Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam Psikologi
Pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Malang, 14 September 2015


Penyusun

1i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I
PEMAHAMAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
B.
C.
D.

Pengertian Bimbingan.............................................................................................3
Pengertian Konseling...............................................................................................4
Tujuan Bimbingan dan Konseling..........................................................................5
Fungsi Bimbingan dan Konseling...........................................................................5

BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
A. Pendahuluan.............................................................................................................7
B. Model Perencanaan dan Evolusi Program Bimbingan dan Konseling...............7
C. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah....................................................9
BAB III
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER POSITIF ANAK
A. Pendidikan................................................................................................................10
B. Karakter....................................................................................................................11
C. Pendidikan Karakter...............................................................................................13
D. Pembentukan Karakter Dimulai Sejak Dini.......................14
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PEMAHAMAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengetian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemah dari istilah guidance yang berarti bimbingan.
Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu
bantuan atau pertolongan, namun tidak setiap bantuan atau pertolongan dapat diartikan
sebagai bimbingan. Bentuk bimbingan yang dimaksud membutuhkan syarat-syarat
tertentu. Berikut beberapa pengertian bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut
ini :
Menurut Smith mengatakan bahwa bimbingan adalah proses layanan yang
diberikan kepada individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana dan
interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik. Adapun maksud
bimbingan di atas adalah suatu proses pemberian layanan dan bimbingan sehingga
mereka mampu membuat pilihan dan rencana dalam arti mampu membuat dan
menentukan kebijakan, arah dan tujuan hidup mereka dan merefeksikannya dalam bentuk
tindakan atau perbuatan dalam kehidupan sehari-hari mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara efektif.
Sedangkan menurut Suryamengatakan bahwa bimbingan adalah Proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis, dari konselor kepada klien
sehingga tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, dan penerimaan diri, pengarahan
diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Jadi
bantuan yang diberikan hendaknya dilakukan secara terus menerus sebab proses
pendidikan pada manusia berlangsung seumur hidup.

B. Pengertian Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang dimana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan khusus yang

dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseling dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaanya masa depan
yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseling dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang.
Jones menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional
antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat
individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua
orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan
terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi
dirinya.
Menurut Prayitno dan Erman Amti konseling merupakan proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu
yang sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh individu tersebut.
Winkel berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling
poko dari bimbingan dalam usaha membantu konseling secara tatap muka dengan tujuan
agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau
masalah khusus.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa Bimbingan Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to
face) oleh konselor kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (konseling)
yang bertujuan teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memahami dirinya
sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal dan mandiri.
C. Tujuan Bimbingan Konseling
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah untuk membantu
individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan
dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya),
berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status
4

sosial ekonomi) serta sesuai dengan tentuan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini,
bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna
dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi,
pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat yang berkenaan dengan diri sendiri
dan lingkungannya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dan bimbingan konseling merupakan penjabaran tujuan
umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami
oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.

D. Fungsi Bimbingan dan Konseling


a. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan keperluan pengembangan siswa. Dalam fungsi pemahaman ini mencakup 3
hal yaitu :
1. Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan
guru pembimbing.
2. Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan
keluarga dan sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru
pembimbing.
3. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi
pendidikan, jabatan, pekerjaan, dan karir, informasi budaya atau nilai-nilai),
terutama oleh sekolah.
b. Fungsi Pencegahan
Fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat
proses perkembangannya.
c. Fungsi Pengentasan

Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif
atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan akan menghasilkan terpeliharanya
dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah mantap dan berkelanjutan.

BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
A. Pendahuluan
Perkembangan bimbingan dan konseling tahun 1990-an boleh dikatakan cukup
menggembirakan. Di sekolah-sekolah negeri, khususnya sekolah menengah umum
(SMU) dan sekolah menengah pertama (SMP), telah banyak diangkat tenaga guru
pembimbing profesional. Dan tampaknya, rasio mereka dengan siswa, untuk beberapa
daerah, hampiir merata 1 berbanding 150, kecuali di Jawa Tengah, sebagaimana
dilaporkan Kedaulatan Rakyat (17 April 1997), masih kekurangan sekitar 1.300 orang
guru pembimbing.
Pada pertengahan 1990-an pekerjaan mereka di sekolah-sekolah tersebut
didukung dan diperkuat lagi oleh Kurikulum SMU 1994 tentang Pedoman Bimbingan dan
Konseling dan Petunjuk Teknis Penglolahan Bimbingan dan Konseling Kurikulum SMU
1996. Yang terakhir ini memberikan arah yang lebih jelas bagi status bimbingan dan
konseling dan petugasnya di sekolah.
B. Model Perencanaan dan Evolusi Program Bimbingan dan Konseling
Sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berkat adanya
interaksi antar komponen. Sekolah adalah sistem yang kompleks, oleh karena itu dalam
penanganan Efektif digunakan pendekatan sistem dengan maksud untuk mengadakan
penyesuaian terhadap sifat yang kompleks itu. Sifat kompleks jangan dipandang dengan
pesimis, tetapi perlu dipahami sebagai suatu sistem yang terdiri dari banyak interaksi
antar subjek, antar lembaga, dengan fasilitas dan sarana yang digunakan.
Manajemen penanganan efektif pertama-tama menghendaki adanya program
yang didasarkan atas kebutuhan subjek sasaran dan informasi bagaimana kebiasaan
petugas bimbingan melaksanakan kegiatan. Dalam memikirkan perencanaan program
bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan dari bagaimana pelaksanaan dan evaluasi
terhadapnya, karena program yang baik harus mengandung unsur keterlaksanaan. Berikut
ini dikemukakan pengertian program, perencanaan, dan evaluasi terhadapnya.
a. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bimbingan dan konseling adalah suatu proses bantuan, di mana salah satu
sasaranya ditunjukan kepada siswa.bimbingan dan konseling, disamping sebagai
suatu disiplin ilmu, juga merupakan suatu gerakan yang bertujuan mencapai
perkembangan yang optimal bagi subjek yang dibimbing, sebagaimana telah
berulangkali dikemukakan. Jadi berdasarkan makna ini, program bimbingan
konseling berarti sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.
b. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling berarti sederetan kegiatan yang akan
dilakukan. Sederetan kegiatan tersebut perlu direncanakan sehingga sesuai dengan
situasi dan kondisi setempat. Perencanaan dibuat antara lain dengan cara mengkaji
kebutuhan-kebutuhan subjek sasaran.
c. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Oleh karena itu program bimbingan dan konseling merupakan sederetan
kegiatan yang direncanakan, maka tentu saja perencanaan itu diarahkan pada
pencapaian tujuan. Dengan demikian, program itu bertujuan, dan keberhasilanya
harus dapat diukur, yakni sejauh mana program tersebut dapat terlaksana dan sejauh
mana telah mencapai tujuan. Pencapaian tujuan tersebut diukur dengan cara dan alat
tertentu. Kegiatan yang bertujuan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan
tersebut dikenal dengan istilah evaluasi program.

C. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru pembimbing
(konselor) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa antara lain sebagai berikut ini :
1. Layanan Orientasi
layanan dan bimbingan konseling untuk membantu siswa mengenal dan
memahami lingkungan yang baru dimasukinya, misalnya lingkungan sekolah baru.
Melalui kegiatan ini siswa dapat mengenal dengan baik kurikulum yang ada
8

disekolah, waktu belajar efektif, kegiatan intra dan ekstra kulikuler, serta nama-nama
guru yang mengajar di sekolah ini.
2. Layanan Informasi
Layanan bimbingan dan konseling yangditunjukan untuk memberikan
berbagai informasi agar wawasan para siswa tentang berbagai hal lebih terbuka,
seperti informasi cara belajar yang efektif, bahaya penyalagunaan narkotika, atau
informasi tentang pendidikan lanjutan dan dunia kerja.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan bimbingan dan konseling yang ditunjukan untuk membantu siswa
mendapatkan tempat yang sesuai dengan kondisi fisik, bakat, minat dan
kemampuannya.
4. Layanan Pembelajaran
Layanan bimbingan dan konseling yang ditunjukan untuk membantu siswa
agar memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, memecahkan kesulitan belajar,
dan membantu mengembangkan siswa yang mempunyai kemampuan belajar yang
tinggi.

BAB III
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER POSITIF ANAK
A. Pendidikan

Proses pendidikan diartikan sebagai usaha yang dilakukan


anak ataupun lembaga untuk mengembangkan dan menfasilitasi
berbagai

potensi

manusia.

Sementara,

pengasuhan

merupakan

aktivitas yang dilakukan orangtua, pendidik, dan lingkungan terdekat


anak dalam dimensi penerimaan dan kontrol terhadap anak tersebut.
Dalam keterkaitan dengan hubungan orangtua atau pendidik dan anak,
penerimaan menggambarkan bagaimana orang tua dan pendidik
menghargai, menanggapi (responsive) dan menghukum bila anak
berperilaku salah, serta menunjukkan afek positif (Rubin, Burgess,
Dwyer, & Hasting, 2003), sedangkan kontrol merujuk pada gambaran
bagaimana orang tua dan pendidik membatasi perilaku, menuntut,
membimbing, serta melingdungi anak (Rubin & Burgess, 2002).
Pendidikan yang menstimulasi perkembangan karakter anak
pada intinya berisi tentang kajian berkenaan dengan norma dan nilai
yang bermuara pada pembentukan moral. Lingkungan terdekat anak,
orangtua dan pendidik, mensosialisasikan norma dan nilai dalam
berbagi konteks dan cara (Swartz, 2002:28). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa setiap aktivitas pengasuhan dan pendidikan yang berorientasi
kepada anak hendaknya bermuatan aktivitas belajar yang tidak hanya
melibatkan aspek kognitif saja, melainkan juga melibatkan aspek
afektif, serta sosial dan moral. Ada lima hal yang dipertanyakan sebagai
dasar untuk mengevaluasi proses pendidikan yang diterima anak
(Berkowitz, 2002), yaitu:
1. Bagaimana lingkungan memperlakukan anak?
Dalam social cognitive theory (Bandura 1977,

1986),

anak

mempelajari perilaku tidak melalui trial dan error, namun dengan


melihat perilaku orang lain atau model.
10

2. Bagaimana lingkungan terdekat (orang tua dan pendidik)


meperlakukan

orang

lain

ketika

berada

pada

situasi

tersebut?
Ketika suatu perilaku yang diamati oleh anak mendapat konsekuensi
yang baik dan menyenangkan bagi model, maka anak cenderung
untuk menirunya.
3. Apakah ada harapan untuk membentuk karakter yang baik
pada anak dan lingkungannya, baik di dalam keluarga
maupun di sekolah?
Menurut Albert Bandura (Santrock, 1998; 48), harapan merupakan
variable penting dalam pengubahan lingkungan maupun perilaku.
Suasana

yang

kondusif

dan

konsisten

akan

mempercepat

terwujudnya harapan tersebut. Hal ini karena anak memahami setiap


langkahnya dan terhindar dari kebingungan aturan.
4. Apakah anak diberi kesempatan untuk mempraktikkan
karakter yang baik?
Orangtua dan pendidik hendaknya memberikan atmosfer yang
kondusif, sehingga anak dapat bebas mengeskpresikan pemikiran
kritis dan sesuatu yang dipikirkan ataupun dirasakan.
5. Apakah ada kerjasama antara orangtua dan pihak sekolah?
Peran orangtua sangatlah penting dalam pendidikan, dan hal
tersebut telah disadari sebagai salah satu pilar keberhasilan
pendidikan anak.

Pendidikan memberikan siraman pemahaman tentang apapun


yang dianggap terbaik bagi proses kehidupan individu dan sosial
(Maemonah, 2006; 3). Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Jean Piaget
menempatkan

pendidikan

sebagai

salah

satu

sisi

dari

berkesinambungannya gerak sosial yang tiada henti (Palmer, 2006: 7171).

B. Karakter

11

Karakter dapat disebut atribut atau bentuk yang bisa memberi


identitas pada individu. Dalam kamus Psikologi sebagaimana dikutip
oleh M. Furqon Hidayatullah dalam bukunya Guru Sejati: Membangun
Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas dinyatakan bahwa karakter adalah
kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya
kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat
yang relative tetap.

Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat


manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat
yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang
atau sekelompok orang. Definisi dari The stamp of individually or
group impressed by nature, education or habit. Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsanaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan
adat istiadat (Tobroni, 2010).

Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak budi


pekerti, sehingga karakter bangsa identik dangan akhlak bangsa atau
budi pekerti bangsa. Bangsa yag berkarakter adalah bangsa yang
berakhlak

dan

berbudi

pekerti,

sebaliknya

bangsa

yang

tidak

berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak
memiliki standar norma dan perilaku yang baik. Dari bebebapa
pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas
atau kekuatan mental atau norma, akhlak atau budi pekerti individu
yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan
individu lain. Karakter anak yang termasuk dalam kategori sehat
sebagai berikut:

12

a. Afiliasi Tinggi
Anak tipe ini cenderung menerima orang lain menjadi sahabat. Ia
juga sangat toleran terhadap orang lain dan bisa diajak bekerjasama.
Oleh karena itulah, ia punya banyak teman dan disukai temantemannya.
b. Power Tinggi
Anak tipe ini cenderung menguasai teman-temannya, tapi dengan
sikap positif. Artinya, ia mampu menjadi pemimpin untuk temantemannya. Anek tipe ini juga mampu mengambil inisiatif sendiri,
sehingga menjadi panutan bagi teman-temannya.
c. Achiever
Anak tipe ini selalu termotivasi untuk berprestasi (achievement
oriented). Ia lebih mengedepankan kepentingannya sendiri daripada
kepentingan orang lain (egosentris).
d. Asserter
Anak tipe ini biasanya lugas, tegas, dan tidak banyak bicara. Ia
mempunyai keseimbangan yang cukup baik antara kepentingan
sendiri dan kepentingan orang lain. Selain itu, ia juga mudah
diterima oleh lingkungannya.
e. Adventurer
Anak ini biasanya menyukai petualangan, meski tak selalu kea lam.
Artinya, anak tipe ini suka mencoba hal-hal yang baru.

Anak berkarakter tidak sehat sering kali melakukan hal-hal yang


negative Karakter seperti ini bisa sangat alami, atau bisa jadi terbentuk
karena perilaku orang yang ada di sekitarnya. Adapun karakter yang
tergolong tidak sehat adalah nakal, tidak teratur, provokator, penguasa,
dan pembangkang.

13

Dalam terminologi psikologi, Abdul Mujid mengatakan bahwa


karakter adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat atau
kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri
untuk mengindentifikasikan seorang pribadi.

C. Pendidikan Karakter
Sebagaimana yang dikutip dalam buku Character of Education
karangan
pendidikan

Thomas
untuk

Lickona,

bahwa

membentuk

pendidikan

kepribadian

karakter

seseorang

adalah
melalui

pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata


seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Ada dua
paradigm dasar pendidikan karakter:
a. Pertama, paradigm yang memandang pendidikan karakter dalam
cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit. Pada
paradigm ini disepakati telah adanya karakter tertentu yang tinggal
diberikan kepada peserta didik.
b. Kedua, melihat pendidikan dari sudut pandnag pemahaman isu-isu
moral yang lebih luas. Paradigma ini memandang pendidikan
karakter sebagai sebuah pedagogi, menempatkan individu yang
terlibat dalam dunia pendidikan sebagai pelaku utama dalam
pengembangan karakter. Paradigma memandang peserta didik
sebagai agen tafsir, penghayat, sekaligus pelaksana nilai melalui
kebebasan yang dimilikinya.

D. Pembentukan Karakter Dimulai Sejak Dini

Orang tua yang berkarakter akan menumbuhkan anak yang


berkarakter pula. Seseorang tidak dapat membantu orang lain jika ia
tidak dapat membantu dirinya sendiri. Begitu juga dengan orang tua
14

yang ingin menumbuhkan karakter positif dalam diri anak. Lagi pula,
pada dasarnya anak memang lebih mudah belajar sesuatu melalui
pengamatan terhadap perilaku orang lain atau lingkungan sekitarnya,
bukan sekadar mendengarkan kata-kata saja. Selain itu, masa usia dini
yang disebut sebagai masa keemasan adalah masa terbaik dalam
proses belajar yang hanya sekali dan tidak pernah akan terulang
kembali. Bila masa ini gagal dimanfaatkan dengan baik, sama artinya
menyia-nyiakan kesempatan masa keemasan tersebut. Pembentukan
karakter akan sulit jika orang tua baru melaksanakannya ketika anak
sudah memasuki usia remaja. Namun, bukan berarti orang tua bisa
melepas

tanggung

jawab

pembentukan

karakter

begitu

anak

menginjak masa remaja. Perlu diketahui bahwa pembentukan karakter


itu berlangsung seumur hidup. Anak belajar melalui mengamati apa
yang terjadi di sekitarnya, bukan lewat nasehat semata. Nilai yang
diajarkan melalui kata-kata, hanya sedikit yang akan mereka lakukan,
sedangkan nilai yang diajarkan melalui perbuatan, akan banyak mereka
lakukan.

Sikap

dan

perilaku

orang

tua

sehari-hari

merupakan

pendidikan watak yang terjadi secara berkelanjutan, terus-menerus


dalam perjalanan umur anak.
Anak akan mengembangakn pergaulan sosialnya secara
sehat, jika dalam diri mereka ada perasaan berharga, berkemampuan,
dan pantas untuk dicintai. Anak pun akan memahami pula, temantemannya juga pantas dihargai, dicintai, dan diperhatikan seperti
dirinya. Proses pembentukan karakter anak juga harus sesuai dengan
tahapan perkembangannya.

15

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J. W. (2006). Life-span vevelopment (Perkembangan masa


hidup). Eds. 5 jilid I, Penerjemah : Achmad Chusairi, S.Psi & Drs. Juda
Damanik, M.S.W., Jakarta : Penerbit Erlangga
Prof. Dr. H. Ahmad Badawi. Penanganan Efektif BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SEKOLAH. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Swartz, A. J. 2002. Transmitting Moral Wisdom in an Age of The
autonomous Self. In Damon, W. Bridging in a NewEra in Character
Education. USA : Hoover Institution Press

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social


cognition theory. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Berkowitz, M. W. (2002). The science of character education. In Damon,


W. Bridging in a New Era in Character Education. USA : Hoover
Institution Press

Rubin, K. H., & Burgess, K. (2002). Parents of aggressive and withdrawn


children. In M. Bornstein (Ed.), Handbook of Parenting (2nd ed., Vol. 1,
383418). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Rubin, K. H., Burgess, K. B., Dwyer, K. M., & Hastings, P.D. (2003).
Predicting preschoolers externaalizing behaviors from toddler
temperament, conflict, and maternal negativity. Developmental
Psychology, 39, 164-176.

16

M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter


Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010. Cetakan ke 3, hlm 9.

Mujid, Abdul. Kepribadian dalam Psikologi Islam. (Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2006). hlm 45.

Niamah. 2012. Pengertian Bimbingan Konseling Menurut Pendapat Beberapa Ahli.


(di unduh melalui : http://warnaa-warnii.blogspot.com
Haryono. 2010. ASAS BIMBINGAN KONSELING. (di unduh melalui :
http://belajarpsikologi.com)
Sudrajat, Akhmad. 2008. Fungsi Prinsip dan Asas Bimbingan Konseling. (di unduh
melalui : http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
Zaldi. 2013. TUJUAN BK. (di unduh melalui : http://zaldi-tujuan-bk.blogspot.com)
Anneahira.com

17

Anda mungkin juga menyukai