Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tia Monica

NPM : 1506777505

Prinsip Penggunaan Obat pada Masa Menyusui


Selama menyusui ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang
membutuhkan obat. Banyak ibu yang sedang menyusui menggunakan obatobatan yang dapat
memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Pada proses menyusui,
pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat membahayakan
bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang
dapat menghalangi proses pengeluaran ASI antara lain misalnya estrogen.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI secara
farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada ASI (misalnya iodida) dapat
melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi
keracunan. Beberapa jenis obat menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital).
Obat pada ASI secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun
dalam konsentrasiyang sangat kecil pada efek farmakologi. Dengan demikian, perlu pemahaman
yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama
menyusui agar tidak membahayan ibu dan bayinya.
Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi di dalam ASI,
untungnya konsentrasi obat di ASI umumnya rendah. Pada umumnya kadar puncak obat di ASI
adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu
mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap
harus meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak
diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh
bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat (PC Binfar
Komklin, 2006).
Keseluruhan risiko obat terhadap bayi yang disusui tergantung pada konsentrasi obat
dalam darah bayi dan efek dari obat pada bayi. Setelah menilai risiko dan manfaat keputusan
menyusui saat ibu sedang menggunakan obat, maka efek samping pada bayi harus dipantau
seperti gagal tumbuh, lekas marah dan sedasi. Namun, sulit untuk mengidentifikasi efek samping

yang terjadi pada neonatus. Menyusui segera sebelum dosis dapat membantu untuk
meminimalkan paparan pada bayi. Konsentrasi obat dalam ASI cenderung mencapai titik
terendah menjelang akhir interval dosis.
Adapun prinsip penggunaan obat pada wanita menyusui adalah:
a. Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan memang diperlukan,
perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun bayinya.
b. Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan
c. Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar terhadap
paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum
berkembang, sehingga berisiko terjadi penimbunan obat
d. Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah kadar obat
terkecil yang sampai pada bayi
e. Hindari atau hentikan sementara menyusui
f. Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap
efek samping yang mungkin terjadi
g. Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data.
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat dinilai dengan
mempertimbangkan :
a. Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
b. Adanya metabolit aktif
c. Multi obat : adisi efek samping
d. Dosis dan lamanya terapi
e. Umur bayi
f. Pengalaman/bukti klinik
g. Farmakoepidemiologi data.
Contoh Obat yang Menghambat Laktasi
a. Oestrogen atau Kombinasi Oestrogen dan androgen/progesterone
Namun penggunaan kombinasi ini dilaporkan tidak berefek jika pengobatan dihentikan.
Penggunaan obat ini juga dapat meningkatkan resiko tromboemboli dan emboli paru.

b. Agonis dopamin sintetis


Bromocriptine merupakan Agonis dopamin sintetis derivat ergot penghambat prolaktin.
Dahulu digunakan sebagai terapi pada pasien parkinson. Selain memiliki beberapa efek
samping yang tidak menyenangkan, obat ini juga memiliki onset yang lama yaitu sekitar 10
sampai 14 hari untuk dapat menurunkan aktivitas prolaktin. Obat ini juga banyak
dihubungkan dengan penyebab terjadinya komplikasi purpura seperti kerusakan otak dan
infark myokard. Cabergolin & Lisuride juga merupakan Agonis dopamin yang dilaporkan
dapat menurunkan laktasi. Cabergoline memiliki keefektifan sama seperti Bromocriptine
dengan efek samping yang tidak seburuk Bromocriptine.
c. Clomiphene
Campuran antara Enclomiphene dan Zuclomiphene. Biasanya digunakan pada kegagalan
ovulasi pada pasien yang ingin hamil. Bekerja di hipotalamus dan menempati permukaan sel
dan reseptor intraseluler estrogen (ERs). Ini menyebabkan umpan balik negatif dari estrogen
menjadi terhambat. Penghambatan ini menurunan sekresi GnRH, FH, LH menyebabkan
pertumbhan folikel ovarium diikuti perontokan ovarium.
d. Pyridoxine
e. Prostaglandin E2
f. Antagonis serotonin ; Cyproheptadine, Methysergide, Metergoline
g. Obat yang mengandung gugus sulfihydryl

Anda mungkin juga menyukai