Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
II.
Judul Praktikum
: Pengujian Efek Analgesik
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa :
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek
analgetik suatu obat
2. Memahami dasar-dasar perbedaan daya analgetik berbagai obat analgetik
3. Mampu memberikan pandangan mengenai kesesuaian khasiat yang dianjurkan
III.
IV.
HASIL PENGAMATAN
Jumlah geliat per mencit
Kelompok
Asam
mefenamat
Aspirin
Ibuprofen
Paracetamol
Diklofenak
Antalgin
Kontrol
Mencit
1
Mencit
2
Mencit 3
Mencit
4
Ratarata
%
proteksi
146
74
26
186
108
26,38
118
42
70
113
62
67 99
116
36
140
44
8
84
0
86
24
49
28
106
145
51
83
83
155
85
77,25
71,25
72,25
45,25
146,7
42,058
47,34
51,43
50,75
69,15
16
20
V.
PEMBAHASAN
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan
(ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi
dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan
sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan ambang
toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni
pada 44-450C (Tjay, 2007).
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri dirasakan untuk
pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat orang merasakan
nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Tjay, 2007).
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay, 2007). Kesadaran akan perasaan
sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan
reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri
(analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan
perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh
rangsangan sakit.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yaitu fungsinya
adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di
dalam tubuh, seperti peradangan, infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab
rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang
disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput
lendir,atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui
saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke
thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan
sebagai nyeri.
Obat-obat analgetik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan atau
mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik, atau kimiawi di pusat
perifer atau dengan cara menghambat pembentukkan prostaglandin sebagai mediator sensasi
nyeri. Kelompok obat ini terbagi ke dalam golongan analgetik kuat (analgetik narkotik) yang
bekerja sentral terhadap system syaraf pusat, dan golongan analgetik lemah (analgetik nonnarkotik) yang bekerja secara perifer.
Pada pemakaian yang tidak hati-hati obat-obat dalam kelompok pertama dapat
menimbulkan ketergantungan, sedangkan obat-obat dalam kelompok kedua adakalanya
memiliki pula efek antipiretika di samping efek analgesik seperti asetosal, dan efek anti
radang seperti phenolbutazon. Di samping itu ada beberapa obat yang meskipun tidak
digolongkan analgetik, bekerja secara spesifik untuk meringankan penderitaan nyeri seperti
ergotamin, senyawa-senyawa nitrit dan kolkhisin.
Pada waktu mengevaluasi efek obat analgetika perlu diperhatikan bahwa metodametoda ekperimental yang ada tidak selalu dapat mendiskriminasikan dengan baik antara
obat yang potensial dan yang tidak potensial sebagai analgetik pada manusia. Kesulitan
disebabkan pula karena tidak semua tipe nyeri dapat direproduksi secara eksperimental.
Secara umum dianggap bahwa potensi suatu analgetika dapat dievaluasi dengan baik secara
ekperimental dalam orang sehat sehingga eksperimen-eksperimen untuk maksud ini selalu
direncanakan untuk situasi klinik.
1. Asam mefenamat merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi non-steroid. Obat
ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah, serta mengurangi
inflamasi atau peradangan. Contoh rasa sakit akibat inflamasi yang umumnya dapat
diatasi dengan asam mefenamat adalah artritis, nyeri menstruasi, serta nyeri setelah
operasi. Selain mengatasi nyeri menstruasi, obat ini juga dapat digunakan untuk
mengurangi volume pendarahan yang parah saat menstruasi. Asam mefenamat
berfungsi menghambat enzim yang memroduksi prostaglandin. Prostaglandin adalah
senyawa yang dilepas tubuh dan menyebabkan rasa sakit serta inflamasi. Dengan
menghalangi produksi prostaglandin, asam mefenamat akan mengurangi rasa sakit
dan inflamasi. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dyspepsia,
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada
usia lanjut efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain yang
berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi. Anemia
hemolitik pernah dilaporkan (Syarif, 2012).
asetil
sering
nyeri
salisilat (asetosal)
digunakan
sebagai
adalah
senyawa
demam),
dan
anti-
inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan
dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin
dapat menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara mengasetilasi gugus aktif
serin dari enzim siklooksigenase. Trombosit sangat rentan terhadap penghambatan
enzim siklooksigenase karena trombosit tidak mampu mengadakan regenerasi enzim
siklooksigenase.
Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi
akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utama
merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi. Efek samping terhadap saluran cerna
lebih ringan dibandingkan dengan aspirin atau naproksen (Syarif, 2012).
Tujuan
dari
percobaan
kali
ini
adalah
mengenal,
mempraktekkan,
dan
membandingkan daya analgetika dari obat parasetamol, asam mefenamat, diklofenak, aspirin,
antalgin dan ibuprofen menggunakan metode induksi kimia. Percobaan ini dilakukan
terhadap hewan percobaan, yaitu mencit. Metode induksi kimia digunakan berdasar atas
rangsang nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk penetapan daya
analgetika.
Percobaan dilakukan dengan memberikan obat-obat analgetik tersebut pada mencit
secara oral terlebih dahulu. Dosis yang diberikan telah disesuaikan dengan bobot masingmasing mencit dan volumenya tidak melebihi batas maksimum untuk oral yaitu 1 ml. Setelah
diberi obat, mencit diinduksi dengan asam asetat 0,5% sebanyak 0,2 ml secara i.p
(intraperitoneal) 30 menit setelah pemberian obat. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal
karena untuk mencegah penguraian asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ
tertentu. Selain itu, larutan asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika
diberikan melalui rute lain, misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat
tidak tahan terhadap pengaruh asam.
Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit karena diketahui bahwa obat yang
telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri.
Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1 % mencit menggeliat
dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Mencit diamati dan dihitung
jumlah geliatnya setiap 5 menit dengan waktu pengamatan selama 60 menit.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, obat analgetik yang memiliki
tingkat proteksi tertinggi terhadap nyeri adalah antalgin dengan persentase 69,15%,
sedangkan persentase yang terendah adalah asam mefenamat yaitu 26,38%. Hasil yang
didapat pada praktikum ini kurang sesuai karena seharusnya asam mefenamat mempunyai
efek analgetik yang sangat baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah sulitnya pemberian obat pada mencit sehingga dosis yang masuk ke dalam
tubuh mencit menjadi berkurang.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, obat analgetik yang memiliki
tingkat proteksi tertinggi terhadap nyeri adalah antalgin dengan persentase 69,15%,
sedangkan persentase yang terendah adalah asam mefenamat yaitu 26,38%.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
http://september.ucoz.com/farmakologi/Analgetik.pdf
https://www.scribd.com/doc/116393101/Farmakologi-Analgetik
www.academia.edu/6499170/Laporan_farmakologi_2
Syarif, Amir, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
Tjay Tan , dan Tahardha Kirana. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Cara,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya, Edisi Keenam. Jakarta: PT.
ELEX MEDIA KOMPUTINDO.