehingga menjadi lemas, mudah cemas
10. Menanyakan riwayat keluarga yang memiliki keluhan serupa.
11. Menanyakan latar belakang sosial (endemik) dan pekerjaan. Contoh latar belakang endemik
pada gangguan tiroid adalah penduduk di daerah pegunungan, karena kurang konsumsi yodium.
1.4 Kesimpulan
Mahasiswa menyebutkan kesimpulan yang didapat setelah melakukan anamnesis terhadap
pasien: apakah ada gejala kelainan kelenjar tiroid atau tidak.
2. PANDUAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID
2.1 Landasan Teori
Setelah selesai melakukan anamnesis, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk
memastikan diagnosis. Setiap pemeriksaan fisik memiliki langkah-langkah inti yang sama, yaitu:
a. Inspeksi untuk melihat bentuk kelenjar tiroid dan pergerakannya.
b. Palpasi untuk meraba kartilago tiroid dan krikoid serta isthmus kelenjar tiroid.
c. Perkusi, tidak dilakukan pada pemeriksaan kelenjar tiroid.
d. Auskultasi untuk mendengarkan bruit di lateral lobus tiroid apabila ada pembesaran
kelenjar.
2.2 Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 1 Blok IX FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter
4. Kursi
5. Kertas
2.3 Langkah Kerja
1. Pemeriksaan kelenjar tiroid
a. Meminta pasien untuk duduk dengan kepala sedikit menengadah.
b. Melakukan inspeksi dari depan pasien dengan memperhatikan apakah ada benjolan
(tonjolan) di daerah leher bagian depan.
c. Melakukan palpasi di sekitar regio leher depan dengan posisi pemeriksa berdiri di
belakang pasien (posterior approach) atau posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien
(anterior approach)
d. Lakukan penilaian kelenjar tiroid:
- Difus atau noduler
- Ukuran kelenjar tiroid: membesar atau normal
- Konsistensi: keras, kenyal, kistik
e.
Saat palpasi, pasien diminta menelan untuk memperhatikan apakah benjolan bergerak
(mobilitas) dan lobus kelenjar tiroid.
f.
Melakukan auskultasi dengan stetoskop untuk mencari bruit.
2. Melakukan pemeriksaan tremor
a. Meminta pasien meluruskan kedua tangan ke depan dada dengan jari-jari ekstensi.
b. Meletakkan selembar kertas di atas jari-jari kedua tangan.
c. Memperhatikan tremor dengan melihat apakah kertas bergetar atau tidak.
3. Melakukan pemeriksaan pada tealapak tangan
a. Pemeriksa memegang kedua tangan pasien apakah ada keringat berlebihan di telapak
tangan.
4. Melakukan pemeriksaan eksoftalmos dengan cara melakukan inspeksi pada kedua bola mata.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan dengan mata individu yang normal.
Melakukan tanda eksopthalmus lainnya seperti : tanda joffroy, tanda mobius
2.4 Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan fisik kelenjar tiroid:
a. Bentuk : normal, noduler, difus
b. Ukuran : normal, membesar
c. Benjolan di leher ikut bergerak saat menelan: goiter (pembesaran kelenjar tiroid)
d.
Konsistensi : keras, kenyal, kistik
e.
Bruit : ada atau tidak
2. Pemeriksaan tremor : ada tremor atau tidak
3. Pemeriksaan telapak tangan basah : ada atau tidak
4. Eksoftalmos : ada atau tidak
Skenario:
Seorang pasien pria, Tito, usia 20 tahun, seorang mahasiswa kedokteran, alamat Palembang,
datang ke tempat praktik anda dengan pegal-pegal serta kesemutan pada kedua tungkai sejak 3 bulan
yang lalu. Pegal-pegal dan kesemutan di kedua tungkai dirasakan terutama pada malam hari dan
semakin memberat. Pasien juga merasa lesu dan mengantuk pada pagi hari.
Pasien merupakan penderita diabetes mellitus sejak usia 7 tahun, tetapi karena sibuk kuliah
seringkali lupa minum obat dan jarang kontrol ke dokter. Selain itu, pasien sering tidak
memperhatikan dietnya ketika kumpul bersama teman-temannya, dan karena beban kuliah yang
sangat menyita waktu, maka pasien jarang berolahraga. Pasien sesekali merokok ketika mengerjakan
tugas kuliah dan pasien lebih senang makanan dan minuman yang manis.
Pasien adalah anak kos dan orang tuanya tinggal di luar kota. Ayah pasien adalah pengidap
darah tinggi dan ibu menderita stroke yang diakibatkan DM. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TB
160 cm, BB 60 kg, TD 120/80 mmHg, pernafasan 20 x/menit. Lain-lain dalam batas normal. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan gula darah puasa 180mg/dl dan gula darah PP 300 mg/dl.
1.4 Kesimpulan
Pasien dapat mengerti apa yang telah dijelaskan dan dapat melakukan saran yang telah disampaikan.
Sumber: www.medtek.ki.se
5. Fine needle insulin pen
6. Alkohol 70%
7. Kapas
2.3 Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam kepada pasien.
2. Memperkenalkan diri sebagai dokter yang bertugas.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
4. Meminta izin pasien.
5. Mengambil insulin pen.
6. Mengambil dan memasang fine needle insulin pada insulin pen.
7. Melakukan tindakan aseptik pada kulit di lokasi suntikan (deltoid, abdomen, femoralis, gluteus)
dengan kapas alkohol.
8. Menentukan dosis dengan cara memutar pengatur dosis pada insulin pen.
9. Menyuntikkan insulin secara subkutan dengan sudut 90.
10. Mencabut insulin pen dari tempat suntikan setelah hitungan kesepuluh.
11. Menyimpan insulin pen yang sudah dipakai pada suhu kamar.
12. Membuang jarum yang sudah dipakai.