TINJAUAN PUSTAKA
Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan hasil ekstraksi dari proses penggilingan gandum
(T. sativum) yang tersusun oleh 67-70 % karbohidrat, 10-14 % protein, dan 1-3 %
lemak (Riganakos dan Kontominas, 1995). Menurut Damodaran dan Paraf (1997)
pada sebagaian besar produk makanan, pati terigu terdapat dalam bentuk granula
kecil (1-40 m) dan dalam suatu sistem, contohnya adonan, pati terigu terdispersi
dan berfungsi sebagai bahan pengisi. Protein dari tepung terigu membentuk suatu
jaringan yang saling berikatan (continous) pada adonan dan bertanggung jawab
sebagai komponen yang membentuk viskoelastik.
Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari
gliadin (20-25 %) dan glutenin (35-40%). Menurut Fennema (1996), sekitar 30%
asam amino gluten adalah hidrofobik dan asam-asam amino tersebut dapat
menyebabkan protein mengumpul melalui interaksi hidrofobik serta mengikat
lemak dan substansi non polar lainnya. Ketika tepung terigu tercampur dengan air,
bagian-bagian protein yang mengembang melakukan interaksi hidrofobik dan
reaksi pertukaran sulfidril-disulfida yang menghasilkan ikatan seperti polimerpolimer. Polimer-polimer ini berinteraksi dengan polimer lainnya melalui ikatan
hidrogen, ikatan hidrofobik, dan disulfida cross-linking untuk membentuk seperti
lembaran film (sheet-like film) dan memiliki kemampuan mengikat gas yang
terperangkap. Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar
gandum
yang
diperoleh
dengan
cara
penggilingan
gandum yang
banyak
digunakan dalam industri pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu
adalah pati, sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya
kandungan amilosa dalam pati ialah sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 62
(Fennema, 1996). Komposisi tepung terigu per 100 g bahan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi tepung terigu per 100 g bahan
Komposisi
Jumlah
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor ( mg)
Besi (mg)
Vitamin A (S.I)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Air (g)
365,00
8,90
1,30
77,30
16,00
106,00
1,20
0,00
0,12
0,00
12,00
Satuan
Persyaratan
% (b/b)
% (b/b)
serbuk
normal
putih, khas terigu
tidak ada
maksimal 14,5
maksimal 0,70
Kadar protein
Derajat asam
Asam sianida
Kehalusan
Falling number (atas dasar
kadar air 14%)
Besi (Fe)
Seng (Zn)
Vitamin B1 (tiamin)
Vitamin B2 (riboflavin)
Asam folat
Cemaran logam :
- Timbal (Pb)
- Kadmium (Cd)
- Raksa (Hg)
- Arsen
Cemaran mikroba
- Angka lempeng total
- E. Coli
- Kapang
- Bacillus cereus
% (b/b)
ml. KOH/100 g
mg/kg
% (lolos ayakan 70 mesh)
detik
minimal 7,0
maksimal 50
maksimal 40
minimal 95
minimal 300
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
minimal 50
minimal 30
minimal 2,5
minimal 4
minimal 2
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
maksimal 1,00
maksimal 0,1
maksimal 0,05
maksimal 0,50
koloni/g
APM/g
koloni/g
koloni/g
maksimal 1 x 106
maksimal 10
maksimal 1 x 104
maksimal 1 x 104
karbohidrat yang mudah dicerna. Oleh karena itu, tepung beras paling cocok
dijadikan sebagai sereal untuk membuat produk bebas gluten. Tepung beras
berpeluang menghasilkan produk dengan karakterisik yang berbeda dibandingkan
dengan produk berbasis pati beras (Lopez, et al., 2004 ; Munarso, et al., 2004).
Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan
Komponen
Komposisi
Kalori (kal)
364,00
Protein (g)
7,00
Lemak (g)
0,50
Karbohidrat (g)
80,00
Kalsium (mg)
5,00
Fosfor (mg)
140,00
Besi (mg)
0,80
Vitamin B1 (mg)
0,12
Air (g)
12,00
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI., (1996)
dimanfaatkan
dalam
beberapa
bentuk
makanan
jadi atau
setengah
jadi
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (g)
Fosfor (g)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Air (g)
BDD (%)
146
1,2
0,3
34,7
33
40
0,7
0
0,06
30
62,5
75
Persyaratan
khas ubi kayu
khas ubi kayu
khas ubi kayu
tidak boleh ada
maksimal 12
maksimal 1,50
maksimal 3
maksimal 40
minimal 90
minimal 70
maksimal 1,00
maksimal 10,00
maksimal 40,00
maksimal 0,05
maksimal 0,50
maksimal 1 x 106
maksimal 2 x 101
maksimal 1 x 104
Kentang
Di Indonesia, kentang
jenis
sayuran yang
(Solanum
kentang yang besar di kawasan Asia tenggara. Tanaman kentang dapat hidup
di
dataran tinggi
dengan
ketinggian
sekitar
1300-1500
meter
di
atas
tetapi dapat
disimpan
dengan
menimbulkan bau apek. Dibandingkan dengan tepung dengan bahan baku lainnya,
tepung kentang memiliki butiran tepung yang lebih besar (Diputri, 2009).
Pati kentang
Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau
melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak
larut
dalam air pada temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk
tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil
dalam makanan (Fortuna et al.,2001)
Komposisi
bagian terbesar
sifat
alami
pati
dan
yang
pada
umumnya
terdiri
dari
amilopektin
masing-masing
sebagai
memiliki
sifat-
1991).
yang
Pati kentang
amilosa
sekitar
23%
dan
kerenyahan
dan
sedangkan
amilosa
proses
isolasi
pengisolasian pati. (Niken dan Pristian, 2013). Komposisi kimia dalam 100 g pati
kentang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Komposisi kimia dalam 100 g pati kentang
Komposisi
Jumlah
Energi (kal)
345
Air (g)
13,0
Protein (g)
0,3
Lemak (g)
0,1
Karbohidrat (g)
Mineral (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Tiamin (mg)
Besi (mg)
Asam Askorbat (mg)
85,6
1,0
20
30
0,11
0,5
0
Struktur
rantai
linier
dari
molekul
amilosa
dan
struktur
molekul
C
H
O
H
2
H
H
H
O O
C
H
O
H
2
H
O
H
C
H
O
H
2
H
O
H
O
H
HH
O
H
HO
H
O
H
CH2OH
OH
OH
OH
OH
CH2OH
OH
OH
Ikatan -1,6
HO
HH
O
HH
CH2
HH
CH2OH
H
OH
OH
HH
OH
OH
Ikatan -1,4
semakin
meningkatnya
laju
pertumbuhan
jumlah
penduduk
dan
peningkatan kebutuhan untuk pakan. Komposisi kimia dalam 100 g pati jagung
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi kimia dalam 100 g pati jagung
Komponen
Jumlah (%bk)
Pati
88,11
Amilosa
57,74
Gula
0,14
Protein
3,80
Lipida
3,76
Abu
1,54
Serat
3,19
ALB
I,18
Sumber : Tovar et al., (2002).
Salah satu produk olahan jagung yang penting dan belum banyak diketahui
oleh petani adalah pati jagung. Pati jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku untuk produksi High Fructose Corn Syrup (sirup jagung), makanan ringan,
sohun dan bahan pengental dalam pembuatan berbagai macam saus. Sebagai
bahan industri non pangan, pati jagung dibutuhkan antara lain dalam industri
plastik, industri kertas, industri tekstil, dan untuk bahan perekat (Fennema, 1985)
Kedelai
Kedelai (Glycine max
penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya,
aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan
sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk
pangan olahan seperti: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai
bentuk makanan ringan (Damardjati, et al., 2005).
Secara fisik setiap biji kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran dan
bentuk biji serta komposisi kimianya. Perbedaan sifat fisik dan kimia tersebut
dipengaruhi oleh varietas dan kondisi tempat kedelai itu tumbuh. Kacang kedelai
mengandung sekitar 9 % air, 40 % protein, 18 % lemak, 3.5 % serat, 7 % gula dan
sekitar 18 % zat lainnya. Minyak kedelai banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh sebesar lebih kurang 86 % terdiri dari asam lemak linoleat sekitar 52 %, 30
% asam oleat, 2 % asam linolenat dan 2 % asam lemak jenuh lainnya. Asam
lemak jenuh hanya sekitar 14 %, yaitu 10 % asam palmitat, 2 % asam stearat dan
2 % asam arakidat. Dibandingkan dengan kacang tanah dan kacang hijau, maka
kacang
kedelai
mengandung
asam
amino
esensial
yang
lebih
lengkap
Ditinjau
dari
susunan
asam-asam aminonya
maka
protein
kedelai
yaitu mempunyai
susunan asam amino lengkap dan serasi. Kandungan asam-asam amino essensial
kedelai dibandingkan asam-asam amino dalam protein yang dianjurkan FAO
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Susunan asam amino essensial biji kedelai dan susunan asam amino
essensial yang dianjurkan FAO (g / 100 g bahan)
Asam Amino
Kedelai
Pola FAO
Isoleucine
Leucine
Lycine
Phenilalanine
Tyrosine
Methionine
Threonine
Tryptophan
Valine
4,8
7,8
6,5
5,1
3,9
1,4
4,2
1,3
5,0
4,3
4,9
4,3
2,9
2,9
2,3
2,9
1,4
2,9
Batas
yang
ditetapkan
oleh
BPOM
dalam penggunaan
natrium
metabisulfit dalam ADI (Acceptable daily intake) adalah 0-0,7 mg/kg berat badan.
Pada kategori produk pangan tepung dan pati, batas penggunaan maksimum sulfit
ialah 70 mg/kg. Natrium metabisulfit berfungsi sebagai pengawet (preservative)
untuk menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya
terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme (Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, 2013).
Tepung Komposit
Tepung komposit merupakan salah satu bahan dasar pembuatan kue
pengganti terigu. Bahan baku utama yang lazim digunakan ialah tepung beras dan
bahan tambahan lain seperti maizena, tepung ketan, tapioka dan tepung jagung.
Tepung komposit mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan hanya satu
jenis tepung saja karena dapat melengkapi karakteristik kimia tepung komposit itu
sendiri serta kualitas fisik dan organoleptik yang lebih baik (Hasnelly dan
Sumartini, 2011).
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menekan ketergantungan dari
tepung terigu seperti pengguanan tepung komposit. Berbagai bahan lokal di olah
menjadi tepung sehingga nutrisinya saling melengkapi dan dapat menggantikan
peran terigu, seperti pati jagung, tepung kedelai, tepung ubi-ubian dan lainnya.
Usaha tersebut diharapkan dapat menekan jumlah impor tepung terigu atau
gandum (Giami, et al., 2004).
Penelitian tentang tepung komposit telah banyak dilakukan, diantaranya
penggunaan tepung komposit dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan tepung terigu
(lokal dan impor) untuk produk mi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan karakteristik dari tepung komposit dengan perbandingan yang berbeda,
serat
(2,67-5,58%),
dan
karbohidrat
(67,8-73,04%)
tepung
kedelai
dan
tepung
pisang
pada
pembuatan
roti,
tepung
terigu
akan
Basah
Kering
Asinan Asinan Manisan
Telur Kuning Putih
Telur Kuning
kuning telur kuning
utuh telur telur
utuh telur
telur utuh
telur
12,56 15,86 10,90 14,00 10,97 13,80 47,35 34,25
76,15 52,31 87,57 50,80 67,83 51,25 3,10 2,95
Putih
telur
82,40
8,54
Basah
Kering
Asinan Asinan Manisan
Telur Kuning Putih
Telur Kuning
kuning telur kuning
utuh telur telur
utuh telur
telur utuh
telur
9,51 26,54 0,17 23,00 10,07 22,75 40,95 55,80
1,06 1,71 0,63 10,60 10,30
1,40 3,65 3,40
Nutrisi
(per 100 g)
Lemak (g)
Abu (g)
Karbohidrat
(g)
Kalori (Kal)
Kolesterol
(mg)
Putih
telur
0,04
4,55
0,72
3,59
0,73
1,60
0,83
10,80
4,95
3,60 4,47
143
322
52
274
138
307
594
666
376
372
1085
955
387
959
1507
2052
Fungsi telur pada proses pembuatan roti yaitu dalam proses pembentukan
krim, meningkatkan jumlah gas yang ditangkap oleh gluten, memberikan warna
serta flavor yang khas, menangkap air, sebagai pelunak, dan memberikan
kontribusi terhadap nilai gizi. Sifat telur yang unggul dalam hal ini sulit diganti
dengan bahan lain. Albumin pada telur menyebabkan pengikatan air yang lebih
baik pada crumb roti. Protein putih telur mempunyai sifat yang mirip dengan
gluten karena dapat membentuk lapisan tipis yang cukup kuat untuk menahan gas
yang dihasilkan selama proses fermentasi (Nugraheni, 2013).
Egg Replacer
Egg replacer merupakan bahan yang digunakan untuk dapat menggantikan
keseluruhan sifat fisik, kimia, dan fungsional dari telur yang digunakan dalam
pengolahan
bahan
pangan.
Berbeda
dengan
egg
substitute
yang hanya
(2009),
dan
peningkatan
(HPMC).
Ada banyak pengganti telur komersial yang di pasar saat ini untuk orangorang yang ingin menghindari telur. Sebagian besar produk ini tanpa mengandung
produk
hewani,
dan
dengan
demikian
tidak
mengandung
kolesterol.
Beberapa produk egg replacer komersial yaitu Ener-G Egg Replacer, The Vegg,
dan Beyond Egg (Vegweb, 2013).
Ener-G Egg Replacer terbuat dari campuran dari pati kentang, tepung
tapioka, leavening (kalsium laktat, kalsium karbonat), selulosa gum, dan selulosa
termodifikasi. The Vegg seperti kuning telur cair, cocok dalam setiap resep yang
alternatif pengganti kuning telur (Peta, 2012). The Vegg terbuat dari serpihan ragi
nutrisional, sodium alginat, Kala Namak, dan beta-karoten. The Vegg pertama kali
dijual pada tahun 2012, dan tersedia dalam berbagai media online dan di dalam
toko pengecer di Amerika Serikat, beberapa negara Eropa Barat, Inggris,
Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan (The Vegg, 2012).
Xanthan Gum
Xanthan gum adalah heterepolisakarida ekstraselular yang diperoleh dari
fermentasi aerobik bakteri Xanthomonas campestris. Karena sifat reologinya yang
sempurna, maka xanthan gum dapat diaplikasikan pada berbagai macam produk.
Kebanyakan industri makanan menggunakannya sebagai stabilizer, pengental, dan
pemantap. Penambahan pati, gum, dan hidrokoloid pada produk bebas gluten akan
memberikan peranan yang penting pada pembuatan produk cake. (Psomas, et al.,
2007 ; McNelly dan Kang 1973). Keuntungan xanthan gum dalam pembuatan roti
adalah mampu berinteraksi dengan komponen lain, seperti pati dan protein.
Xanthan gum bersifat mengikat air selama pembentukan adonan sehingga saat
pemanggangan,
air
yang
dibutuhkan
untuk
dan
gelatinisasi lebih cepat terjadi. Xanthan gum juga dapat membentuk lapisan film
tipis dengan pati sehingga dapat berfungsi seperti gluten dalam roti atau cake.
Hasil interaksi tersebut
mampu
meningkatkan
umur
simpan,
menghasilkan
spesifitas yang tinggi. Modifikasi guar gum akan menghasilkan senyawa turunan
yang memiliki tingkat kekentalan yang berbeda-beda. Guar gum dan senyawa
turunannya banyak
pangan,
tekstil,
perminyakan,
detergen, obat-obatan, kosmetik dan produk perawatan tubuh. Guar gum, yang
aman untuk
memerlukan
pengontrolan sifat-sifat senyawa turunan guar gum, yang meliputi berat molekul,
reologi dan struktur mikro. Guar gum yang terhidrolisis sebagian dapat digunakan
sebagai substitusi untuk dietary fiber karena sangat larut dalam air dan encer.
Guar gum banyak digunakan dalam industri pangan. Interaksi molekular antara
guar gum dengan bahan pangan lainnya dapat dikontrol dengan depolimerisasi
guar
gum
dan
mengubah
rasio
mannosa/galaktosa
untuk
mengoptimalkan
komposisi bahan pangan tanpa mengubah fungsinya. Degradasi guar gum juga
dapat digunakan untuk mempoduksi berbagai macam oligomer galaktosa atau
mannose (Goldstein, et al., 1973).
Cake
Cake adalah adonan panggang dengan bahan dasar tepung terigu, gula,
telur, dan lemak, serta bahan tambahan yaitu garam, bahan pengembang,
shortening,
susu
dan
bahan
penambah
aroma
yang
bahan-bahan
ini
Satuan
2
Keadaan :
Kenampakan
Bau
Rasa
Air
Abu
Abu yang tidak larut dalam asam
Gula Jumlah
Lemak
Serangga/Belatung
3
%bb
%bb
%bb
%bb
%bb
-
Persyaratan
Roti tawar
Roti manis
4
5
tidak berjamur
normal
normal
maks. 40
maks. 1
maks. 3
tidak boleh ada
tidak berjamur
normal
normal
maks. 40
maks. 3
maks. 3
maks. 8.0
maks. 3.0
tidak boleh ada
bolu (cake)
terigu), gula,
dan telur.
Kue
bolu
dan
dasar
cake
tepung
umumnya
dimatangkan dengan cara dipanggang di dalam oven, walaupun ada juga bolu
yang dikukus, misalnya: bolu kukus atau brownies kukus. Cake yang dihias
dengan
lapisan
(icing)
dari
krim
mentega
(buttercream), fondant,
Gula merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan cake.
Jumlah
gula
yang
digunakan
tesktur dan
penampilan cake. Fungsi gula dalam proses pembuatan cake selain sebagai
pemberi rasa manis, juga berfungsi memperbaiki tesktur dan memberikan warna
pada permukaan cake. Penambahan gula, menyebabkan waktu proses pembakaran
harus sesingkat mungkin dan disesuaikan dengan tingkat gelatinisasi dari tepung
yang digunakan agar tidak hangus karena sisa gula yang masih terdapat dalam
adonan dapat mempercepat proses pembentukan warna dan tepung tergelatinisasi
sempurna (Subagjo, 2007).
Menurut Desrosier (2008) dalam pembuatan cake, gula juga berfungsi
untuk membentuk aroma yang khas. Aroma wangi gula terbentuk dari proses
karamelisasi selama pembakaran. Bersamaan dengan proses karamelisasi, akan
terbentuk reaksi browning atau warna kuning kecoklatan, reaksi ini menjadikan
kerak dan remah cake menjadi lebih baik.
Gula halus sangat mudah larut dengan bahan - bahan lain seperti lemak
dan telur, yang nantinya akan menghasilkan cake yang halus dan teksturnya
empuk. Gula pasir juga bisa digunakan, hal yang perlu diperhatikan jika
menggunakan gula ini adalah, perbandingan yang sama
Hasil kocokan perbandingan 1:1 antara telur dan gula akan menghasilkan
kekentalan adonan yang baik. Jika prosentase penggunaan gula lebih tinggi,
biasanya cake akan turun bagian tengahnya. Lemak juga mempunyai pengaruh
yang sama pada cake (Setiadi, 2011).
Selain
pencampuran
sebagai
bahan
dalam pembuatan
pemanis,
kue.
gula
dapat
mempercepat
Dalam pembuatan
proses
menggunakan berbagai jenis gula, seperti gula halus (tepung gula), gula palem,
gula sirup. Sedangkan yang biasa digunakan dalam pembuatan kue adalah gula
pasir dan gula halus (tepung gula). Pemilihan gula mempengaruhi hasil akhir dari
pembuatan kue kering, gula yang bersih serta berwarna putih dapat mempengaruhi
tekstur dan warna kue. Gula yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang
telah ditentukan agar kue enak dan bertekstur lembut (Lezat, 2010).
Margarin
Margarin adalah produk makanan berbentuk emulsi padat atau semi padat
yang dibuat dari lemak nabati dan air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain
yang diizinkan. Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa,
bau,
konsistensi rasa, dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega
air (Wahyuni dan Astawan, 1998). Mentega putih banyak digunakan dalam bahan
pangan, terutama pada pembuatan kue dan roti yang dipanggang. Fungsi mentega
putih dalam bahan pangan khususnya dalam kue dan roti mempunyai fungsi
antara lain memperbesar volume bahan pangan, menyerap udara, stabiliser,
emulsifier, membentuk cream, memperbaiki keeping quality dan memberikan cita
rasa gurih dalam bahan pangan berlemak dan mengempukan tekstur kue karena
mentega putih mengandung shortening. Karakteristik kimia margarin dan mentega
putih dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik margarin dan mentega putih
Aspek
Margarin
Mentega Putih
Warna
Kuning
Putih
Bentuk
Padat
Padat
Rasa
Asin
Netral
Aroma lemak
Tidak harum
Harum
K.A
16%
17%
Asam Lemak
Lemak Nabati
Lemak Nabati
Sumber : Wahyuni dan Astawan, (1998).
Baking Powder
Baking
powder
adalah bahan
pengembang yang
dipakai
untuk
dioksida ke
dalam
adonan
melalui
sebuah
reaksi
asam-basa,
rasa
fermentasi tidak
diingini pada
makanan yang dihasilkan, atau ketika adonan kurang memiliki sifat elastis untuk
menahan gelembung-gelembung gas lebih dari beberapa menit (Matz, 1992).
Sebagian besar baking powder yang tersedia di pasaran dibuat dari unsur
basa (biasanya soda kue yang juga dikenal sebagai natrium bikarbonat ditambah
satu
atau
lebih garam
asam,
dan
pati
lembam
(umumnya pati
jagung,
meskipun pati kentang juga dapat digunakan). Bahan ini merupakan sumber
karbon dioksida, dan reaksi asam-basa yang terjadi lebih tepat dijelaskan sebagai
dekomposisi soda kue setelah diaktifkan oleh asam, (McGee, 2004) sesuai
persamaan berikut:
NaHCO 3 + H+ Na+ + CO 2 + H2 O
Vanili
Vanili (Vanilla planifolia) merupakan tanaman penghasil bubuk vanili
yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya
yang berbentuk polong. Tanaman vanili diperkenalkan pertama kali oleh suku
Indian di Meksiko (Sindo, 2011). Vanili mempunyai aroma yang harum dan
menyenangkan, sehingga senyawa ini banyak digunakan untuk memberi aroma
pada berbagai jenis makanan dan minuman, seperti es krim, gula-gula, cokelat,
kue, dan lain-lain (Yuliani, 2008).
Flavor dan aroma unik vanili berasal dari senyawa fenolik vanilin
(kandungan 98% dari total komponen flavor vanili) serta dari senyawa lainnya.
Vanilin yang merupakan komponen utama senyawa aromatik volatil dari buah
vanili mempunyai
rumus
molekul
C8 H8 O3
dengan
nama
IUPAC
bahan aditif industri makanan dan minuman, sebesar 20-25% dalam industri
parfum dan kosmetik, serta sebesar 5-10% dalam industri obat-obatan dan farmasi
(Towaha dan Heryana, 2012).
Studi Pendahuluan yang Telah Dilaksanakan
Hasil penelitian tentang karakteristik tepung komposit berbahan dasar
beras, ubi jalar, kentang, kedelai, dan xanthan menunjukkan bahwa perbandingan
tepung beras, tepung ubi jalar, pati kentang, tepung kedelai, dan xanthan gum
memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap karakteristik fisik, kimia, pasta
serta baking ekspansion dan swelling power tetapi memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata terhadap daya serap air dan daya serap minyak tepung komposit
(Amalia, 2014).
Pembuatan roti menggunakan tepung komposit terigu, ubi kayu, kedelai,
dan pati kentang dengan proporsi 50% : 15% : 15% : 20% dengan penambahan
xanthan gum sebesar 1% menghasilkan roti dengan mutu terbaik dengan kadar air
sebesar 36,158%, abu 2,512%, lemak 7,343%, serat kasar 1,791%, protein
3,213%, dengan kualitas sensoris yang dapat diterima oleh konsumen (Ferawati et
al, 2014).
Penambahan xanthan gum dan gliserol mono stearat berpengaruh terhadap
karakteristik