Anda di halaman 1dari 121
BANDA ACEH CINEPLEX ARSITEKTUR METAFORA ( TANGIBLE METAPHORS ) LAPORAN BUKU TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Dari Syarat-Syarat Yang Diperlukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Disusun Oleh: MUHAMMAD ICHSAN 0903110558 Program Studi Teknik Arsitektur FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH BANDA ACEH 2013 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Sejarah Dan Gambaran Industri Perbioskopan Di Indonesia Bioskop pertama kali berdiri di Indonesia di daerah Tanah Abang pada tahun 1900, Saat itu, bioskop memang didirikan sebagai tempat hiburan bagi bangsa Belanda, Dalam sejarah perkembangannya, gedung bioskop didirikan untuk tiga kelas, yakni 1. Kelas I diperuntuhkan bagi orang Eropa 2. Kelas II diperuntuhkan bagi orang India dan China 3. Kelas TIT diperuntuhkan bagi orang Pribumi (Sumber : Yunanto, Hujanik, dan Kelana, 2003). Puncak kejayaan industri bioskop di Indonesia adalah pada dekade 70-an hingga awal 90-an. Pada awal 90-an, jumlah gedung bioskop di Indonesia mencapai sekitar 3.680 gedung bioskop dengan sekitar 7.600 layar. Kejayaan industri bioskop itu terjadi seiring dengan kejaan perfilman nasional yang ketika ity produksinya mencapai 112 judul film dengan jumlzh penonton mencapai 937.700.000 pada periode 1977 hingga 1987. (Sumber : Nugroho, 1991). Seiring dengan menurunnya produksi perfilman Indonesia, bioskop-bioskop mulai berjatuhan, Awal mula kejatuhan industri film dan bioskop terjadi pada tahun 1987, Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkurangnya orang pergi kebioskop diantaranya : 1. Maraknya alternatif hiburan lain seperti VCD (khususnya VCD bajakan), televisi, dan DVD. 2. Krisis ekonomi tahun 1990 3. Munculnya konsep cineplex (Satu bioskop memiliki lebih dari satu Tayar) 1.1.2 Industri Bioskop Di Banda Aceh Sebelum tahun 2000-an bioskop yang masih beroperasi Banda Aceh, Antara lain Sinar Indah Bioskop (SIB) di Penayong, Jelita Thea er di Beurawe, Garuda Bioskop di Jalan Muhammad Jam, Bioskop Gajah di Simpang Lima, dan Pas 21 di Pasar Aceh Shopping Center. Namun semua bioskop itu. sekarang sudah mati dan sama sekali tidak ada aktifitas pemutaran film lagi. Bahkan gedung bioskop itu sendiri sudah beralih fungsi menjadi pertokoan atau kepentingan yang lain, ada pun faktor-faktor yang menyebabkan bioskop di Banda Aceh pada saat ina bangkrut antara lain: 1. Bioskop-bioskop tersebut tidak menayangkan film-film terbaru dan modern. 2. Fasilitas bioskop yang kurang memadai seperti kursi penonton yang sudah sangat lusuh dan goyang-goyang. 3. Suasana bioskop yang pengap dikarenakan tidak adanya pendingin ruangan. 4. Adaya peristiwa konflik besenjata, dan tsunami, Untuk saat ini investasi bioskop di Banda Aceh menjadi sangat mungkin dan menguntungkan dimana pesatnya pembangunan infrastruktur dan pesatnya modal yang masuk ke Banda Aceh bisa diarahkan untuk pembangunan bioskop di Banda Acch, walaupun sekarang sudah ads beberapa acara pemutaran film yang komersial, tapi kutipan dari tiket penonton, parkir, dan sumber lainnya dapat menambah pemasukan kas daerah, Dampak lainnye dari pembangunan bioskop di Banda Aceh adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran, mengingat banyak tenaga kerja yang akan terserap di sektor ini Persoalan dari pembangunan bioskop di Aceh adalah label anti-syariah yang kerap dikaitkan dengan bioskop. Ada kesan bahwa bioskop tak pemah jauh dari tempat pacaran atau kegiatan mesum, Namun sebenamya dalam Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Nomor 22 Tahun 2002 Tentang “Pembinaan Dan Pengawasan Usaha Perfilman”, sudah dijelaskan pada pasal 5, yaitu Ayat 1 menyebutkan : Setiap usaha perfilman yang di produksi di Provinsi Nanggtoe Aceh Darussalam harus memiliki Izin Usaha Perfilman Provinsi, selanjutnya disingkat IUPP, dari Gubernur. dan Ayat 2 menyebutkan : Usaha Perfilman yang harus memiliki IUPP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu usaha perfilman seluloid di bioskop atau di dalam gedung, Untuk pembangunan gedung bioskop Walikota Banda Aceh bapak Mawardi Nurdin juga berencana untuk menghadirkan kembali bioskop di Banda Aceh, yaitu supaya para pemuda tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menoton film di Medan, dan untuk dapat mempromosikan karya — karya anak muda Aceh yang sudah banyak membuat film - film dokumentar dengan segudang prestasi memenangkan lomba di tingkat nasional. (Sumber : hitp:/latjehpost.com/ read/2013/02/20). 1.2, Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud ‘Adapun maksud dari perancangan Banda Acch Cineplex y 1, Dapat dijadikan tempat hiburan dalam bidang film dengan berbagai genre (produk nasional maupun internasional) 2. Dapat dijadikan sebuah tempat hiburan altematif yang ada di kota Banda Aceh Dapat meningkatkan produksi perfilm nasional 12.2. Tujuan Adapun tujuan yang akan dicapai pada perancangan Banda Aceh Cineplex di Banda Aceh tersebut, yaitu 1, Untuk menciptakan sebuah bangunan gedung bioskop baru yang ‘memenuhi standarisasi 2, Memberikan sebuah bangunan pertunjukan film dengan teknologi yang bervariasi (3D & 4D), 3. Menghadirkan satu bangunan bioskop yang mempunyai nilai — nilai arsitektural, tanpa melupakan dari segi fungsi bangunan bioskop itu sendiri dan juga menjaga kaedah-kaedah keislamannya, 4, Terpenuhi Keinginan masyarakat akan sebuah gedung pertunjukan film 1.3. Identifikasi Masalah, Masalah yang timbul dalam perancangan objek ini adalah sebagai berikur: 1. Bagaimana mewujudkan suatu wadah atau bangunan Banda Aceh Cineplex yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang menunjang seluruh kegiatan perfilman didalamnya sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung dan pengelola. 2. Bagaimana menerapkan ide-ide desain bertema Arsitektur Metafora pada bangunan Banda Aceh Cinepler. 1.4, Ruang Lingkup Perancangan Ruang lingkup yang menjadi batasan dalam perancangan gedung Banda Acch Cineplex adalah: 1, Bangunan sebagai wadah aktifitas, pembahasan mencakup konsep bentuk, sirkulasi, struktur dan utilitasnya yang dis jaikan dengan fungsi bangunannya. 2. Lingkungan, sebagai wadah berlangsungnya kegiatan dari gedung Banda ‘Aceh Cineplex, pembahasan lebih dititik beratkan pada penataan tapak. Manusia sebangai penguna bangunan, Pembahasan mencakup kebutuhan ruang pengelola dan ruang pengunjung. 1.5. Kerangka Pikir Tatar Belakang 1. Bioskop di Aceh tidak menayangkan filmefilm terbaru dan modern 2 Fasiltas bioskop yang kurang memadai seperti kursi penonfon yang sudah sangat 3. Suasanabioskop yang pengap dikarenakan tidak adanya pendingin ruangan 44 Pembangonan hioskon di Aceh kerap di kita label a-syariah ‘Maksud & Tujuan Menyediakan fasilias yang memadai untuk menampung seluruh sfitas perflman sehingga mampu memberikan keamanan dan > aa ‘ema arstekiur metafora, ‘Hentifikast Mavala ‘Bagaimana mewujudkan suatu wadah yang dilengkapi sarana dan prastrana yang menunjang Keviatan perilean, {dan Bagaimana merancang bangunin dengan penerapan. arsitektur metafora pada bangunan, Pengumpulan Data Xelayakan Fungsi | | ), sud handing (kasus dan tema) Bangunan 2 Studi lapanganokasi 5._ Studi iteratur Konsep Perancangan = Ruang Dalam, = Ruang Luar * Struktur Bangunan = Uitlitas ‘Gubatan Bentuk ‘Skema 1.1 Kerangka Piki Sumber: Analisa 1.6. Sistematika Laporan Adapun sistematika pembahasan perencanaan dan perancangan gedung Banda Acch Cineplex adalah sebagai berikut Bab I Pendahuluan, berisi uraian pengajuan perencanaan dan perancangan gedung Banda Aceh Cineplex dengan pembahasan mengenai latar belakang perancangan, maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan, permasalahan-permasalahan yang timbul schingga perlunya metode-metode pendekatan untuk pemecahan permasalahan f@acuan _perencanaan petancangan, proses berpikir dalam perencanaan dan perancangan gedung Banda Aceh Cineplex yang ada dalam struktur kerangka pikir, dan sistematika pembahasan setiap bab. Bab II Dekripsi Proyek Rancangan, berisikan tinjauan tentang definisi- definisi dari cineplex, fangsi dan tujuan cineplex serta ruang lingkupnya, Dilanjutkan dengan pemilihan lokasi, program kegiatan dalam sebuah cineplex untuk menentukan kebutuhan ruang, dan menganalisa studi banding proyek sejenis untuk memperoleh gambaran umum mengenai cineplex. Bab III Tema Rancangan, berisikan latar belakang pemilihan tema, tentang pengertian dan ciri-viri dari arsitektur metafora, bagaimana menerapkan tema tersebut ke dalam desain, serta menganalisa studi banding tema sejenisnya. Bab IV Analisa Perancangan, berisikan uraian analisa mengenai lingkungan sekitar tapak berdasarkan fakta dan bagaimana kemungkinan pengembangennya, Kajian tethadap pengguna dan aktivitas, kebutuhan dan besaran ruang serta organisasi pola hubungan antar ruang dan analisa terhadap struktur banguan, Dari analisis ini akan dihasilkan konsep yang digunakan untuk perencenaan dan peraneangan, Bab V Konsep Perancangan, berisi ide-ide atau solusi dalam mencapai sasaran yang diinginkan dan digunakan sebagi pedoman dalam penyusunan skematik desain dan perancangan, BABIL DESKRIPSI PROYEK RANCANGAN 2.1. Deskripsi Umum ‘Adapun deskripsi umum dari perancangan bioskop ini yaitu Nama proyek Banda Aceh Cineplex Tema ‘Arsitektur Metafora Lokasi proyek Jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan, Batoh, Sifat proyek Fistif| Laas lahan £13.50 me KDB meksimum — : 70% KLB maksimal 35 GSB minimum 10 meter Pemilik proyek 2.2, Pengertian Menurut kamus besar Indonesia, bioskop atau yang seting kita sebut theater memiliki arti Pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot sehingga dapat bergerak dan berbicara (KBBI, 2008) 2. Gedung pertunjukan film cerita (KBBI, 2008) Menurut Biro Pusat Statistik (1989) konsep dan definisi bioskop adalah suatu perusahaanusaha yong bergerak di dalam bidang pemurtaran film untuk umum, 10 dan semua golongan masyarakat dengan pembayaran dilakukan pada tempat/bangunan tertentu. Menurut banyaknya ruang yang digunakan untuk pertunjukan film, bioskop dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu 1, Bioskop dengan ruang pertunjukan tunggal, yaitu suatu bioskop yang memiliki hanya 1 (satu) ruang yang dipergunakan oleh para penonton untuk rmelihat pertunjukan film pada layar yang tersedia. 2. Bioskop dengan ruang pertunjukan lebih dari satu, yaitu bioskop yang memiliki lebih dari satu ruang yang digunakan untuk melihat pertunjukan film. Adapun film yang diputar pada setiap rang masing-masing berbeda- beda, Bioskop dengan ruang lebih dari satu disebut juga dengan Cineplex. 2.3, Studi Literatur 2.3.1. Fungsi Cineplex Adapun fungsi bioskop (Cineplex) dijelaskan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor : 29/PRT/M/2006, pada Bagian I tentang : Fungsi Dan Klasifikasi Bangunan Gedung, yaitu : Bangunan wisata dan rekreasi seperti tempat rekreasi, gedung bioskop, dan sebangainya. a 2.3.2. Klasifikasi Cineplex Adapun klasifikasi dari sebuah cineplek adalah sebagai berikut : ‘Table 2.1. Klasifikasi Bioskop di Jakarta, Tahun 2008 rs Fp 10000-25000 (Sumber : Jurnal Luey Marlina, Blitz Megaplex, Tahun 2008) Schinga klasifikasi untuk perancangan Banda Aceh Cineplex ini memilih Klasifikasi kelas atas, dikarenakan : 1. Film yang masuk ke Banda aceh selalu baru (up to date). 2. Memiliki gedung bioskop yang memenuhi standarisasi dari segi fasilitasnya, 3. Memilikiki bangunan pertunjukan film dengan teknotogi yang bervariasi (3D & 4D). 2 |. Lingkup Pelayanan Lingkup pelayanan perancangan Banda Acch Cineplex ini diwakili oleh fungsi yang dihadirkan sebagai berikut Fungsi Hiiburan dan Komersial Berupa kegiatan yang bersifat menghibur sehingga menimbulkan rasa senang, nyaman dan terhibur, sekaligus dapat menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya, hal ini diwujudkan dengan fungsi utama pada bangunan ini yakni ruang cinema dan fasilitas pendukung nya, yakni, game area, dan book area, 2. Fungsi Apresiasi Kegiatan yang dapat mengapresiasi para cinemas film di Indonesia untuk dapat mengembangkan dan mengenalkan hasil karyanya bagi masyarakat Tuas melalui adanya ruang auditoria yang khusus disediakan untuk premiere film ataupun pengadaan seminar film. 3. Fungsi Penunjang Merupakan penunjang kegiatan utama pada bangunan ini, seperti retail film, lounge dan bar & café 24, Lokasi Dalam menentukan lokasi tentu dipertukan pertimbangan-pertimbangan untuk memperoleh lokasi yang dapat mendukung keberadaan objek. Adapun faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi objek perancangan adalah: 1. Berada di kawasan kota Banda Aceh dan dekat dengan pusat kota. 3 wuai dengan peruntukan lahan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini adalah yang tercantum dalam Qanun RTRW Kota Banda Acch 2009-2029 yaitu berada pada kawasan perkantoran atau jasa. 3. Memilki akses yang baik sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan dan pejalan kaki. 4, Tersedianya jaringan utilitas yang memadai sehingga dapat digunakan oleh bangunan hasil rancangan 24.1, Alternatif Pemiliban Lokasi Lokasi- merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam peraneangan. Karena Banda Aceh Cineplex ini merupakan bangunan untuk menonton film yang memberikan pelayanan jasa hiburan, maka lokasi haruslah sesuai dengan Rencana Tata Rueng Wilayah Kota Banda Aceh 2009-2029 yaitu lokas terletak pada kawasan perdagangan dan jasa. Untuk mendapat lokasi yang baik, maka dibuat beberapa altematif lokasi yang akan dinilai karakteristiknya untuk mendapatkan nilai tertinggi. Beberapa altematif pemilihan lokasi untuk perancangan gedung Banda Aceh Cinepler adalah sebagai berikut: 14 Kota yang akan diakan dibangun Banda Aceh Cineplex Alternat. 3 (kawasan Hic) Altermatif. 1 (kawasan Batoh) Alternatif. 2 (kawasan Ihueng bata) Gambar 2.1. Peta Udara Kota Banda Aceh ‘Sumber : Google Earth 1, Kawasan Batoh, kecamatan Lueng Bata Gambar 2.2. Peta Lokasi Alternati. 1 ‘Sumber : Google Earth 1s Lokasi : Jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan. Luas Laban : + 13.500 m? (1.35 H) Batas-batas lahan sebagai berikut 1) Sebelah Barat: Lahan kosong 2) Sebelah Timur: Jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan 3) Sebelah Utara: Pertokoan 4) Sebelah Selatan: Pettokoan Merupakan lingkungan dengan kepadatan sedang, . Peruntukan lahan —: Kawasan campuran KDB maksimal 60% KLB maksimal 38 GSB minimum 10 meter Kelebihan 1) Berada pada jalan alteri/utama yang menghubungkan antara kabupaten, 2) Kepadatan lalu lintas relatif padat, dikarenakan jalan dua arah, 3) Terletak pada fungsi lahan bangunan pemerintahan, 4) Tersedia fasilitas jaringan lengkap, listrik, PDAM, dan telefon. 5) Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site 6) Kawasan telah banyak dikenali oleh masyarakat umum Khususnya penduduk kota Banda Aceh dan Aceh Besar i. Kekurangan 16 1. Kesibukon jalan yang sangat padat schingge menimbulkan kebisingan 2. Cuaca dikawasan ini panas dikarenakan kurangnya vegetasi. 2. Kawasan Blang Cut, kecamatan Lueng Bata Gambar 2.3. Peta Lokasi Alternat. 2 Sumber : Google Barth a, Lokasi : Jalan Teungku Imung Lueng Bata, b. Luas Lahan : 15.000 my? (1,5 H) . Batas-batas lahan sebagai berikut: 1) Sebelah Barat Rumah dan Pertokoan 2) Sebelah Timur Jalan Teungku Imung Lueng Bata 3) Sebelah Utara Pertokoan 4) Sebelah Selatan: Pertokoan v 4. Merupakan lingkungan dengan kepadatan sedang, e. Peruntukan lehan —_: Kawasan perdagangen den jasa £ KDB maksimal 10% g. KLB maksimal 3.5 bh. GSB minimum 10 meter i, Kelebihan site : 1) berada pada jalan arteri 2) Terletak pada fungsi Tahan bangunan pemerintahan dan fasilitas pendidikan. 3) Kawasan telah banyak dikenali oleh masyarakat umum khususnya penduduk Banda Aceh dan Aceh Besar. j. Kekurangan site 1) Lahan merupakan area pertokoan 2) Jauh dari fasilitas pemerintah 3) Jauh dari permukiman penduduk Kawasan Ilie, keeamatan Ulee Kareng Gambar 2.4. Peta Lokasi Alternati. 3 Sumber : Google Earth a. Lokasi : Jalan P. Nyak Makam, lie, kecamatan Ulee Kareng, bb, Luas Lahan : + 20,000 m? (2 H) ¢. Batas-batas Jahan sebagai berikut: 1) Sebelah Barat: Permukiman 2) Sebelah Timur: Jalan P. Nyak Makam dan pertokoan 3) Sebelah Utara: Pertokoan 4) Sebelah Selatan: Pertokoan, 4 Merupakan lingkungan dengan kepadatan sedang, Peruntukan lahan —; Kawasan campuran £ KDB maksimal 10% g. KLB maksimal 3.5 18 19 bh. GSB minimum, +10 meter i, Kelebihan site : 1 2. Berada pada jalan arteri B.Aceh ~ Medan. Kepadatan Tatu lintas relatif padat, dikarenakan jalan dua arab, Terletak pada fungsi lahan bangunan pemerintahan dan fasilitas pendidikan, Kawasan telah banyak dikenali oleh masyarakat umum Khususnya penduduk Kabupaten Aceh Utara. J. Kekurangan site : 1 2. 3. 4. Lahan merupakan persawahan. Bukan berada dikawasan fasilitas umum. ‘Tidak tersedia fasilitas jaringan air bersih. Jauh dari permukiman penduduk. ‘abel 2.2 Penilaian Alternatif Lokast Keterangan penilaian : ‘Sumber : Analisa, 2013 1: Kurang Baik 2: Cukup Baik 3: Baik 20 Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan terhadap ketiga alternatif lokasi pada tabel di atas, maka lokasi yang memenuhi kriteria bagi pembangunan gedung Banda Aceh Cineplex adalah kawasan Batoh (altemnatif 1), tepatnya yaitu pada jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad, Batoh, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh, 24,2, Lokasi Terpilih Lokasi terpilih adalah lokasi yang berada pada jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad, Batoh, dengan luas lahan + 13.500 m*, Lokasi ini memiliki data-data yang dapat digunakan untuk membantu dalam proses perancangan Banda Aceh Cineplex, adalah sebagai berikut 1. Lokasi Tapak berada pada jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad, Batoh, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh. 2. Lua, Lahan tapak mencapai 13.500 m® (1,35 H) 3. Batas tapak a. Sebelah Barat : Lahan kosong b. Sebelah Timur: Jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad ¢. Sebelah Utara : Pertokoan 4. Sebelah Selatan : Pertokoan 4, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Nilai untuk KDB yang digunakan yaitu 70 % = 9,450 m? a 5. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Nilai untuk KLB maksimal yaitu 3,5 = 33.075 me 6. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Nitai GSB untuk jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan yaitu 10 meter 7. Lebar Jalan Lebar jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan yaitu 18 meter (2 alu) 2.4.3. Alasan Pemilihan Lokasi Kawasan ini merupekan daerah kawasan campuran yang baru dan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Acch 2009 — 2029, Kawasan yang berada di jalan Doktor Insiyur Teuku Muhammad Hasan, Batoh, ini adalah salah satu area pengembangan kota Banda Aceh dan jika dilihat dari sarana transportasi, pencapaian, tingkat kebisingan, polusi udara, dan tidak menyulitkan serta lalu lintas tidak terlalu padat. 2.4.4, Peraturan Setempat Dalam penentuan lokasi untuk perancangan gedung Banda Aceh Cineplex berpedoman pada peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Aceh yaitu peraturan yang termuat dalam Qanun Kota Banda Acch No. 4 Tahun 2009 tentang, Reneana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh tahun 2009-2029, 2 Berikut ini merupakan pasal-pasal yang tercantum di dalam Qanun RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 yang berkaitan dengan tata guna Iahan dan syarat-syarat bangunannya: 1. Pasal 79 ayat 2 Tentang KDB dan KLB a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 70% b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 3,5 2. Pasal 80 ayat 2 Tentang Ketntuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) a. Jalan Arteri Primer, GSB minimum 12 m. b. Jalan Arteri Sekunder, GSB minimum 10 m. Jalan Kolektor, GSB minimum 6 m. 4. Jalan Lokal/Lingkungan, GSB minimum 4 m. 2.5, Program Ruang Proyck ini merupakan suatu bangunan yang memiliki fumgsi scbangai pusat hiburan bioskop. Pusathiburan yang menonjol aktivitas menonton film, Aktivitas yang terjadi di dalam bangunan ini adalah menonton film (bioskop), tempat interaksi antara sesame pecinta film, dan memanfaatkan fasilitas hiburan lain (bermain game, melihat galeri film, kafe, dll) Fasilitas - fasilitas yang tedapat di dalam gedung Banda Aceh Cineplex, antara lain : Tabel 2.3 Program Ruang Im ns Ruang Cinema Ticketing Ruang Direktur Ruang AHU Re. Cinema Ekslusif ‘Ticket Box Ruang Manager Gudang Lounge Ruang Pegawai Toile (Cafiédan Restoran Ruang Keamanan _‘Tempat Parkir Retail Shop Lint Lobby Ruang Genset Game Room ‘Kamar Mandi/WC 23 2.6, Studi Banding Proyek Sejenis 2.6.1. UFA Cinema Centre. Nama Proyek UPA Cinema Centre, Lokasi Dresden, Germany Tahun Berdici 1998 Fungsi Gedung pertunjukan film (bioskop) dan Public space. Bangunan UFA Cinema Centre di desain oleh Coop_Himmelb(I)au. Coop_Himmelb()au adalah sebuah perusahaan arsitektur yang terletak di Wina, Austria yang berdiri pada tahun 1968, sekarang juga miliki kantor di Los Angeles, Amerika Serikat, dan Guadalajara, Meksiko. Coop_Himmelb(I)au didirikan oleh Wolf Prix, Helmut Swiczinsky, dan Michael Holzer, dan memperoleh pengakuan intemasional pada pameran arsitektur di Museum of Modem Art, tahun 1988, dengan aliran "Arsitektur deconstructivist". Bersama Peter Eisenman, Zaha Hadid, Frank Gehry. Proyek UFA Cinema Centre adalah hasil dari konsep desain urban, desain dicirikan oleh dua unit bangunan yang saling berhubungan yaitu: 1. Blok Cinema dengan delapan bioskop dan tempat duduk untuk 2.600 penonton, The Block Cinema membuka memuju jalan untuk lalu lintas pejalan kaki dan dibedakan oleh sistem sirkulasi bioskop dan dengan pandangan melalui alun-alun. 2 Gambar 2.5. Denah UFA Cinema Centre Gambar 2.6, Tampak UFA Cinema Centre ‘Sumber : www.Google.com Sumber : www.Google.com ay ‘Gambar 2.7. Tampak UFA Cinema Centre Sumber : www.Google.com 2. Crystal, shell kaca sekaligus menjabat sebagai foyer dan alun-alun, The Crystal berfungsi sebagai lorong dengan jembatan ram dan tangga ke bioskop, dan adanya Skybar, doublecone yang mengambang dalam foyer host mengakomodasi fungsi yang berbeda (kafe, bar dll) ‘Gambar 2.8. Tampak The Crystal, UFA Cinema Centre Sumber : www.Google.com 25 Gambar 2.9. The Crystal berfungsi sebangai Gambar 2.10. The Skybar, double-cone. foyer dan hall sebelum mennju bioskop. Sumber : www.Gooele.com ‘Sumber : www.Google.com Gambar 2.1. The Crystal, juga merefleksikan jalur urban, Jembatan, ram dan tangga ‘merupakan ekspresi urban, material kaea pada’erystal” memungkinkan view pergerakan orang di bangunan pada tingkat yang berbeda Sumber : www: Google.com 2.6.2, Blitzmegaplex. Nama Proyek Blitzmegaplex. Lokasi Central Park, Jakarta Barat Tabun Berditi 22 April, 2010 Fungsi Gedung pertunjukan film (bioskop) Blitzmegaplex Central Park merupakan bioskop terbesar di Jakarta Barat, Blitzmegaplex Central Park merupakan bioskop keenam yang didirikan oleh 26 Blitzmegaplex Group setelah sebelumnya hadir di Paris Van Java (Bandung), Grand Indonesia, Pacific Place Mall, Mall of Indonesia (Jakarta), serta di Teras Kota (Serpong - Tangerang) Gambar 2.12. (a) Pintu masuk, (b) Hall Blitzmegaplex Central Park Sumber : www.ifti ing.com Blitzmegaplex Central Park hadir dengan konsep desain nuansa masa depan (Futuristik), memiliki 10 auditorium dengan kapasitas total 1.905 kursi, yang terdiri dari 8 auditorium regular yang mempunyai daya tampung antara 172 - 393 kursi dimasing - masing auditorium, termasuk 1 auditorium 3Dimensi dengan teknologi RealD, teknologi 3Dimensi terdepan didunia, pertama di Indonesia dan salah satu yang pertama di asia tenggara, serta 2 auditorium eksklusif yang disebut velvet class dengan kapsitas masing-masing 21 dan 25 sofa — bed 7 Gambar 2.13. (a) Ruang auditorium velver class, (b) Ruang auditorium regular Sumber : www.iftfishing.com Velvet class merupakan fitur unik yang ada di Blitzmegeplex Central Park yang berupa auditorium dengan tempat duduk yang berbentuk sofa - bed dilengkapi dengan beberapa bantal dan selimut untuk meneiptakan suasana ‘yaman bagi penikmat film seakan berada dalam kamar senditi in itu, dengan pelayanan dari para crew di velvet class, memungkinkan pelanggan memesan makanan atau minuman, cukup dengan menekan tombol service button tanpa harus ketinggalan alur cerita dalam film yang sedang di tonton, Fasilitas velvet class ini sebelumnya juga sudah disediaka dilokasi Blitzmegaplex di Pacific Pleace Mall dan Mall of Indonesia. Khusus untuk Blitzmegaplex Central Park , juga diperkenankan fitur baru di dalam velvet class tersebut, velvet suite yang belum ada dilokasi Blitzmegaplex yang lain customer velvet class hanya dapat dinikmati berdua, maka disini customer diberi fasilitas tambahan sofa yang nyaman agar dapat turut mengajak dua orang anggota keluarganya dengan kenyamanan yang tetap ekslusif, Tidak berbeda dengan Blitzmegaplex di lokasi lain, dengan mengusung konsep One Stop Entertaiment Center, Blitzmegaplex Central Park juga memiliki 28 fasilitas hiburan lain, seperti Blitzgamesphere - area gaming bagi para game- lover, Blitzshoppe - outlet penjualan merchandise yang berbubungan dengan film dal life style, serta ruang tunggu yang nyama, yang termasuk smoking lounge membuat suasana disini sangat nyaman dan menghibur. 2.6.3. Living Word XXI. Nama Proyek Living Word XXI Lokasi + Serpong, Tangerang Tahun Berdiri 18 Febwari, 2011 Fungsi Gedung pertunjukan film (bioskop) Studio XXI Living World berada di Alam Sutera, Serpong, Tangerang dibuka pada 18 Februari 2011 . Living World menyediakan 1058 kapasitas tempat duduk yang dibagi dalam 5 studio deluxe dan I studio premiere berkapasitas 40 tempat duduk Seperti Studio XI lainnya, Living World juga dilengkapi berbagai fasilitas seperti cafe dan lounge yang menyajikan beberapa main course atau sekedar snack. Gambar 2.15. (a) Pintu masuk, (b) Tempat tiket dan Tempat food court Sumber : www.skyscrapereity.com Gambar 2.16. (a) Ruang studio, (b) Ruang cafe 29 ‘Sumber : www.skyserapercity.com 2.6 — Kesimpulan Studi Banding Objek Kesimpulan dari studi banding objek bawah ini, Tabel 2.4 Kesimpulan Studi Banding Objek sejenis Lokast Fangst Dresden, Gemany Gedung pertunjkan film (bioskop) dan Publis space ns ‘Central Park, Tikarta Barat Gedung pertunjukan film (bioskop) nis dapat di lihat pada tabel di Serpong, Tanggerang ‘Geding petunjakan fil (bioskop) Konsep Sola rang bioskop Daya tampung ruang bioskop Arsitektu dekontraks 8 bunk rung bioskop 2600 kas tuk 8 bush ang studio ‘Avitkturfatriik |» 7 bua rang bioskop gular | 1 buh ang bioskop 3Demensi > 2 bush amg bioskop Veer class J» 172-393 kus untuk setiapruang bioskop eguler dan run bioskop 3Demensi 21-25 kus ant setiapruang bioskop Vebvet class ‘Arsiteltur modem |» Stu ruang bioskop deluxe | 1 buh ruang ioskop premiere J» 1058 Kurs wnt 5 bua ruang stalio deluxe }> 40 kursi untuk rung sto premiere Gabungan Gabungan 30 Kesimpulan yang dapat diterapkan pada perancangan Banda Aceh Cineplex ini adalah : 1 Pemisahan ruang bioskop antara ruang bioskop regular, ruang bioskop 3Demensi, dan ruang bioskop deluxe. Penerapan ruang velvet class. Ma ssa bangunan tunggal, yang bangunan utamanya adalah bioskop. Pemisahan antara penonton laki-laki dan perempuan yang dimulai dari sirkulasi menuju ke ruang bioskop. BAB III TEMA PERANCANGAN 3.1, Latar Belakang Pemilihan Tema Dalam merancang suatu bangunan, ekspresi suatu bangunan adalah hal yang, sangat penting, Ekspresi sangat dipengaruhi oleh fungsi dari bangunan yang dapat dirasakan melalui penggunaan elemen bangunan, penggunaan struktur dan bentuk dari bangunan, Pemahaman mengenai tipelogi, fungsi dari bangunan merupakan hal yang sangat penting untuk merasakan cerminan fungsi pada bentuk bangunan. Banda Acch Cineplex merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat hiburan dalam bidang film, dengan tujuan dapat membangun sebuah bangunan dengan (ampilan yang menarik dan nyaman. Tampilan bangunan disesuaikan dengan tema Arsitektur Metafora dimana tampilan ini berusaha menghadirkan konsep-konsep baru. Sehingga arsitektur dapat dilihat dalam sudut padang yang baru dan dapat tampil lebih ekspresif. Komunikasi perancang tentang ide dalam arsitektur juga menjadi lebih jelas, Berdasarkan hol tersebut, maka tema yang dipilih untuk dasar perancangan Banda Aceh Cineplex adalah “Arsitektur Metafora”. 29 30 3.2. Pengertian Arsitektur Metafora 1. Pengertian Metafora Dalam Kamus Metafora Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. 2. Pengertian Metafora Dalam Arsitektur Metafora Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata, bukan arti sebenamya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan, Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkeitkan arsitektur dengan bahasa. Menurut Charles Jenks, dalam "The Language of Post Modern Architecture”, metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”, metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari bubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”, metafora pada arsitektur merupakan salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang. 31 Menurut Antoniades, (1990) dalam “Poethic of Architecture”, suatu cara memahami suatu hal, scolah hal tersebut sebagai suatu hal yang Iain schingga dapat mempelajari_pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan, Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain 3. Kesimpulan Pengertian Arsitektur Metafora Arsitektur metafora adalah perancangan bangunan yang menggunakan perumpamaan atau kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya. 3.2.1, Katagori Metafora Kita akan menampilkan metafora ketika kita ; Mencoba memindahkan referensi dari sebuah obyek (konsep atau obyek) ke hal lainya 2. Mencoba melihat sebuah subyek (konsep atau obyek) sebagai sesuatu jika itu adalah yang lain. Mengganti fokus dari penelitian dan pengamatan kita dari satu area konsentrasi atau dari satu penyelidikan ke hal lainya, (Harapanya, dengan perbandingan atau perluasan kita dapat menjelaskan subyek yang kita maksud dengan cara baru. Metafora dalam tema arsitektur senditi misalnya, “The Machine” adalah metafora (pengadaian) d i pegerakan arsitektur modem, Berhubungan dengan 32 arsitektur modem yang logis dan rasional, sehingga penggambaran_ me merupakan metafora yang cocok dengan tema arsitektur modem, Sementara “The Ruin” (kejatuban) dihubungkan dengan metafora dari pegerakan arsitektur post modem, Sebab arsitektur post modem adalah hasil atau pembaharuan dari hancurfjatubnya pegerakan arsitektur moderan Dalam pergerakan Arsitektur Post Moderen ada 2 bagian aplikasi dari metafora 1, Anthropomorphy (pengenalan ciri-ciri manusia pada bintang atau benda mati) dan Vetebration (a house with a core and heart (rumah dengan sebuah mata dan hati) 2. Nonvertebrate (no core, no heart, void (tanpa mata, tanpa hati, Kosong). 2.2. Jenis Metafora ‘Ada tiga jenis metafora menurut Anthony C. Antoniades, Tahun 1990 dalam "Poethic of Architecture”. 1. Intangible Metaphors (metafora yang tidak bisa diraba) Termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya) . Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interprestasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Blossoming Dubai Tower adalah salah satu contohnya. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai_macam 33 interprestasi sesuai dengan pikiran masing-masing, Ada yang bependapat bahwa konsep metafora Blossoming Dubai Tower berasal dari Ujung Pena atau mata bor. Gambar 3.1, Konsep bentuk Blossoming Dubai Tower Sumber : www.designboom.com Gambar 3.2. Blossoming Dubai Tower ‘Sumber : www.designboom.com Blossoming Dubai Tower sebagai Landmark untuk Thssenkrupp, diza‘abeel park, Ide brillian dari Petra Architektural ini berawal dari pengamatan terhadap Bunga Meker. Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba) Tangible Metaphors adalah arsitektur dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material, salah satu contohnya adalah, Hotel Bun al Arab yang terletak 34 di Dubai, adalah salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa_metafora Konkrit Karena menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Hotel Burj al Arab ini dirancang oleh Tom Wright, seorang arsitek kelahiran Croydon, London. Burj al Arab (atau Arab Tower) Hotel ini dibangun dalam bentuk sebuah kapal pesiar berlayar modem untuk mencerminkan warisan pelayaran Dubai dikombinasikan dengan aspek modem bergerak ke masa depan. Gambar 3.3. Hotel Burj al Arab ‘Sumber : http:santoinside blogspot.com 3. Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya) Sccara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pemyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar: Untuk metafora kombinasi, dapat dilihat pada Opus Office Tower, Dubai, karya Zaha hadid. 35 Dilihat dari tampak depan menyerupai kubus dengan 'kekosongan’ bentuk cairan di tengah dan akan terdiri dari tiga menara individu yang connceted untuk menciptakan ilusi dari sebuah struktur tunggal dan bentuk kubus dengan kekosongan di tengah, juga dua menara yang terlihat terpisah tetapi conneceted di ibaratkan seperti tangan menggenggam. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak (intangible). Kita tidak dapat melihat gaya Kinetik secara visual, akan tetapi,genggaman tangan merupakan obyek yang dapat kite lihat secara visual (tangible), Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan genggaman tangan (konkrit) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi. Gambar 3.4. Opus Office Tower ‘Sumber :http:openbuildings.com Kesimp Untuk perancangan Banda Acch Cineplex mengambil tema Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba) yang dikarenakan dapat mengartikan, fungsi suatu bangunan secara visual. 3.3. Interpretasi Tema Dalam merancang dengan menggunakan tema motafora, seorang arsitek akan 36 mempunyai imajinasi yang tinggi karena tidak mudah membayangkan suatu hal sebagai sesuatu yang lain yang jauh berbeda, Bagaimana mungkin sebuah bangunan yang berupa benda mati diibaratkan sebagai pohon yang memiliki sifat hidup, atau bangunan yang bersifat visual diibaratkan scbagai musik yang merupakan sebuah bunyi, Dibutuhkan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi dalam melakukan ini. Tanpa imajinasi dan kreatifitas yang tinggi, karya arsitektur yang dihasilkan bisa hanya ‘menjadi sebuah peniruan dan bukannya perumpamaan serta akan menghasilkan karya yang bernilai rend Beberapa kelebihan dalam mengguntakan arsitektur metafora, antara lain 1. Penggalian bentuk — bentuk arsitektur yang lebih baik, yang tidak hanya terbatas pada plantonis, fungsialis, dan sebagainya. 2. Memberi peluang untuk melihat suatt karya dalam sudut pandang lain. 3. Membawa pikiran s ‘orang ke suatu hal yang belum diketahui. 4, Memberi nilai tambah untuk bangunan yang dimetaforakan seperti bentuk fasad bangunan yang beda dengan lain, 3.4, Penerapan Tema Pada Bangunan Penerapan tema arsitektur metafora pada bangunan adalah sebagai berikut: 1. Konsep Konsep bangunan yang ditawarkan arsitektur—metafora adalah mengidentifikasikan hubungen antara benda mati dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak, 37 2. Denah Denah dirancang sesuai dengan fungsinya bangunan, Bentuk denah akan disesuaikan dengan bentuk ruang dan sirkulasi didalamnya schingga dapat mempermudh jalur sirkulasi bagi si pemakai di dalam bangunan 3. Fasade Tampilan bangunan merupakan perpaduan dari arsitektur metafora dan arsitektur modem (double coding of style). Penggunaan material-matetial modem lebih dominan untuk meneiptakan rasa aman dan nyaman, Penerapan arsitektur metafora terutama pada fesadnya menerapkan bentuk yang berhuhungan erat dengan bioskop schingga akan sesuai seperti fungsinya yaitu bangunan komersil 4. Warna Wama pada eksterior menggunakan warna-wama pada desain arsitektur modem seperti wama silver. Selain itu juga memadukan wama dari simbol bangunan itu sendiri, sebagai wujud komunikasi dengan publik schingga lebih. mudah di kenali 5. Lansekap Penataan lansekap akan disesuaikan dengan jalur sirkulasi kendaraan dan jalur pejalan kaki. Selain itu unsur-unsur pada lansekap juga merupakan penyelesaian terhadap iklim di daerah tersebut. 38 Studi Banding Tema Sejenis 35.1. Bangunan Stasiun Lyon-Satolas Obyek Stasiun Lyon-Satolas. Lokasi : Lyon, France. Atsitek : Santiago Calatrava Valls. Gambar 3.5. Stasiun Lyon-Satolas Sumber : www.arespai a) Gambaran Umum Proyek Gambar 3.6. Bagian depan stasiun Lyon-Satolas Sumber : www.arespace.com 39 Calatrava mengekspresikan rancangan stasiun Kereta apinya dengan membangun sebuah hall yang terbuka, sebagai jalan masuk jalur TGV (kereta api berkecepatan tinggi) berdekatan dengan bandara Lyon. Ini meyediakan sebuah stasiun TGV untuk bandara, tetapi juga sebuah titik temu untuk keduanya, TGV dan pesawat terbang kedalam suatu sistem KA dan jalan Lokal. Gambar 3.7. (a) Lyon-Satola terlihat dari udara,(b) Eksterior Lyon-Satolas ‘Sumber : www.arespace.com Bangunannya terdiri dari dua pertemuan lengkung baja dengan panjang 120 m dan tinggi 40 m, Bangunan dengan jelas mengekspresikan bentuk burung, meyimbolkan penerbangan dengan kedinamisan yang lebih daripada terminal TWA Saarinen di New York, dua lengkung utama bersatu pada paruh burung, Calatrava: mengatakan dengan tegas bangunan ini bukan mengembil bentuk burung pada awalnya, tetapi lebih kepada sculpture yang terinspirasi dari bentuk ‘mata manusia. Gambar 3.8. Bentuk Lyon-Satolas yang menycrupai burung ‘Sumber : www.arespace.com 40 ‘Tiba dari bandara, satu pintu masuk hall dari dermaga yang berhubungan, tiba di “bagian belakang burmng’, pada sebuah level yang tinggi. Escalator menuntun jalan kebawah menuju bagian utama, darimana sayap melebar ke sisi Jainnye diatas jalur kereta api, dengan escalator yang lebih banyak turun ke peron- peron, Gambar 3.9. (a) Bagian utama stasiun, (b) Interior Lyon-Satolas ‘Sumber : www.arespace.com Fkspresi dari struktur rancangan Calatrava berlanjut kedalam bangunan sebanyak seperti diluar. Dua ‘lidah’ beton merupakan kantilever seperti haluan kapal melewati bagian utama. Yang mengecewakan adalah energi dari bangunan tidak cocok dengan fungsinya sebagai pusat kegiatan transportasi. ‘Lidah” contohnya, akan lebih menarik jika difungsikan sebagai cafe, tetapi tetap dek yang dibiarkan kosong, Gambar 3.10. (a) Kantilever lidah beton, (b) Entrance menuju jenis transportasi lainnya seperti Pesawat terbang dan Kendaraan umum, ‘Sumber : www.arespace.com a b) Konsep Perancangan Santiago Calatrava Valls merupakan seorang arsitek berkebangsaan Spanyol- Valencia yang banyak memenangken penghargaan sebagai arsitek, pematung, dan ahli struktur. Pada awalnya ia adalah seorang seniman pematung dan peluki yang pada tahun 1990-an karyanya banyak dipuji-puji orang. Karya arsitek kelahiran 28 Juli 1951 ini banyak menggambarkan gaya futuristic high- end dengan detail teknis yang amat mengagumkan. Banyak orang yang mengatakan bahwa karyanya terinspirasi dari bentuk- ‘bentuk natural yang berada di alam (Jodidio, 1998). Seperti karyanya pada Satolas TGV Station yon, France, bentuk yang terinspirasi dari bentuk unggas terlihat pada bagian kakinya yang mirip dengan kaki unggas. es Gambar 3.1. (a) Studies for “Bird” Sculptures, Secret Sketchbook 1995, (b) Konsep perancangan arsitektur Satolas TGV Station. ‘Sumber: wwwarespace.com Ide awal karya tersebut berasal dari sketsa dan lukisan Calatrava berikut yang kemudian diwujudkan ke dalam sebuah model untuk dijadikan bahan studi Uodidio, 1998), Dari sana didapatkan bahwa bentuk tersebut menyerupai burung a2 yang sedang melebarkan sayapnya, Desain kemudian dikembangkan lebih lanjut mengikuti konsep utama yang telah ditentukan, Schingga muncul bentuk kaki burung yang menjadi pertemuan antara dua lengkungan utamanya. Dan terdapat bbidang yang menyerupai paruh burung pada bagian interiomya ©) Filosofi Konsep Perancangan Ide awal karya tersebut berasal dari sketsa dan lukisan Calatrava berikut yang kemudian diwujudkan ke dalam sebuah model untuk dijadikan bahan studi (Jodidio, 1998), Dari sana didapatkan bahwa bentuk tersebut menyerupai burung yang sedang melebarkan sayapnya. 3.5.2. Bangunan 30 ST Mary Axe Obyek 30 ST Mary Axe Lokasi London, United Kingdom Tahun pembangunan : 2001-2003 Arsitek Foster dan Partners Gamibar 3.12. Bangunan 30 ST Mary Axe Sumber : hup: japhereation.blogspot.com a) Gambaran Umum Proyek 30 ST Mary Axe adalah sebuah gedung pencaker langit yang terletak di City of London. Gedung ini memiliki tinggi 180 meter (591 kaki), dan berlantai 40, sehingga menjadikannya gedung tertinggi kedua di City of London, setelah One 43 Canada Square, dan merupakan gedung tertinggi ke-6 di London, Gedung ini adalah gedung perkantoran paling mahal dan juga salah satu gedung tercantik di dunia 30 ST Mary Axe merupakan bengunan yang menghubungkan unit yang satu dengan lainnya secara keseluruhan melalui Komponen struktur, ruang, dan blok ruang.Konsep denah pada bangunan 30 ST Mary Axe menggunakan kombinasi Jingkaran dan bujur sangkar. Kombinasi grid yang dilakukan sang perancang membuat bangunan terlihat lebih hebat dengan ditambah pembuatan bentuk fasad yang sangat estetik, Pengaturan kelompok ruang dan bentuk pada 30 ST Mary ‘Axe menggunakan pola central yang mana fungsi ruang penting di tengah dan berhubungan dengan sebagian besar ruang. Gambar 3.13. (a) Interior 30 ST Mary Axe, (b) Potongan 30 ST Mary Axe. ‘Sumber : http: japhereation.blogspot.com Perubahan yang memperlihatkan pergerakan dari satu kondisi ke kondisi loinnya tidak terjadi pada bangunan 30 ST Mary Axe, Karena ketika sang petancang membangun bangunan ini sudah menyusun gagasan-gagasan yang, 44 memadukan berbagai unsur dalam kesatuen,Bangunan ini sendiri menggunakan konstruksi rangka, Terciptanya fasad dari cahaya yang baik terdiri dari lapisan panel yang dobel dan dijalankan sé cara simple dengan memberi warna pada kaca dan lapisan yang high - performance untuk mengurangi penetrasi dari radiasi sinar ultraviolet, b) Konsep Perancangan Lokasi 30 ST Mary Axe terletak pada tanah yang dahulunya adalah bangunan Baltic Exchange di kota London, Gagasan/konsep dasar__ yang _digunakan pada bangunan 30 ST Mary axe yang bergaya post modem ini adalah metafora, Hol ini dapat terlihat pada bentuk bangunan yang terlihat seperti gabungan bentuk clips yang memanjang. Sang arsitek, Norman Foster dan Partners mempunyai gagasan untuk membuat suatu bangunan yang menyerupai roket Bentuk Khusus dari menara perkantoran 40 lantai ini disambungkan ke kelompok bangunan tingkat tinggi yang menyimbolkan pusat dari financial centre kota London. Ini adalah bangunan ibu kota pertama yang berhubungan dengan lingkungan pada bangunan tingkat tinggi yang progresif. 30 ST Mary Axe tidak hanya merupaken gedung perkantoran; pada lantai dasar adalah dacrah akses publik dengan double-height retail outlets yang dapat melayani komunitas pekerja lokal, dan bangunan ini pun diset sedemikian rupa hingga menjadi publik plaza yang baru, 4s ‘Gambar 3.14. (a) Tampak 30 ST Mary Axe, (b) Konsep 30 ST Mary Axe. Sumber: http: japhereation blogspot.com Pada bangunan 30 ST Mary Axe, konsep ide yang digunakan oleh perancang adalah “One to One Half”, Bangunan ini memiliki konsep ide berupa bentuk gedung melebar dari dasar dan meruncing pada puncaknya, Bentuk ini direspon dari permintaan atas lokasi tapak yang kecil. Bangunan ini terlihat tak begitu besar dibandingkan dengan balok persegi panjang yang menjadi lahannya, ©) Filosofi Konsep Perancangan Bangunan 30 ST Mary axe yang bergaya post modern ini adalah berarsitektur metafora. Hal ini dapat terlihat pada bentuk bangunan yang terlihat seperti gabungan bentuk clips yang memanjang. Sang arsitek, Norman Foster dan Partners mempunyai gagasan untuk membuat statu bangunan yang menyerupai roket. 46 . Bangunan Menara Phinisi, Universitas Negeri Makassar Obyek : Menara Phinisi Lokasi: Makassar, Sulawesi Selatan Arsitek : Genesis Gambar 3.15, Bangunan Menara Phinisi ‘Sumber : http: wamahiduptashya.blogspot.com, a) Gambaran Umum Proyek Bangunan Menara Phinisi ini akan menambah deretan bangunan-bangunan megah yang di bangun di Kota Daeng ini, Menara Phinisi ini merupakan gedung pusat pelayanan Akademik UNM. Bangunan karya arsitektur Genesis ini terdiri dari 17 lantai dan bangunan pendukung 4 lantai, Bangunan ini di wilayah kampus UNM sector gunung sari JI. Ap Pettari memiliki struktur bangunan yang menyerupai sebuah Perahu Phinisi merupakan salah satu bentuk aplikasi dari kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengedapkan nilai kebudayaan yang tinggi. a7 b) Konsep Perancangan Gedung Pusat Pelayanan Akademik (GPPA) didesain sebagai ikon baru bagi UNM, kota Maka sar dan sekaligus Sulawesi Selatan (Sulsel). Eksplorasi desain gedung ini mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppalempat persegi), dan maha karya perahu pinisi sebagai simbol kejayaan, kebanggaan, dan keagungan. Serangkaian eksekusi bentuk dan detail-detail solusi desain yang bersumber pada kearifan lokal, dipercaya mampu membentuk lingkungan kampus masa kini yang berkelas internasional Bangunan ini sebagai perwujudan dari serangkaian makna, fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur. Kekayaan makna tersebut akan meningkatkan nilai arsitektur GPPA UNM menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan nilai-nilai_yang terkandung di dalamnya, Seperti pada rumah tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala‘rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga terditi dari 3 bagian Pertama, bagian bawah berupa kolong/panggung. Bagian ini posisinya terletak sekitar 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan lansekap yang di ‘sain miring sampai ke pedestrian keliling lahan, Kedua, bagian badan berupa 48 podium, terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah ‘Tradisional Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air. Ketige, bagian kepala berupa menara, terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar perahu pinisi dan juga ‘bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api. Gambar 3.16. Interior Menara Phinisi ‘Sumber : hp: buildingindonesia.bizparaboloidbiz Bangunan podium memiliki denah yang berbentuk trapesium dengan sisi miringnya menghadap ke jalan utama pada sisi Barat. Bangunan yang miring merupakan respon terhadap sudut lahan dan juga sebagai strategi untuk ‘memperpanjang fasad bangunan serta sebagai kontrol visual dari luar bangunan. Dalam proses desain, bangunan podium dibelah menjadi 4 bagian sesuai dengan simbol falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan yang terdiri dari empat persegi (makna 4 unsur/kesadaran manusia akan diberikan metafora ke dalam agian bangunan yang lainnya), 49, Bangunan terbelah menjadi 4 bagian (yang terinspirasi dari deretan perahu pinisi di pinggir pantai) menciptakan lorong angin dan jalur masuk bagi cahaya matabari ke dalam seluruh ruang dalam podium. Tepat di tengah sumbu axis agian belakang bangunan menara, terdapat void kosong berbentuk elips yang memotong bangunan podium. Di bagian paling bawah void berfungsi sebagai kolam air mancur yang selalu bergemericik dengan ramp yang mengelilingi void. Void kosong di bagian tengah merupakan metafora dari lingkaran berwarna terang di pusat logo UNM, yang dijelaskan sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Di puncaknya terdapat exhaust turbine untuk mengalirkan uap kolam sebagai elemen pendinginan suhu bangunan, merupakan yang metafora 3 layar segitige yang menghadap ke arah void. Gambar 3.17, Interior Menara Sumber : http: buildingindonesia biz ‘Bangunan podium juga merupakan metafora dari unsur tanah dan air. Dinding ‘bangunan podium berupa kaca reflektor sinar matahari yang berwama kecoklatan seperti wamna tanah, dengan sirip-sirip penahan matahari yang terbuat dari 50 stainless steel yang memantulkan cahaya seperti air. Sirip-sirip ini juga didesain sebagai bagian dari fasade bangunan dengan pola ombak. Bangunan menara memiliki denah berbentuk trapesium simetris, dengan fasade pada kedua sisi miringnya (sisi Utara dan Selatan) menggunakan sistem struktur hiperbolic paraboloid. Fasade menara mengalami rotasi secara ritmik membentuk ekspresi bengunan yang dinamis. Dengan menggunakan sistem ini, fasade menara merupakan metafora dari layar utama perahu pinisi.. Kenopi-kanopi horizontal pada fasade sisi Utara dan Selatan ini dapat juga berfungsi sebagai photovoltaic untuk merubah energi matahari menjadi energi listrik. Pada fasade sisi Barat dan Timur menara terdapat dining ormamen 3 dimensi yang terbentuk dari rangkaian bidang-bidang segitiga, sebagai penahan matahari, ‘Sumber : hp: buildingindonesia,bigparaboloid! Bentuk bangunan menara menjadi semakin atraktif karena memiliki bentuk visual yang berlainan bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda, Pada puncek menara terdapat rangkaian pipa yang berirama yang dapat difungsiken juga 51 sebagai menara telekomunikasi, Bangunan menara juga merupakan metafora dari unsur angin dan api. Fesade layar mewakili unsur angin, sedangkan puncak menara merupakan penyedethanaan dari bentuk lidah api. ©) Filosofi Konsep Perancangan Pembangunan Menara Phinisi. Arsitektur bangunan menyerupai sebuah perahu phinisi, Pada desai bangunan tersebut merupakan metafora eppa, air, tanah, udara, dan api, Selain itu metafora bentuk arsitektur tradisional etnis masyarakat Sulawesi selatan dan perahu phinisi Perahu phinisi adalah salah satu warisan budaya dari nenek moyang masyarakat Sulawesi selatan yang diturunkan dari generasi ke generasi sampai sekarang merupakan kebanggaan bangsa Phinisi sebagai alat transportasi air. Dati dulu sampai sekarang memiliki bentuk yang sudah dirancang untuk membelah lout baik dari segi model, maupun Konstruksi yang memadai dan tahan, Sebagai transportasi air juga memiliki perlengkapan sebagai penunjang tenaga penggerak berupa layar yang pada saat itu belum digunakan mesin sebagai penggerak, Nilai filosofi yang tergambar pada perahu Phinisi dengan segala pengelolaannya sebagai alat transportasi dari satu tempat ke tempat tujuan baru. Di adopsi dari pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi sebagai pusat transparansi pencerdasan kehidupan bangsa, 52 3.6, Kesimpulan Studi Banding Dari studi banding yang telah dilakukan terhadap tiga jenis objek yang memiliki tema yang sama yaitu arsitektur Metafora, maka dapat disimpulkan bahwa ‘Table 3.1 Kesimpulan Studi Banding Stasiun Lyon-Satolas 30ST Mary Axe Penn ors ‘Arsitekiur Metafora | Arsitektur Metafora | Arsitekiur Metafora Tangible Tangible Tangible Stasiun kereta api | Gedung Perkantoran | Kampus UNM Burung yang sedang, Roket Perahu Phinisi :melebarkan sayapnya ptih dan Silver Bint ‘Abuabu dan Orange Perpaduan tekstur Licin Perpaduan tekstur kkasar dan licin dengan licin dengan penggunaan material ‘mengeunakan kaca kaca, beton, dan baja dan stainless steel Fasad bangunan bentuk| Fasad bangunan | Fasad terbuat dari bburung yang sedang | terbuat darikaca dan | kaca reletor matahari ‘melebarkan sayapnya | rangka baja yang | yang wamma kecoklatan dengan bahan beton, | membentuk sebuah | seperti wanna tanah, aca, dan baja roket ‘kemudian di padukan Stainles steel yang didesain menyerupai sirip yang berfungsi scbangai penahan matahari Kriteria Raneangan Kesimpulan untuk perancangan Banda Aceh Cineplex ini adalah = 1. Konsep bentuk dari proyektor film. 2. Fungsi sebangai gedung bioskop. 3. Penerapan struktur inti (core) dan struktur rangka baja BABIV ANALISA PERANCANGAN 4.1. Analisa Fungsional 4.1.1.Pemakai, Kegiatan, dan Ruang Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam sebuah cineplex oleh pemakai bbangunan menghasilkan kebutuhan ruang-ruang yang akan direncanakan dalam petancangan gedung Banda Aceh Cineplex. ‘Table 4.1 Pemakai, Kegiatan dan Ruang Pemak Akfifita "Memarkiran kendaraan Bekerja Minum - Makan Isirahat BAB-BAK Kebutuhan Ruang “Tempat park diektur Ruang direktur Café Restoran Ruangistirahat Kamar mandi/ WC ‘Memarkirkan Kendaraan “Tempatparkir manager ‘Rung manager Café / Restoran Rang istirabat ‘Kamar mandi / WE ‘Wemarkirkan Kendaraan Beker ‘Minum - Makan BAB BAK "Fei paki pean aang hooe Lapangan Catt Resoran Kamar mands WE 1 Roordinator Reamanan ‘emarkirkan Kendaraan Bekerja Minum - Makan BAB-BAK “Tempatparkr pegawal Ruang hoor. Keamanan Café Restoran Kamar mandi/ WC ‘Memarkirkan endaraan Bekerja ‘Minar - Makan BAB- BAK “Tempai park pegawai Ruang koor, Café dan shop Café Restoran Kamar mandi WC ‘Memarkirn Kendaraan Bekeria Minn - Makan BAB-BAK “Tempatparkr pogawai Ruang Akutasi| Café Restoran Kamar mandi/ WC [Pogawal Sia fy Sia Tiket “Memarkirkan Kendaraan Bekeria ingen ~ Makan BAB BAK 53 “Tempat parkir pegawai Rung tiket Cafe Restoran Kamar mandi/ WC 54 be Salt Shop ‘0 Stall kasir > Memarkirkan kendaraan » Bekera > Minum = Makan BAB-BAK. > Tempat parkir pegawai » Tempatkasir » Café / Restoran ‘Area berbelana » Café / Restoran ‘Kamar mandi / WC ‘Wiemarkirkan Kendaraan’ » Beker > Minum - Makan Al “"T5r eaipal park powawal > Minum - Makan 9 Sa Polavan > Memarkan tenderamn — [> Tompatprkrpogeral > Bete > ong ak Minin Makan > apie as _ibiease sine 3 Sarat > Meakin Kanda» > Min - Makan 5 2» DAB-BAK rz y Stat Mardendie ene as o Sia kasir eccrine lee eee eae 2 Tenpat ase > Minum - Makan > Cafe Restoran 2 DAB-BAK > Kamar mand/ WC ‘0 SallPelgym |» Monarkirtan Kendanan |» Terpa parr peparal > Beker > Ate betbelaja Saeeeener > Cafe Reworan ae ___[> BAB-BAK > Kamar mandi WC fy Sa aaa > Mmakikas andra P > Tempat parr pega aicat Sere ee Pos jaga » Cafe / Restoran » Bekerja » » Minum - Makan » Cafe / Restoran ee __|» BAB-BAK _ » Kamar mandi / WC F Penang ‘> Memarkirkan kendaraan’” [> Tempat pair penganjung » Beli tket » Ruang tiket » Tunggs pemutaran film | » lounge » Minum = Makan » Café / Restoran >» Nonton film » Ruang cinema » BAB-BAK >» Kamar mandi WC ‘Sumber : Analisa, 2013 55 4.1.2. Organi wang, ‘Sesuai dengan jenis pemakai, pola kegiatan dan sifat ruang di dalam gedung, Banda Aceh Cineplex, maka dapat dibuat pengelompokan ruang (orgai ruang) yaitu pemakai dan pengguna, diatur sesuai dengan keterkaitan hubungen kebutuhan ruang dari tiap unit kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. 1. Analisa Pengunjung. Pos jaga oe =| Patkir Pengunjung Tempattkst [4 Lobby (Cafe dan Reston Ruang tungewlounge Rel shop Kamar mandi’ WC Ruang bioskop ‘Skema 4.1 Organisasi Ruang Pengunjung Sumber: Analisa 56 2. Analisa Pengelola. Entrance Pos jaga SE HY Parkir Pengetola Cafe dan Restoran Ruang tunggu/lounge i if Direktur utama Tempat ket | Manager Kor, kemanan [ Real shop | abt oor. Retail hop Game ror Seales [b= Koor Lapangn Kamar mandi/ WC f= R. Cleaning service i ‘Skema 4.2 Organisasi Ruang Pengelola Sumber: Analisa 4.1.3. Asumsi dan Program Kebutuhan Ruang Jumlah para penonton bioskop untuk Indonesia pada tiap tahunnya selalu meningkat, maka produser juga bersemangat dalam meningkatkan kuantitas filmnya yang juga disertai kualitas film yang berbeda pula 57 ‘Table 4.2 Jumlah produksi Im nasional dan internasional yang beredar di Indonesia fer ‘Sumber : www.perfilmanindonesia.com & ‘www, perfilmaninternasional, com Peningkatan jumlah penonton bioskop itu sendiri mengalami kenaikan dengan angka 20% tiap tahunnya, hal tersebut dikarenakan adanya jumlah peningkatan produksi dari perfilman, Table 4.3Perkembangan jumlah penonton bioskop di Indonesia 2,898,736 425.025 3.825.225 840,038 4.760.212 1.331.690, 5.326.760 1.718.310 6,092,190 2,280,088 6,840,262 ‘Sumber : www perfilmanindonesia.com Kapasitas ruang bioskop untuk perancangan Banda Aceh Cineplex dapat kita asumsikan dari studi kasus objek sejenis yang menurut kota, seperti table di bawah ini : Table 4.4Jumlah bioskop dan kapasitasnya untuk kota jakarata barat dan tangerang. [Se] Nama kota [ah pond [Nama boop] Juma stdio]Rapastas_| Takarta barat [2.134290 —siwa |» Anggrek XXE Studio Regular (Tahun 2012) Studio, 1 Studio. 2 Studio. 3 Studio. 4 58 Tha + Tai Rogie stdio.t | 258 Kuni Tsai? [137 Koi T sucio.3— | 225. Kori © sie. #184 Kut Toadies | 184 Kemi sie. | 202 Kuri sie. | 180. Kuni » Tush Studio You tio | as Kuni 360 26s 28 EE = m > Blivaewaples > 1860, Kuni Cental Park Regular > Suto Vliet ~Setn | 21 ited 1 stutio.2 | 25 Kuni Tota kapastay” | #252 Kurs Taageang | VOPAGT iva [> ESD RAT 7 Siu Regular (tahun 2012) = Sudo | 172 Kuni T smcio.2 | 172 Kani 1 scio.3 | 172 Koi Jo = staio. | 172_ Ker 7 Bans SAT] Sad Regular Sule. | 253. Kuni T scio.2 | 158 Ki Tain | 169. Kari 2 stio-4 | 139 Kun ; + StaoRepular studio | 310 Kurs T sawio.2 | 310. Kori © sio.3 | 190. Kuni © sti. ¢ 154 Kurt 1 sci. $ | 134 Komi T smuio.¢ | 121 Kui ; = stati. | 121 Kus 7 Recents | So Ree “studio. | 281 Kuni © sie? | 234 Kuni 2 sutios | 147 Kari 154 Kursi [> SeapngxSat— > Stadio Regia’ | Sie. | 368 Kuni * simio.2 | 308 Kuri "sci. | 238 Kari [cio ¢ | 184 Kai © sie. $134 Kuni 1 sutin6 | iat Kui 59 > Sbuah Stadio Regular 1088 Kursi > 1 bush Studio Promiore _ Gos7Kurail Sumber : www perfilmanindonesia.com & www kemendagri.go.id Dari data diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa untuk tiap kota di Indonesia jumlah bioskopnya tidak sama, dan kapasitas untuk setiap studio juga berbeda-beda. Table 4.5 Perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah bioskop dan Jv kapasitasnya ia Jakarta barat Tt baie 5252 Kursi | 102 ‘Tanger 1699461 6087 Kursi | 47 Jia’ Kursi cE Zn ‘Sumber :Analisa (2013) Setelah kita mendapat hasil rata-rata untuk penonton dari kedua kota tersebut, barulah kita asumsikan untuk perancangan Banda aceh Cineplex ini dengan ‘menggunakan jumlah penduduk Banda Aceh yang akan dibagi perkursi. Keia Banda Asch, + Bunda Aceh. + Nanggtoe Acch Darussalam, + » Utara, Selat Malaka » Selatan, Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Acoh Besar, » Barat, Kecamatan Pekan Bada Kabupaten Aceh Besar » Timur, Kecamatan Barona Jaya dan Kee, Darussalam Kabupaten Acch Besar. Luas Wilayah + 61,36 Km? Jumlah Penduduk : 218.460 tiwa : » 9 Kecamatan, » 19 Kelurahan, » 71 Desa. Gambar 4.1.Profil kota Banda Aceh ‘Sumber :www.kemendagri.go.id 60 Banda Aceh Cineplex, Jumlah Penduduk / Total Rata-Rata 218460 Jiwa / 74 Jiwal Kursi 2945 _Kursi Gambar 4.2, Hitungan kapasitas ruang bioskop untuk Banda Aceh Cineplex ‘Sumber :Analisa (2013) Dari hitungan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa asumsi kapasitas untuk perancangan Banda Aceh Cineplex adalah 2945 kursi, namun untuk untuk mecapai angka tersebut perancangan ini menerapakan sistem dua kali penayangan film dalam schari, schingga lebih ekonomis dari segi pegembalian modal dan harga bangunan, 1, Asumsi Kebutuhan Ruang Table 4,6 Asumsi Kebutuhan Ruang a eee Re [Ros Fe sums! Pemakai Bioakop) Retail sho; ie Ruang kevin Stat Kok SuifPelayan ung dak (5 a _Asumsi Pemakai Bioskop) Rung kas > Sua Peng > Ruang Game (15% dani Tomiah Asumsi Pe £ Marchendise » Staff Kasit” (OY Nat Pelayar > Area Jualan (1 Asumsi Pe Siait ket fh Mushalla, Ru > Tempat Wodhuk Poi >> Tempat WWusdhule wana 7 Ruang Proyektor Tumiah [Fasilitas Pengel a, Ruang Direktur ‘y Ruang Kerja Diekiar > Ruang ‘ram fbr Rang Manager y-Ruang Ketja Manager oy Ruang ama fe Ruang seketar > Ruang kerja Sokstaris > Ruang Tamm fd Ruang Koor. Lapangan Ruang Kepala Kor, Lapangan » Ruang Kerja > Ruang Tamir 3 Ruang Stall fe Ruang Keor E Ruang Kor, Keamanan > Ruang Kopala Kor, Reamanan » Ruang Kerja > Ruang 1 Ruang Sta fe Ruang Cloning Service » Kepala Clening Service Staff Clening Service i Pat Pegalols—— ‘> Parkir Roda, 4 61 Parkir Roda, 4 (70 26 dari Jurlah, a np Parkir Roda, 4 (40% dari Jumlah Pengunjung) Sumber : Analisa (2013) 62 Berdasarkan hasil perhitungan jumlah pemakai pada gedung Banda Aceh Cineplex, maka di dapat jumlah pemakai bangunan yaitu sebanyak 1290 orang (kapasitas ruang cinema) + 85 orang ( jumlah pengelola) = 1375 orang. 2. Hitungan Kebutuhan Ruang a, Ruang Bioskop. ‘Table 4.7 Hitungan Kebutuhan Ruang [Re[__Nama Ruane] Kapaston Tenia [Tans aang Cinerma 240 (remium) Ong pr Tahal depiay > Lebar displ : > Ting display : Jara gris potama dengan bya 1a x Lebar dinpay Mx 6 : » Jara priser dengan ar 3 Lebar display 3x 6 : Tra pan 1 slang @. > Labor | o- () x () x Kapasias > Sikes > Let ran, Iss 462 E 6 aa 84 18 x0 200 wT M M M wu Patt eps Bush |! 63 Taba daplay Toe > Lebar display lie Mw > Tings dips fast M Jak gars pram dengan ar 14x Letra Pan 14x 6 = 8M Jaap teri dongan na 3x Lebar display 2) Rang Ciena Ce ae MI} ot | ase oe Denes rang, | Trai pan aka Push @. 107 M Lebar a &. 06 M4 (2) 0) Kapasas pps 107 x 06 x 380". 180M Sika Tao % i Toe Spy oe st Lahr apy De Tings play fae Jar prs prams denen hi. 1a Tatar display at ax 6 = 84M Jak gitar dengan aa 3 x Lebar display | Bess Cio 0 3x 1 ae (Velvet cass) Orang fr Tarai kui dspam 7 aah | TM > Lebar @. 08 Me ) ¥ () x Kapaa a2 208 xs. 8 Ms] BOS Sika luo % x 0% Tass wt > Lins Luang sa _- 204 21s we tox 73 ewe 4] Rusng prover Siku ore 2101 M+] pan | 6 muh) 262 a Ta Law Tora _| ai WF b. Fasilitas Penunjang. No] Nama Reang [Repost Sandan Somber] Joma pas AF Oran: Walt kedaangan 15-30 Monit ae et Gong |e Raters pooeet 700.30 = 233 On| engunjung pada jam pancsk aan is = 380 350 x 09 _MOrng 7315 Me 64 Tate dan Restoran Rong last 2 Orang | 278 \P/Onng Nap pun] 55 at Sat Pelayan to Orang | 278 6 -Orag NAD ah] 275 ne Saif Dapar Barter (caf) | 4 Orang | 275 6/Orang Nap puss] 11.0. x4 2» koi (restoran) | 6 Orang | 275 \POnns NAD Ba] 165 ne » Kamar Mani We » Stace & restoran Toile Pra > 1 Bak We 2s we bs 1B Urine 7 xe] Nap aah] 103. x4 > 1 Wastasel 024 Me Toi Wanita > 1 Bh WE 25 WF ; fe 1 Wastavel oat xe] SAP le » Penguin, Toile ra > 1 Bm we ase SB Urine 07 xe] Nap aan] 172. a4 > 1 Wastave 024 Me Toilet Wanita > 1 Bak We 2s \F js 1 Waste ozs xe] AP Be) les 28 » R Avcamatan minum [452 Orang |" 275 MP Orn Nap Bush] 1242 4 ‘rea Longe 1» ArwaRuang-Tinggn [323 Orang | 275 MP/Onmg ap Bah] 887 ne * Kamar Mandi We » Toilet Pra > 1 Bah We 2s ae +> 1 Bah Urine 7 xe] Nad push] 172 a4 > 1 Wastave 24 Me » Toilet Wanits > 1 Bah We 2s AF fs 1 Waste om xe] AD =| Reta Stakasir 275 \Pi0nms Nap ah] 22 Staff ol 275 Mons aD Buin] 33 4 * Area Makan’ Minin 275 Mong Nab Pun] $32 at Kamar Mandi WE (Garyawan shop) Toilet Pra > 1 Bahk We 2s af +> 1 Bua Urine 07 xe] Nab Baas] 69 > 1 Waste 024 Xe » Toile Wanits > 1 Bah We 2s MF | > 1 Wasted az ve] XP Beti| BS 30 2 orang | 275 \P/Onng Nap ah] 6 a4 5 Orang | 275 \F/Onng NAD Dun] 14 xt 194 Ong | 275 MPOrmg NAD Bun] 532 a4 Kamar Mand WE (argon gam) » Toilet Pra > 1 ah We 2s ;> 1 Bah Urine 7 xe] Nap Bush] 69 a4 > 1 Wastave 24 MF Toilet Wanita > 1 wh WO 2s MF . > 1 Wasted ozs xe] SAP | Kamar Mandi WO (Pemgining pene) Toit Pra > 1 Dah Wwe 2s bs 1 Bush Urine 7 xe] Nap pun] 138 a4 > 1 Wastasel 024 MF Toilet Wanita > 1 Dah We 25 MF | pt Waste om ye] SAP ee 65 7 aa > Sts 3 Ome | 278 None sap | 1 doa] oon aan Pt mike TE] woo [oa] ss a > Kaas WO fama 7] fa Te teen SL wane bin ae 1» L.00_ Wastavel 3024 we | NAD [200 Boon) S48 7] 1 Mimbar |» 26 wef asm | 1 Bah) 696 Tg 1 Bush Urinoir eee » 1 Wastavel = 024 mend Veditaen Uaeallnee Srinat 30% | ts ae c. Fasilitas Pengelola, Sag a a a | mame Dieine | 1 Dice] 275 00m 1 pan) 3 1 set “dake pmenmtde __|1 cog |" 1 ee Sa ows] 22 od rome enrDicter | 1 Dick] 278 seme 1 aaa] 3 ae 1 "tow'| 2s ome t oa| ak 7 ee mugen scien | 1 Dice] 275 380m mo |? ma] 2 Pees Tee 5 "tan 25 Wome i eal So 66 Tae Roo Tapani 'BPDS. " Huiling Planing & Design Standard NAD. : Neuf Architect Data PAH: Paming The Arcttets handbook Berdasarkan hi Rung Kepala 1 Orme | 395. spiovan 275 ele ele 3 onme F 275 orang eo 2 ash [> Rang Slt 1o_Orang | 275 vevOrang wap | 1 tun] 25 ve 3] Rang Koor. Keamanan p> Rang Kepala 1 Orang | 375 Pir m8 nap | 1 Bush} 18 sel 4 Tam | ? . tn Rang Stat S$ Orang | 275_F/Orang wap | 1 tun] 14 © | Ruang Koor, Pennjang > Rang Kepala 1 orang | o75 yon 275 7 wan] 4 xe 4 om | 275, song a ap | 1 Bah] 4 [Ruane Staff 10 Orang | 275 _NPOran wap | 1 us| 28 we 7] Rang Clening Service Kopala Cleing Service | 1 Onn | 375 yporang n ct! 0 |» Staff Clesing Service | 10 Orang |_275_MP/Ormg =a || TY KMIWC Pengelta Toi aia >) 1 Bush we 25 {1 Buh Urine for xe] sap | 4 push] 138 a0 p> 1 Wastavel Tome we Toit Wanita }> 1.00 Bush We 22308] vay | 4 puh| 1096 a0 > 1.00 Wastavel om mw] NAD peal Tamia ii ar ‘irkulas 30% s7 se otal 29 8 4. Fasilitas Service. a a Tonia [Senter [fetsh [Tas v Pos Sapam 2 Orang DAE ASM [2 Buh| 04 Ne 2: Rg Lal Ti _Orang | Um 3x33, 10S_WF| NAD [6 Buh | te 3) Tanga Dare pie 3S) war Ps pen] a z ‘Gag TEE as [SB | aa = | __ Pair Pnasala Pathe Roda 4 mer tay s ‘ais ha > Pathe Roda 2 37 Kerota |» Lsbar a MAD! ms > Panjang = | Parke Fongajang > Pathe Roda seo tt | a : ae Pathe Roda 2 $40, Kereta | Lobar e a os [> Panjang = oar Sirkulast 30% 376 Mt Total 177 we I perhitungan yang telah dilakukan terhadap besaran kebutuhan ruang, parkir dan lain-lainnya, maka dapat diketahui total keseluruhan 67 luasan ruang yang dibutuhkan dalam perancangan Banda Aceh Cineplex melaui tabel berikut ini : ‘Table 4.8 Rekapitulasi Hitungan Kebutuhan Ruang Besaran Ruang 4 |Fasilitas Service ‘Sumber : Hasil Perhitungan (2013) 4.2. Analisa Lingkungan 4.2.1. Kondisi Exsisting Kondisi eksisting menunjukkan keadaan tapak lokasi rencana pembangunan objek pada saat ini, Disini dapat diketahui bagaimana keadaan tanah, bangunan- bangunan yang ada sebelumnya, vegetasi yang tumbuh pada lahan tersebut dan lainnya, Pada tapak terdapat bangunan pertokoan serta pohon dan semak. Tapak berbentuk gabungan dari dua segi empat dengan luas total 13.500 m’, ‘Tapak memiliki batas-batas sebagai berikut: 1, Sebelah Barat: Pertokoan dan lahan kosong 2. Sebelah Timur: Jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan 3. Sebelah Utara: Pertokoan 4, Sebelah Selatan: Pertokoan 68 XONDIEL EXSASHINE BIT Gambar 4,3. Kondisi exsisting tapak Sumber: Analisa (2013) 4.2.2. Ukuran tapak ‘Ukuran tapak rancangan perlu diperhitungkan untuk menperoleh berapa luas dari tapak objek schingga dapat diketahui Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada lokasi tapak berada. Tapak memiliki luas 13.500 m? dengan KDB maksimal 70 %, Namun untuk perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex diambil KDB sebesar 50% atau 6750 m’, Sedangkan KLB maksimal pada tapak adalah 3,5 atau 33.075 m?, KLB yang digunakan pada rancangan disesuaikan dengan kebutuhan ruang. 69 MUNSHI & BATASMN FERFTEANE AL Gambar 4.4, Ukuran Tapak Sumber: Analisa (2013) Pada lokasi tapak perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex dibatasi oleh 1 (satu) jalan yaitu jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan (jalan arteri) Garis Sempadan Bangunan (GSB) untuk jalan arteri adalah 10 meter, sedangkan untuk lahan yang berbatasan dengan dengan Ishan tetangga memiliki GSB sebesar 4 meter. Pada Daerah Garis Sempadan Jalan (GSB) dapat dijadikan untuk area parkir dan ruang terbuka hijau. 4.2.3. Analisa Matahari Tapak rancangan berorientasi ke arah timur schingga sinar matahari: pagi ‘mempengaruhi fasad bangunan, Adapun orientasi matahari selama setahun yaitu 70 1. Tanggal 21 Maret - 23 September matahari bergeser 23,50 ke utara dari garis Khatulistiwa, 2. Pada tanggal 21 Maret dan 23 Desember matahahari tampak melintas tepat sejajar dengan garis khatulistiva. 3. Tanggal 23 September - 21 Maret matahari bergeser 23,5° ke selatan dari garis khatulistiwa. (Sumber : id Shvoong.com) Dan untuk kelebihan dan kekurangan orientasi matahari terhadap pemakainya yaitu : 1. Sinar matahari pagi ( 07.00 - 09, 00 WIB) mengandung vitamin D bagus untuk kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis dan mencegah penyakit kronis lainnya seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, multiplesklerosis, Purwanti - mediaindonesia.com) dan penuranan daya ingat. (Sumb 2. Matahari siang akan mengakibatkan masalah pada kesehatan, contohnya kanker kulit dan penuaan yang disebabkan oleh radiasi ultraviolet. (Sumber: ezinearticles. com ) 3. Sinar matahari sore ( 16.00 - 18. 00 WIB) mengandung vitamin D bagus untuk keschatan tulang dan mencegah osteoporosis. (Sumber: Purwanti - mediaindonesia.com n eat re TH ‘ose cor oi AWE SORE ‘mS (to) coast ren era got parm tut “ce. et ree LEO PUB mmcraromies eter nensune Sh poem Bid om BO 7 fe ‘rae see. tt) Gambar 4.5. Data Analisa Matahari Sumber: Analisa (2013) ‘Tanggapan yang diterapkan pada perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex untuk mengantisipasi Panas dan sinar matahari adalah, 1. Penggunaan material kaca lapis ganda dan alucobon yang dapat menginsulai panas, 2. Pada bagian fasad bangunan diberi sun shading sehingga memberikan efek pembayangan pada ruangan, 3. Mengunakan material batako yang dapat meredam panas, 4, Penanaman vegetasi (angsana, cemara, mahoni) di sekitar_ bangunan untuk subu pada siang hati 4.2.4, Analisa Hujan Hujan minimum di indonesia terjadi pada bulan juni, juli, dan agustus saat matahari berada di garis balik utara, sedangkan hujan melimpah terjadi pada bulan n desember, januari, dan febuari saat matahari berada di garis balik selatan (Sumber: www. bag, lapan. go. id). ae ‘tat wellpage ise a ™ bg pot ‘Set sre ate ba ue ‘Guntea WURL BO SF. I. 1) Membuat saluran kecil di dalam site Menanam rerumputan | Gambar 4.6, Data Analisa Hujan ‘Sumber: Analisa (2013) ‘Tanggapan yang diterapkan pada perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex untuk mengantisipasi air hujan adalah : Perkerasan pada tapak menggunakan material paving block dan sebagian ditanami reruputan sehingga air hujan bisa terserap. Merencanakan sistem drainase dan saluran yang baik di sekeliling bangunan dan tapak kemudian disalurkan ke saluran kota. Pada bagian fasad bangunan diberi sun shading tapi harus dimiringkan 45° supaya air tidak masuk ke dalam ruangan, Jendela mengunakan kusen UPVC, karna lebih tahan air dan tidak dapat masuknya air ke ruangan. a 5. Mengunakan plat daag pada jendela supaya air tidak mudah masuk kebagian ruangan dan plat daag dimiringkan 1°. 4.2.5. Analisa Angin Adapun data tentang analisa angin untuk perancangan Gedung Banda Aceh Cineplexyaitu 1. Angin timur bertiup antara bulan april sampai oktober, berkecepatan sedang kkerena angin ini bertiup dari daerah bertekanan rendah (asia) ke daerah bertekanan tinggi (australia). (sumber: www. bdg. lapan. go. id) 2. Angin barat ini bertiup antara bulan oktober hingga bulan april dengan kecepatan tinggi Karena angin ini bertiup dari daerah ber tekana tinggi (australia) kedaerah bertekanan rendah, (sumber: www. bdg. lapan. go. id) re eee erg nema aman "Pemex nen sn apm oan "pee a ace mags. a Gambar 4.7, Data Analisa Angin Sumber: Analisa (2013) 1% ‘Tanggapan yang diterapkan pada perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex untuk mengantisipasi kecepatan angin adalah : 1. Penanaman vegetasi (angsana, cemara, mahoni) di bagian barat bangunan untuk mengurangi kecepatan angin, 2. Bangunan diputar 45° agar fasad bangunan tidak langsung menahan terpaan angin barat 3. Memperbanyak ventilasi agar udara bisa masuk dengan bebas. Supaya dapat ‘mengurangi pemakaian Air Conditioner (AC) 4, Model bukaan jendela seperti bagian timur bukaan penuh, bagian utara selatan bukaan setenggah, bagian barat dengan bukaan sedikit. 4.2.6. An: a Pencapaian Pencapaian ke bangunan dapat dilakukan dengan berjalan kaki, kendaraan di dan kendaraan umum., Pencapaign ke bangunan dapat di lalui pada satu altematif yaitu melalui jalan Doktor Insinyur Teuku Muhammad Hasan, \ ve teareonaue Gambar 4.8. Data Analisa Pencapaian ‘Sumber: Analisa (2013) 75 ‘Tanggapan yang diterapkan pada perancangan Gedung Banda Acch Cineplex untuk analisa pencapaian adalah sirkulasi di dalam tapak, sirkulasi untuk pengunjung diarahkan menuju parkir pada area terbuka yang terletak di depan ‘bangunan dan menuju area parkir pada basement, Sirkulasi untuk servis diarahkan menuju tempat parkir servis yang terletak dibelekang bangunan. Untuk jalur masuk dan kaluar di buat terpisah untuk memudahkan sirkulasi dan menghindari timbulnya kemacetan ALU AUK, yerarncry sp tase, ‘least pera pe ance inc Best Geeta OAT ‘Reta putt Ste pon suc ‘on Tea cs seaeit LUE KELURR., uur es Om LARA BT ‘Teapur unTUe mesuoaRien wes f= ‘Bn eenenon ushers Gambar 4.9, Tanggapan Analisa Pencapaian ‘Sumber: Analisa (2013) 4.2.7. Analisa Pandangan Analisis pandangan dari tapak ke Iuar untuk melihat visual yang dapat di nikmati olch pengunjung dan pengelola disaat istirahat bekerja, Pada tapak terpilih, visual berupa pandangan jauh dapat dinikmati pada area ruang tunggu bioskop. View paling besar menghadap ketimur karena sebagai satu-satunya jalur 76 sirkulasi menuju ke site tersebut schingga muka bangunan sangat cocok menghadap kearah tersebut. * nes oa — a "eu re ska ‘eu ee Tmt (net cr x gotta so Te ‘nomen em Gambar 4.10, Dea Aitdlisa Pandangan Sumber: Analisa (2013) Tanggapan yang diterapkan pada perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex untuk analisa pandangan adalah, lantai atas dari bangunan direncanakan untuk ruang bioskop dan lobby tunggu bioskop sehingga untuk bangunan ini dapat menjual view juga. wnmuist & SLUR 74 eae Gambar 4.11. Tanggapan Analisa Peneapaian Sumber: Analisa (2013) 7 4.2.8. Analisa Vegetasi Analisa vegetasi digunakan untuk mengetahui jenis vegetasi yang sesuai dengan karakteristik schingga peletakan vegetasi dapat berfungsi dengan baik. Vegetasi yang ada pada tapak berupa pohon kuda-kuda dan semak, Sedangkan di depan tapak terdapat pohon trambesi. DATA. -exsisring, peReten Poudn TRAMBES! DI OEPAN TAPRK (OL Pingcie JALAN poKrHe (nsiNuUR ‘TEUKU MUHAMMAD -¥REAM sesuttouran oan _t seMnRK Ypeen ‘PUHOIT KUDR-KUGR Gambar 4,12, Data Analisa Vegetasi ‘Sumber: Analisa (2013) Tanggapan yang diterapkan pada perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex untuk analisa vegelasi adalah pohon trambesi pada bagian depan tapak akan dipertabankan untuk dijadikan peneduh bagi pejalan kaki, Bagian sebelah selatan akan di mn ruang terbuka hijau yang dapat berfungsi sebagai area peresapan air hujan, penyaring debu dan penurun suhu Iuar bangunan. Bagian timur yang merupakan bagian fasad bangunan akan diberi tanaman hias seperti palem. Pada bagian barat yaitu posisi belakang bangunan ditempatkan pohon bambu kuning, 8 juga perdu sebagai pembatas. Sedangkan pada bagian utara tapak diberi tanaman peneduh parkir seperti flamboyén dan tanjung. Selain itu jenis tanaman-tanaman Jain juga digunakan diantaranya: 1. Rumput jepang sebagai penutup permukaan tanah, 2. Pohon tanjung dan asam sebagai buffer. 3. Pohon glodokan dan palem sebagai pengarah 4, Tanaman sebagai estetika seperti bougenvil, puring, pucuk merah, teh-tehan exe (cone a Te), ANALISA fs dan lain-tain. 4 ea se Wi Fo ‘amen acne ae pe ——— ‘cover rR Hoe ‘nae Seren ee » ‘out Goer eanamen a & i ‘arc, sm, Fes). Gambar 4.13, Tanggapan Analisa Pencapaian ‘Sumber: Analisa (2013) 43. Analisa Bangunan 4.3.1. Analisa Pola Massa Bangunan Dalam memilih pola massa bangunan, ada beberapa faktor penting yang dijadikan pertimbangon untuk menentukan pola massa bangunan pada perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex yaitu 79 1. Hubungan antara kegiatan 2. Fungsi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk kegiatan yang ada di dalam bangunan. 3. Kebutuhan Ivas tanah 4, Jarak pencapaian 5. Penganuh Akustik (kebisingan antar ruang) 6. Kesan yang ingin ditampilkan Pemilihan pola massa bangunan yang nantinya menjadi pertimbangan dalam ppetancangan bioskop ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Analisa Bentuk Massa Bangunan Massa Tunggal SITs . Jara pencapaian ke unit-unit lebih dekat, |. Fleksbilitas yang dikehendaki dapat dicapai ©. Maintenance yang lebih murah dan kebutuhan | €. Untuk menghindsri sumbor Kebisingan dan akan Tuas tanah yang lebih kel sings getaran yang ditmbuikan lebih muda, ‘pemanfaatanterhadap site lebih ckonomis, | d. Penguastan terhadap site lebih maksimal. «© Pembentukan ruang terbuks lebih muah, | Madah dalam pencapaian dan pelayanan. _monysba, 7 ‘Kerugian 1, Pleksibilits sult dapat 1. Baya pembongunan relatif lebih mabsl b. Sulituntuk berkembang, . Meantenance lebih mabal ©. Kemungkinan akan tradi ruang-nuang yang |. Sirkulas relat panjang Sumber: Analisa (2013) Perancangan Gedung Banda Aceh Cineplex menggunakan pola massa tunggal untuk memudahkan sirkulasi. 80 4.3.2. Analisa Bentuk Massa Bangunan Fungsi bangunan sebagai sarana hiburan, maka Gedung Banda Acch Cineplex membutuhkan bentuk massa dengan tingkat penggunaan ruang yang optimal dan efektif, serta bentuk mampu berinteraksi dengan Tingkungan sekitar, Penekanan pada bentuk perlu dipertimbangkan beberapa aspek antara lain: 1, Kegiatan dan kebutuhan ruang di dalam bangunan 2. Kebutuban ruang yang sesuai dengan fungsinya 3. Ffisiensi dalam kebutuhan ruang 4, Bentuk Tapak 5. Bentuk mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar Sesuai dengan tema bangunan yakni, arsitektur Metafora, bentuk-bentuk massa bangunan harus dapat menampilkan kesan simbol bioskop yang menarik dan inovatif namun tidak monoton, Berikut tabel analisis bentuk dasar massa bangunan. ‘Tabel 4.10 Analisa Bentuk Massa Bangunan Peeerety Sesuai dengan j fungsi di Segitiga kurang efektif| lipases lingkeran lebih dinamis dalam kegiatan kelompok. TY Sesitisa iebih inovatié, | = Bngkaran lebih ional | a1 ‘Segitiga memberi nuansa argh bara, Bentuk Jingkaran,orientasi lebih fas. "Tapak yang berbentuk gabungan dua persegi sesuai bentuk dengan segiempat dan lingkaran, Paling mudah dalam struktur bangunan adalah bentuk segi empat ‘Orientasi dari dalam tapak. ‘Sumber: Analisa (2013) Untuk Perancangn Gedung Banda Aceh Cineplex menggunakan bentuk kombinasi dati persegi dan lingkaran sehingga terkesan lebih dinamis, 4.3.3. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan Dalam memilih sistem sirkulasi dalam bangunan, perlu dipertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pola sirkulasi tidak semeraut, sehingga dapat menuntun penggunaan ‘bangunan dengan baik. 2. Keserasian dengan sistem organisasi ruang. 3. Jalur sirkulasi tidak menimbulkan sumber bising baru. Beberapa pola sirkulasi yang kita kenal dapat dilihiat pada tabel berikut ini 82 ‘Tabel 4.11 Analisis Sistem Sirkulasi Dalam Bangunan tem Sirkulasi enn ‘Linear ‘2, Dapat berupa single atau double loaded condor, », Pola memberikan kesan sedethana, e. Memudahian pencapaian. 4, Tidak memiliki pusat ruang ‘e. Perkembangan bangunan hanya dua arah. £. Memudahkan pengembangan pada bangunan, Grid 1 Betkembang Keseluruh arah, », Tidak memiliki pasat ruang, ¢, Tidak dapat dibentuk suatu pengakhiran. ‘Sumber: Analisa (2013) Sirkulasi di dalam Gedung Banda Acch Cineplex menggunakan sirkulasi linear dan grid karena bioskop memiliki ruang-ruang yang saling berkaitan satu sama lain, Selain itu, bentuk sirkulai berdasarkan kedekatan fungsi ruang sehingga tidak menyulitkan dalam pencapaian ke ruang-ruang di dalam bangunan, 83 43.4. Analisa Struktur Dalam menentukan sistem struktur yang akan di gunakan dalam merancang sebuah bangunan, perlu di adakannya pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihannya, ‘Tabel 4.12 pertimbangan dalam pemilihan sistem struktur Pree emt eee Fisik bangunan. | — Tuntutan dari kegiatan. terhadap fleksibelias ‘Kondisifisik tapak fa. Daya dukung tanah, Faktor kedalaman tana Faktor ekonomis. Pe Pemilihan bahan bangunan, | strukturatas dan bawah lantai bangunan, Besamya beban yang | Mempengaruhi strukiur Biaya mahal |b. Bukaan pada bangunan terbatas. | “Tahan terhadap termperatur ting 3 Biava mahal 'b dapat menibulkan fumut, eer ester pa ely aa ey eee ere b , Muah dalam pemeiaraan b Te. Pergsnen yang ima ‘Sumber: Analisa (2013) Struktur atap yang digunakan pada Gedung Banda Aceh Cineplex adalah struktur atap rangka ruang yang diterapkan Khusus pada ruang studio yang dikarenakan ruang studio perlu bebas kolom untuk tidak mengganggu pandangan 87 penonton, dan untuk bangunan penunjangnya (bangunan lantai satu) menggunakan struktur atap dag beton. 4.3.5. Analisa Material 1. Material Penutup Lantai Lantai dapat menunjang fumgsi/kegiatan yang terjadi dalam ruang, dapat memberi karakter dan dapat memperjelas sifat ruang. Penggunaan bahan isesuaikan dengan fungsi, tema dan aktifitas rueng sehingga dapat memberi kesan yang diinginkan, Kriteria bahan penutup lantai, antara lain adalah sebagai berikut a. Kuat, terutama pada lantai yang harus menahan beban besar b, Mudah dibersihkan (mudah pemeliharaannya) ¢. Tidak berisik karena hentakan kaki, untuk menjaga ketenangan! suasana hening. 4. Tidak icin ¢. Tahan api, tidak membantu menjalar api f. Pada ruang-ruang tertentu mempertimbangkan sifat akustik material g Tahan kelembaban dan perembesan air, terutama pada daerah basah, seperti: toilet dan dapur. Lantai dapat mempengaruhi kesan dalam hal : a. Untuk menyatukan dan memperluas ruang dapat dipakai bahan penutup Jantai yang sama. b. Perbedaan tinggi lantai dapat membentuk ruang semu, misalnya i, Kesan intim dengan penurunan lantai ii, _Kesan agung dengan menaikkan tinggi lantai ¢. Permainan bahan, warna, tekstur mengurangi kesan kaku, monoton. Beberapa bahan penutup lantai bangunan dapat dilihat pada tabel berikut ini: ‘Tabel 4.16 Analisis Bahan Penutup Lantai Bahan ‘Sumber:Analisa (2013) 89, 1. Ruang studio menggunakan lantai granit yang kemudian di lapisi dengan ‘karpet supaya dapat meyerap bunyi. 2. Ruang fasilitas pendukung dan pengelola menggunakan material granit 2. Material Penutup Langit-Langit Pemakaian bahan penutup disesuaikan dengan fungsi ruang.Ada ruang-ruang yang memerlukan bahan langit-langit yang mengabsopsi suara dan ruang-ruang yang memakai bahan langit-langit biasa Kriteria pemilihan bahan penutup langit-langit, antar lain adalah sebagai berikut a, Mudah perawatannya b. Kuat ¢. Karakter akustik/pemantualn suaranya Beberapa bahan penutup langit-langit dapat dilihat pada tabel berikut ini ‘Tabel 4.17 Analisis Material Penutup Langit-Langit ca te Acoustic Tile. a. Ringan, Aula, studio, b, Tahan cuaca. ruang latihan, ©. Absorbsi suara. . Praktis. e, Mudah dipasang, a. Mudah dipasang. ‘Hunian, rang », Ringan, pembinaan, servis. , Tahan cuaea. 4d, Mudah dibentuk. , Tidak tahan rayap. sbes. _ “Tidak bagus ‘untuk keschatan, ¢. Relatif lebih mahal. 90 Pec greater) carat b. Ringan, . Mudah pemasangannya, Sumber:Analisa (2013) Berdasarkan sifat dari material penutup langit-langit di atas, material yang digunakan dalam Perancangan Gedung Banda Acch Cineplex yaitu Ruang studio menggunakan perpaduan antara gypsum sebagai pematul bunyi dan Acoustic Tile sebagai penyerap bunyi. 2, Ruang fasilitas pendukung dan pengelole menggunakan material gypsum. 4.3.6. Analisa Utilitas Analisis ini meliputi sistem distribusi air bersih, air kotor, instalasi listrik, penghawaan buatan, persampahan, pencegahan kebakaran dan sistem penangkal petit. Instalasi Listrik Dalam perencanaan jaringan instalasi listrik yang ekonomis, terdapat persyaratan yang harus di penuhi, antara lain a. Fleksibilitas, yaitu jaringan harus memberi kemungkinan untuk penambahan beban dalam batas ekonomis. 1 b, Kepercayaan, yaitu jaringan harus dapat di percaya, Hal yang perlu diperhatikan adalah kualites bahan-bahan instalasi. Kegagalan-kegogalan peralatan harus dapat di ketahui secara dini agar tidak terjadi kecelakan. ¢. Keamanan, jaringan instalasi harus dirancang sesuai Pereturan Nasional yang berlaku. Tabung-tabung instalasi harus mudah dicapai dan bebas hambatarvhalangan fisik, ‘Tabel 4.18 Beberapa Sumber Penerangan Sumber Cahaya ore PAE 3 fem) ‘Sumber: Utilitas bangunan Jenis lampu yang digunakan untuk ruang dalam pada Perancangan Banda Aceh Cineplex adalah lampu TL, lampu pijar dan lampu halogen, Untuk ruang Iuar menggunakan lampu halida pada taman area parkir. ‘Tabel 4.19 Penerangan Nominal Nilai Estindar ‘Ruangan umum. a. Kantin, 200 b. Ruang istirahat 100 «. Ruang ganti paksian, 100 4, Toilet. 100 ce, Ruang kesehatan, 500 £, Ruang mesin, 100 92 ‘Ruang kantor dan sejenisnya. a. Ruang kantor. b. Ruang rapat c, Ruang penerimaan, 4, Ruang untuk lal intas publik, ‘Sumber: Data Arsitek. Mesin Genset ¥ T PLN Starter ¥ Trafo 4 Panel Utama ————— Panel cabang Panel cabang, dalam bangunan Jar bangunan Pompe |[ Tota Suara |[ ‘Transportsi |{” Pendataan’ ][ Pencahayaen |[ AC Vertikal komputer Skema 4.3 Instalasi Listrik ‘Sumber: Hasil analisa (2013) 2. Sistem Distribusi Air Bersih Sumber air bersih untuk Perancangan Banda Acch Cineplex berasal dari PDAM sebagai sumber utama dan sumur bor (deep well) sebagai sumber air 93 bersih cadangan, Dari PDAM air akan dialirkan melalui meteran ke reservoir bawah, lalu dipompa ke resevoir atas yang ditempatkan pada bagian atas bangunan, kemudian penyaluran ait ke setiap lantai secara gravitas Depp Well Pompa PDAM Reservoir Bawah of Pompa’ of Reservoir Atas + Dapur Pengolahan Air idrant r Sprikler Balancing Tank z —— Toilet Fitter + Wastail ¥ T. Wudha" Skema 4.4 Distribusi Air Bersih, ‘Sumber: Hasil analisa(2013) Sistem Air Kotor dan Kotoran Air kotor pada Perancangan Banda Acch Cineplex bersumber dari air hujan, air sisa pemakaian oleh karyawan, dan kotoran, Air kotor yang bersumber dari

Anda mungkin juga menyukai