Ortho SKRIPSI
Ortho SKRIPSI
PENDAHULUAN
maloklusi awal, kooperatif pasien, dll. Beberapa hal tersebut adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik.1
Menurut Salzmann yang dikutip oleh Dewanto menyatakan bahwa oklusi
ideal adalah sebuah formula hipotesis (dugaan) yang tidak ada dan tidak akan terjadi
pada seseorang. Dalam perawatan ortodontik semaksimal mungkin dilakukan
perawatan untuk mencapai oklusi yang normal maupun yang ideal.6
Salah satu faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik adalah tipe
maloklusi.1 Tipe maloklusi tersebut dapat diukur dengan beberapa Indeks Maloklusi
yang ada, diantaranya yang paling populer dan sampai saat ini masih digunakan
secara luas karena keadaan maloklusi dapat dilihat secara langsung adalah
menggunakan Klasifikasi Angle. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan hubungan
anteroposterior lengkung gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah (hubungan gigi
molar pertama). Fungsi dari klasifikasi ini adalah untuk menegakkan diagnosis dan
rencana perawatan.7
Pada bagian Ortodonsia RSGM FKG UNHAS ditemukan berbagai macam
kasus maloklusi. Perawatan maloklusi dilakukan dengan alat ortodontik lepasan oleh
mahasiswa kepanitraan. Dengan mengetahui lama perawatan ortodontik berdasarkan
tipe maloklusi diharapkan dapat menjadi suatu informasi yang penting dan
membangun bagi mahasiswa klinik di bagian Ortodonsia RSGM FKG UNHAS.
Untuk saat ini belum ada informasi mengenai lama perawatan pada pasien yang
menggunakan piranti lepasan. Oleh karena itu, dianggap penting untuk melakukan
penelitian mengenai lama perawatan berdasarkan tipe maloklusi pada pasien yang
menggunakan piranti lepasan di RSGM FKG UNHAS.
3
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah
untuk memberikan konstribusi sebagai berikut:
1.4.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu penelitian yang
bermanfaat bagi almamater penulis.
1.4.2 Bidang Ortodonsia
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai
gambaran lama perawatan ortodontik berdasarkan tipe maloklusi pada pasien yang
menggunakan piranti lepasan di bagian Ortodonsia RSGM FKG UNHAS.
1.4.3 Bidang Kemasyarakatan
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut dan pentingnya kontrol rutin ke dokter gigi guna mencegah
terjadinya maloklusi yang lebih kompleks sehingga menghindarkan diri dari
perawatan dengan durasi yang lebih lama.
1.4.4 Peneliti Lainnya
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
bagi pembacanya, serta menginspirasi peneliti lain untuk melakukan penelitian
serupa.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
dengan tidak
anomali
Oleh karena itu, jika berbagai ketentuan oklusi normal di atas tidak sesuai,
maka akan tergolong kasus maloklusi. Menurut Graber yang dikutip oleh Dewanto
maloklusi merupakan penyakit gigi terbesar kedua setelah karies gigi. Gambaran
maloklusi pada remaja di Indonesia masih sangat tinggi, mulai dari tahun 1983
adalah 90% sampai tahun 2006 adalah 89%, sementara perilaku kesehatan gigi pada
remaja khususnya tentang maloklusi masih belum cukup baik dan pelayanan
kesehatan gigi belum optimal.6
Tingginya prevalensi maloklusi juga dapat dilihat dari beberapa hasil survei
yang telah dilakukan terhadap populasi di berbagai tempat. Survei tersebut
membuktikan bahwa kebanyakan anak-anak memiliki gigi yang tidak teratur atau
maloklusi. Penelitian Silva et al tentang maloklusi tahun 2001 di Amerika Latin pada
anak usia 12-18 tahun yang dikutip dari penelitian Apsari menunjukkan bahwa lebih
dari 93% anak menderita maloklusi. Hasil penelitian Apsari di SMPN 1 Ungaran
tahun 1997 pada 91 remaja menunjukkan bahwa 83,5% menderita maloklusi, dengan
38,2% merupakan maloklusi ringan.10 Hasil penelitian Dewi Oktavia tentang
maloklusi pada remaja SMU di kota Medan tahun 2007 dengan menggunakan skor
HMA menunjukkan bahwa prevalensi maloklusi sebesar 60,5% dengan kebutuhan
perawatan ortodontik sebesar 23 %.2
2.2 PENYEBAB MALOKLUSI
Menurut Moyers yang dikutip oleh Suminy, maloklusi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya : 11
1. Faktor keturunan, seperti sistem neuromuskuler, tulang, gigi dan bagian lain di
luar otot dan saraf.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Trauma, yaitu trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma
setelah dilahirkan.
4. Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi.
5. Kebiasaan buruk seperti menghisap jari yang dapat menyebabkan insisivus
rahang atas lebih ke labial sedangkan insisivus rahang bawah ke lingual,
menjulurkan lidah, menggigit kuku, menghisap dan menggigit bibir.
6. Penyakit yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal
(gangguan saluran pernapasan, penyakit gusi, jaringan penyangga gigi, tumor,
dan gigi berlubang).
7. Malnutrisi.
12
13, 14
12
Kelainan yang menyertai maloklusi klas I yakni: gigi berjejal, rotasi dan
protrusi. 14
Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau
gigi C ektostem
Tipe 2 : Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi
Tipe 3 : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan
terbalik (anterior crossbite).
Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.
9
12
Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih mesial
dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula. Seperti yang
terlihat pada gambar (Gambar 2.2). 13, 14
Divisi 2
12
Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal
dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula dan terdapat
anterior crossbite (gigitan silang anterior). Seperti yang terlihat pada
gambar (Gambar 2.3). 13, 14
Tipe 2
Tipe 3
Untuk kasus crossbite ada yang membaginya menjadi crossbite anterior dan
crossbite posterior. 10
a. Crossbite anterior
11
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa
gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi
anterior mandibula.
b. Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior
mandibula.
Selain Klasifikasi Angle, terdapat berbagai jenis maloklusi, seperti: 10
1. Deepbite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi
insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal
melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau
miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra
oklusi.
2. Openbite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat
rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam
open bite menurut lokasinya antara lain :
a.Anterior openbite
Klas I Angle anterior openbite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi
depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan Klas II
Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
b. Posterior openbite pada regio premolar dan molar.
c. Kombinasi anterior dan posterior/total openbite terdapat baik di anterior,
posterior, dapat unilateral ataupun bilateral.
3. Crowded (Gigi berjejal)
Gigi berjejal adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.
Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada
12
13
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh
faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.
14
fungsional
digunakan
untuk
mengoreksi
maloklusi
dengan
bawah dan belakang lebih sukar daripada ke bawah dan depan sehingga piranti ini
lebih efektif bila digunakan pada maloklusi Klas II.
Indikasi
Piranti fungsional secara terbatas dapat digunakan pada maloklusi :
-
Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal Klas II ringan disertai insisivus
berkurang dan dimungkinkan dipakai selama 24 jam setiap hari bahkan waktu
malam tetap bisa dipakai. Pengurangan jarak gigit dapat terjadi dalam waktu
yang tidak terlalu lama.
Removable Tissue-Borne
Satu-satunya piranti fungsional tipe removable tissue-borne adalah
functional corrector atau functional regulator ciptaan Rolf Frankel sehingga
piranti ini dikenal sebagai piranti Frankel. Seperti yang terlihat pada gambar
(Gambar 2.8). Piranti ini terdiri atas akrilik dengan kerangka dari kawat,
didesain untuk mengurangi gerakan gigi yang tidak diinginkan dan mengatur
otot yang terletak dekat dengan gigi dan menempatkan rahang dalam letak
yang dikehendaki. Sayap akrilik lingual menempatkan mandibula ke depan
sedangkan bantalan akrilik di labial dan sayap akrilik yang lebar di bukal
(buccal shield) menahan tekanan dari bibir dan pipi. Pemakaian piranti
Frankel dimulai bertahap 2-3 jam tiap hari pada minggu-minggu pertama,
kemudian dipakai semalaman tiap hari sampai akhirnya selama 24 jam tiap
hari kecuali pada saat makan.
18
19
semua
gigi
erupsi.
Keuntungan
perawatan
ini
adalah
terjadi
bulan dipasang sebelum semua gigi premolar erupsi sempurna. Biasanya perawatan
orthodontik akan terus berlangsung kira-kira 12-18 bulan dengan piranti cekat. 17, 18
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Kooperatif
Piranti yang
Ada/tidak
Pasien
digunakan
Ekstraksi
Tipe Maloklusi
Usia Pasien
Klasifikasi
Piranti Cekat
Piranti Lepasan
Angle
22
Klas I
Klas II
Klas III
Keterangan :
: Variabel yang diteliti.
: Variabel yang tidak diteliti.
Pembicaraan
Model
dari
pasien
yang
telah
dinyatakan
Lama perawatan ortodontik : Adalah kurun waktu yang diukur dari tanggal
cetak awal sampai tanggal cetak selesai/evaluasi yang dilihat di Buku
Pembicaraan Model (BPM) dalam satuan bulan.
b.
Pasien di RSGM FKG UNHAS : Pasien yang dimaksud adalah BPM (kartu
status pasien ortodontik) yang telah dinyatakan selesai/memenuhi syarat
untuk dievaluasi di bagian Ortodonsia RSGM FKG UNHAS.
c.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di bagian Ortodonsia RSGM FKG
UNHAS pada bulan Maret 2012, diperoleh 130 sampel Buku Pembicaaan
Model.Kemudian data hasil penelitian tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan buku pembicaraan modelyang
diteliti (N=130)
Karakteristik pasien
Usia
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Klasifikasi MaloklusiAngle
Klas I Tipe 1
Klas I Tipe 2
Klas I Tipe 3
Klas I Tipe 6
Klas II Divisi 1
Klas II Subdivisi
Klas II Divisi 2
Lama perawatan (bulan)
Frekuensi
(N)
Persen
(%)
41
89
31.5
68.5
41
13
1
54
18
1
2
31.5
10.0
0.8
41.5
13.8
0.8
1.5
12.69 7.75
Terlihat pada Tabel 4.1 tipe maloklusi Angle yang tidak ditemukan pada
sampel adalah Klas I Tipe 4 dan Tipe 5, serta Klas III Tipe 1, Tipe 2, dan Tipe 3.
Pada Tabel 4.1 juga terlihat jumlah tipe maloklusi yang paling banyak adalah Klas1
Tipe 6yaitu sebanyak 54 (41.5%) sampel dan KlasI Tipe 1 yaitu sebanyak 41 (31.5%)
sampel.Sedangkan tipe maloklusi yang paling sedikitditemukan adalah KlasI Tipe 3
yaitu sebanyak 1 (0.8%) sampel dan KlasIISubdivisi yaitu sebanyak 1 (0.8%)
sampel. Rata-rata lama perawatan ortodontik sampel adalah 12.69 bulan atau dapat
dikatakan rata-rata lama perawatan adalah 12 bulan 20 hari. Lama perawatan
ortodontik diperoleh melalui pengurangan cetak berhasildan tanggal cetak
awalperawatan.
Tabel 4.2 Distribusi kelompok lama perawatan berdasarkan jenis kelamin dan tipe
maloklusi (N=130)
Kelompok lama perawatan (bulan)
1-10
11-20
21-30
>30
N (%)
N (%)
N (%)
N (%)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Klasifikasi
Maloklusi
Angle
Klas I Tipe 1
Klas I Tipe 2
Klas I Tipe 3
Klas I Tipe 6
Klas II Divisi 1
Klas II Subdivisi
Klas II Divisi 2
Total
Total
N (%)
21 (32.3)
44 (67.7)
65 (100)
13 (31.0)
29 (39.0)
42 (100)
6 (28.6)
15 (71.4)
21 (100)
1 (50.0) 41 (31.5)
1 (50.0) 89 (68.5)
2 (100) 130 (100)
15 (23.1)
6 (9.2)
0 (0)
39 (60.0)
4 (6.2)
0 (0)
1 (1.5)
65 (100)
17 (40.5)
1 (2.4)
0 (0)
11 (26.2)
11 (26.2)
1 (2.4)
1 (2.4)
42 (100)
7 (33.3)
6 (28.6)
1 (4.8)
4 (19.0)
3 (14.3)
0 (0)
0 (0)
21 (100)
2 (100)
0 (0)
0 (0)
0 (0)
0 (0)
0 (0)
0 (0)
2 (100)
41 (31.5)
13 (10.0)
1 (0.8)
54 (41.5)
18 (13.8)
1 (0.8)
2 (1.5)
130 (100)
berdasarkan jenis kelamin, didapatkan perempuan lebih banyak dibandingkan lakilaki, yang terdiri dari 41 (31.5%) laki-laki dan 89 (68.5%) perempuan. Lama
perawatan terbanyak, baik pada laki-laki maupun perempuan adalah 1-10 bulan,
dengan jumlah 21 (32.3%) laki-laki dan 44 (67.7%) perempuan.Sedangkan untuk
lama perawatan yang diselesaikan dalam waktu >30 bulan, diperoleh jumlah yang
paling sedikit dengan jumlah yang sama baik laki-laki maupun perempuan.
Terlihat pula pada Tabel 4.2 dimana kelompok lama perawatan berdasarkan
tipe maloklusiyang paling banyak adalah Klas 1 Tipe 6 yaitu sebanyak 54 (41.5%)
sampel, sedangkan tipe maloklusi yang paling sedikit adalah Klas I Tipe 3 dan Klas
II Subdivisi yaitu sebanyak 1 (0.8%) sampel. Lama perawatan terbanyak berdasarkan
tipe maloklusi adalah 1-10 bulan, dengan Klas I Tipe 6 sebanyak 39 (60.0%) sampel,
Klas I Tipe 1 sebanyak 15 (23.1%), Klas I Tipe 2 sebanyak 6 (9.2%), Klas II Divisi 1
sebanyak 4 (6.2%) dan Klas II Divisi 2 sebanyak 1 (1.5%) sampel, serta
tidakditemukan Klas I Tipe 3 dan Klas II Subdivisi untuk kelompok lama perawatan
1-10 bulan. Sedangkan untuk lama perawatan paling >30 bulan,hanya ditemukan 2
sampelyaitu pada tipe maloklusiKlas I Tipe 1.
Pada Tabel 4.3 disajikan distribusi tipe maloklusi sampel berdasarkan jenis
kelamin. Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa perempuan lebih banyak dibandingkan lakilaki untuk semua tipe maloklusi, ditemukan 17 laki-laki dan 24 perempuan untuk tipe
maloklusi Klas I Tipe 1, sedangkan ditemukan 14 laki-laki dan 40 perempuan untuk
Klas I Tipe 6, serta 5 laki-laki dan 13 perempuan untuk Klas II Divisi 1. Untuk Klas
II Divisi 2 mempunyai jumlah yang sama, yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan,
29
sedangkan untuk Klas I Tipe 3 dan Klas II Subdivisi, keduanya hanya satu
perempuan dan tidak terdapat sama sekali laki-laki.
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa tidak ditemukan jenis kelamin laki-laki
pada tipe maloklusi Klas 1 Tipe 3, hanya ditemukan satu orang perempuan pada tipe
maloklusi ini. Lama perawatan, baik pada laki-laki maupun perempuan adalah 1-10
bulan, dengan jumlah 10 untuk laki-laki dan 23 untuk perempuan.
Tabel 4.3 Distribusi tipemaloklusisampel berdasarkan jenis kelamin (N=130)
Jenis kelamin
Laki-laki
Klasifikasi
Frekuensi Persen
MaloklusiAngle
(N)
(%)
Klas I Tipe 1
17
41.5
Klas I Tipe 2
4
9.8
Klas I Tipe 3
0
0
Klas I Tipe 6
14
34.1
Klas II Divisi 1
5
12.2
Klas II Subdivisi 0
0
Klas II Divisi 2
1
2.4
Total
41
100
Perempuan
Frekuensi Persen
(N)
(%)
24
27.0
9
10.1
1
1.1
40
44.9
13
14.6
1
1.1
1
1.1
89
100
Total
N (%)
41 (31.5)
13 (10.0)
1 (0.8)
54 (41.5)
18 (13.8)
1 (0.8)
2 (1.5)
130 (100)
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa tipe maloklusi yang paling banyak berdasarkan
jenis kelamin adalah Klas 1 Tipe 6 untuk jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 40
(44.9%) sampel dan Klas 1 Tipe 1 untuk jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 17
(41.5%) sampel,sedangkan untuk tipe maloklusiKlas I Tipe 3 dan Klas II Subdivisi
untuk jenis kelamin laki-laki, sama sekali tidak ada.
30
Tabel 4.4 Distribusi rata-rata usia dan lama perawatan berdasarkan jenis kelamin dan
tipemaloklusi (N=130)
Karakteristik sampel
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Klasifikasi
MaloklusiAngle
Klas I Tipe 1
Klas I Tipe 2
Klas I Tipe 3
Klas I Tipe 6
Klas II Divisi 1
Klas II Subdivisi
Klas II Divisi 2
Total
Kelompok
Lama
Perawatan
Lama
perawatan
(bulan)
Rerata Simpang Baku
41
89
130
18.934.27
20.404.46
19.944.43
12.307.94
12.877.70
12.697.75
41
13
1
54
18
1
2
130
18.734.31
19.543.33
23.000
20.764.96
20.333.68
17.000
21.502.12
19.944.43
14.247.99
16.569.36
23.370
9.446.56
15.336.37
11.070
15.387.74
12.697.75
1-10 bulan
65
19.984.88
6.652.91
11-20 bulan
42
19.524.42
14.783.20
21-30 bulan
21
20.763.01
25.362.37
>30 bulan
18.502.12
31.931.13
130
19.944.43
12.697.75
Total
31
bulan memiliki rata-rata usia tertinggi dengan 20.76 tahun atau dapat dikatakan usia
tertinggi adalah 20 tahun 9 bulan 3 hari.
Selain rata-rata usia, Tabel 4.4 juga memperlihatkan rata-rata lama perawatan
ortodontik. Rata-rata lama perawatan ortodontik pada laki-laki adalah 12.30 bulan
(12 bulan 9 hari), sedangkan untuk perempuan memiliki rata-rata lama perawatan
selama 12.87 bulan (12 bulan 26 hari). Berdasarkan tipe maloklusi, Klas II Divisi 2
membutuhkan waktu perawatanortodontik yang paling lama, yaitu diselesaikan
dalam waktu 21.50 bulan (21 bulan 15 hari), sedangkan Klas II Divisi 2 perawatan
ortodontik tersingkat dapat diselesaikan dalam waktu 17 bulan.
32
BAB V
PEMBAHASAN
33
34
pertumbuhan rahang agar didapatkan hasil perawatan yang maksimal dan stabil. 19
Oleh karena itu, untuk pasien crossbite di RSGM FKG UNHAS sangat minim
mengingat piranti yang dipergunakan hanya piranti ortodontik lepasan sehingga
crossbite yang berat sangat sulit ditangani.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian diperoleh data
mengenai lama perawatan ortodontik pada pasien yang menggunakan piranti lepasan
sangat bervariasi. Untuk itu, peneliti mengklasifikasikan lama perawatan kedalam 4
interval, yaitu: 1-10 bulan, 11-20 bulan, 21-30 bulan dan 31-40 bulan.
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa lama perawatan Maloklusi Klas I Tipe 1
Angle terbanyak frekuensinya(N) 17 sampel atau sekitar 41.5% dapat diselesaikan
dalam waktu 11-20 bulan sedangkan persentase terendah dengan frekuensi(N) 2
sampel atau sekitar 4.9% diselesaikan dalam waktu 31-40 bulan. Untuk Maloklusi
Klas I Tipe 2 Angle diperoleh lama perawatan yang sama yaitu dengan persentase
46.2% dapat diselesaikan pada interval waktu 1-10 bulan dan 21-30 bulan.
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat pula bahwa untuk Maloklusi Klas I Tipe 3
Angle hanya diperoleh 1 sampel dengan persentase 100% dan diperoleh lama
perawatan sekitar 21-30 bulan sedangkan untuk lama perawatan Maloklusi Klas I
Tipe 6 Angle diperoleh persentase tertinggi sebanyak 72.2% dengan frekuensi(N) 39
dapat diselesaikan dalam waktu 1-10 bulan dan persentase terendah dengan
frekuensi(N) 4 atau sekitar 7.4% diselesaikan dalam waktu 21-30 bulan.
Berdasarkan Tabel 4.2 untuk Maloklusi Klas II Divisi 1 Angle dengan
persentase terbanyak yaitu 61.1% diselesaikan dalam waktu 11-20 bulan sedangkan
terendah sekitar 16.7% diselesaikan dalam waktu 21-30 bulan. Pada Maloklusi Klas
36
BAB VI
PENUTUP
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kartu status pasien ortodontik
(Buku Pembicaraan Model), maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pada kasus Maloklusi Klas III Angle, sebenarnya ditemukan 2 sampel namun
termasuk dalam kriteria drop out karena tidak memiliki data lengkap
mengenai tipe maloklusinya (tidak memenuhi kriteria inklusi).
2.
Pasien yang menggunakan piranti lepasan di RSGM FKG UNHAS lebih banyak
didominasi oleh pasien perempuan dengan persentase 68,5% dibandingkan
dengan pasien laki-laki 31,5%.
3.
Pasien yang menggunakan piranti lepasan paling banyak adalah pasien dengan
Maloklusi Klas I Tipe 6 Angle yaitu ditemukan dengan persentase 41,5%.
6.2 SARAN
38
39
DAFTAR PUSTAKA
44