PENDAHULUAN
Perkembangan usaha dewasa ini telah sampai pada tahap persaingan global
dengan dinamika perubahan yang demikian cepat. Dalam situasi kompetisi global
seperti ini, Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu keharusan dalam
rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan berkelanjutan. Penerapan
konsep GCG diharapkan dapat menjadi pengelolaan perusahaan yang lebih transparan
bagi semua pihak yang berkepentingan. Pengaturan dan pengimplementasian good
corporate governance memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi dari
penetapan kebijakan dasar tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan
penerapan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya.
Prinsip GCG yang dianut oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) dan beberapa lembaga lain menempatkan prinsip tanggungjawab
(responsibility) sebagai pilar tegaknya GCG. Salah satu implementasi prinsip
responsibility diterapkan dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang disebut
dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak
hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham, tapi juga untuk
kesejahteraan pihak pemangku kepentingan dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja,
komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Global Compact
Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu
tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang
(people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini. Dalam perkembangannya,
terdapat terobosan baru mengenai gagasan CSR yang terkenal dengan sebutan The
Triple Botton Line. Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang
berpijak pada singgle botton line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam
kondisi keuangan saja. Tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple botton
line, yaitu tidak hanya pada aspek keuangan saja melainkan juga pada sosial dan
lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh
secara berkelanjutan (Eklington 2004).
Pelaksanaan CSR telah menjadi strategi jangka panjang manajemen perusahaan
dalam menciptakan nama baik perusahaan. Namun pada kenyataannya tidak semua
perusahaan mampu melaksanakan CSR, karena CSR merupakan salah satu topik yang
berkaitan dengan moral dan etika bisnis. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip
GCG diharapkan dapat membantu mewujudkan praktek CSR, karena implementasi dari
tanggungjawab sosial perusahaan tidaklah terlepas dari penerapan GCG di dalam
perusahaan tersebut yang akan mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan
secara benar termasuk mengimplementasikan tanggungjawab sosialnya.
Tujuan penelitian ini adalah; (1) Untuk menjelaskan penerapan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik (GCG) dalam perusahaan dan penerapannya pada praktik
CSR. (2) Untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar hukum CSR yang diterapkan
dalam praktik. (3) Untuk menjelaskan program-program CSR yang dilaksanakan oleh
PT. TELKOM. Kontribusi dalam penelitian ini sebagai kajian bagi perusahaan untuk
mengetahui prinsip-prinsip GCG, sehingga bisa diimplementasikan ke dalam praktikpraktik terbaik CSR dalam perusahaan BUMN. Sehingga kedepannya TELKOM bisa
menerapkan prinsip GCG lebih baik lagi.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori pemangku kepentingan (Stakeholders theory) pertama kali diperkenalkan
oleh Freeman (1984), yang menyatakan bahwa perusahaan adalah organ yang
berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun
di luar perusahaan. Penjelasan yang lain tentang teori pemangku kepentingan
mengatakan bahwa, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi pemangku kepentingannya. Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan
oleh pemangku kepentingan kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Anis, 2007).
Fenomena seperti ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative
externalities yang timbul, serta ketimpangan sosial yang terjadi (Harahap, 2002). Dalam
2
hal ini, tanggungjawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas indikator ekonomi
(economics focused) dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan
memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholders, baik
internal maupun eksternal.
Bentuk kepedulian perusahaan terhadap pemangku kepentingan ditunjukkan
dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan. GCG
merupakan tata kelola perusahaan yang memiliki agenda yang lebih luas lagi di masa
yang akan datang. Fokus akuntabilitas perusahaan yang semula masih terkonsentrasi
atau berorientasi pada para pemegang saham (stockholder), sekarang menjadi lebih luas
dan untuk tata kelola perusahaan harus memperhatikan kepentingan stakeholder. Oleh
karena pergeseran paradigma ini, maka tata kelola perusahaan harus
mempertimbangkan masalah corporate social responsibility (CSR).
Beberapa prinsip GCG yang perlu diperhatikan menurut KNKG adalah; (1)
Keterbukaan (Transparency), yaitu perusahaan harus menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis, serta menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan; (2) Akuntabilitas
(Accountability), perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar; (3) Responsibilitas (Responsibility), perusahaan harus mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan; (4) Independensi (Independency), perusahaan harus
dikelola secara independen, sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain; (5) Kewajaran dan
Kesetaraan (Fairness), dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Fenomena yang terjadi pada saat ini terdapat kecenderungan meningkatnya
tuntutan publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud
implementasi GCG. Salah satu implementasi dari penerapan GCG di perusahaan adalah
penerapan CSR. CSR adalah sebuah konsep yang telah menarik perhatian dunia dan
mendapat perhatian dalam ekonomi global. Namun demikian, konsep CSR masih belum
seragam dengan pandangan yang masih beragam tentang kegunaan dan aplikabilitas
potensialnya (Jamali dan Mirshak, 2006).
METODA PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah divisi Community Development Center (CDC) pada
PT. TELKOM Malang yang bertugas sebagai pelaksana corporate social responsibility
(CSR). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi atau pendekatan
studi kasus, yaitu metode yang memiliki tujuan untuk memahami gejala yang tampak
dalam objek penelitian dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data yang ada,
sehingga menemukan hasil berupa kesimpulan yang dapat dijadikan saran di masa yang
akan datang bagi objek penelitian terkait. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi
deskriptif analitis. Deskriptif analitis adalah metode analisis yang menggambarkan suatu
keadaan secara objektif, sehingga memperoleh penyelesaian dari suatu masalah yang
dihadapi oleh perusahaan (Eni 2009).
Dalam penelitian ini, jenis data yang dipakai adalah data primer dan sekunder
yang berupa dokumen-dokumen, keterangan-keterangan baik lisan maupun tertulis,
pemikiran, hasil interpretasi, dan lain-lain. Dalam proses pengumpulan data, peneliti
menggunakan beberapa metode, yaitu; (1) Observasi Langsung, Observasi merupakan
teknik atau pendekatan dalam mendapatkan data primer dengan cara mengamati
langsung obyek datanya. Pendekatan ini baik untuk mengamati suatu proses , kondisi,
kejadian-kejadian atau perilaku manusia (Jogiyanto, 2007). (2) Wawancara, Wawancara
adalah proses komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden. Wawancara
dapat berupa wawancara personal, wawancara intersep dan wawancara telepon
(Jogiyanto, 2007). (3) Dokumentasi, Informasi diperoleh melalui fakta yang tersimpan
di dalam perusahaan yang biasanya berbentuk arsip, peraturan direksi dan sebagainya.
Hasil dokumen tersebut harus diolah oleh peneliti agar menjadi berguna dan dapat
menjadi informasi penting mengenai gambaran perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perusahaan menerapkan GCG dan menjalankan kegiatan usahanya dengan
berpedoman pada peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG). KNKG merupakan komite yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 yang
bertugas sebagai pembuat pedoman penerapan GCG di Indonesia kususnya pada sektor
publik. Tidak hanya terbatas sampai peraturan peraturan KKNG, PT. TELKOM juga
menjalankan GCG sesuai kebijakan penerapan GCG yaitu Keputusan Direksi No.29
Tahun 2007.
Tabel 1 akan menjelaskan bagaimana perusahaan mengimplementasikan prinsip
GCG pada perusahaan, dan penjelasan tersebut akan dibandingkan dengan prinsip GCG
yang telah didefinisikan oleh KNKG.
Tabel 4.1
Implementasi Prinsip GCG Menurut KNKG
Pedoman KNKG
Transparansi: Untuk menjaga obyektivitas
dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan.
Akuntabilitas:
Perusahaan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain.
keputusan RUPS tersebut ditentukan besaran dana untuk program PKBL yang
masing-masing sebesar Rp115.369.993.906 (seratus lima belas miliar tiga ratus
enam puluh sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh tiga ribu sembilan ratus
enam Rupiah). Hal ini seperti juga dijelaskan pada laporan PKBL TELKOM 2011
hal 18.
Gambar 2.
Diagram Penyaluran Program Kemitraan 2011 Berdasarkan Sektor
(dalam jutaan rupiah)
yang sama dalam mendapatkan posisi yang diinginkan sesua porsi dan kemampuan
karyawan.
Prinsip yang terakhir yaitu Independensi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya
bahwa TELKOM dalam setiap melaksanakan setiap kegiatannya selalu berdasarkan
pada peraturan pemerintah ataupun internal perusahaan itu sendiri yaitu seperti
keputusan RUPS TELKOM.
Implementasi prinsip Independensi pada perusahaan juga dibuktikan
dengan tidak diperbolehkannya hubungan keluarga dalam satu jajaran atau posisiposisi tertentu dalam perusahaan, sehingga hal tersebut bisa mengurangi
kecurangan atau moral hazard dalam melaksanakan setiap program dalam
TELKOM. Hal tersebut bisa dilihat padagambar tabel di bawah ini:
Gambar 4.
Daftar karyawan keluar dari TELKOM
Pada gambar tabel di atas menjelaskan bahwa karyawan yang menikah atau
menjalin hubungan kekeluargaan dalam satu perusahaan, maka karyawan harus keluar
dari TELKOM untuk menghindari moral hazard yang akan terjadi dalam internal
perusahaan, misalnya juga intervensi antar karyawan.
GCG Sebagia Pilar CSR
TELKOM percaya bahwa implementasi program CSR, baik secara langsung
maupun tidak langsung, akan sangat mempengaruhi keberlanjutan usaha TELKOM.
Pada bagian ini akan dibahas prinsip transparansi dan responsibilitas.
Transparansi
Dalam pedoman KNKG, Transparansi artinya, perusahaan harus mampu
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam implementasinya, prinsip
Transparansi dalam perusahaan telah terimplementasikan dengan baik, seperti yang
dijelaskan pada tabel 1 di atas.
Responsibilitas
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh KNKG, responsibilitas berarti
perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang. Prinsip Responsibilitas ini akan menjadi
pedoman bagi TELKOM dalam pelaksanaan program CSR-nya. Dengan adanya
pedoman tersebut akan sangat membantu bagi perusahaan terhadap semua kegiatankegiatan yang dilaksanakan terutama dalam menjalankan program CSR perusahaan.
PT. TELKOM dalam melaksanakan program CSR-nya berdoman pada
peraturan-peraturan yang ada, sperti Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara RI
No PER-5/MBU/2007 tangal 27 april 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, serta Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Telekomunikasi Indonesia tanggal tanggal 19 Mei 2011. RUPS tersebut menjelaskan
bahwa penetapan besaran dana Program Kemitraan untuk tahun 2011, adalah sebesar
1% dari laba bersih Perseroan tahun buku 2010 atau sebesar Rp115.369.993.906. seperti
yang telah dijelaskan pada gambar.2.
RUPS telah menetapkan besaran alokasi dana Program Bina Lingkungan untuk
tahun buku 2011 sebesar 1% atau sebesar Rp115.369.993.906 dari laba bersih Perseroan
tahun buku 2010. seperti yang telah dijelaskan pada gambar diagram berikut:
Gambar 5.
Diagram Penyaluran Program Bina Lingkungan 2011 Berdasarkan
Obyek Bantuan (dalam jutaan rupiah)
10
penelitian tersebut bersifat subjektif disertai dengan teori yang mendukung analisis
penelitian.
Peneliti melalui penelitian ini memberikan saran kepada peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian tidak hanya berfokus pada GCG sebagai prinsip
implementasi CSR, melainkan ada indikator yang lain seperti GCG sebagi prinsip
pengendalian internal perusahaan ataupun sebagai prinsip kebijakan penggajian
karyawan, sehingga hasil dari penelitian bisa semakin luas. Begitu juga dengan waktu
yang digunakan dalam penelitian, hendaknya menggunakan waktu penelitian yang
lebih panjang dan biaya yang memadai, sehingga data yang didapat akan lengkap dan
validitasnya akan lebih terjamin. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan metode
penelitian kuantitaif, sehingga hasil yang diharapkan dapat digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andidolo, Margaretha Yuliana Putri. 2010. Hubungan antara Good Corporate
Governance dengan Kinerja Perusahaan: Studi Kasus pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Skripsi. Malang: Program Strata 1 Universitas Brawijaya.
Branco, Manuel Castelo dan Lcia Lima Rodriguez, Positioning Stakeholder Theory
within the Debate on Corporate Social Responsibility, EJBO (Electronic
Journal of Business Ethics and Organization Studies), Vol. 12, No. 1 (2007),
hlm. 5-15.
Deegan, C dan M. Rankin, 1996. The Materiality of Environmental Information to
Users of Annual Report. Accounting, Auditing and Accountibility
Journal,Vol. 10, No. 4, Hal. 562-583
Dowling, J. and Pfeffer, J. 1975. Organizational Legitimacy: Social Values and
Organizational Behaviour. Pacific Sociological Review. Vol. 18. pp. 122-136
Eklington, J.2004. Enter The Triple Bottom Line. http://www.johnelkington.com/.
Diakses tanggal 25 mei 2012.
Eni Ramayanti BR Jawak. 2009. Penerapan Tax Planning atas Pajak Penghasilan Badan
pada PT. Agricon Putra Citra Optima Cabang Medan. Skripsi. Medan: Program
Strata 1 Universitas Sumatera Utara.
Febrianti, Diah. 2010. Good Corporate Governance sebagai Pilar Implementasi
Corporate Social Responsibility.skripsi.semarang: Program Strata 1
Universitas Diponegoro.
Freeman, R. Edward, A Stakeholder Theory of the Modern Corporation, dalam L.B.
Pincus (ed.), Perspectives in Business Ethics, Singapore: McGraw Hill, 1998 ,
hlm. 171-181.
Ghozali, I dan Anis, C. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbitan Undip, Semarang
Gray, R. H. Owen, D. dan Adam, C. 1996. Accounting and Accountability. Hemel
Hempstead: Prentics Hall
H.M, Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalamanpengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Harahap, Sofyan S, 2001. Menuju Perumusan Akuntansi Islam. Pustaka Quantum
Jakarta
12
Juniarti dan Sentosa, Agnes Andriyani. 2009. Pengaruh Good Corporate Governance,
Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Costs of Debt). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan. Volume II; 88-100.
Kasali, Rhenald. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Kriyantono, rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana: Jakarta.
Miles, Matthew dan Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Moleong, J Lexy.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Nasir, Mohammad dan Warisi, Darwin. 2008. Penerapan Good Corporate Governance
dalam Mewujudkan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi
Keuangan dan Perpajakan. Vol. 1 no. 2
PT. TELKOM, Tbk. 2009. Laporan keberlanjutan Tahun 2009, Jakarta
PT. TELKOM, Tbk. 2010. Laporan keberlanjutan Tahun 2010, Jakarta
PT. TELKOM, Tbk. 2011. Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan, 2011. Jakarta
Supomo, sita. 2004. Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prinsip GCG, dalam
http://www.fegi.or.id. Diakses, tanggal 25 mei 2012
Trihapsari, Elisa. 2006. Analisis Korelasi antara Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance dengan Manajemen Laba pada Emiten di Bursa Efek
Jakarta. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Trihapsari, Elisa. 2006. Analisis Korelasi antara Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance dengan Manajemen Laba pada Emiten di Bursa Efek
Jakarta. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Wahyudi, Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility, Pengaturan dan
Implementasi. Setara perss. Malang.
. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia. Jakarta:
Komite Nasional Kebijakan Governance.
http://www.telkom.co.id/.
13