Makalah Makro
Makalah Makro
Mata Kuliah
: Ekonomi Makro
Nama Dosen
: Azizah Fitriyani
Nama Mahasiswa
: Zulfikar Machmud
NIM
: 14100968
Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Mengukur Pendapatan Nasional Suatu Negara dengan topik pendapatan nasional.
Makalah ini berisi tentang pendapatan nasional suatu negara. Makalah ini saya lengkapi
dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang dan tujuan
pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan tentang mengukur pendapatan negara.
Penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan secara singkat isi dari makalah
saya. Makalah ini juga saya lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan
referensi bahan dalam penyusunan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan saya terima dengan senang hati. Akhir
kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang
menyusun maupun yang membaca.
1 | Ekonomi Makro
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pendapatan Nasional.....................................................................................................6
2.1.1 Konsep Pendapatan Nasional..............................................................................6
2.1.2 Pengertian Pendapatan Nasional.........................................................................7
2.1.3 Pengukuran Pendapatan Nasional.......................................................................7
2.1.3.1 Pengukuran Pendapatan Nasional Berdasarkan Faktor Produksi...............7
2.1.3.2 Pengukuran Pendapatan Nasional Berdasarkan Pendekatan Pendapatan...9
2.1.3.3 Pengukuran Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran...................................11
2.1.4 Konsep Pengukuran Pendapatan yang Lain......................................................14
2.1.5 Perbedaan Produk Domestik Bruto Riil dengan Produk Domestik Bruto
Nominal............................................................................................................................15
2.1.6 Transaksi yang Tidak Dimasukkan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional. 17
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
2 | Ekonomi Makro
BAB I
PENDAHULUAN
5. Untuk mengetahui perbedaan antara Produk Domestik Bruto Riil dengan Produk
Domestik Bruto Nominal.
6. Untuk mengetahui transaksi yang tidak dimasukkan kedalam pendapatan nasional.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan, maka penulisan makalah ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis untuk lebih memahami mata kuliah makro ekonomi, khususnya mengenai
konsep pendapatan nasional hingga komponen-komponen yang ada di dalam
pendapatan nasional.
2. Pembaca untuk dijadikan referensi atau pertimbangan penulisan di kemudian hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendapatan Nasional
2.1.1 Konsep Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional dapat ditentukan dengan Produk Domestik Bruto (GDP). Dimana
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan statistik perekonomian yang paling diperhatikan
karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. PDB
dapat mengukur dua hal pada saat bersamaan yaitu total pendapatan semua orang dalam
perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa sebagai hasil
dari perekonomian (Mankiw, 2006:4-5). Dalam hal ini yang dimaksud mengukur
pendapatan dan pengeluaran secara bersamaan misalnya ketika konsumen ingin
mengkonsumsi barang atau jasa dengan harga sebesar Rp500.000,00 maka konsumen
melakukan pembelanjaan atau pengeluaran sebesar Rp500.000,00 untuk kegiatan konsumsi.
Pada saat itu pula produsen memperoleh pendapatan sebesar Rp500.000,00 dari hasil menjual
barang dan jasa tersebut, sehingga proses pengeluaran dan pendapatan terjadi secara bersama5 | Ekonomi Makro
memahami pendapatan nasional secara dalam, maka perlu mengetahui definisi pendapatan
nasional, dimana menurut Mankiw (2006:9) Pendapatan nasional adalah total pendapatan
yang diperoleh penduduk yang diperoleh penduduk suatu negara dalam produksi barang dan
jasa. Sedangkan menurut (Ragandhi, 2012) Pendapatan nasional agregatif menunjukkan
kemampuan suatu negara dalam menghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor-faktor
produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain
dapat disimpulkan bahwa pendapatan Nasional merupakan hasil yang di dapatkan dari
kegiatan produksi suatu negara, sehingga suatu negara dituntut untuk memiliki inovasi dan
kreatifitas yang tinggi dengan penguasaan teknologi yang canggih agar dapat menciptakan
barang dan jasa yang berkualitas dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat melalui
pendapatan nasional yang tinggi dan merata.
2.1.3
masyarakat. Pendapatan nasional dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain:
2.1.3.1 Pengukuran Pendapatan Nasional Berdasarkan Faktor Produksi
A. Pengertian Faktor Produksi dan Faktor Penting dalam Produksi
6 | Ekonomi Makro
Faktor Produksi adalah proses pengelolaan input menjadi output berupa barang dan jasa.
Dua faktor yang paling penting dari produksi adalah tenaga kerja dan modal. Dimana modal
adalah seperangkat alat atau media yang digunakan pekerja, seperti kalkulator untuk akuntan,
dan komputer pribadi seorang penulis. Sedangkan Tenaga kerja adalah seseorang yang
bekerja berdasarkan waktu tertentu. Jumlah modal ditulis dengan simbol K=K dan tenaga
kerja ditulis dengan simbol L=L (Mankiw, 2010:47).
B. Fungsi Produksi
Menurut Mankiw (2010:48) Fungsi produksi menunjukkan kemampuan teknologi untuk
mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Dimana output ditulis dengan simbol Y,
sehingga dapat diketahui persamaan dari fungsi produksi adalah:
Y = F (K, L)
Persamaan ini menyatakan bahwa output adalah fungsi dari jumlah modal dan jumlah
tenaga kerja.
C. Pasokan Barang dan Jasa
Menurut Mankiw (2010:48) Faktor-faktor produksi dan fungsi produksi bersama-sama
menentukan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, yang pada gilirannya sama dengan
output perekonomian. Untuk mengungkapkan hal ini secara matematis, dapat diketahui
persamaan sebagai berikut:
Y = F (K.L)
=Y
Persamaan ini menunjukkan bahwa pemasok modal dan tenaga kerja serta teknologi
adalah tetap, dimana output juga tetap (di sini dilambangkan dengan Y).
Faktor produksi dapat ditentukan oleh nilai pasar atau faktor harga. Faktor harga adalah
sejumlah uang yang dibayarkan untuk memenuhi faktor produksi yang berupa modal dan
tenaga kerja. Dalam hal ini PDB menambahkan berbagai jenis produk yang berbeda dalam
satu ukuran tunggal mengenai nilai aktivitas perekonomian dengan menggunakan harga pasar
7 | Ekonomi Makro
karena harga pasar mengukur jumlah yang rela dibayarkan orang untuk barang-barang yang
berbeda, maka harga mencerminkan nilai dari barang tersebut (Mankiw, 2006:7). Dalam hal
ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran pendapatan nasional berdasarkan faktor produksi
yaitu pendapatan nasional dihitung berdasarkan nilai barang dan jasa dari masing-masing
sektor pada periode tertentu. Adapun contoh pengukuran pendapatan nasional berdasarkan
faktor produksi, seperti pada Tabel 1 berikut:
Sektor Ekonomi
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa pada Tahun 2013 sektor industri pengolahan
memberikan kontribusi sebesar terhadap total perekonomian sebesar 707,5 triliun, diikuti
sektor perdagangan, hotel, restoran sebesar 501,2 triliun, dan sektor pertanian sebesar 339,9
triliun. Hal ini dapat dilihat bahwa warga negara Indonesia banyak melakukan kegiatan usaha
di sektor industri pengolahan, seperti industri mebel dan industri tekstil yang tidak hanya
diproduksi secara domestik tetapi juga secara diproduksi secara global.
2.1.3.2 Pengukuran Pendapatan Nasional Berdasarkan Pendekatan Pendapatan
Menurut Mankiw (2010:50) dalam pembuatan produk, perusahaan memerlukan dua
faktor produksi antara lain modal dan tenaga kerja. Hal itu dilakukan untuk ekonomi agregat
8 | Ekonomi Makro
dengan cara penguasaan teknologi produksi perusahaan dengan fungsi produksi sehingga
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y= F (K, L)
Dimana Y adalah jumlah unit yang diproduksi (output perusahaan), K merupakan jumlah
dari penggunaan mesin (jumlah modal), dan L adalah jumlah jam kerja dari karyawan
(jumlah tenaga kerja). Dengan adanya peran tetap teknologi sebagai fungsi produksi,
perusahaan dapat menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah banyak tentunya dengan
jumlah mesin yang banyak atau jam kerja karyawan yang diperpanjang. Perusahaan menjual
produknya maka yang didapat yaitu berdasarkan jumlah harga (P) tertentu, pekerja
memperoleh gaji (W), modal memperoleh sewa.
Tujuan setiap perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba. Laba sama dengan
pendapatan dikurangi biaya. Pendapatan = P x Y, harga penjualan barang (P) dari jumlah
barang yang diproduksi perusahaan (Y). Biaya tenaga kerja = W x L, gaji (W) merupakan
jumlah biaya dari tenaga kerja (L), biaya modal = R x K, biaya sewa dari modal (R)
merupakan jumlah waktu dari modal (K). Maka persamaan sebagai berikut:
Laba = Pendapatan biaya tenaga kerja biaya modal
= PY WL RK
Untuk melihat bagaimana laba bergantung pada faktor produksi, maka fungsi produksi
Y = F(K, L) , untuk pengganti Y dapat diperoleh:
Laba = PF(K, L) WL RK
Persamaan ini memperlihatkan bahwa laba tergantung pada harga produk (P), faktor
harga (W) dan (R), serta faktor kuantitas (L) dan (K). Perusahaan bersaing untuk
mendapatkan harga produk dan faktor harga dengan memberi dan merubah jumlah tenaga
kerja dan modal untuk memaksimalkan laba. Dapat disimpulkan bahwa pengukuran
pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pendapatan merupakan pendapatan yang
dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan dari masing-masing faktor produksi pada
tahun tertentu. Adapun contoh penghitungan pengukuran pendapatan nasional berdasarkan
pendekatan pendapatan, seperti pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. PDB Berdasarkan Pendapatan
Faktor Produksi
Tenaga Kerja
Modal
Tanah
Keahlian
Pendapatan
Upah/ Gaji
Bunga
Sewa
Laba
Nilai Rupiah
Rp 400
RP 250
Rp 425
Rp 125
9 | Ekonomi Makro
TOTAL
RP 1.200
investasi
(I),
belanja
pemerintah (G) dan ekspor neto (NX). Untuk melakukan ini, PDB (yang ditunjukkan sebagai
Y) sehingga dapat diperoleh persamaan:
Y = C + I + G +NX
Masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan menggunakan atau membeli barang dan jasa. Barang IBarang
tahan lama bisa berupa mesin, kendaraan, dan perlengkapan. Sedangkan barang tidak tahan
lama contohnya seperti makanan. Jasa merupakan suatu produk yang tidak berwujud, dan
tidak dapat disimpan, contohnya seperti jasa konsultan, loundry, hotel, fotocopy, salon, dan
lain-lain (Mankiw, 2006:12). Menurut Ragandhi (2012) Secara makro agregat, pengeluaran
konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional, dimana besarnya
tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk
berkonsumsi (Marginal Prospensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan
pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal Prosperity to Save,
MPS). Konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan disposibel, dimana pendapatan disposibel
adalah pendapatan setelah dikurangi pajak dan merupakan pendapatan yang siap
10 | E k o n o m i M a k r o
c) Belanja Pemerintah
Belanja pemerintah mencakup upah pekerja pemerintah dan pembelanjaan untuk
kepentingan umum. Pembelanjaan negara dapat disebut sebagai pembayaran transfer karena
tidak dibelanjakan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi. Dari sudut pandang
ilmu ekonomi makro, pembayaran transfer berlaku seperti pajak yng negatif karena PDB
dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran
atas produksi barang dan jasa (Mankiw, 2006:12). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
belanja pemerintah merupakan suatu pengeluaran yang ditujukan untuk kepentingan publik
bukan untuk kepentingan pribadi.
d) Ekspor neto
Menurut Mankiw (2006:13) Ekspor neto (Net Export) sama dengan pembelian produk
dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga
11 | E k o n o m i M a k r o
negara (impor). Ekspor neto mencakup barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri (diberi
tanda minus) karena barang dan jasa ini dicantumkan dalam konsumsi, investasi, dan belanja
pemerinta (dengan tanda plus). Namun, karena pembelian ini juga meningkatkan konsumsi,
investasi, atau belanja pemerintah, pembelian ini tidak mempengaruhi PDB. Dalam hal ini
ekspor neto mengacu pada pada nilai ekspor dikurangi nilai impor, karena pengurangan
tersebut masuk pada komponen PDB yang lain sehingga pembelian barang atau jasa dari luar
negeri dapat mengurangi ekspor neto. Dapat disimpulkan bahwa pengukuran berdasarkan
pendekatan pengeluaran merupakan pendapatan nasional yang dihitung dengan cara
menjumlahkan pengeluaran dari masing-masing pelaku ekonomi dalam periode tertentu.
Adapun contoh pengukuran pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran,
seperti pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. PDB Berdasarkan Pengeluaran Tahun 2013
Pelaku Ekonomi
Konsumen
Produsen
Pemerintah
Sektor Luar Negeri
Y = C + I + G + (X M)
Nilai Rupiah
1.518,4
688,6
215,4
1.311,7
1.017,2
2.716,9
13 | E k o n o m i M a k r o
maka dapat dikatakan bahwa jumlah output barang dan jasa yang dihasilkan jumlahnya
lebih banyak atau harga dari suatu barang dan jasa meningkat lebih tinggi. Menurut Mankiw
(2006:14) adapun penjelasan antara PDB riil dengan PDB nominal, antara lain:
A. PDB Riil
PDB riil adalah suatu kegiatan produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga tetap.
Dimana penghitungannya dilakukan dengan memilih suatu tahun sebagai tahun pokok,
kemudian menggunakan harga pada tahun pokok tersebut untuk menghitung nilai barang dan
jasa pada semua tahun. PDB riil menggunakan harga tahun pokok yang tetap untuk
menentukan nilai produksi barang dan jasa dalam perekonomian, karena PDB tersebut tidak
dipengaruhi oleh adanya perubahan harga namun hanya menggambarkan perubahan jumlah
barang dan jasa. Artinya PDB riil merupakan ukuran produksi barang dan jasa dalam
perekonomian (Mankiw, 2006:15-16). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa PDB riil
dijadikan sebagai patokan atau referensi dalam membandingkan jumlah pada tahun yang
berbeda serta menunjukkan kemampuan perekonomian dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, sehingga dapat dikatakan PDB riil merupakan ukuran yang lebih baik
daripada PDB nominal. Hal ini terbukti ketika membicarakan tentang PDB perekonomian
dan pertumbuhan ekonomi, maka yang dimaksud adalah PDB riil bukan PDB nominal.
Kenaikan PDB riil terjadi pada saat harga tetap namun kuantitas naik. Contoh penghitungan
PDB riil, antara lain:
PDB riil = mengukur output dengan harga konstan (misal tahun dasar 2010)
Total output tahun 2010 x Harga output 2010
Total output tahun 2011 x Harga output 2010
Total output tahun 2012 x Harga output 2010
B. PDB Nominal
PDB nominal adalah kegiatan produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga-harga
di masa sekarang. Artinya PDB nominal menggunakan harga barang saat ini untuk
menentukan nilai produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Pada tahun pokok, PDB riil
selalu sama dengan PDB nominal (Mankiw, 2006:15-16). Dalam hal ini dapat disimpulkan
14 | E k o n o m i M a k r o
bahwa PDB nominal menerapkan harga produksi barang dan jasa berdasarkan harga yang
ditetapkan atau berlaku saat ini. Kenaikan PDB nominal terjadi pada saat harga naik dan
kuantitas naik. Contoh penghitungan PDB nominal, antara lain:
PDB nominal = mengukur output dengan harga berlaku
Total output tahun 2010 x Harga output 2010
Total output tahun 2011 x Harga output 2011
Total output tahun 2012 x Harga output 2012
C. Deflator PDB
Menurut Mankiw (2006:17) Deflator PDB adalah ukuran tingkat harga yang dihitung
sebagai perbandingan PDB nominal terhadap PDB riil dikalikan 100. Deflator PDB, hanya
mencerminkan harga barang dan jasa namun bukan jumlah yang diproduksi. Rumus dari
deflator PDB, antara lain:
Deflator PDB=
PDB nominal
x 100
PDB riil
Pada tahun pokok, PDB nominal pasti sama dengan PDB riil, sehingga deflator PDB
pada tahun pokok selalu sama dengan 100. Deflator PDB merupakan salah satu ukuran yang
digunakan untuk mengamati rata-rata tingkat harga dalam perekonomian. Dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa deflator PDB merupakan rasio antara PDB nominal dengan PDB riil,
dalam artian deflator PDB mengukur tingkat harga yang ditetapkan saat ini terhadap tingkat
harga yang ada di tahun pokok.
2.1.6 Transaksi yang Tidak Dimasukkan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional
PDB selain digunakan untuk mengukur nilai pasar atas barang dan jasa yang diproduksi ,
juga terdapat beberapa produk yang tidak disertakan dalam PDB karena pengukurannya
begitu sulit. Menurut Mankiw (2006:7) beberapa transaksi yang tidak dimasukkan kedalam
perhitungan pendapatan nasional, antara lain:
1) Unorganized Market Transaction: mencakup barang-barang yang tidak pernah memasuki
pasar karena diproduksi dan dikonsumsi dalam rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa
transaksi tidak melalui pasar karena dibuat dan dikonsumsi untuk kepentingan pribadi.
Contohnya: sayuran yang dibeli di toko bahan pangan menjadi bagian dari PDB,
sedangkan sayuran yang ditanam sendiri di taman tidak termasuk kedalam PDB.
15 | E k o n o m i M a k r o
2) Transaksi Barang Bekas: PDB mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang
diproduksi. Tidak termasuk didalamnya transaksi yang melibatkan barang-barang yang di
produksi di masa lalu. Dapat disimpulkan bahwa transaksi barang bekas hanya bersifat
transaksi transfer (perpindahan pemilik) dan tidak secara langsung menambah produksi
barang dan jasa. Contohnya: Peusahaan Honda memproduksi dan menjual sepeda motor
dan mobil baru, nilai dari sepeda motor dan mobil tersebut termasuk dalam PDB, namun
ketika sepeda motor atau mobil dijual kepada pihak lain maka nilai dari produk bekas
tersebut tidak termasuk kedalam PDB.
3) Transaksi di Black Market: segala produk yang diproduksi dan dan dijual di pasar gelap
tidak diikutsertakan dalam PDB. Dapat disimpulkan bahwa barang dan jasa yang
diproduksi atau dijual secara ilegal tidak termasuk kedalam PDB karena menyangkut
kegiatan yang menyimpang dari peraturan pemerintah. Contohnya: obat-obatan terlarang,
barang hasil curian, minuman keras.
4) Transaksi produk setengah jadi: barang setengah jadi dianggap sebagai barang jadi untuk
sementara dan nilainya sebagai persediaan ditambahkan pada PDB. Ketika persediaan barang
nantinya digunakan atau dijual, persediaan perusahaan akan bernilai negatif dan PDB untuk
periode tersebut akan berkurang sesuai jumlah. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
produk setengah jadi tidak dapat dihitung kedalam PDB karena pengukurannya sulit sehingga
banyak yang menghitung produk setengah jadi menjadi barang jadi untuk memudahkan
dalam pemberian nilai. Contohnya: kain pada perusahaan garmen dijadikan input (barang
setengah jadi) untuk membuat baju, sehingga yang dihitung hanyalah baju. Hal itu dilakukan
agar tidak terjadi pengulangan perhitungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Pendapatan Nasional / National Income
16 | E k o n o m i M a k r o
pendapatan yang diterima oleh suatu negara selama satu tahun yang diukur dengan nilai
-
uang.
Konsep Pendapatan Nasional
1. PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayahsuatu negara selama satu
tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yag dihasilkan
oleh perusahaan/orang asing yang eroperasi di wilayah yang bersangkutan.
2. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross National Product)
PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu
negara dalam periode tertentu yang biasanya dalam jangka satu tahun, termasuk
didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat negara tersebut yang
berada di luar negeri.
Rumus GNP = GDP Produk netto terhadap luar negeri
3. NNP (Net National Product)
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode
tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus : NNP = GNP Penyusutan
4. NNI (Net National Income)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah
dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax).
Rumus : NNI = NNP Pajak tidak langsung
5. PI (Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar
sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi,
iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
Rumus : PI = (NNI + transfer payment) (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran
jaminan sosial + Pajak perseorangan )
6. DI (Disposible Income)
DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh
penerimanya.
Rumus : DI = PI Pajak langsung
3.2 Saran
Meningkatnya pendapatan nasional memang suatu prestasi yang baik. Akan tetapi bukan
berarti kesejahteraan dan kemakmuran warga masyarakat mengikuti begitu saja. Untuk itu
pemerintah harus lebih memaksimalkan pemerataan dalam mendistribusikan pendapatan,
agar tidak terjadi gap (kesenjangan) di dalam tingkat kehidupan masyarakat yang berakibat
munculnya suatu ketegangan dan juga berharap agar pemerintah Indonesia tanggap terhadap
nasional di negara kita.
17 | E k o n o m i M a k r o
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta. Subdirektorat
Publikasi dan Kompilasi Statistik
Ernita, Dewi. Syamsul, Amar dan Syofyan, Efrizal. 2013. Anlisa Pertumbuhan ekonomi,
Investasi, dan Konsumsi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, Vol 1:2.
Mankiw, N. G. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Mankiw, N. G. 2010. Intermediate Macroeconomics. Seven Edition. China: Palgrave
Macmillan.
Ragandhi, Arsad. 2012. Pengaruh Pendapatan Nasional, Inflasi, dan Suku Bunga Deposito
Terhadap Konsumsi Masyarakat di Indonesia. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia
18 | E k o n o m i M a k r o