PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat
defisiensi (kekurangan) salah salah satu protein yang sangat diperlukan dalam
proses pembekuan darah. Protein ini disebut sebagai faktor pembekuan darah.
Pada hemofilia berat, gejala dapat terlihat sejak usia sangat dini (kurang dari satu
tahun) di saat anak mulai belajar merangkak atau berjalan. Pada hemofilia sedang
dan ringan, umumnya gejala terlihat saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan
operasi.(dr. Heru Noviat Herdata, 2008). Hemofilia adalah gangguan koagulasi
congenital paling sering dan serius. Kelainan ini terkait dengan defisiensi faktor
VIII, IX, atau XI yang ditentukan secara genetic. (Nelson, 2000)
ITP
atau
Imun
(Idiopatik)
Trombositopeni
Purpura
(Immune
Mahasiswa
dapat
memahami
patofisiologi
dari
Hemofilia danITP.
4
Mahasiswa
mampu
melakukan
penatalaksanaan
2.1.Definisi Hemofilia
Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang berkaitan
dengan defisiensi atau kelainan biologi faktor VII dan faktor IX dalam plasma.
(David Ovedoff, 2000).
Hemofilia adalah suatu kelainan perdarahan akibat kekurangan salah satu
faktor pembekuan darah. (Nurcahyo, 2007).
Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi
(kekurangan) salah salah satu protein yang sangat diperlukan dalam proses
pembekuan darah. Protein ini disebut sebagai faktor pembekuan darah. Pada
hemofilia berat, gejala dapat terlihat sejak usia sangat dini (kurang dari satu tahun) di
saat anak mulai belajar merangkak atau berjalan. Pada hemofilia sedang dan ringan,
umumnya gejala terlihat saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan operasi.(dr. Heru
Noviat Herdata, 2008).
Hemofilia adalah gangguan koagulasi congenital paling sering dan serius.
Kelainan ini terkait dengan defisiensi faktor VIII, IX, atau XI yang ditentukan secara
genetic. (Nelson, 2000).
2.2.Etiologi Hemofilia
Hemofilia disebabkan oleh mutasi :enetic. Mutasi gen yang melibatkan kode
untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala perdarahan timbul
karena pembekuan darah terganggu. Proses pembekuan darah melibatkan serangkaian
mekanisme yang kompleks, biasanya melibatkan 13 protein yang berbeda disebut I
dengan XIII dan ditulis dengan angka Romawi. Jika lapisan pembuluh darah menjadi
rusak, trombosit direkrut ke daerah luka untuk membentuk plug awal. Bahan kimia
ini rilis diaktifkan platelet yang memulai kaskade pembekuan darah, mengaktifkan
serangkaian 13 protein yang dikenal sebagai faktor pembekuan. Pada akhirnya,
3
terbentuk fibrin, protein yang crosslinks dengan dirinya sendiri untuk membentuk
sebuah mesh yang membentuk bekuan darah terakhir.
Hemofilia A disebabkan oleh gen yang defek yang terdapat pada kromosom X.
Hemofilia B (juga disebut Penyakit Natal ) hasil dari kekurangan faktor IX karena
mutasi pada gen yang sesuai.Hemofilia C adalah hemofilia yang disebabkan karena
kekurangan faktor XI diwariskan sebagai penyakit resesif autosom tidak lengkap
yang mengenai pria dan wanita. Kondisi ini lebih jarang daripada hemofilia A dan B
dan biasanya menyebabkan gejala ringan.
Hemofilia vascular terjadi pada kedua jenis kelamin yang diwariskan sebagai
trait autosom dominan. Hemofilia A lebih umum daripada hemofilia B. Sekitar 80%
dari orang dengan hemofilia adalah hemofilia A. Hemofilia B terjadi pada sekitar 1
dari setiap 25.000 sampai 30.000 orang. Sebuah subkelompok orang dengan
hemofilia B memiliki fenotipLeiden, yang dicirikan oleh hemofilia parah di masa
kanak-kanak yang meningkat saat pubertas. (Nelson, 2000).
2.3.Patofisiologi Hemofilia
Pada saat cedera terjadi robekan pada pembuluh darah synivium dan darah
akan terakumulasi di dalam sendi. Perdarahan akan terus berlangsung sampai tekanan
hidrostatik intra artikuler melebihi tekanan arteri dan kapiler dalam sinovium sendi.
Sebagai akibat efek tamponade ini akan menyebabkan iskemi pada synovium dan
tulang sub khondral. Dengan perdarahan berulang terjadi hyperplasia dan fibrosis
dari jaringan synovial. Proliferasi jaringan synovial akan membentuk pannus dan
pannus ini akan mengikis tulang rawan sendi daerah perifer dan menutupi serta
menekan permukaan tulang rawan di daerah tengah. Tulang rawan sendi juga akan
rusak akibat enzim proteolitik yang di hasilkan jaringan synovial yang mengalami
inflamasi di atas akan merusakkan tulang rawan sendi, di sampan itu juga akan terjadi
pembatasan ruang lingkup sendi dan kontraktur sendi akibat fibrosis kapsul dan
synovial sendi. Iskemi :enet juga akan menyebabkan terbentuknya kista sub
khondral tulang. (dr. Ifran Shaleh, SpBo, 2002)
Reaksi inflamasi juga menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sehingga memacu
pertambahan panjang tulang. Stimulasi pada pertumbuhan tulang ini bisa
menimbulkan :
1. Pertumbuhan yang asimetri sehingga menghasilkan deformitas varus atau
valgus.
2. Penutupan dini pertumbuhan tulang sehingga menghasilkan perpendekan
tungkai.
2.4. Klasifikasi Hemofilia
1.Hemofilia A
Hemofilia A (hemofilia klasik) kekurangan faktor VIII, mempengaruhi 1 dari
10.000 laki-laki. Hal ini ditularkan ke anak sebagai gangguan silang resesif
dari ibu ke anak. Cacat hemofilia A pada kromosom X bisa menyebabkan
kekurangan faktor VIII atau produksinya. Aktivitas faktor VIII pada hemofilia
A dibagi menjadi tiga kategori.
Kategori Hemofilia A
a) Hemofilia berat, menunjukkan konsentrasi faktor VIII kurang dari
1% normal, menyebabkan sering pendarahan, bahkan tanpa adanya
trauma.
b) Hemofilia Moderat menandakan konsentrasi VIII faktor 1-5%.
Penderita akan mengalami perdarahan kurang dari seseorang
dengan hemofilia berat.
c) Hemofilia ringan menandakan konsentrasi VIII faktor 5-35%, yang
biasanya menyebabkan perdarahan setelah trauma jelas. Beberapa
orang dengan hemofilia ringan memiliki hasil APTT normal.
2.Hemofilia B
Hemofilia B atau penyakit Christmas, sinyal kekurangan faktor IX dan
mempengaruhi di sekitar 40.000 laki-laki. Hemofilia B, seperti hemofilia A,
ditularkan dari ibu ke anak sebagai penyakit cross-linked resesif. Meskipun
hemofilia A dan B secara klinis tidak dapat dibedakan, kekurangan faktor
bentuk
dijelaskan
sebelumnya
hemofilia.
Seringkali
pasien
2.8.Pemeriksaan Diagnostik
Sebagian besar pasien dengan hemofilia memiliki riwayat keluarga yang
dikenal kondisi. Namun, sekitar sepertiga dari kasus terjadi tanpa adanya sejarah
keluarga yang dikenal. Sebagian besar kasus tanpa riwayat keluarga timbul karena
mutasi spontan pada gen terpengaruh. Kasus lain mungkin karena gen yang terkena
dampak yang melewati garis panjang wanita pengangkut.
Jika tidak ada riwayat keluarga hemofilia diketahui, serangkaian tes darah
dapat mengidentifikasi bagian mana atau protein faktor mekanisme pembekuan darah
rusak jika seseorang memiliki episode perdarahan abnormal.
The platelet (partikel darah penting untuk proses pembekuan darah)
menghitung harus diukur serta dua indeks pembekuan darah, waktu protrombin (PT)
dan diaktifkan waktu tromboplastin parsial (Aptt). Sebuah jumlah trombosit normal,
PT normal, dan Aptt berkepanjangan merupakan ciri khas dari hemofilia A dan
hemofilia B. Tes spesifik untuk faktor-faktor pembekuan darah kemudian dapat
dilakukan untuk mengukur kadar faktor VII atau faktor IX dan mengkonfirmasikan
diagnosis.
Pengujian :enetic untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi mutasi
khusus bertanggung jawab untuk hemofilia juga tersedia di laboratorium khusus.
(Muh. Andrian Senoputra, 2010).
2.9.Komplikasi
1.
Timbulnya Inhibitor
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda
asing yang masuk . Hal ini berarti segera setelah konsentrat faktor diberikan tubuh
akan melawan dan akan menghilangkannya. Hal ini mirip dengan apa yang terjadi
jika seseorang menerima organ yang dicangkok. Sistem kekebalan tubuh melihat
organ sebagai benda asing dan tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Orang yang
menerima organ cangkok perlu mendapat obat untuk menghentikan terjadinya hal ini.
Pada penderita hemofilia dengan inhibitor terhadap konsentrat faktor, reaksi
8
penolaksan mulai terjadi segera setelah darah diinfuskaan. Ini berarti konsentrat
faktor dihancurkan sebelum ia dapat menghentikan pedarahan. Ini merupakan
komplikasi hemofilia yang serius, karena konsentrat faktor tidak lagi efektif.
Pengobatan untuk perdarahan tidak berhasil. Penderita hemofilia dengan inhibitor
mempunyai risiko untuk menjadi cacat akibat perdarahan dalam sendi dan mereka
dapat meninggal akibat perdarahan dalam yang berat.
3. Kerusakan Sendi Akibat Perdarahan Berulang
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan berulang
di dalam dan di sekitar rongga sendi. Kerusakan yang menetap dapat disebabkan oleh
satu kali perdarahan yang berat (hemarthrosis). Namun secara normal, kerusakan
merupakan akibat dari perdarahan berulang ulang pada sendi yang sama selama
beberapa tahun. Makin sering perdarahan dan makin banyak perdarahan makin besar
kerusakan.
4. Infeksi Yang Ditularkan Oleh Darah
Dalam 20 tahu terakhir, komplikasi hemofilia yang paling serius adalah
infeksi yang ditularkan oleh darah. Di seluruh dunia banyak penderita hemofilia yang
tertular HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Mereka terkena infeksi ini dari
plasma, cryopresipitat dan khususnya dari konsentrat faktor yang dianggap akan
membuat hidup mereka normal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMOFILIA
3.1. Pengkajian
Pasien dengan hemofilia harus dikaji dengan teliti akan adanya perdarahan
internal (abdominal, dada, atau nyeri pinggang, darah dalam urin, usus, atau
muntahan), hematom otot, dan perdarahan dalam rongga sendi. Tanda vital dan hasil
pengukuran tekanan hemodinamika harus di pantau untuk melihat adanya tanda
hipovolemia. Semua ektremitas dan tubuh di periksa dengan teliti kalau ada tanda
hematom. Semua sendi dikaji akan adanya pembengkakan, keterbatasan gerak dan
nyeri. Pengukuran kebebasan gerak sendi di lakukan dengan perlahan dan teliti untuk
menghindari kerusakan lebih lanjut. Apabila terjadi nyeri harus segera di hentikan.
Pasien ditanya mengenai adanya keterbatasan aktivitas dan gerakan yang dialami
sebelumnya dan setiap alat bantu yang di pakai seperti bidai, tongkat, atau kruk.
Apabila pasien baru saja mengalami pembedahan, tempat luka operasi harus
sering di periksa dengan teliti akan adanya perdarahan. Perlu dilakukan pemantauan
tanda vital sampai dapat di pastikan bahwa tidak ada perdarahan pascaoperatif yang
berlebihan.
Semua pasien dengan hemofilia harus ditanya mengenai bagaimana mereka
dan keluarganya menghadapi kondisi ini, upaya yang biasanya di pakai untuk
mencegah episode perdarahan, dan setiap keterbatasan yang diakibatkan oleh kondisi
ini terhadapgayahidup dan aktivitas sehari-hari. Pasien yang sering dirawat di rumah
sakit karena episode perdarahan akibat cedera harus ditanya secara teliti mengenai
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya episode tersebut. Data tersebut sangat
penting untuk menentukan sejauh mana pasien mampu menerima kondisinya dan
penyuluhan apa yang perlu diberikan kepasien dan keluarganya mengenai upaya
pencegahan terhadap trauma.
3.2. Diagnosa Keperawatan
No
Diagnosa
Intervensi
Rasionalisasi
10
.
1
Keperawatan
Risiko
cedera Perdarahan pada anak 1.
(hemoragi)
yang berhenti yang ditandai
berhubungan
dengan tidak terlihat
dengan penyakit. perdarahan,
lingkar
area perdarahan tidak
bertambah, rasa nyeri
tidak
meningkat,
tanda-tanda
vital
sesuai usia, kadar 2.
faktor VII, IX, XI, XII
meningkat,
dan
penurunan
waktu
tromboplastin parsial.
Beri tekanan
langsung pada
tempat
perdarahan (mis.
abrasi atau
laserasi sekurangkurangnya 15
menit.
Pertahankan
agar area
terjadinya
perdarahan tidak
bergerak
(imobilisasi).
3.
Tingikan area
perdarahan diatas
tinggi jantung,
selama 12-24 jam.
1.Tekanan langsung
pada
tempat
perdarahan
dapat
meningkatkan
pembentukan
bekuan.
2.Imobilisasi
mengurangi
aliran
darah
ke
area
perdarahan
dan
mencegah
bekuan
keluar.
3.Meninggikan area
perdarahan
mengurangi
aliran
darah ke tempat
perdarahan
dan
meningkatkan
pembentukan
bekuan.
1.
Kompres area 4.Es
mempercepat
yang terkena
vasokontrisi.
dengan es.
2.
Beri
5.Pemberian
kriopresipitat
kriopresipitat
atau
atau konsentrat konsentrat faktor VII,
faktor VIII, IX,
IX,
XI,
XII
XI, XII sesuai
melengkapi
yang
pembentukan
diprogramkan.
bekuan.
Meminta
Izinkan orang tua orang tua atau anak
atau anak
memberi
obat
memberi obat
tersebut,
tersebut jika
memungkinkan
mereka
mereka
menginginkannya mempraktikkan
, dan juga
tehnik tersebut untuk
mengetahui cara penggunaan
di
pemberiannya.
rumah.
Apabila mereka
11
membutuhkan
pendidikan,
ajarkan mereka
cara menginsersi
selang intravena,
persiapkan lokasi
kulit, juga cara
memfiksasi
perangkat
intravena,
mempersiapkan
campuran
laarutan, dan
mulai pasang
infus.
3.
Pantau tanda
vital anak,
perhatikan setiap
tanda bradikardi,
takikardi,
penurunan
tekanan darah,
peningkatan
suhu. Laporkan
setiap tanda ini
dengan segera ke
dokter.
6.Tanda
ini
mengindikasikan
komplikasi
yang
potensial, termasuk
hipovolemia
sekunder
akibat
perdarahan
dan
beban sirkulasi yang
berlebihan,
atau
reaksi
transfuse
akibat
pemberian
kriopresipitat
atau
konsentrat
faktor
VIII, IX, XI, XII.
7.Setiap penambahan
panjang
keliling
lingkaranmengindika
sikan
perdarahan
berlanjut
sehingga
tempat perdarahan
harus diimmobilisasi
dan kompres es perlu
dilakukan. Menandai
kulit
dan
alat
pengukur yang sama
setiap
kali
pengukuran
memastikan
konsistensi.
4. Ukur lingkar
area
perdarahan,
beri tanda pada
kulit untuk
memastikan
8.Pemantauan nilaipengukuran
nilai
laboratorium
yang konsisten. ini,
membantu
Ukur kembali menentukan status
area tersebut pembekuan anak dan
setiap 8 jam, kebutuhan intervensi
menggunakan lebih lanjut.
alat ukur yang
sama.
9. Obat ini (tidak
12
5.
digunakan
secara
rutin) menghambat
destruksi bekuan.
Pantau faktor
VII, IX, XI, XII
anak dan kadar
PTT sekurang- 1.
kurangnya satu
kali sehari.
Laporkan
setiap kelainan
pada dokter.
Penderita
hemofilia
beresiko tinggi
mengalami
sindrom
imunodefisiensi
didapat akibat
penggunaan
obat intravena
dan produk
darah.
2.
Kortikosteroi
d mengurangi
peradangan;
asetat
desmopresin
menstimulasi
aktivitas faktor
VIII pada kasus
hemofilia A
ringan.
Nyeri
yang Anak
tidak 1.
berhubungan
menunjukkan tandadengan
tanda
nyeri
yang
perdarahan
dan ditandai oleh ekspresi
pembengkakan.
wajah relaks, ekspresi
rasa nyaman, mampu
tertidur, dan tidak ada
kebutuhan
obat
anlgesik.
Kaji tingkat
1.
nyeri anak dengan
menggunakan alat
pengkajian nyeri.
Pengkajian
ini memberi
data yang
sangat penting
bertujuan untuk
menentukan
keefektifan
intervensi
untuk
mengendalikan
rasa nyeri, dan
untuk
memantau
13
status
perdarahan
anak karena
nyeri yang
konsisten atau
meningkat,
dapat
mengindikasika
n perdarahan
berlanjut.
2.
Obat
analgesik dapat
meredakan rasa
nyeri (mode
kerja obat
bergantung
pada obat
spesifik yang di
gunakam). Obat
aspirin dan
salisilat lain
dapat
memperpanjan
g waktu
protombin dan
menghambat
agregasi
trombosit.
3
Hambatan
Anak
mampu 1.
mobilitas
fisik mencapai
ROM
yang berhubungan maksimum pada sendi
dengan penurunan yang terkena ditandai
ROM
akibat oleh
kemampuan 1.
perdarahan
dan melakukan
latihan
pembengkakan.
yang diprogramkan.
Anjurkan anak
untuk melakukan
latihan isometrik,
sesuai program.
Kaji kebutuhan
anak untuk
pengobatan nyeri,
sebelum memulai
setiap sesi latihan.
1.
Latiha
n isometrik
dapat
mempertaha
14
nkan
kekuatan
otot dengan
cara
menegangka
n otot-otot
tanpa
menggerakk
an sendi.
2.
Alatalat
penopang
membantu
mempertaha
nkan posisi
fungsional
dari otot dan
sendi, serta
mencegah
atau
mengurangi
tingkat
deformitas
fisik.
Latihan
ROM pasif
dan aktif
meningkatka
n tonus dan
kekuatan
otot sekitar
sendi, serta
membantu
mencegah
atrofi dan
ketidakmam
puan otot.
3.
membe
ri obat
analgesik
sebelum
latihan,
15
dapat
meningkatka
n rasa
nyaman dan
kerja sama.
4
3. Setelah setiap
episode
perdarahan,
imobilisasi area
16
perdarahan;
kemudian
tinggikan area
tersebut diatas
tingkat
jantung,
selama 12-24
jam dan
kompres
1.
Inspeksi
mainan anak
untuk melihat bila
ada tepi yang
tajam.
1.
Membe
ri pengaman
tempat tidur
mengurangi
risiko
cedera,
misalnya
memar yang
mungkin
terjadi
akibat
terantuk
tanpa
sengaja.
2.
Mengg
unakan
peralatan
protektif
membantu
mengurangi
risiko cedera
akibat jatuh
yang di
sebabkan
oleh
kecelakaan
atau
17
permainan
yang rutin di
lakukan.
Sikat gigi
yang berbulu
lunak
memiliki
kemungkina
n lebih kecil
mencederai
pada gusi.
3.
Menga
mbil darah
dengan cara
menusuk
jari, bukan
melalui
pungsi vena,
mengurangi
risiko
kehilangan
darah yang
berlebihan,
karena
diameter
kapiler lebih
kecil
daripada
vena dan
berisi lebih
sedikit
darah. Rute
subkutan
membutuhk
an ukuran
jarum yang
lebih kecil
sehingga
mengurangi
18
risiko
pengeluaran
darah dari
tempat
pungsi yang
lebih besar.
Juga,
jaringan
subkutan
mengandun
g lebih
sedikit
pembuluh
darah
daripada
otot.
4.
Tindak
an
immobilisasi
dan
meninggikan
area
perdarahan
sampai
diatas tinggi
jantung,
dapat
mengurangi
aliran darah
kearea
perdarahan,
dan
mencegah
keluarnya
bekuan
darah. Es
mempercepa
t
vasokontriks
i dan
mengurangi
rasa nyeri.
19
5.
3.3.
Maina
n bertepi
tajam dapat
melaserasi
atau
menusuk
kulit anak.
Evaluasi
2.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan mengenai masa depan dan
perubahangayahidup yang harus dilakukan.
3.
Berusaha mandiri.
4.
2.
3.
20
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA ITP
4.1. Definisi ITP
Idioptik trombositopenia purpura adalah penyakit yang mrnyerang segala
golongan usia, tetapi lebih umum terjadi pada anak-anak dan wanita muda.
Meskipun penyebab pasti belum diketahui, infeksi virus kadang mendahului penyakit
ini pada anak-anak. Dibentuk antibodi anti-trombosit; masa hidup trombosit menjadi
sangat pendek. Biasanya diagnosa ditegakkan dengan penurunan jumlah trombosit,
masa hidup, dan peningkatan masa perdarahan.ombocyto
Idiophatic Trombocytopenic Purpura merupakan kelainan autoimun dimana
auto antibody Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit. Tidak jelas apakah antigen
pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun antibody antitrombosit dapat
mengikat komplemen trombosit tidak rusak oleh lisis langsung. Insiden sering terjadi
pada usia 20 50 tahun yang lebih sering pada wanita dibanding laki laki (2 :1).
(Arief mansoer, dkk)
21
ITP juga bisa dikatakan merupakan suatu kelainan pada sel pembekuan darah
yakni trombosit yng jumlahnya menurun sehingga menimbulkan perdarahan.
Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam
kebiruan (Imran, 2008).
4.2. Patofisiologi
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) terjadi bila trombosit mengalami
destruksi secara prematur sebagai hasil dari deposisi autoantibody atau kompleks
imun. ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi.
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui,
meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada
umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 6 minggu
sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut,
kronik dan kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya
demam, perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.
4.3. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit
mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh
menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal,
antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk
kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel
keping darah tubuhnya sendiri. (Family Doctor, 2006). Meskipun pembentukan
trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP
disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh
sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui.
22
(ana
information
center,2008).
ITP
kemungkinan
juga
disebabkan
oleh
hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia,
pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi),
koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP
dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan penyakit
dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya
terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada
orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu, ITP juga terjadi pada
pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras, quinidine,
sulfonamides juga boleh menyebabkan Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda
penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang
berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan
dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini,
penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat
dari:
1
Hipersplenisme,
Infeksi virus,
Bahan kimia
Autoimnue.
4.4. Klasifikasi
4.4.1. ITP berdasarkan etiooginya dibagi menjadi 2 yaitu :
1 ITP primer (idiopatik)
ITP yang tidak diketahui penyebabnya
2.ITP sekunder
23
ITP Akut
ITP Kronis
Terjangkit pada umur 2 4 Terjangkit pada umur 20 40
Rasio L : P
Trombosit
Lama Penyakit
tahun
1 :1
Kurang dari 30.000/ mL
Kurang dari 6 bulan
tahun
1:2
30.000 100.000/ mL
Lebih dari 6 bulan atau
bertahun - tahun
24
25
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ITP
5.1. Pengkajian
Data subjektif
1. Identitas Klien
Nama klien
Umur
ITP kronik umumnya terdapat pada orang dewasa dengan usia ratarata 40-45 tahun.
Jenis kelamin
Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien ITP akut
sedangkan pada ITP kronik adalah 2-3:1.
Pekerjaan
Agama
Alamat
26
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama:
Ptekie
Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawah kulit,
keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak memucat bila
ditekan.
Nilai
ptekie kurang
dari
27
tanpa disertai saat pendarahan terjadi akibat kekurangan suplai darah tidak
seimbang dengan kebutuhan.
Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia
merupakan perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml.
Sedangkan metroragia yaitu terjadinyaperdarahan berupa bercak bercak
diluar siklus haid.
C. Riwayat penyakit dahulu
Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau
beberapa obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik
yang mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas,
rifampin).
D. Riwayat penyakit keluarga
ITP juga memiliki kecenderungan genetik pada kembar monozigot dan
pada beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan
menghasilkan autoantibodi pada anggota keluarga yang sama.
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Penderita dalam kelemahan, composmentis, apatis, stupor, somnolen, soporo
coma dan coma. Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan. Tanda vital :
suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah sistolik meningkat
dengan diastolik normal.
b. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
Breathing (B1)
Inspeksi:
Adanya
dispnea,
takipnea,
sputum
mengandung
darah,
28
peningkatan
lingkar
abdomen akibat
pembesaran
limpa. Adanya
29
Diagnosa
Intervensi
Hasil
Tujuan: Setelah di 1) Bina hubungan 1)
Keperawatan
Kerusakan
integritas
kulit lakukan
berhubungan
tindakan
keperawatan
pada
saling
percaya
klien
saat
pemeriksaan
jam menunjukkan
2)
integritas
kulit
catat
kulit,
perubahan
pada turgor
Kriteria Hasil:
-
Integritas
baik
kulit
dapat
dipertahankan
-
petekie,
ekimosis
dalam
luka atau
pelayanan
lesi pada
keperawatan
kulit
Kondisi
dipengaruhi
sirkulasi,
dan
3)Observasi kualitas
Evaluasi
kerjasama
Observasi 2)
perbaikan integritas
Rasional
kulit 2 Integritas
oleh
nutrisi,
imobilisasi.
Jaringan
menjadi
dapat
kulit baik
dapat
dipertahan
kan
mengident
muncul
terinfeksi
ifikasi
faktor
Pantau
30
pada kulit
-
Klien
sianosis
dapat
dan
dari
adanya
resiko
perubahan
pada
pendarahan
atau
mengidentifikasi
warna
kulit
dibawah
perilaku
termasuk
permukaan
perilaku
membrane mukosa
sebagai
dan kuku
ITP
untuk
mencegah cedera
dermal
kulit
untuk
deteksi
mencegah
cedera
5) Jelaskan gejala 4)
Sianosis
dermal
dari
proses
menunjukkan
penyakit
untuk
suplai
oksigen
ekimosis
pada
jaringan
berkurang
mencegah ansietas
6)
Berikan
kebersihan
lingkungan
4 Petekie atau
dan
muncul
secara
mendadak dapat
meningkatkan
hindari
resiko
kelembapan
pada
7) Batasi aktivitas
dan
cedera
kebersihan
dan
tajam
8)
Anjurkan
minimal
merupakan media
dan
pertumbuhan
mengubah posisi
organisme
perdaraha
n
ansietas
klien
terjadi
patogenik,
meningkatkan
resiko infeksi
7) Mencegah resiko
cedera yang akan
31
memperburuk
integritas kulit dan
pendarahan hebat
8)
Mencegah
komplikasi
dekubitus
yang
sangat
dikhawatirkan
2
Ketidakseimbang
Tujuan:
fokus
rendah
menentukan
klien
rencana
meningkat
berhubungan
ini
lanjutan
dengan
nutrisi
adekuat
dari keperawatan
nutrisi seimbang
intake
dan
tingkat
kehilangan
makan
meningkat.
badan,
untuk
tindakan
setelah 2 Tidak
berat
tindakan
yang
integritas
diberikan
kepada
mukosa
mulut,
tonus
klien.
2)
makan
mengalam
i
penurunan
Meningkatkan
BB
perut riwayat
nausea,
normal
atau
diare.
sehingga
menghabiskan
monitor
intake
meningkatkan
diprogram
perasaan
kan
di sediakan.
badan
vomitus
secara
terjadwal.
akan
nafsu
infeksi.
2)
Berikan 3)
perawatan
mulut
sebelum
dan
sesudah makan
3)
mulut,
Anjurkan
makanan
diet yang
menghabi
Meningkatkan
intake
mengikuti
kadar
protein
32
skan porsi
makan
makanan
sedikit
tinggi akan
meningkatkan
mekanisme tubuh
tinggi
dalam
protein
(TKTP)
proses
penyembuhan
membawa
makanan
rumah
dari
terutama
untuk
bersedia
meningkatkan
intake
makanan
penyembuhan
kebutuhan
Anjurkan
ahli
Menetukan
gizi
menetukan
pada
yang
untuk
klien
untuk 6)
komposisi diet
nutrisi
tepat
bagi
Vitamin
berfungsi
6) Programkan diet
untuk membantu p
kaya vitamin K,
enggumpalan
dominasi
darah
menu
sayur-sayuran
7)
hijau
memar-memar
7) Hindarkan dari
segala
jenis
makanan
pada
tubuh dan
memperburuk
gejala klien
mengandung MSG
8)
Menyebabkan
Monitor
8)
Mengontrol
keefektifan
pemeriksaan
tindakan terutama
laboratorium misal
dengan
kadar
33
BUN
serum
protein
dan 9)
albumin
sesuai indikasi
klien
Setelah 1) Bina hubungan 1)
Meningkatkan 1 TTV dalam
Tujuan:
aktivitas
dilakukan tindakan
saling
berhubungan
keperawatan
pada klien
dengan
selama 1 x 24 jam 2)
kelemahan fisik
klien menunjukkan
kemampuan pasien 2)
toleransi aktifitas
untuk
Kriteria hasil:
percaya
Observasi
kerjasama selama
batas
proses
normal
keperawatan
saat
Mengetahui
sebelum,
melakukan
tingkat intoleransi
selama
aktivitas
normal,
pasien, mempengar
dan
catat
laporan
uhi
sesudah
pilihan
Menunjukkan
kelemahan,
intervensi dan
melakuka
peningkatan
keletihan
program latihan
n aktifitas
toleransi aktivitas 3)
-
tubuh
Intoleransi
Meningkatkan
komposisi
9) Berikan vitamin
3
protein darah
Pantau TD, 3)
manifestasi 2 Kadar Hb
sesuai indikasi
kardiopulmonal
stabil dan
n saat
tidak
beraktivitas
selama
dan
mengalam
Kadar Hb dalam
sesudah aktivitas
batas normal
sebelum,
dan
4)
Berikan
lingkungan
yang
tenang dalam
paru
untuk
membawa jumlah
oksigen
penurunan
ke jaringan
4)
3 Klien
meningkatkan
proses
istirahat
keperawatan
menurunkan
peningkat
kebutuhan oksigen
an
tubuh
toleransi
sering
mengubah
posisi 5)
untuk
mengalam
Mencegah
dengan
perlahan
komplikasi
tanpa
gerakan
dekubitus
aktivitas
sesuai
yang
34
indikasi
menyentak
6)
Pantau
pusing
dan
kondisi
klien.
Gerakan
melakuka
n program
penurunan
menyentak
kesadaran
memicu hipotensi
yang
postural
dijadwalk
7)
Kolaborasi
dapat
secara
berkala
8)
atau
hipoksia serebral
Pantau
kadar
menyebabkan
hemoghlobin
pusing, berdenyut
secara teratur
dan
9)
Jadwalkan
program
resiko cedera
latihan 7)
sesuai indikasi
10)
peningkatan
Pantau
Mengetahui
jumlah
status
masing-
masing komponen
nutrisi
dan
darah
programkan
diet
hemoghlobin
terutama
8) Mengetahui kadar
hemoghlobin klien
yang berpengaruh
pada aktivitas yang
akan diprogramkan
9)
Meragsang
toleransi aktivitas
dengan
memberikan
latihan
secara
bertahap
10)
Status
nutrisi
35
latihan
an
berpengaruh pada
kemampuan klien
toleransi aktifitas.
Diet kaya zat besi
membantu
menstabilkan
kadar hemoghlobin
dalam darah
BAB VI
PENUTUP
36
6.1. Kesimpulan
Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi
(kekurangan) salah salah satu protein yang sangat diperlukan dalam proses
pembekuan darah. Protein ini disebut sebagai faktor pembekuan darah. Pada
hemofilia berat, gejala dapat terlihat sejak usia sangat dini (kurang dari satu tahun) di
saat anak mulai belajar merangkak atau berjalan. Pada hemofilia sedang dan ringan,
umumnya gejala terlihat saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan operasi.(dr. Heru
Noviat Herdata, 2008). Hemofilia disebabkan oleh mutasi :enetic. Mutasi gen yang
melibatkan kode untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala
perdarahan timbul karena pembekuan darah terganggu.
Klasifikasi Hemofilia: Hemofilia A, Hemofilia B, Hemofilia C, dan Penyakit
Von Willebrand. Hemophilia A terdiri dari Hemofilia berat, Hemofilia Moderat,
Hemofilia ringan
Manifestasi Klinis Hemofilia: Hemarthrosis, Mudah memar dan pembentukan
hematoma kulit dengan trauma ringan (misalnya suntikan), Pendarahan dari gusi dan
pendarahan yang berkepanjangan berikut luka ringan atau luka, Gastrointestinal
pendarahan, dengan hematemesis (muntah darah), darah samar dalam tinja, nyeri
lambung, atau sakit perut.
Penatalaksanaan pada pasien dengan Hemofilia antara lain: Transfuse periodic
dari plasma beku segar (PBS), Pemberian konsentrat factor VIII dan IX pada klien
yang mengalami perdarahan aktif atau sebagai upaya pencegahan sebelum
pencabutan gigi dan pembedahan, Hindari pemberian aspirin atau suntuikan secara
IM, Bidai dan alat ortopedi bagi klien yang mengalami perdarahan otot dan sendi,
Keluarga diajarkan bagaimana cara membersihkan konsentrat di rumah, pada saat
terjadi tanda tanda pertama perdarahan.
Komplikasi Hemofilia diantaranya: Timbulnya Inhibitor, Kerusakan Sendi Akibat
Perdarahan Berulang, Infeksi Yang Ditularkan Oleh Darah.
Idioptik trombositopenia purpura adalah penyakit yang mrnyerang segala
golongan usia, tetapi lebih umum terjadi pada anak-anak dan wanita muda.
37
Meskipun penyebab pasti belum diketahui, infeksi virus kadang mendahului penyakit
ini pada anak-anak. Dibentuk antibodi anti-trombosit; masa hidup trombosit menjadi
sangat pendek. Biasanya diagnosa ditegakkan dengan penurunan jumlah trombosit,
masa hidup, dan peningkatan masa perdarahan ombocyto.
Klasifikasi ITP berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2 yaitu: ITP primer
(idiopatik), ITP sekunder. ITP berdasarkan lama penyakit yaitu: ITP Akut dan ITP
Kronis. Komplikasi yang terjadi pada Hemofilia: Pendarahan intracranial (pada
kepala), kehilangan darah yang luar biasa, Efek samping dari kortikosteroid, Infeksi
pneumococcal.
38
WOC HEMOFILIA
Kerusakan darah atau berkontrak
pada kolagen
Fasfolipid Trombosit
Jaringan
Perdarahan
MK. Nyeri
HB
Suplai darah
ke jantung
Suplai darah
ke jantung
Aliran darah
tidak adekuat
Hipoksia
cerebral
CO
Kesadaran
menurun
O2 ke paru-paru
Kerja paru
Dispnea
MK
Gangguan
Disritmia
MK Resiko
injuri
MK Gangguan
perfusi jaringan
39
WOC ITP
Reaksi
Autoimun
Auto antibody
(Ig G)
Melekat pada
trombosit
Menyerang platelet
dalam darah
Dihancurkan oleh
makrofag, pengahancuran
trombosit berlebihan
Jumlah trombosit
menurun
Hemoragik
ITP
Perdarahan sukar
diberhentikan
Hb menurun
Evakuasi darah
berlebihan
Anemia
Hipoksemia
MK Kekurangan
cairan
Hipoksia
40
MK Kesadaran
menurun
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Daniels Rick, Nicoll Leslie. 2012. Contemporary Medical-Surgical Nursing 2nd
Edition. United States: Delmar
Dorland, W.A Newma. 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. EGC : Jakarta
Guyton, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.EGC : Jakarta
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
LeMone Priscila, Burke Karen. 2008. Medical-Surgical Nursing Critical Thinking in
Client Care 4th Edition. United States of America: Pearson
Waspadji, Sarwono. Soeparman. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Balai Peerbit
FK UI : Jakarta
41