Anda di halaman 1dari 47

KELOMPOK A-5

KETUA

: Eriyasih

SEKRETARIS

(1102013099)

: IntanMeilaTria Lestari

ANGGOTA :AfdhalulMahfud
Amanda Azizha Hakim
BenditSetiawan
ClarazWanisadaErman
DenieRahmad
Ida NurainunAdjad.M.
Kartika Widyanindhita K.
Mainurtika

(1102013137)

(1102010008)
(1102010016)
(1102013056)
(1102013066)
(1102011074)
(1102012116)
(1102013145)
(1102011151)

BATUK BERDARAH
Seorang laki-laki berumur 50 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan batuk darah. Pada pemeriksaan di dapatkan
habitus athenikus dan ronkhi basah halus yang nyaring pada
apeks paru kanan.
Hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan anemia, laju
endap darah yang tinggi dan di temukan adanya infiltrate di
apeks paru kanan.
Dokter memberi terapi obat anti tuberculosis (OAT) dan
menganjurkan keluarga serumah dengan beliau melakukan
pemeriksaan serta menunjuk seorang keluarganya sebgai
pengawas minum obat (PMO). Dan dokter juga mengajarkan
etika batuk untuk mencegah penularan.

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pernafasan Bawah


1.1 Makro
1.2 Mikro
2. Memahami dan Menjelaskan Faal Pernafasan Bawah
3.Memahami dan Menjelaskan Bakteri Tahan Asam
3.1 Klasifikasi
3.2 Morfologi/struktur
3.3 Sifat biokimia
3.4 Identifikasi
4. Memahami dan Menjelaskan Tb Paru
4.1Definisi
4.2 Etiologi dan factor resiko
4.3 Epidemiologi
4.4 Patofisiologi
4.5 Patogenesis
4.6 Manifestasi klinik
4.7 Diagnosis dan DD
4.8 Komplikasi
4.9 Pencegahan
4.10 Prognosis
5. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Tb Paru
6. Memahami dan Menjelaskan IKM, PMO
7. Memahami dan Menjelaskan etika batuk dalam Islam.

1.1 ANATOMI MAKRO


1. Trachea

2. Bronchus
Br. Segmentalis
apicoposterior
Br.segmentalis
apicalis

Br.segmentalis
anterior

Br.
Segmentalis
posterior

Br.lingularis
superior

Br. Segmentalis
anterior

5
5

Br.seg.lateralis
Br.seg
medialis

1
1
2

1.br.seg basalis
anterior
2. br.seg basalis
lateralis

Br.lingularis
inferior

3 2 4

3
3.Br.seg basalis
posterior
4. br.seg basalis
medialis

5. Br. Segmentalis
superior

3. Paru-paru

DEXTRA

APEX
Lobus medius

FACIES COSTALIS

BASIS

SINISTRA

FACIES MEDIASTINALIS

Aa. pulmonalis
Bronchus principales

Vv. pulmonalis

FACIES DIAPHRAGMATICA

Fissura horizontalis

Margo anterior
Fissura oblique

Margo inferior

Pulmo dextra

Fissura horizontalis

Impressio cardiaca

PULMO SINISTRA

Lobus superior

Fissura oblique

Incisura cardiaca
Lingula pulmonis sinistra

Lobus inferior

Pulmo sinister

Fissura oblique
Impresio cardiaca

Incisura cardiaca

Lingula

Persyarafan Paru

Anatomi Mikro
1. Pulmo
Trachea akan bercabang dua menjadi bronchus primer kiri dan kanan.
Sebelum memasuki parenkim paru, bronchus primer bercabang menjadi
bronchus sekunder (bronchus lobaris) yang masuk kedalam lobus.
Didalam lobus paru, bronchus lobaris bercabang menjadi bronchus
tersier dan turut menyusun segmen brochopulmonar. Bronchus tersier
bercabang lagi, menjadi cabang yang lebih kecil, dan setelah 9 11
percabangan terbentuk saluran dengan diameter lebih kurang 1mm,
tanpa tulang rawan pada dindingnya. Saluran ini disebut bronchiolus.
Bronchiolus turut menyusun lobus paru. Setiap segmen
bronchopulmonar mempunyai 30-60 lobuli. Didalam setiap lobulus,
bronchiolus bercabang membentuk 4-7 bronchioli terminalis. Setiap
bronchioli terminalis bercabang menjadi 2 bronchiolus respiratorius yang
kemudian akan bercabang lagi sekitar 3 kali manjadi ductus alveolaris.
Ductus alveolaris akan bercanang dua sebelum bermuara kedalam atria.
Atria akan bermuara ke saccus alveolaris yang kemudian akan bermuara
ke alveoli. Makin kecil saluran nafas dindingnya semakin tipis dan
lamina propianya tidak lagi mengandung kelenjar, akan tetapi masih
dilengkapi otot polos, sel epitel bersilia dan sel goblet. Sel goblet tidak
terdapat lagi pada bronchiolus respiratorius.

2. Bronchus
Bronchus extra pulmonal sangat mirio dengan trachea, hanya
diameternya lebih kecil. Gambaran bronchus intra pulmonal berbeda
karena tidak terdapat rangka tulang rawan yang berbentuk huruf C,
melainkan berupa lempeng tulang rawan hialin yang bentuknya tidak
beraturan melingkari lumen. Pada potongan melintang rangka ini akan
terlihat seperti potongan-potongan tulang rawan pada dinding bronchus.
Mucosa tidak rata, terdapat lipatan-lipatan longitudinal karena kontraksi
oto polos. Mucosa dilapisi oleh epitel bertingkat thorak dengan silia dan
sel goblet. Pada lamina propia terdapat berkas-berkas otot polos.
Dibawah lapisan otot polos ini terdapat kelenjar campur. Pada dinding
bronchus yang terkecil kerangka tulang rawannya sedikit dan tidak lagi
membentuk lingkaran penuh mengelilingi lumen.

3. Bronchiolus
Dinding bronchilus tidak lagi mempunyai kerangka tulang rawan dan pada
lamina propia tidak lagi terdapat kelenjar. Lamina propia terutama diisi oleh
serat otot polos dan serat elastin. Pada bronchiolus besar, mucosa dilapisi
oleh epitel bertingkat torak dengan silia dan sel goblet. Makin keujung sel
bersilia makin jarang, sejalan dengan itu sel goblet pun menghilang. Sel
epitel semakin rendah. Pada bronchiolus kecil, mucosa dilapisi oleh sel-sel
kuboid atau torak rendah, terdapat sel tanpa silia, tidak terdapat sel goblet.
Diantara sel epitel terdapat sel torak tidak bersilia, berbentuk kubah. Sel-sel
ini adalah sel clara.

4. Bronchiolus Terminalis
Pendek, sehingga hanya dapat dikenali pada potongan melintang ditempat
percabangannya menjadi bronchiolus respiratorius. Mucosa dilapisi oleh
selapis sel kuboid, pada dinding tidak terdapat alveolus. Pada lamina dapat
dilihat serat-serat otot polos.
5. Bronchiolus respiratorius
Cabang dari bronchiolus terminalis, epitel terdiri dari sel torak rendah atau
kuboid. Epitel terputus-putus, karena pada dinding terdapat alveolus. Sel
epitel bersilia kadang-kadang masih ada, yang akan menghilang semakin
keujung saluran. Tidak terdapat sel goblet. Pada lamina propia dapat terlihat
serat otot polos, kolagen dan elastin.
6. Ductus Alveolaris
Cabang dari bronciolus repiratorius, berupa saluran dengan dinding terdiri
dari alveolus. Pada setiap pintu ke alveolus terdapat sel-sel epitel berbentuk
gepeng. Didalam lamina propia masih dapat terlihat serat-serat otot polos,
biasanya terpotong melintang.
7. Atria, Saccus alveolaris, dan alveoli
Ductus alveolaris bermuara ke atria, berupa ruang tidak beraturan yang
berhubungan dengan alveolus dan saccus alveolaris. Dari tiap atria muncul 2
atau lebih saccus alveolaris. Dari saccus alveolaris terbuka pintu yang
menuju ke setiap alveolus. Alveolus berupa kantung dilapisi epitel selapis
gepeng yang sangat tipis. Pada septum inter alveolare terdapat serat
retikuler dan serat elastin. Disini terlihat 3 macam sel, yaitu sel gepeng pada
permukaan disebut pneumosit tipe I, sel alveolar besar, sel septal (pneumosit
tipe II) berbentuk kuboid menonjol kedalam ruang alveolus. Selain kedua sel

3. Memahami dan Menjelaskan Faal


Pernafasan Bawah
Fungsi
Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai
kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan
tubuh. Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru
mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme
pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru dibagi atas(Rab,1996) :
1. Filtrasi udara
2. Mukosilia
3. Sekresi humoral lokal
4. Fagositosis
Fungsi pernafasan adalah :
1. Mengambil oksigen kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (selselnya) untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak
berguna lagi oleh tubuh).
3. dan melembabkan udara.

Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 yaitu :


1. Inspirasi (menarik napas)
2. Ekspirasi (Menghembus nafas)
FISIOLOGI PERNAPASAN
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen
diambil melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan
dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau
pernafasan eksterna :
1.Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2.Arus darah melalui paru-paru.
3.Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat
dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.
4.Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Mycobacterium leprae

4. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Tahan Asam


4.1 Klasifikasi
Mycobacterium tuberculosispertama kali dideskripsikan pada tanggal
24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Merupakan kuman batang lurus atau
agak bengkok, berukuran panjang 1 sampai 4 dan lebar 0,2 sampai 0,8
, dapat ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok. Kuman ini
merupakan bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak, tidak
berspora, dan tidak bersimpai.
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis.
Kingdom
: Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo
: Actinomycetales
Upaordo
: Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis
1. Mycobacterium tuberculosis
2. Mycobacterium bovis
3. Mycobacterium avium
4. Mycobacterium leprae

4.2 Morfologi/struktur
Mycobacterium tuberculosismerupakan kuman batang lurus atau agak
bengkok, berukuran panjang 1 sampai 4 dan lebar 0,2 sampai 0,8 ,
dapat ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok. Kuman ini
merupakan bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak,
tidak berspora, dan tidak bersimpai. Pada pewarnaannyaM.
tuberculosistampak seperti manik-manik atau tidak terwarnai secara
merata.
Struktur dinding sel
Dinding sel mycobacterium dapat menginduksi hipersensitifitas lambat dan
beberapa resistensi terhadap infeksi seta dapat menggantikan seluruh sel
mikobakterium hanya membangkitkan reaksi hipersensitivitas lambat pada
binatang yang sebelumnya disensitisasi.
a. Lipid
b. Protein
c. Polisakarida

4.3 Sifat biokimia


Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resistan terhadap bahanbahan kimia daripada bakteri lainnya karena sifat hidrofobik
permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok.
Bahan celup ( misalnya Malakit hijau) atau zat antibakteri (misalnya
penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat
dimasukkan ke medium tanpa mengganggu pertumbuhan M.tb. M.tb

4.4 Identifikasi
Karakteristik antigen M.tuber culosis dapat diidentifikasi
denganmenggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal purified
antigens dengan beratmolekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa
yang memberikan sensitifitas danspesifisitas yang berfariasi dalam
mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen M .tuberculosis
dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi
(somatik).Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup,
contohnya antigen 30.000 a,protein MTP 40 dan lain lain.
1. Biakan
2. Reaksi terhadap faktor fisik dan kimia
3. Variasi

5. Memahami dan Menjelaskan Tb Paru


5.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di
berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
penularannya terjadipada malam hari. TB dapat terjadi pada semua
kelompok umur, baik di paru maupun diluar paru.
Sedangkan tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis.
Tuberkulosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit
tuberculosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberculosis
ekstrapulmonal. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah
terinfeksi kuman M.tuberculosis
5.2 Etiologi dan factor resiko
Penyebab TB adalah mycobacterium tuberculosis, kuman berbentuk batang
dan merupakan basil tahan asam karena dindingnya yang mengandung
banyak lipid.
Faktor resiko :
Usia (anak-anak dan usia lanjut)
Bertempat tinggal di lingkungan kumuh, kurang ventilasi dan banyak
penderita TB aktif di sekitar.
Menderita penyakit lain : HIV, DM, leukimia, dll.

5.3 Epidemiologi
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar
660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru
per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per
tahunnya
Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan
Negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO SouthEast Asian yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan
keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat
sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal
Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan
demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case
Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan
selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008
mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak
pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama. Jumlah kasus TB
anak pada tahun 2009 mencapai 30.806 termasuk 1,865 kasus BTA positif.

5.4 Patofisiologi

5.6 Patogenesis
Urutan patogenesis TB pada manusia juga terjadi pada kelinci.
Fase I: Fase transmisi
Fase II: Awal infeksi, proliferasi dan penyebaran

Fase III: fase pembentukan respons imun


Fase IV: Pencairan jaringan, pembentukan kavitas dan
proliferasi M.tuberculosis

5.7 Manifestasi klinik


Gejala sistemik/umum
-Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
-Penurunan nafsu makan dan berat badan.
-Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
-Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
-Nyeri Dada
Gejala khusus
-Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dironggapleura(pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
-Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
-Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagaimeningitis(radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

5.8 Diagnosis da Diagnosis Banding

Diagnosis tuberculosis

Apabila dicurigai seseorang


tertular penyakit TBC, maka
beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan
diagnosis adalah:

a.Anamnesa baik terhadap


pasien maupun keluarganya.
Hal pertama yang harus
ditanyakan adalah identitas
pasien, yaitu umur, jenis
kelamin, ras, status
pernikahan, agama dan
pekerjaan.
1.Riwayat Penyakit Sekarang
(RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu
(RPD)
3. Riwayat Kesehatan
Keluarga
4. Riwayat Sosial dan

b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
d. Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
e. Rontgen dada (thorax photo).
f. Uji tuberkulin.
Diagnosis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
ataulebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan.Gejala-gejala
tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,
menilaikeberhasilan pengobatan dan menentukan potensi
penularan.Pemeriksaan dahak untukpenegakan diagnosis pada semua
suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu- Pagi - Sewaktu (SPS):
S (sewaktu):
P (Pagi):
S (sewaktu):
.

Indikasi Pemeriksaan Foto


Uji Tuberkulin
Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan khusus

4.9 Komplikasi
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan napas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.
Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya.
4.10 Pencegahan
Insufisiensi
Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Preventif dan promotif
Upaya Promotif
Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di
tempat kerja melaluipendidikan & pelatihan petugas pemberi
pelayanan kesehatan di tempat kerja, penyuluhan,penyebarluasan
informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan kepuasan
kerja,peningkatan gizi kerja
Upaya preventif
Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang
memperberat penyakitTBC.
Pencegahan Primer : Pencegahan primer merupakan upaya yang
dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakitpada populasi yang
sehat.
Pencegahan sekunder

4.11 Prognosis
Bila tidak menerima pengobatan spesifik
25 % akan meninggal dalam 18 bulan
50 % akan meninggal dalam 5 tahun
8-12,5% akan menjadi chronis execetors akan mengeluarkan basil TB
dalam sputumnya. Mereka ini adalah sumber penularan.
Sisanya akan mengalami penyembuhan spontan dengan bekas berupa
fibrotik dan perkapuran, dapat pula kesembuhan dengan resolusi
sempuran tanpa meninggalkan bekas.

5. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Tb Paru


Tujuan pengobatan pada TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah
kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sbb:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat. Tidak OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung
(DOT = Directly
Observed Dosis
Treatment)
oleh seorang Pengawas
Jenis OAT
Sifat
yang Direkomendasikan (mg/kg)
Menelan Obat (PMO).
Harian

3x seminggu

Isoniazid (H)

Bakterisid

5 (4-6)

10 (8-12)

Rifampicin (R)

Bakterisid

10 (8-12)

10 (8-12)

Pyrazinamid (Z)

Bakterisid

25 (20-30)

35 (30-40)

Streptomycin (S)

Bakterisid

15 (12-18)

15 (12-18)

Ethambutol (E)

Bakteriostatik

15 (15-20)

30 (20-35)

Rifampisin
Etambutol
Pirazinamid
Streptomisin
Etionamid
Paraaminosalisilat
Sikloserin
Kapreomisin
Efek samping ringan OAT
Efek Samping

Penyebab

Penatalaksanaan

Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin

Semua OAT diminum malam sebelum tidur

Nyeri sendi

Beri Aspirin

Pirasinamid

Kesemutan s/d rasa terbakar pada INH


kaki

Beri Vitamin B6 (Piridoxin) 100mg/hr

Kemerahan pada air seni

Perlu penjelasan ke pasien

Rifampisin

Efek samping berat


OAT
Efek Samping

Penyebab

Penatalaksanaan

Gatal dan Kemerahan

Semua jenis OAT

Ikuti petunjuk pelaksanaan

Tuli

streptomisin

Hentikan,ganti dengan Etambutol

Gangguan Keseimbangan

streptomisin

Hentikan,ganti dengan Etambutol

Ikterus tanpa sebab lain

Hampir semua OAT

Hentikan,sampai menghilang

Bingung dan muntah-muntah

Hampir semua OAT

Hentikan,segera tes fungsi hati

Gangguan Penglihatan

Etambutol

Hentikan

Purpura dan renjatan (syok)

Rifampisin

Hentikan

a) OAT kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)


Panduan OAT ini diberikan untuk:
Pasien baru TB paru BTA positif
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Berat Badan

Tahap intensif tiap hari selama

Tahap lanjutan 3 kali seminggu

56 hari RHZE (150/75/400/275)

selama 16 minggu RH (150/150)

30-37 kg

2 tablet 4KDT

2 tablet 2KDT

38-54 kg

3 tablet 4KDT

3 tablet 2KDT

55-70 kg

4 tablet 4KDT

4 tablet 2KDT

70 kg

5 tablet 4KDT

5 tablet 2KDT

b) OAT kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Panduan OAT ini diberikan untuk BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Kambuh
Gagal
Dengan pengobatan setelah putus berobat

6. Memahami dan Menjelaskan IKM, PMO


P2M
Prinsip dasar program P2M
Pelaksana program adalah Kelompok Puskesmas Pelaksana yang terdiri dari
Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dan PuskesmasSatelit(PS).
Diagnosis hanya dilakukan di PRM, PS hanya membuat slide serta
memfiksasi saja.
Pencarianpenderita dilakukan secarapasif disarana kesehatan. Diagnosis
BTA secara mikroskopis bila ditemukan kuman dengan 3 kali pemeriksaan
dahakyangberbeda(dahaksewaktu,pagidansewaktu)danpalingsedikit
2kali positif disebut kasus BTA(+).
Kasus BTA() bila 3 kali pemeriksaan dahak hasilnya semua Negative
tapipada pemeriksaan Rntgen terdapat tanda TB aktif di parunya.
Pengecatan dengan Ziehl Neelsen dan pemeriksaan kuman dengan
mikroskopbinokuler.
Tipe kasus dibedakan kasus banu, kasus kambuh/gagal, kasus BTA()
tapiRontgen
Follow up pengobatan dilakukan secara ketat pada akhir fase intensif dan
duabulansebelumakhirpengobatandanakhirpengobatan,setiapfollowu
ppemeriksaan dahak dilakukan dua kali (dahak sewaktu dari pagi).
Supervisi pelaksanaan program dilakukan oleh petugas tingkat II secara
ketat (3 bulan sekali).
Pengawasanlangsungketeraturanberobat(DOTS:DirectlyObservedTreat
ment Short- Course) oleh petugas kesehatan atau keluarganya

PMO (Pengawas Menelan Obat)


Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh
petugas kesehatan maupun penderita.
Disegani dan dihormati oleh penderita.
Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.
Bersedia membantu penderita dengan sukarela.
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan penderita.
Siapa yang bisa jadi PMO:
Sebaiknya adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa,
perawat, pekarya sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak
ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari
kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat
lainnya atau anggota keluarga.
Tugas seorang PMO
Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai
selesai pengobatan.
Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur.
Mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang
mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan
diri ke unit pelayanan kesehatan.

Tujuan kunjungan petugas Puskesmas


Kunjungan Rumah(Home Visit)kepada pasien TB yang tidak
memeriksakan diri pada waktu yang telah ditentukan.
Tujuannya adalah untuk memantau keberadaan pasien D.O
(Drop-Out/putus pengobatan), melihat kelanjutan pengobatan
dan mengetahui kendala pasien menghentikan pengobatan.

Memahami dan Menjelaskan etika batuk dalam Islam.


Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor
batuk (hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor
akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di
sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan
benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.
Etika batuk :
Tutup hidung dan mulut dengan tisu,saputangan atau kain.
Jika tidak ada jangan tutup menggunakan tangan melainkan gunakan
lengan dalam baju.
Segera buang tisu yang sudah dipakai kedalam tempat sampah
Cara batuk yang benar
Langkah 1 Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup
hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue atau saputangan
atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk
batuk atau bersin.
atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda
merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2 Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat
sampah.
Langkah 3 Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan
mengambil kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat
atau menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker
Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk
membantu mengurangi penyebaran penyakit udara di seluruh dunia.

Merokok
Keputusan yang telah diputuskan oleh Muzakarah Jawatankuasa
Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia
tersebut adalah bersandarkan kepada hujah-hujah berikut:

Rokok mengandungi pelbagai jenis racun. Fakta daripada kajian-kajian


perubatan telah membuktikan bahawa setiap batang rokok
mengandungi 6-8 mg. nikotian dan pelbagai bahan kimia lain. Setiap
sedutan asap rokok sebenarnya kita telah menghidu sebanyak 4,000
jenis bahan kimia yang boleh memudharatkan badan.

Skenario 2
BATUK DARAH
Seorang laki-laki berumur 50 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan batuk darah. Pada pemeriksaan di dapatkan habitus athenikus
dan ronkhi basah halus yang nyaring pada apeks paru kanan.
Hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan anemia, laju endap
darah yang tinggi dan di temukan adanya infiltrate di apeks paru
kanan.
Dokter memberi terapi obat anti tuberculosis (OAT) dan
menganjurkan keluarga serumah dengan beliau melakukan
pemeriksaan serta menunjuk seorang keluarganya sebgai pengawas
minum obat (PMO). Dan dokter juga mengajarkan etika batuk untuk
mencegah penularan.

Anda mungkin juga menyukai