Anda di halaman 1dari 63

PRIM HARYADI, SH.

MH
Wakil Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Barat

ANAK BUKANLAH MINIATUR ORANG


DEWASA.

Anak
sebagai
pelaku
bukanlah
sebagai pelaku murni akan tetapi
juga sebagai korban.

Prinsip Penanganan Anak adalah


Kepentingan terbaik bagi anak;

Negara-negara

di dunia termasuk Negara Republik


Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child) pada tahun
1990 dengan dilengkapi Instrument Internasional
antara lain: Beijing Rules, tanggal 29 November
1985, The Tokyo Rules , tanggal 14 Desember 1990,
Riyadh Guidelines, tanggal 14 Desember 1990, dan
Havana Rules , tanggal 14 Desember 1990.

UUD 1945, Pasal 28 B ayat (2) dan Pasal 28 H ayat (2)


UU No. 4 Tahun 1979 - Kesejahteraan Anak
UU No. 12 Tahun 1995 - Kemasyarakatan
UU No. 3 Tahun 1997 - Pengadilan Anak jo UU 11 tahun
2012 SISTIM PERADILAN PIDANA ANAK
UU No. 5 Tahun 1998 - ratifikasi Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan/Hukuman Yang Kejam, Tidak
Manusiawi dan Merendahkan (Convention against Torture
and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment).
UU No. 23 Tahun 2002 - Perlindungan Anak
UU No. 23 Tahun 2004 - Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
UU No. 13 Tahun 2006 - Perlindungan Saksi dan Korban
UU No. 21 Tahun 2007 - Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang

Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 2 Tahun 1954 ,


tanggal 17 Desember 1954 tentang Prajuana / Bantuan
Hukum Cuma-Cuma kepada anak miskin

Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1959,


menyebutkan bahwa persidangan anak harus dilakukan
secara tertutup
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1987,
tanggal 16 November 1987 tentang Tata Tertib Sidang
Anak.
Surat
Edaran
Ketua
Mahkamah
Agung
RI
MA/Kumdil/31/I/K/2005 tentang kewajiban setiap PN
menata ruang sidang & ruang tunggu khusus anak yang
akan disidangkan
Surat Edaran Jaksa Agung RI SE-002/j.a/4/1989
tentang Penuntutan terhadap Anak
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum B532/E/11/1995, 9 Nov 1995 tentang Petunjuk Teknis
Penuntutan Terhadap Anak

MOU
20/PRS-2/KEP/2005
DitBinRehSos
Depsos RI dan DitPas DepkumHAM RI
tentang pembinaan luar lembaga bagi anak yang
berhadapan dengan hukum
TR/1124/XI/2006 dari Kabareskrim POLRI, 16 Nov
2006 dan TR/395/VI/2008 9 Juni 2008, tentang
pelaksaan diversi dan restorative justice dalam
penanganan kasus anak pelaku dan pemenuhan
kepentingan terbaik anak dalam kasus anak baik
sebagai pelaku, korban atau saksi

Himbauan Ketua MARI untuk menghindari penahanan


pada anak dan mengutamakan putusan berupa tindakan
daripada penjara, 16 Juli 2007

Peraturan KAPOLRI 10/2007, 6 Juli 2007 tentang Unit


Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) dan 3/2008 tentang
pembentukan RPK dan tata cara pemeriksaan saksi&/korban
TP

Kesepakatan Bersama antara DEPARTEMEN SOSIAL RI Nomor


: 12/PRS-2/KPTS/2009, DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA

RI

DEPARTEMEN

Nomor

M.HH.04.HM.03.02

PENDIDIKAN

NASIONAL

Th
RI

2009,
Nomor

11/XII/KB/2009, DEPARTEMEN AGAMA RI Nomor : 06/XII/2009,


DAN KEPOLISIAN NEGARA RI Nomor : B/43/ XII/2009 tentang
Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak Yang Berhadapan
dengan Hukum , tanggal 15 Desember 2009

Surat Keputusan
Bersama Ketua MAHKAMAH
AGUNG RI, JAKSA AGUNG RI, KEPALA KEPOLISIAN
NEGARA RI, MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI
SOSIAL RI, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN
PERLINDUNGAN
ANAK
RI,
NO.166/KMA/SKB/XII/2009, NO.148 A/A/JA/12/2009, NO.
B/45/XII/2009, NO.M.HH-08 HM.03.02 TAHUN 2009, NO.
10/PRS-2/KPTS/2009, NO. 02/Men.PP dan PA/XII/2009
tanggal 22 Desember 2009 tentang PENANGANAN ANAK
YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN
Beijing Rules,
Riyadh Guidelines
Juvenile Deprived of Their Liberty (JDL),
The
Tokyo
Rules

adalah anak yang berkonflik dengan hukum,


anak yang menjadi korban tindak pidana, dan
anak yang menjadi saksi tindak pidana.
Berumur 12 < 18 tahun - (psl 1 angka 3)

Bukti-bukti yang diperlukan :


- Akte Kelahiran / Surat Ket Kelahiran
- Raport / Ijazah

a. perlindungan;
b. keadilan;
c. Non diskriminasi;
d. kepentingan terbaik bagi Anak;
e. penghargaan terhadap pendapat Anak;
f. kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak;
g. pembinaan dan pembimbingan Anak;
h. proporsional;
i. perampasan kemerdekaan dan pemidanaan
sebagai upaya terakhir; dan
j. penghindaran pembalasan.

a. diperlakukan secara manusiawi dengan


memperhatikan kebutuhan sesuai dengan
umurnya;
b. dipisahkan dari orang dewasa;
c.
memperoleh bantuan hukum dan
bantuan lain secara efektif;
d. melakukan kegiatan rekreasional;

e. bebas dari penyiksaan, penghukuman


atau perlakuan lain yang kejam, tidak
manusiawi, serta merendahkan derajat dan
martabatnya;
f. tidak dijatuhi pidana mati atau pidana
seumur hidup;
g. tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara,
kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam
waktu yang paling singkat;

h. memperoleh keadilan di muka pengadilan


Anak yang objektif, tidak memihak, dan
dalam sidang yang tertutup untuk umum;
i. tidak dipublikasikan identitasnya;
j.
memperoleh
pendampingan
orang
tua/Wali dan orang yang dipercaya oleh
Anak;
k. memperoleh advokasi sosial;
l. memperoleh kehidupan pribadi;

m. memperoleh aksesibilitas, terutama bagi


anak cacat;
n. memperoleh pendidikan;
o.
memperoleh pelayananan kesehatan;
dan
p. memperoleh hak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

Dalam hal Anak belum berumur 12 (dua


belas) tahun melakukan atau diduga
melakukan tindak pidana, PENYIDIK,
PEMBIMBING
KEMASYARAKATAN,
dan
PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL mengambil
keputusan untuk:
a. menyerahkannya kembali kepada
orang tua/Wali; atau

b. Mengikutsertakannya dalam program


pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan
di instansi Pemerintah atau Lembaga
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial di
instansi
yang
menangani
bidang
kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat
maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

Keputusan
sebagaimana
dimaksud
diserahkan ke pengadilan untuk ditetapkan
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari.

Anak melakukan perbuatan dalam usia 12<18 tahun yang diajukan setelah anak
berusia 18 tahun tetapi belum berusia 21
tahun ditangani sesuai dengan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan pidana Anak.
Sistem
Peradilan pidana Anak wajib
mengutamakan
pendekatan
Restoratif
Justice.

Penyidik,PU dan Hakim wajib memberikan


perlindungan khusus bagi anak yang
diperiksa karena TP dilakukan dlm situasi
darurat;
Perlindungan khusus dilaksanakan melalui
penjatuhan sanksi tanpa pemberatan;
Dlm menangani perkara anak,anak korban
dan atau anak saksi wajib memperhatikan
kepentingan
terbaik
bagi
anak
dan
mengusahakan suasana kekeluargaan;

LPAS

A
N
A
k

POLISI

JAKSA

DIVERSI

REINTEGRASI

HAKIM

LPKA

TINDAKAN

ADVOKAT,BAPAS,PEKERJA SOSIAL

M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T

Laporan Masyarakat
Penyidik WAJIB meminta pertimbangan /
saran Pembimbing Kemasyarakatan (bila
perlu ahli pendidikan, psikolog, psikiater,
tokoh agama, peksos pro, TKS dll). psl 27
Penyidik wajib meminta Peksos prof TKS
membuat LAPORAN SOSIAL terhadap anak
korban / anak saksi.

Dalam waktu 3 x 24 jam Peksos harus


sudah memberikan laporan sosial kepada
penyidik.
Penyidik wajib mengupayakan diversi ( 7
hari setelah penyidikan dimulai) dalam
waktu 30 hari.
Apabila Diversi menghasilkan kesepakatan :
- BA Diversi
- Kesepakatan diajukan ke KPN Penetapan.
Apb diversi gagal penyidikan dilanjutkan

Retributi
ve
Justice
-

Menekankan
keadilan pada
pembalasan
Anak di posisi
sebagai objek
Penyelesaian
bermasalah
hukumtidak
seimbang

Restitutive
Justice

Restorative
Justice
-

Menekankan
keadilan
pemberian
ganti rugi

Menekankan
keadilan
pada
perbaikan/ pemulihan keadaan
Berorientasi pada korban
Memberikan kesempatan pada
pelaku untuk mengungkapkan
rasa sesalnya pada korban dan
sekaligus bertanggung jawab.
Memberikan kesempatan kepada
pelaku dan korban untuk bertemu
untuk mengurangi permusuhan
dan kebencian.
Mengembalikan
keseimbangan
dalam masyarakat
Melibatkan anggota masnyarakat
dalam upaya pemulihan.

Proses peradilan pidana Anak dilanjutkan


dalam hal:
a.
proses Diversi tidak menghasilkan
kesepakatan; atau
b. kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan
dlm
waktu
yang
ditentukan
(dalam
kesepakatan).
PK
melaporkan kepada pejabat yang
bertanggungjawab

Pejabat
menindaklanjuti laporan paling lama 7 hari

Penangkapan terhadap Anak dilakukan paling lama 24


(dua puluh empat) jam.
Anak wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan
khusus Anak.
Apabila ruang pelayanan khusus Anak belum ada, Anak
dititipkan di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial.
Penangkapan Anak wajib dilakukan secara manusiawi
dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan
umurnya.
Biaya bagi setiap Anak yang ditempatkan di LPKS
dibebankan pada anggaran kementerian sosial.

Menghilangkan kebebasan anak harus


merupakan pilihan terakhir,batas waktu
yang minimum dan dibatasi pada kasuskasus luar biasa;
Menjauhkan anak dari ekses negatif sebagai
akibat penahanan;
Non diskriminatif;
Kepentingan terbaik bagi anak;

Penahanan terhadap Anak tidak boleh


dilakukan dalam hal Anak memperoleh
jaminan dari orang tua/Wali dan/atau
lembaga bahwa Anak tidak akan melarikan
diri, tidak akan menghilangkan atau merusak
barang
bukti,
dan/atau
tidak
akan
mengulangi tindak pidana.

SYARAT PENAHANAN ANAK :


a. Anak telah berumur 14 (empat belas)
tahun atau lebih; dan
b. diduga melakukan tindak pidana dengan
ancaman pidana penjara 7 (tujuh) tahun
atau lebih.
(3) Syarat penahanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dinyatakan
secara tegas dalam surat perintah
penahanan.

Selama anak ditahan kebutuhan jasmani,rohani


dan sosial anak harus tetap terpenuhi;
Demi melindungi anak dpt ditempatkan di LPASjika belum ada di LPKS;
Pejabat
yg
melakukan
penangkapan
dan
penahanan wajib memberitahukan kepada anak
dan Ortu/wali mengenai hak memperoleh
bantuan hkm;
Jika tidak penangkapan dan penahanan batal
demi hukum;

Penangguhan penahanan tidak diatur secara


khusus dalam UU SPPA digunakan KUHAP;
Psl 32 ayat (1) UU SPPA memperkenalkan adanya
jaminan lembaga yang tdk dikenal KUHAP;
Pengertian lembaga adalah lembaga Pemerintah
maupun swasta di bidang kesejahteraan sosial
anak antara lain KPAI,Panti Asuhan dan
Rehabilitasi,dll;

INSTANSI

HARI

IJIN
PERPANJANGAN

HARI

JML

1. Penyidik

Penuntut Umum

15*

2. Penuntut
Umum

Hakim (?)

10*

3. Hakim PN

10

Ketua Pengadilan
Negeri

15

25*

4. Hakim Tinggi

10

Ketua Pengadilan
Tinggi

15

25*

5. Hakim Agung

15

Ketua Mahkamah
Agung

20

35*
110

Berlaku KUHAP UU ini (Psl 16)


Memperhatikan kepentingan terbaik untuk
anak kekeluargaan;
Identitas
ABH,
korban
anak
tidak
dipublikasikan;
Penyidik, PU, Hakim, PH, PK petugas lain tidak
menggunakan toga / atribut.
Dalam setiap tingkat pemeriksaan ABH WAJIB
didampingi oleh PH dan PK;
Dalam setiap tingkat pemeriksaan anak
korban / anak saksi wajib didampingi OT/
Wali / Peksos., kecuali terdakwanya dewasa;
Perkara anak dimuat dalam register khusus;

KPN menunjuk Hakim /Majelis 3 hr setelah


berkas diterima.
Sebelum
sidang, Hakim wajib untuk
mengupayakan diversi 7 hr setelah terima
penetapan, selama 30 hari (hari ke 8 + 30
hr).
Diversi dilaksanakan di ruang mediasi.
Diversi gagal lanjut sidang.
Diversi berhasil buat kesepakatan lapor
KPN PENETAPAN.

Hakim tunggal (Psl 44 ayat 1) SK KMA.


Hakim Majelis (Psl 44 ayat 2) apabila :
- TP diancam pidana penjara > 7 tahun.
- Pembuktiannya sulit.
Disidangkan di ruang sidang khusus Anak;
Waktu sidang anak didahulukan dari orang
dewasa;
Pemeriksaan dalam sidang TERTUTUP
putusan dalam sidang TERBUKA;

Dalam sidang Hakim WAJIB memerintahkan


orang tua / wali, PH, dan PK untuk
mendampingi (Psl 55) sidang batal demi
hukum.
Apabila OT / WALI tidak hadir sidang lanjut
dng didampingi PH dan atau PK.
Apabila PH / PK tidak hadir ?

Hakim membuka sidang dan menyatakan sidang TERTUTUP


untuk umum.
Setelah
melakukan
verifikasi
identitas
anak,Hakim
memerintahkan PU untuk membacakan surat dakwaan;
Setelah dakwaan dibacakan kecuali terdapat keberatan
terhadap
surat
dakwaan,Hakim
memerintahkan
Pembimbing Kemasyarakatan membacakan laporan LITMAS
tanpa / kehadiran ABH (Psl 57 ayat1).
Pemeriksaan diawali pemeriksaan saksi korban dan
dilanjutkan saksi-saksi lainnya;
Waktu pemeriksaan saksi Hakim DAPAT memerintahkan
ABH keluar ruang sidang.
Apabila anak saksi / korban tidak hadir pemeriksaan dapat
dilakukan dengan tele conference (Pasal 58 ayat 3).

Sebelum memberikan keterangan saksi korban


dan/atau saksi mengangkat sumpah atau
janji,kecuali terhadap saksi yang belum berumur
15 tahun dan belum menikah;
Saksi
korban/saksi
di
persidangan
masih
berstatus anak dan tidak dapat hadir Hakim
memerintahkan anak korban dan atau anak saksi
didengar keterangannya:
- Di luar persidangan melalui perekaman
elektronik
yg
dilakukan
Pembimbing
Kemasyarakatan dihadiri Penyidik atau PU dan
PH;

- Melalui pemeriksaan langsung jarak jauh


dengan alat komunikasi audio visual
didampingi
orang
tua/wali,Pembimbing
Kemasyarakatanatau pendamping lainnya;
Pada saat memeriksa korban atau saksi
lainnya yg masih berstatus anak Hakim dapat
memerintahkan anak dibawa keluar sidangOrang tua/Wali,Penasihat Hukum dan PK
tetap hadir di sidang;

Sidang dilanjutkan setelah diberitahukan


keterangan di sidang-ketika terdakwa diluar
ruang sidang.
Sebelum
putusan, Hakim memberikan
kesempatan kepada OT / Wali ABH untuk
menyampaikan sesuatu hal;
Anak
Korban diberi kesempatan untuk
menyampaikan
pendapatnya
tentang
perkara tsb;

Laporan LITMAS
WAJIB dipertimbangkan
oleh Hakim putusan batal demi hukum
(Pasal 60 ayat 2,3).
Pembacaan putusan dalam sidang yang
terbuka untuk umum dapat tidak dihadiri
ABH (Psl 61 ayat 1)

Petikan Putusan wajib diberikan kepada ABH/


PH, PK dan JPU pada HARI ITU JUGA (Psl 62
ayat1).
Salinan Putusan wajib diberikan kepada ABH /
PH, PK, PU 5 (LIMA) hari putusan diucapkan
.
Salinan putusan diberikan kpd anak atau PH
paling lama 5hari setelah putusan diucapkan;
Perkara Anak dicatat dalam REGISTER
KHUSUS (Psl 25 ayat1).

UU SPPA

tidak mengatur secara khusus

kecuali sepanjang berkaitan dengan Hakim banding


(Psl 45 s/d 47) dan Hakim Kasasi (Psl 48 s/d 50);
Pemeriksaan pada tingkat banding dilakukan oleh
Hakim Tunggal,yang ditetapkan sebagai Hakim
banding
perkara
pidana
anak,berdasarkan
Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua
Pengadilan Tinggi;
Ketua Pengadilan Tinggi dapat menunjuk Hakim
Majelis dalam hal tindak pidana yang dilakukan
anak diancam dengan pidana penjara 7 tahun atau
lebih atau sulit pembuktiannya;

Ketentuan yang sama berlaku untuk Hakim


kasasi;
Karena prosedur pemeriksaan banding dan
kasasi tidak diatur secara khusus, maka
prosedur pemeriksaan perkara pidana anak
di tingkat banding dan kasasi pada
dasarnya
berlaku
sebagaimana
pada
perkara pidana lainnya;

Upaya hukum Luar biasa meliputi Peninjauan


Kembali (PK) dan Kasasi demi kepentingan
hukum oleh Jaksa Agung;
UU SPPA mengatur pengajuan PK diatur
dalam psl 51,yang menyatakan :Terhadap
putusan Pengadilan mengenai perkara anak
yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dapat dimohonkan PK oleh anak,orang
tua/wali,dan atau Advokat atau pemberi
bantuan hukum lainnya kepada MA sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 69.
1. ABH hanya dapat djatuhi Pidana ATAU Tindakan.
2. ABH < 14 tahun hanya dapat dikenai TINDAKAN.
Hakim harus mempertimbangkan keadilan dan
kemanusiaan.

Dasar pertimbangan Hakim tidak menjatuhkan pidana atau


mengenakan tindakan:
-Ringannya perbuatan;
-Keadaan pribadi anak;
-Keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi
kemudian;

Pasal 71
(1) PIDANA POKOK bagi Anak terdiri atas:
a. pidana peringatan
b. pidana dengan syarat:
1) pembinaan di luar lembaga;
2) pelayanan masyarakat; atau
3) pengawasan. ( >3bulan < 2 tahun)
c. pelatihan kerja;
d. pembinaan dalam lembaga; dan
e. penjara.

(2) PIDANA TAMBAHAN terdiri atas:


a. perampasan keuntungan yang diperoleh
dari tindak pidana; atau
b. pemenuhan kewajiban adat.
(3) Apabila dalam hukum materiil diancam
pidana kumulatif berupa penjara dan
denda, pidana denda diganti dengan
pelatihan kerja.
(4) Pidana yang dijatuhkan kepada Anak
dilarang melanggar harkat dan martabat
Anak.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk
dan tata cara pelaksanaan pidana sbgmn
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur dengan PP.

Tindakan terhadap Anak meliputi:


a. pengembalian kepada orang tua/Wali;
b. penyerahan kepada seseorang;
c. perawatan di rumah sakit jiwa;
d. perawatan di LPKS;
e. kewajiban mengikuti pendidikan formal
dan/atau pelatihan;
f. pencabutan surat izin mengemudi;
g. perbaikan akibat tindak pidana.

Tindakan sebagaimana dimaksud pada


huruf d, huruf e, dan huruf f diatas
dikenakan paling lama 1 (satu) tahun.

Tindakan sebagaimana tersebut dapat


diajukan oleh JPU dalam tuntutannya,
kecuali tindak pidana diancam dengan
pidana penjara paling singkat 7 (tujuh)
tahun.

LAPORAN
MASYARAKA
T

TIDAK
BERHASIL

BERKAS
DILIMPAHKA
N KE
PENUNTUT
UMUM

UU- SPPA
PENYIDIK
(POLISI)

DIVERSI
( hr ke 7,
30 hr)

PENETAPA
N
KPN

KELUAR
SP3

LAPORAN
PENYIDIK
/ BA /
MOU

Forum
Musyawarah
/Mediasi
Penal
RESTORATIV
E JUSTICE
( PENYIDIK
ANAK ,PK
BAPAS, ANAK ,
ORTU,
PH/PENDAMPI
NG,KORBAN/O
RTU TOKOH
MASY.)

BERHASIL
(MOU)

PEMULIHAN

BERKAS
DITERIMA
KEJARI

KAJARI
MENUNJUK
JAKSA
ANAK

TIDAK
BERHASIL

BERKAS
DILIMPAHKAN
KEPENGADILA
N

DIVERSI (
30 HARI)

(POLISI,
BAPAS, ANAK ,
ORTU,
PH/PENDAMPI
NG,KORBAN/O
RTU TOKOH
MASY.)

PENETAPAN
KPN
(DIVERSI)

JPU
KELUAR
KAN SP3

Forum
Musyawarah
/Mediasi
RESTORATIV
E JUSTICE

LAPORA
N
JPU/ BA /
MOU

BERHASIL
(MOU)

BERKAS
DITERIMA
PENGADIL
AN NEGERI

TIDAK
BERHASIL

KPN
MENUNJUK
HAKIM
ANAK

DIVERSI
(hr ke 7
30 hr)

PENETAPA
N
KPN
( DIVERSI)

SIDANG
DILANJUTKA
N (KUHAP
UU 97)

???
PP
(Psl 15)

LAPORA
N
HK/ BA /
MOU

Forum
Musyawarah
/Mediasi
RESTORATIV
E JUSTICE
( HA ,PK
BAPAS, ANAK ,
ORTU,
PH/PENDAMPI
NG,KORBAN/O
RTU TOKOH
MASY.)

BERHASIL
(MOU)

SIDANG
(KUHAP - UU
11/12)

REQUISITOR

PUTUSAN

PLEDOI

UP2A
PENYIDIK
(POLISI)

JAKSA
PENUNTU
T UMUM

BERKAS
DITERIMA
PENGADILA
N NEGERI

KPN
MENUNJUK
HAKIM
ANAK

PENDEKATAN
RESTORATIVE
JUSTICE
(MEDIASI
PENAL)

LAPORAN
MASYARAKA
T

SIDANG
KUHAPUU 3/97
LITMAS,
DAKWAAN,
SAKSI /BUKTI /
TERDAKWA
(KUHAP)

PENDEKATAN
RESTORATIVE
JUSTICE
(MEDIASI
PENAL)
(HAKIM
ANAK,JPU,PH,
PK
BAPAS,ORTU,T
OKOH MASY.)

TIDAK
BERHASI
L RJ

SIDANG
KUHAPUU 3/97

BERHASI
L RJ

KESEPAKATA
N

REQ PS
24
TINDAKA
N

PUTUSAN
PS.24
TINDAKAN

PUTUSAN
BERKEKUATAN
HUKUM TETAP

PLEDOI
KESEPAKATA
N

TIDAK
BERHAS
IL RJ

SIDANG
(KUHAP UU 3/97)

PUTUSAN

REQUISIT
OR

PLEDOOI

Pejabat atau petugas yang melanggar


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, Pasal 14 ayat (2), Pasal 17, Pasal
18, Pasal 21 ayat (3), Pasal 27 ayat (1) dan
ayat (3), Pasal 29 ayat (1), Pasal 39, Pasal
42 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 55 ayat (1),
serta Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2) dikenai
sanksi
administratif
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

NO PSL

ISI POKOK

Penyidik, PU, Hakim yang Tidak melakukan diversi


melakukan diversi tidak sesuai dengan ketentuan

14 (2)

Pembimbing
Kemasyarakatan
tidak
melakukan
pendampingan, pembimbingan dan pengawasan selama
proses diversi.

17

Penyidik,
JPU,
Hakim
yang
tidak
memberikan
perlindungan khusus bagi Anak yang melakukan TP
dalam situasi darurat.

18

Pemb Kemasy, Peksos Pro, TKS, Penyidik, PU, Hakim, PH,


yang tidak memperhatikan kepentingan terbaik bagi
anak, dan tidak mengusahakan suasana kekeluargaan.

21 (3)

Petugas BAPAS yang tidak melakukan evaluasi terhadap


pelaksanaan program pendidikan, pembinaan dan
pembimbingan anak.

27 (1)

Penyidik tidak meminta pertimbangan dari pembimbing


kemasy setelah adanya laporan TPA.

NO

PSL

ISI POKOK

27 (3)

Penyidik tidak meminta lapsos dari Peksos Pro atau


TKS setelah laporan TPA diterima.

29 (1)

Penyidik tidak melakukan diversi setelah 7 hari atau


melak diversi tapi lewat 7 hari

39

Petugas RUTAN anak tidak segera mengeluarkan


anak yang masa penahanannya sudah habis.

42 (1)

JPU tidak melakukan diversi setelah 7 hari atau melak


diversi tapi lewat 7 hari

42 (4)

JPU tidak membuat berita acara diversi tidak


melimpahkan perkara ke PN setelah diversi gagal.

55 (1)

Hakim yang tidak memerintahkan kepada Orang Tua /


Wali atau PH untuk mendampingi ABH dalam
persidangan.

62 (1)

Petikan Putusan tidak diberikan pada hari itu juga.

62 (2)

Salinan putusan tidak diberikan lewat 5 hari.

NO

PA
SAL

SUBYEK

OBYEK PELANGGARAN

SANKSI
PIDANA

96

DIK, JPU,
HAKIM

TIDAK MELAKSANAKAN DIVERSI


(Pasal 7 ayat 1)

97

SETIAP
ORANG

MEMBUKA IDENTITAS ANAK DALAM 5 tahun atau


MEDIA CETAK ATAU
denda 500
PUNELEKTRONIK (Pasal 19 ayat1 jo juta
61 ayat 2)

98

PENYIDIK

TIDAK MENGELUARKAN TAHANAN


ANAK YG LEWATI WAKTU (Psl 33
ayat3)

99

JPU

100

HAKIM

IDEM (Psl 35 ayat 3, 37 ayat 3, 38


ayat 3

2 tahun

101

PEJABAT
PENGADIL
AN

TIDAK mengeluarkan petikan


putusan dan salinan putusan tepat
waktu (Pasal 62)

2 tahun

IDEM (Psl 34 ayat 3)

2 TAHUN ATAU
DENDA 200
JUTA

2 tahun

2 tahun

Mengadili,
Menyatakan:
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya;
1.1. Pasal 96, Pasal 100, dan Pasal 101 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5332) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
1.2. Pasal 96, Pasal 100, dan Pasal 101 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5332) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
2. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia sebagaimana mestinya;

Anda mungkin juga menyukai