Paper Plasenta Previa Uyun
Paper Plasenta Previa Uyun
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa.
Oleh karena itu meskipun perdarahan yang pertama jarang, bahkan bisa dibilang tidak
berbahaya, namun bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan segera, maka akan
dapat terjadi perdarahan berulang yang akan mengancam keselamatan ibu dan
janinnya. Apalagi jika ibu menderita anemia sebelumnya, maka akan sangat rentan
terhadap perdarahan, walaupun perdarahannya tidak terlampau banyak.
Tranfusi darah merupakan penanganan utama untuk menangani kasus plasenta
previa, mengingat di Indonesia masih banyak daerah yang memiliki fasilitas yang
kurang memadai dan kurangnya stok darah di rumah sakit, untuk itu bila fasilitas
kesehatan ditempat pelayanan kesehatan tidak memadai untuk menangani kasus
plasenta previa maka secepatnya ibu dibawa ke pusat kesehatan yang memiliki
fasilitas untuk menangani kasus tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plasenta
Plasenta
adalah
struktur
yang
berfungsi
sebagai
media
Pada saat yang sama dengan pembentukan organ interna embryo, suatu sistem
membran
ekstraembryonic
yang
kompleks
juga
berkembang.
Membran
ekstraembryonic itu adalah amnion, yolk sac, allantois dan korion. Membranmembran ini bertanggung jawab dalam proteksi, respirasi, ekskresi dan nutrisi embrio
dan
selanjutnya fetus.
membran ekstraembrionik terpisah dari fetus dan dikeluarkan dari uterus setelah
kelahiran.
Jenis plasenta manusia adalah haemocorealis. Dilihat dari bentuknya, ada yang
seperti satelit (succenturiate), besar dan tebal (blattledore), tebal dan bulat
(circumvallate), serta bentukan di luar dagingnya (velamentous insertion of cord).
2.3 Implantasi Plasenta
Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan
disebut sebagai zigot. Kemudian terjadi pembelahan pada zygot sehingga
menghasilkan apa yang disebut sebagai blastomer, kemudian morula dan blastokist.
Pada tahap-tahap perkembangan ini zona pellusida masih mengelilingi.
Sebelum terjadinya implantasi, zona pellusida menghilang sehingga blastokist
menempel pada permukaan endometrium. Dengan menempelnya blastokist pada
permukaan endometrium maka blastosit menyatu dengan epitel endometrium. Setelah
terjadi erosi pada sel epitel endometrium, trofoblas masuk lebih dalam ke dalam
endometrium dan segera blastokist terkurung di dalam endometrium.
Implantasi ini terjadi pada daerah endometrium atas terutama pada dinding
posterior dari uterus. Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi
perubahan untuk menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi makan
kepada blastokist yang disebut sebagai desidua. Setelah terjadi implantasi desidua
akan dibedakan menjadi desidua basalis yang terletak antara blastokist dan
miometrium, kemudian desidua kapsularis yang terletak antara blastokist dan kavum
uteri, terakhir desidua vera yang merupakan sisa yang tidak mengandung blastokist.
Bersamaan dengan hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu degenerasi
fibrinoid yang terletak diantara desidua dan trofoblas untuk menghalangi trofoblas
lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi fibrinoid ini disebut sebagai lapisan
Nitabuch.
Pada perkembangan selanjutnya saat terjadi persalinan, plasenta akan terlepas
dari endometrium pada lapisan Nitabuch tersebut.
2.4 Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri,
pada kehamilan trimester terakhir khususnya pada bulan kedelapan.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim
yang dapat memberikan dampak yang sangat merugikan ibu maupun janin berupa
perdarahan, prematuritas dan peningkatan angka kesakitan dan kematian perinatal
2.5 Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan
angka kejadian plasenta previa.
Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh
berkurangnya wanita yang hamil dengan paritas tinggi.
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi.
2.6 Etiologi
Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti namun
dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya
serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya
plasenta previa.
Beberapa hal yang dihubungkan sebagai penyebab terjadinya plasenta previa
adalah:
1. Usia ibu
Pada wanita dengan umur > 35 tahun kejadiannya 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
2. Multiparitas
Pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan dengan
tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesarea
Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2 atau lebih operasi caesar
5. Merokok
6. Hipoplasia endometrium
Hal ini sering terjadi pada wanita yang menikah diusia muda
7. Kehamilan kembar
8. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
9. Tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
10. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
2.7 Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa digolongkan menurut hubungan plasenta terhadap pembukaan
serviks bagian dalam. Ada empat derajat abnormalitas yang diketahui :
menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta
terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan
segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan
plasenta pada tempat perlekatannya.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah
uterus dan pembukan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu
tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi
perdarahan.
Darah yang keluar berwarna merah segar, berbeda dengan darah yang
disebabkan oleh solutio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya adalah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
miometrium pada segmen uterus bawah untuk berkontraksi menghentikan perdarahan
tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala
III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka
semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta
previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru
berdarah setelah persalinan dimulai.
1. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak
Dapat dilihat dari perdarahan yang keluar pervaginam, apakah sedikit, banyak
atau darah beku
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul
atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Pemeriksaan Inspekulo
Akan tampak perdarahan yang berasal dari ostium uteri eksternum.
Pemeriksaan Letak Plasenta Tidak langsung
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan cara yang sangat tepat dimana
tidak akan menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janin, yaitu dengan USG
transabdominal. Rata-rata tingkat akurasinya adalah sekitar 96%.
Hasil positif-palsu sering disebabkan oleh distensi kandung kemih.
Karena itu, pemindaian ultrasonografi pada kasus yang tampaknya positif harus
diulang setelah kandung kemih dikosongkan.
Sumber kesalahan yang jarang adalah identifikasi plasenta yang
sebagian besar berimplantasi di fundus tetapi tidak disadari bahwa plasenta
tersebut besar dan meluas ke bawah sampai ke os serviks interna.
Pemeriksaan Letak Plasenta Secara langsung
Pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang paling
ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun
ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang
lebih hebat, infeksi juga menimbulkan his yang kemudian akan mengakibatkan
partus yang prematur.
Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika
terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang telah berulang, his
telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar janin.
Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan jika
dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi dengan
segera.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika
tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika
teraba bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta previa.
2.11 Penanganan
Penanganan plasenta previa dibagi menjadi 2 cara, yaitu :
Terapi Ekspektatif
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia
masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan
ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali.
Syarat terapi ekspektatif yaitu:
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
- Belum ada tanda-tanda in partu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
- Janin masih hidup.
Terapi Terminasi
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan
yang dapat menimbulkan kematian. Misalnya: kehamilan telah cukup bulan,
perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu:
Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat
tertutup kembali (tamponade pada plasenta).
Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim
sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain
itu seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan
segmen bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam.
Persalinan seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta
previa. Pada sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus
transversal. Karena perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam
plasenta anterior.
Indikasi dilakukannya persalinan seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
1. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal,
serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit
dikontrol.
2. Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan tidak
berhenti dengan tindakan yang ada.
3. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
Gawat janin maupun kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk
dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Tetapi apabila
dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio sesarea ditunda sampai keadaan
ibunya dapat diperbaiki, apabila fasilitas memungkinkan untuk segera memperbaiki
keadaan ibu, sebaiknya dilakukan seksio sesarea jika itu merupakan satu-satunya
tindakan yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang banyak pada plasenta previa
totalis.
2.12 Komplikasi
dini
sangatlah
penting
untuk
menentukan
prognosis
dan
merencanakan terapi. Setiap pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester dua
dan tiga, plasenta previa dan solutio plasenta harus selalu dicurigai. Kemungkinan ini
tidak boleh disingkirkan sampai pemeriksaan yang sesuai, termasuk USG jelas
membuktikan ketiadaannya. Pemeriksaan dalam tidak boleh dilakukan karena akan
memperberat perdarahan yang sudah terjadi.
Komplikasi terbesar untuk ibu adalah perdarahan dan syok akibat perdarahan,
sampai kematian. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi antara lain anemia karena
perdarahan. Untuk itu keadaan umum dan tanda vital adalah yang paling penting
untuk diketahui pada pasien dengan perdarahan pervaginam. Jika terjadi keadaan
tersebut, syok harus segara ditangani dan terminasi kehamilan diperlukan walaupun
janin imatur.
Kehamilan pada plasenta previa dapat diakhiri melalui persalinan pervaginam
ataupun perabdominal. Tetapi persalinan pervaginam hanya dapat dilakukan jika
plasenta hanya menutupi sebagian dari jalan lahir.
Persalinan prematur adalah causa utama kematian perinatal walaupun sudah
dilakukan penatalaksanaan menunggu pada plasenta previa. Untuk memperkecil
kematian perinatal maka bayi prematur harus dirawat secara intensif setelah lahir.
3.2 Saran
-
kelahiran dapat
Plasenta previa sering terjadi pada usia lanjut dan multiparitas. Edukasi tentang
faktor predisposisi
kehamilan selanjutnya.
LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 33 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: S1
Alamat
Nomor RM
: 23.84.71
Tanggal Masuk
: 15-09-2015
Pukul
: 10.15 WIB
Identitas Suami
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 31 Tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SLTA
Alamat
ANAMNESA
Ny. R , 33 tahun, G3P2A0, Islam, Jawa, S1, IRT, istri dari Tn. A, 31 tahun,
Islam, Jawa, SLTA, Wiraswasta, Asrama TNI, Jl. Durian No. 19B, Medan datang ke
Rumah Sakit Haji Medan pada tanggal 15 September 2015 pukul 10.15 WIB dengan:
KU
Telaah
21.00 WIB. Hal ini sudah dirasakan 3x selama kehamilan. Pasien juga
mengeluhkan perutnya mulas-mulas namun belum sering. Riwayat persalinan
normal. Keluar lendir darah (+), Keluar air-air dari kemaluan (-). BAK (+) N
dan BAB (+) N.
RPT
: (-)
RPO
: (-)
ANC
Riwayat KB
: KB Suntik 1 Bulan
Riwayat Operasi
: tidak pernah
HPHT
: 19/11/2014
TTP
: 12/09/2015
Anamnesa Ginekologik/keluarga
Menarche
: 13 tahun
HPHT
: 19-11-2014
Haid
TTP
: 12-09-2015
Dysmenorrhea
: (-)
Flour albus
: (-)
Lain-lain
: (-)
Riwayat persalinan:
1. Perempuan, 7 tahun, Aterm, 3100 g, 50 cm, Klinik Bidan
2. Perempuan, 2,9 tahun, Aterm, 3000 g, 49 cm, Klinik Bidan
3. Hamil ini
: (-)
Tuberculosis
Hipertensi
: (-)
Penyakit lain
: (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Sens
: CM
Anemis
: (-/-)
TD
: 120/80 mmHg
Ikterik
: (-/-)
HR
: 80 x/i
Dyspnoe
: (-)
RR
: 20 x/i
Sianosis
: (-)
: 37,0C
Oedem
: (-)
: (-)
: (-)
TB
: 155 cm
BB
: 54 kg
Status Lokalisata
Keadaan gizi: Baik
Tenang/gelisah: Tenang
Cor : Bunyi Jantung normal, reguler, bunyi tambahan (-)
Pulmo: Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Status Obstetrikus
Abdomen
Fundus uteri
Bagian tegang
Bagian terbawah
Turunnya
Gerak
S.B.R
Ring v.bandl
D.D.J
Taksiran BB anak
Formula Johnson
Osborn
Gerak janin
HIS
: Membesar, Asimetris
: 3 jari dibawah processus xypoideus (32 cm)
: Teregang di kiri
: Kepala
: 1/5
: (+)
: Tidak dapat dinilai
: Tidak dapat dinilai
: 132x/i
: 2600-2800 gram
: (+)
: (+)
:-
Status Ginekologis
Tanggal
Jam
Dokter/Bidan
Indikasi
Pembukaan
Cervix
Efficement
Selaput Ketuban
Bagian Terbawah
Turunnya
Posisinya
Caput
Promontorium
Lin.Inominata
Sacrum
S.Ischiadica
Arcus Pubis
Cocccigeus
Vagina
Vulva
: 15 September 2015
: 10.30 WIB
: PPDS
: Menilai adekuasi panggul dan pembukaan
: (-)
: tertutup
: 0%
: Tidak dapat dinilai
: Kepala
: TDN
: TDN
: TDN
: Tidak Teraba
: Tidak Teraba
: Cekung
: Tidak Teraba
: Tumpul
: Mobile
: DBN
: DBN
Sarung Tangan
Mekonium
Kesan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS
- Janin tunggal, presentasi kepala, anak hidup
- FM (+), FHR (+)
- Plasenta: Kesan Menutupi OUI
- BPD : 90.9 mm
- AC : 319.2 mm
- FL : 71.4 mm
- AFI : air ketuban cukup
- EFW : 3.349 gram
- Kesan : IUP (37 week 2 day) + Janin Tunggal + Plasenta Previa Totalis + JH
Hasil Laboratorium (Tanggal 15 09 2015, Pukul: 10.27 WIB)
Hematologi
Darahrutin
Hemoglobin
Hitung eritrosit
Hitung leukosit
Hematokrit
Hitung trombosit
Nilai
12,5
4,7
8600
36,4
271.000
Index Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Nilai Rujukan
Satuan
12 16
g/dl
3,9 - 5,6
10*5/l
4,000- 11,000
/l
36-47
%
150,000-450,000 /l
77,7
26,4
34,0
80 96
27 31
30 34
13
01
2 6
5375
2045
48
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu
: 96 mg/dL
fL
pg
%
%
%
%
%
%
%
Nilai Rujukan
< 140
DIAGNOSA
MG + KDR + Plasenta Previa Totalis + PK + JH + Postdate
Konsul ke dr. Yuri A. Sp.OG
Advis:
-
Merujuk ke ruang VK
PPDS Lapor Kembali
Lab. Lengkap
LAPORAN PERSALINAN
Operator
Tanggal
Jam
sampai
menembus
hingga bersih.
Keadaan umum ibu post operasi : stabil
Instruksi : Awasi vital sign, kontraksi dan tanda tanda perdarahan
FOLLOW UP
1. 16 September 2015
Keluhan
Vital sign:
Anemis
: -/-
TD : 100/70 mmHg
Ikterik
: -/-
HR : 7 x/menit
Sianosis
:-
RR : 20 x/menit
Dypsnoe
Temp : 37,0 OC
Oedem
Abdomen
TFU
P/V
: (-)
Lochia rubra
: (+)
L/O
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
Dx
Terapi
:: -/-
Keluhan
Vital sign:
Abdomen
Anemis
: -/-
TD : 100/70 mmHg
Ikterik
: -/-
HR : 72x/menit
Sianosis
:-
RR : 20 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp : 37,0 OC
Oedem
TFU
P/V
: (-)
Lochia rubra
: (+)
L/O
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
: -/-
Dx
Terapi
2. 17 September 2015
Keluhan
Vital sign:
Abdomen
Anemis
: -/-
TD : 100/60 mmHg
Ikterik
: -/-
HR : 80x/menit
Sianosis
:-
RR : 20 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp : 36,5 OC
Oedem
: -/-
TFU
P/V
: (-)
Lochia rubra
: (+)
L/O
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
Dx
Terapi
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
Inj. Vicilin 1 gr/ 8 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Aff Kateter
Aff Infus dan Three Way
Rencana PBJ
3. 18 September 2015
Keluhan
Vital sign:
Anemis
: -/-
TD : 110/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR : 76x/menit
Sianosis
:-
RR : 20 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp : 36,5 OC
Oedem
: -/-
Abdomen
TFU
P/V
: (-)
Lochia rubra
: (+)
L/O
BAK
: (+) Normal
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
Dx
Terapi
Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Grahabion 2 x 1
GV
PBJ
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan Edisi 4, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwonoprawirojardjo. 2009.
2. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2, Jakarta. EGC. 1998
3. Implantasi Plasenta Normal dan Abnormal, Article Last Updated: 2012.
http:/www.digilib.unsri.ac.id/download/implantasi plasenta normal dan abnormal.pdf
4. Rachimhadji T., Wiknjosastro G.H., Ilmu Kebidanan: Pembuahan, Nidasi dan
Plasentasi, Plasenta dan Cairan Amnion, 4th ed, 2008, Jakarta, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, pg 143-155
5. Aghajanian P., Ainbinder SW., Akhter MW., Andrew DE., Anti D., Archie CL., eds.LANGE: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology: MaternalPlacental-Fetal Unit; Fetal & Early Neonatal Physiology, 10th ed, 2007, McGraw-Hill
Companies, USA, pg 1-11