Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

KONDISI K3 DI INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG YANG


MENGATUR K3 DI INDONESIA
Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah K3
PROGRAM STUDI (S1) TEKNIK SIPIL

DISUSUN OLEH :
NAMA

: REZA RAHMAD DHITYA

NIM

: C.111.14.0181

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat terselesaikan . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya sangat mengharapkan


saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaanmakalahini.

Semarang, 13 November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
SAMPUL...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI.iii
BAB I PENDAHULUAN.1
A. LATAR BELAKANG...1
B. PERMASAHAN1
BAB II PEMBAHASAN..2
A.
B.

KONDISI K3 DI INDONESIA2
UNDANG-UNDANG TENTANG K3....3
B.1 UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970........3

BAB III PENUTUP..8


A.
B.

KESIMPULAN....8
SARAN.8

DAFTAR PUSTAKA...9

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka

menimbulkan

konsekwensi

meningkatkan

intensitas

kerja

yang

mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.


Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu Undangundang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi
segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana kondisi keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di Indonesia sekarang dan apa peraturan yang mendasari adanya kesehatan
dan keselamatan kerja di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONDISI K3 DI INDONESIA
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan kurang dibandingkan dengan negara berkembang di Asian
Tenggara. Kurangnya pemahaman akan pentingnya K3 di setiap kegiatan pembangunan
mengakibatkan ketidak efektifnya suatu pembangunan. Tidak adanya K3 dalam proses
pembangunan akan mengakibatkan kerugian selama proses pembangunan seperti
kecelakaan kerja hingga merenggut korban jiwa. Dengan adanya kerugian tersebut akan
mempengaruhi kinerja para pekerja selama proses pembangunan.
Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Dengan terpenuhinya K3 selama proses pembangunan, maka akan meminimalisir
kerugian dan kecelakaan kerja yang terjadi.
Akhir-akhir ini terlihat adanya perkembangan yang cukup menggembirakan di
bidang K3 di Indonesia. Banyaknya universitas yang menyelenggarakan program studi
tentang K3 dan perusahaan yang menerapkan sistem manajemen K3, merupakan salah
satu indikator yang menunjukkan bahwa K3 sekarang ini sudah dipandang sebagai
salah satu kebutuhan penting dan bukan lagi merupakan kewajiban semata.

Akan tetapi perkembangan tersebut ternyata masih belum diikuti upaya yang
nyata dalam penerapannya di lapangan. Hal tersebut dikarenakan sampai sekarang
masih terdapat sejumlah masalah inti dalam K3 yang memerlukan penanganan serius
agar program K3 tidak berjalan di tempat dan potensi K3 tidak dapat diberdayakan
dengan dengan optimal. Pembenahan yang perlu dilakukan antara lain meliputi
pembaruan (amandemen) Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 terhadap pasal-pasal
yang dinilai sudah tidak relevan lagi, serta pembuatan skala prioritas terhadap
pelaksanaan program K3 dan pemberdayaan potensi K3 di lapangan. Pelaksanaan K3
memerlukan peran dari berbagai pihak yang terkait secara sungguh-sungguh dan
komprehensif agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Pemberlakuan sanksi bagi perusahaan yang tidak memberlakukan K3 di dalam
prosedur pembangunan dianggap perlu karena setiap pekerja mendapatkan hak berupa
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja selama proses pembangunan.

B. UNDANG-UNDANG TENTANG K3
UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan
mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar
proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

B.1 UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970


Undang-Undang nomor 1 tahun 1997 ini berisi tentang keselamatan kerja.
Meskipun judulnya disebut sebagai Undang-undang Keselamatan Kerja, tetapi materi
yang diatur termasuk masalah kesehatan kerja.
Undang-undang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang jelas untuk
keselamatan kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat perlindungan atas
3

keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan


meningkatkan produksi serta produktifitas Nasional; memberikan dasar hukum agar
setiap orang selain karyawan yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya
dan setiap sumber daya perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien dan
membina norma-norma perlindungan kerja yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
Ruang lingkup Undang-undang ini adalah keselamatan kerja di semua jenis dan
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-Undang ini berisi 11 bab dan 18 pasal yang mengatur keseluruhan aspek
dari keselamatan kesehatan kerja. Berikut ini adalah rangkuman per bab dari UndangUndang No. 1/1997
1. ISTILAH

Tempat Kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya; Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut;

Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri

Pengusaha: orang atau badan hukum yang memiliki atau mewakili pemilik suatu
tempat kerja.

Direktur: adalah Direktur Jendral Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawas


Norma Kerja (sekarang Direktur Jendral Bina Hubungan Industrial dan Pengawas
Ketenagakerjaan).

Pegawai Pengawas. Seorang pegawai pengawas harus mempunya keahlian khusus


yang dalam hal ini adalah menguasai pengetahuan dasar dan praktek dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja melalui suatu proses pendidikan tertentu.

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja: personel yang berada di luar


Departemen Tenaga Kerja, dan mempunyai keahlian khusus di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2. RUANG LINGKUP

Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

3. SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA


Dalam bab 3 pasal 1 ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d.memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
5

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;


m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

4. PENGAWASAN
Yang menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-Undang
adalah pengawas dan ahli keselamatan kerja. Direktur melaksanakan pelaksanaan umum
dan pengusaha membayar retribusi menurut undang-undang
5. PEMBINAAN
Pengurus yang menunjukkan dan menjelaskan semua tentang tempat kerja dan K3
kepada tenaga kerja baru dan dipastikan tenaga yang dipekerjakan sudah sesuai syaratsyarat.
6. PANITIA PEMBINA K3
Yang membentuk panitia pembina k3 adalah menteri tenaga kerja
7. KECELAKAAN
Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

8. KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA


Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
A. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli keselamatan kerja;
B. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
C. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
D. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
E. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
9. KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Bila memasuki tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja
dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
10. KEWAJIBAN PENGURUS
Pengurus wajib :
1. Menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan dalam undangundang di tempat kerja
2. Memasang gambar keselamatan kerja dan bahan pembinaan
3. Menyediakan dengan cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja, dan orang lain yang memasuki tempat kerja.
11. KETENTUAN PENUTUP
Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana
atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda setinggitingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif
terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah
untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja terdapat undang-undang dan peraturan yang
mengatur yaitu Undang-Undang NO. 1 Tahun 1970

B. SARAN
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola
secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia di masa depan,
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://arnaldowaric.wordpress.com/2014/01/19/makalah-kesehatan-dan-keselamatankerja-k3/
http://anditenriawaruu.blogspot.nl/
Notoatmodjo S, 2004 Pengantar Pendidikan Kesehatan dan IlmuPrilaku Kesehatan.
Andi Offset, Yogyakarta
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
https://konsulhiperkes.wordpress.com/2008/12/15/pelaksanaan-k3-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai