Anda di halaman 1dari 6

KALAM PERTAMA

OLEH: UMNAS
Para ulama telah sepakat bulat menuturkan bahwa kalam yang
pertama keluar dari lisan nabi Muhammad itu ialah yang rekamannya
berbentuk teks:

Jika rangkaian pada kalimat teks

diatas diartikan maka sebenarnya berbunyi: baca dengan nama


Tuhanmu yang mencipta. Artinya objek yang mesti dibaca itu ialah
yang dengan nama Tuhan, dan tidak boleh diartikan dengan
menyebut nama Tuhan oleh karena, pada teks tersebut tidak ada
tambahan

kata

qaul

atau

tilawat.

Sebagian

besar

ulama

menyebutnya sebagai teks yang tidak punya objek dengan alasan


bahwa susunan jar-majrur pada keterangan teks itu tidak bisa
dujadikan objek. Alasan itu tidaK relevan oleh karena perintah itu tidak
tersangkut dengan kaedah bahasa tetapi tersangkut dengan wujud
benda atau objek yang harus dibaca. Lagi pula secara mantiq
lughawi tidak mungkin ada perintah kemudian tidak ada objek dari
perintah itu. Adapun objek yang harus dibaca pada rangkaian teks
diatas adalah bismi rabbika. Jika tidak menggunakan keterangan
teks lain, teks ini belum dapat secara jelas ditentukan objeknya.
Namun setidaknya keterangan ayat atau teks yang kedua atau pada
ayat kedua, jelas menyebut manusia. Seolah keterangan ayat yang
kedua ini mengisyaratkan bahwa objek itu berkaitan dengan manusia
(insan). Sebut saja manusia yang harus dibaca, dengan begitu jelas
objeknya.
Kendati setelah ini harus ada pertanyaan apa yang ada pada
manusia itu yang harus dibaca. Ternyata keterangan teks lain
menjelaskan, bahwa dengan korelasi kata qaraa kita dibawa ke Q.s.
al-Isra/17:14, Bacalah kitab-catatanmu, cukuplah dirimu sendiri pada
hari ini sebagai penghisap atas dirimu sendiri. Yang jelas bahwa kitab

yang dimaksud dalam keterangan teks di atas adalah catatan yang


tidak pernah diturukan di atas kertas (Q.s. al-Anam/6:7).
Itu sebabnya kita tidak cukup mengenal arti dan tafsir dari
bismillah al-rahman al-rahim. Jika hanya mengerti tafsir yang literalistik
tak akan dapat membantu mengenal ontologi dari kalam yang pertama
turun itu. Kemudian pengenalan akan ontologi teks pertama dari Q.s.
al-Alaq itu mengharuskan kita memahami makna al-rahman dan alrahim pada rangkaian teks pertama dan kedua dalam Q.s. al-Fatihah/1.
Jika insan yang menjadi objek yang harus dibaca pada kasus ayat
pertama dari surat al-Alaq diatas, sesungguhnya untuk menemukan
wujud kepercayaan Allah yang sedang berada di dalam insan itu. Itulah
sesungguhnya bismi rabbika pada rangkaian kalam pertama itu harus
dicari wujudnya, bukan ditambah-tambah kata untuk memuaskan
ketidaktahuan. Apa sesungguhnya yang dengan nama

Tuhan.

Pisahkan dulu bahwa pada kalimat itu ada yang dengan nama Tuhan,
nama Tuhan, dan Tuhan.
Jadi ada bi, ada ism, dan ada rabb. Yang harus dicari untuk
dijadikan objek baca itu ialah bi itu apa, dan dialah dengan nama
Tuhan. Kemudian ditelusuri mengapa disebut dengan nama Tuhan, apa
itu nama Tuhan, apa hubungannya bi itu dengan ism, dan apa
hubungannya keduanya dengan rabb. Yang pasti untuk memahami ini
jangan

sodorkan

kaedah

bahasa

karena

Muhammad

yang

mengkalamkannya itu dulu tidak mengurai kaedah bahasa dan tidak


juga menjelaskan definisi, melainkan beliau langsung mengenalkan
dan menunujuk wujud bendanya. Setelah dapat wujud bendanya baru
cari tahu bagaimana cara membacanya. Pertanyaan-pertanyaan ini
sangat perlu untuk ditindaklanjuti dalam kupasan dan uraian yang
lebih khusus, atau bahkan moment yang lebih khusus pula. Sebab jika
sejumlah tanya ini terabaikan artinya tak akan tuntas untuk mengerti
kalam pertama kali keluar itu, dan jika itu terjadi maka rangkaian
kalimat-kalimat berikutnya pada teks-teks al-Quran itu sulit untuk

dipahami secara baik. Karena sesungguhnya bi itu bagian yang


sangat penting dari seluruh isi kandungan teks-teks al-Quran itu.
Bagian yang lain adalah sin dan mim ( ) pada satu kalimat
dalam ayat surat pada al-fatihah.
Harith bin Hisham, seorang sahabat Rasulullah s.a.w. pernah bertanya kepada
Baginda bagaimana wahyu diturunkan kepadanya. Rasulullah menjawab : Kadangkadang wahyu datang kepada-ku dengan gema (desingan) loceng dan ini amat berat bagiku, dan sementara bunyi itu hilang aku mengingati apa yang disampaikan kepada-ku.
Kadang ia datang dalam bentuk jelmaan malaikat kepada-ku menyerupai lelaki, bercakap
dengan-ku dan aku menerima apa saja yang disampaikannya kepada-ku.
Jumhur (Pendapat yang paling rajih atau sahih) setuju yaitu yang pertama
diturunkan ialah lima ayat pertama dari surah al-Alaq berdasarkan riwayat Aisyah yang
dicatatkan oleh Imam Bukhari, Muslim dan al-Hakim dalam kitab-kitab hadits mereka.
Aisyah r.a. menyatakan: Sesungguhnya permulaan wahyu datang kepada Rasulullah
s.a.w. melalui mimpi yang di waktu tidur. Mimpi itu jelas dan terang bagaikan terangnya
pagi hari. Kemudian dia gemar menyendiri dan pergi ke gua Hira untuk beribadah
beberapa malam dengan membawa bekal. Sesudah kehabisan bekal, beliau kembali
kepada isterinya Khadijah r.a., maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu
sehinggalah beliau didatangi dengan suatu kebenaran (wahyu) di gua Hira tersebut,
apabila seorang malaikat (Jibril a.s.) datang kepadanya dan mengatakan: Bacalah!
Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab: Aku tidak tahu membaca. Malaikat
tersebut kemudian memeluk-ku sehingga aku merasa sesak nafas, kemudian aku
dilepaskannya sambil berkata lagi: Bacalah! Maka aku pun menjawab: Aku tidak tahu
membaca. Lalu dia memeluk-ku sampai aku rasa sesak nafas dan dilepaskannya sambil
berkata: Bacalah! Aku menjawab: Aku tidak tahu membaca. Maka dia memeluk-ku
buat ketiga kalinya seraya berkata: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu yang
Maha Pemurah! Yang mengajar dengan perantaraan kalam dan mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya. Setelah berlaku peristiwa itu kembalilah Rasulullah s.a.w.
kepada isterinya Khadijah (membawa ayat-ayat ini) dengan tubuh menggigil
sehinggalah akhir hadith. (al-Hadith).

Imam-imam yang lain seperti al-Hakim dalam al-Mustadrak, al-Baihaqi dalam alDalail dan al-Tabrani dalam al-Kabir mengesahkan ayat tersebut adalah yang pertama
diturunkan.
Saat wahyu ini diturunkan Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira,
ketika tiba-tiba Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut. Adapun mengenai
waktu atau tanggal tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara para
ulama, sebagian menyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awal pada
tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat Ibnu Umar), sebagian lainnya pada
bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27 menurut riwayat Abu Hurairah, dan lainnya adalah
pada bulan Ramadhan pada tanggal 17 (Al-Bara bin Azib), 21 (Syekh Al-Mubarakfuriy)
dan 24 (Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo)
Diriwayatkan dari Aisyah, Ummul mukminin r.a., dia berkata:
Awal mula wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw, berupa
mimpi yang benar, ketika itu Rasulullah Saw, mendapatkan mimpi
yang benar seterang cahaya pagi, kemudian beliau senang berkhalwat.
Beliau berkhalwat di gua Hira untuk beribadah selama beberapa
malam sebelum beliau kembali kepada keluarganya. Rasulullah Saw
membawa perbekalan makanan untuk berkhalwat, lalu beliau pulang
menemui Khadijah untuk mengambil perbekalan lagi, sehingga ketika
berada didalam gua Hira, beliau tiba-tiba mendapat wahyu. Beliau
didatangi malaikat yang mengatakan, Bacalah! Rasulullah Saw
menjawab, Aku tidak bisa membaca, Kata Rasulullah Saw : Lalu
malaikat itu memelukku keras-keras sehingga nafasku terasa sesak,
kemudian dia melepaskanku, lalu dia katakan lagi, Bacalah! Aku
menjawab, Aku tidak bisa membaca. Dia memelukku lagi (kedua
kalinya) dengan keras sehingga nafasku terasa sesak, lalu dia
melepaskanku, kemudia katakan lagi, Bacalah! Aku tidak bisa
membaca. Dia

memelukku lagi (ketiga

kalinya) dengan keras

sehingga nafasku terasa sesak, lalu dia melepaskanku, kemudian dia


membacakan, Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah! Tuhanmulah Yang

Maha pemurah, (Q.s. al-Alaq). Kemudian Rasulullah Saw pulang


membawa wahyu dengan hati yang penuh ketakutan. Beliau menemui
Khadijah binti Khuwaylid r.a. Kata beliau, Selimutilah aku! Selimutilah
aku! Maka keluarga Nabi Saw menyelimuti beliau sehingga rasa takut
beliau hilang. Beliau ceritakan kepada Khadijah peristiwa yang telah
beliau alami. Kata beliau, Aku takut akan terjadi sesuatu pada diriku.
Khadijah menjawab, Demi Allah, tidak akan terjadi apa-apa. Allah
tidak akan membuatmu hina, karena engkau selalu menyambung
sanak kerabat, menolong fakir miskin, mrnghormati tamu, dan
membantu orang-orang yang tertimpa musibah.
Para jumhur ulama menyebutkan bahwa ayat yang pertama kali turun ialah surat
al-Alaq ayat 1-5.
Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling
Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al Alaq 1-5).
Surat al-Alaq diturunkan ketika rasulullah saw berada di gua hira , yaitu sebuah
gua dijabal nur, yang terletak kira-kira tiga mil dari kota Mekah. Ini terjadi pada malam
senin, tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari usia Rasulullah 13 tahun sebelum hijriyah.
Bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 M. malam turunnya al-Quran pertama kali di
lailatul qodar atau lailatul mubarakah, yaitu suatu malam kemuliaan penuh dengan
keberkahan.
Surat al-Alaq 1-5 menjelaskan jawaban gelisah dan kerisauan yang dialami oleh
nabi Muhammad SAW melihat realitas jahiliyah. Nabi risau dengan keadaan bangsa Arab
yang kesuku-sukuan, menuhankan patung dan berhala serta bermusuh-musuhan. Nabi
menepi dan bertahanus di gua hira sampai akhirnya turun wahyu. Allah memperkuat hati
nabi Muhammmad bahwa hanya kepada Allah SWT manusia bersandar dari segala
sesuatu. Allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Pada ayat berikutnya
Allah menunjukkan sifat Allah yang maha pemurah. Hanya kepada Allah manusia
meminta segala sesuatu. Berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah yang maha mulya.

Daftar Pustaka:
Asyaikh Muqbil. 2006. Shohih Asbabunnuzul. Depok Jabar: Meccah
Imam Az-zabidi. 2002. Ringkasan Hadist Shahih Al-Bukhari. Jakarta :
Pustaka Amani
M. Nasib Ar-Rivai. 2000. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Surah ashShaaffat-an-Naas), Jakarta: Gema Insani
M. Quraish Shihab. 2009. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan
Keserasian al-Quran). Jakarta: Lentera Hati
Syarif. 2011. Tafsir Tarbawi (Mengenal Ontologi Agama Berbasis
Hikmah), Pontianak: STAIN Pontianak Press

Anda mungkin juga menyukai