Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOKIMIA NUTRISI

Alkaloid Daun Kecubung (Datura metel. Linn) sebagai Anti Stres


Transportasi pada Domba

Oleh :
Kelompok 3
Kelas A

Nugraha F

200110120060

Rosman Lubis

200110120099

Andika Hendypermana

200110120121

Ihsan Salahuddin Rabbani

200110120205

Aldi Rinaldi

200110120207

Dhita Mardiah Utami

200110120246

Sucianti Solehat

200110120255

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015

I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kebutuhan domba jantan yang cukup besar saat ini baik untuk ternak potong

atau hewan qurban dan aqiqah membuat distribusi ternak ini menjadi meningkat.
Perubahan sistem jual beli domba dari sistem taksir menjadi sistem timbang hidup
yang mulai dipakai oleh konsumen, menuntut perbaikan proses distribusi yang
baik agar peternak tidak mengalami kerugian yang cukup besar akibat
menurunnya bobot badan pada saat proses transportasi. Proses distribusi pada
domda akan menyebabkan stres yang akan mengakibatkan berbagai macam
kerugian bagi pelaku bisnis di sektor ini.
Potensi stressor sangat erat kaitannya dengan kerja saraf pada domba, salah
satu cara untuk meminimumkan tingkat stres pada domba adalah dengan
memberikan zat penenang salah satunya dengan memberikan daun kecubung.
Tanaman kecubung (Datura metel. Linn) merupakan salah satu tanaman
berkhasiat sebagai tanaman obat. Tanaman kecubung mengandung beberapa
senyawa kimia, diantaranya: hiosin, ca-oksalat, zat lemak, atropin, hyosiamin, dan
skopolamin. Zat alkaloid yang diketahui merupakan bahan yang dapat digunakan
untuk membius (Kartasapoetra, 1988). Tanaman kecubung dari akar, tangkai,
daun, buah, bunga dan biji mengandung senyawa alkaloid yang sudah dikenal
sebagai obat bius (Dharma, 1985). Datura metel. Linn dapat digunakan sebagai
obat bius, anodyne, antiasthmatic, antispasmodic, antitusif, bronkodilator,
halusinogen, hipnotis, dan mydriatic (Duke dan Ayensu, 1985).

Berdasarkan informasi yang telah diuraikan, maka dibuatlah makalah yang


berjudul Alkaloid Daun Kecubung (Datura metel. Linn) sebagai Anti Stres
Transportasi pada Domba.

1.2.

Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui kandungan senyawa aktif daun kecubung.


2. Mengetahui pengaruh ektrak daun kecubung terhadap domba yang
mengalami transportasi.

1.3.

Kegunaan
Kegunaan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah ilmu
khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Selain itu, guna memenuhi tugas mata
kuliah biokimia nutrisi ternak.

II
OBJEK GARAPAN

2.2. Teknik Isolasi dan Sifat Bioaktif Alkaloid


Daun kecubung segar yang telah dikumpulkan lalu dikeringkan pada suhu
50oC. Daun kering dihaluskan dengan blender kemudian ditimbang sebanyak 60
gram dan direndam dengan fosfat buffered saline (PSB) sebanyak 600 mL selama
24 jam pada suhu kamar dan kemudian disaring. Filtratnya dipekatkan
menggunakan rotary evaporator (Rotavapor R-210) pada 42-47 C. Residu dari
ekstrak yang diperoleh disimpan dalam botol tertutup dan disimpan dalam kulkas
(Damilare, 2010).
Alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut karena adanya pasangan elektron pada
nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron
pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa
daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari
reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah
isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung
dalam waktu yang lama.

2.3. Aksi Biokimiawi

Alkaloid tropane biasanya digambarkan sebagai senyawa anti-kolinergik,


karena kemampuannya untuk mengikat reseptor muskarinik asetilkolin dan
karenanya bertindak sebagai antagonis kompetitif pada reseptor ini (Brown dan
Taylor, 2006). Menurut distribusi organ, subtipe yang berbeda dari reseptor
muscarinic telah dijelaskan, dilambangkan M1 sampai M5. M1 menggambarkan
reseptor lokal dalam sistem saraf pusat, serta di kelenjar lambung dan ludah.
Reseptor M2 di atrium jantung, di otot polos saluran pencernaan serta dalam
sistem saraf pusat. Reseptor M3 mendominasi di kelenjar eksokrin termasuk
kelenjar ludah, terjadi pada saluran gastro-intestinal serta di mata, dan pada
endotelium pembuluh darah. Reseptor M4 yang terutama ditemukan dalam sistem
saraf pusat dan reseptor M5 ditemukan terutama di substantia nigra dari sistem
saraf pusat, di kelenjar ludah dan otot siliaris iris mata. Atropin diketahui memiliki
efek merangsang pada sistem saraf pusat, sedangkan skopolamin adalah depresan
sistem saraf pusat (Brown dan Taylor, 2006).

2.4. Alkaloid dalam Tubuh Ternak

2.5. Profil Perubahan Molekul/Senyawa dalam Tubuh sebagai Dampak


Pemberian Alkaloid

2.6. Profil Perubahan Respon Organ-organ sebagai Dampak Pemberian


Alkaloid
Tabel 2. Rata-rata Selisih Denyut Jantung Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
Dosis EDK
0
5
10
20
Rerata

Lama Perjalanan (Jam)


2
4
6
............................ kali / menit ............................
18,33
10,67
12,33
9,67
12,33
10
5,67
4,33
10
-6,67
-2
-2,67
6,75
6,33
7,41

Rerata
13,78
10,67
6,67
-3,78

Domba yang diberi EDK 20% tidak mengalami peningkatan denyut


jantung. Hal ini sejalan dengan pendapat Mutschler (1991), efek perifer dari
kandungan alkaloid dalam kecubung terutama antropin dapat memengaruhi
frekuensi denyut jantung.

Tabel 3. Rata-rata Selisih Respirasi Domba Garut Jantan yang


Ditransportasikan
Dosis EDK
0
5
10
20
Rerata

Lama Perjalanan (Jam)


2
4
6
............................ kali / menit ............................
11,67
10,33
13
6,33
12,67
11
2,33
3,33
11,33
-7
0,67
-3,33
3,33
6,75
8

Rerata
11,67
10
5,67
-3,22

Peningkatan nilai rerata selisih respirasi pada lama perjalanan empat dan
enam jam, kemungkinan besar disebabkan oleh adanya perubahan kenaikan suhu
lingkungan yang menyebabkan adanya respon fisiologis terhadap panas. Respon
fisiologis terhadap panas melibatkan perubahan pada respirasi dan pH darah,

konsentrasi ion plasma, fungsi kardiovaskuler dan perubahan hormonal


(Silinakove, 2000 dalam Marai, 2007).

IV
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Brown, J.H. and Taylor, P. 2006. Goodman & Gilmans The
Pharmacological
Basis of Therapeutics, 11th Ed., L.L. Brunton, J.S. Lazo and
K.L. Parker
(Eds.), McGraqw-Hill Med. Publ. Div., New York, p. 183-200.
Damilare, A., Adekomi, A.A., Tijani, O.K., Ghazal. 2010. Some Effects of the
Aqueous Leaf Extract of Datura Metel on the Frontal Cortex of Adult Wistar
Rats (Rattus Norvegicus). University of Ilorin, Nigeria. Eur J Anat, 14 (2): 83
89.
Dharma, A.R., 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta.
Duke, J.A. and E.S. Ayensu. 1985. Details of Over 1,200 Medicinal Plants of
China
and Brief Details of Their Uses. Often Includes an Analysis, or at Least a
List of Constituents. Heavy Going if You are not into the Subject.
Medicinal
Plants of China. Reference Publications, Inc., China.

Kartasapoetra, A., 1988. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Bina Aksara.


Jakarta.
Marai, I.F.M., A.A EL-Darawany., A. Fadiel., & M.A.M. Abdel-Hafez. 2007.
Physiological Traits as Affected by Heat Stress in Sheep-A Review. Small
Ruminan. Res., 71 : 1-12.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksologi. Institut
Teknologi Bandung. Bandung

Anda mungkin juga menyukai