Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.
Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar,
perlu perawatan yang lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap, sehingga
penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari tim spesialis bedah ( bedah plastik, bedah toraks, bedah anak ),
intensitas, spesialis penyakit dalam (khususnya hematologi, gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri,
dan psikolog, namun celakanya seringkali menimpa orang-orang yang tidak mampu.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi
lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk
mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi
di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka
bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak
fase awal sampai penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya,
terutama pada anak-anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik
yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan.Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001). Luka bakar merupakan
ruda paksa yang disebakan oleh tehnis. Kerusakan yangterjadi pada penderita tidak hanya mengenai kulit saja, tetapi juga organ lain.
Penyebab ruda paksa tehnis ini berupa api, air, panas, listrik, bahkan kimia radiasi, dll. Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas
kulit atau mukosa terputus akibat trauma api, air panas, uap metal, panas, zat kimia dan listrik atau radiasi.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab
kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365). Apabila luka bakar digolongkan berdasarkan usia pasien dan jenis cedera
maka polanya adalah:
1.
2.
3.
4.

Toddler lebih sering menderita luka bakar akibat tersiram air panas
Anak-anak yang lebih besar lebih cenderung mengalami luka bakar akibat api
20% dari semua kasus pediatrik dapat disebabkan oleh penganiaan anak (Herndon dkk,1996)
anak-anak yang bermain korek api atau pemantik api menyebabkan 1 dari 10 kasus kebakaran rumah.

Luasnya destruksi jarinang ditentukan dengan mempertimbangkan intensitas sumber panas, durasi kontak atau pajanan,
konduktifitas jariangan yang terkena, dan kecepatan energi panas meresap kedalam kulit. Pajanan singkat terhadap panas berintensitas
tinggi akibat api dapat mengakibatkan luka bakar yang sama dengan luka bakar akibat pajanan lama terhadap panas berintensitas dalam air
panas.( wong,2008)
B. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ketubuh. Panas tersebut mungkin dipindankan melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara
dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas
dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
1.
Keluasan luka bakar

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kedalaman luka bakar


Umur pasien
Agen penyebab
Fraktur atau luka luka lain yang menyertai
Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, dll
Obesitas
Adanya trauma inhalasi

C. Patofisiologi
Cedera panas menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang berkaitan dengan luasnya destruksi jaringan. Pada luka bakar
suferfisial, kerusakan jaringan minimal. pada luka bakar ketebalan/sebagian terjadi edema dan kerusakan kapiler yang lebih parah. Dengan
luka bakar mayor lebih dari 30% TBSA, terdapat respons sistemik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, yang
memungkinkan protein plasma, cairan, dan elektroloit hilang. Pembentukan edema maksimal pada luka kecil terjadi sekitas 8 sampai 12
jam setelah cedera. Setelah cedera yang lebih besar, hipovolemia, yang dikaitkan dengan fenomena tersebut, akan melambatakan laju
pementukan edema, dengan efek maksimum terjadi pada 18 sampai 24 jam.
Respon sistemik lainnya adalah anemia, yang disebabkan oleh penghancuran sel darah merah secara langsung oleh panas,
hemolisis sel darah merah yang cedera, dan terjebaknya sel darah merah dalam trombi mikrovaskular sel-sel yang rusak. Peneurunan
jumlah sel-sel darah merah dalam jangka-panjang dapat mengakibatkan pengurangan masa hidup sel darah merah. Pada awalnya terdapat
peningkatan aliran darah ke jantung, otak, dan ginjal dengan penurunan aliran darah ke saluran gastrointestinal. Terdapat peningkatan
metabolisme untuk mempertahankan panas tubuh, yang disediakan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi tubuh.(wong,2008)
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem
kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartmentintravaskuler
kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah
dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem
gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume
vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada
ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.
Respon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak
vital. Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan
katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk
kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan
injury jaringan. Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung
untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan
jaringan yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial
dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium
dalam intravaskuler.
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada anak dan perpindahan cairan setelah injury
thermal.

Dalam 24 jam pertama


Luka Bakar
Meningkatnya permeabilitas kapiler
Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi
ke dalam rongga interstisial : hypoproteinemia, hyponatremia, hyperkalemia
Hipovolemi
Syok

Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam


Edema jaringan yang terkena luka bakar
Compartment intravascular
Hypervolemia, hypokalemia, hypernatremia

D. Jenis-jenis Luka Bakar


a)

Luka bakar listrik


Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang
sering memasukkan bnda konduktif kedalam colokan listrik dang menggigit atau mengisap kabel listrik yang tersambung(herndon
dkk,1996)
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh
karena adanya loncatan arus listrik atau karena ledakan tegangan tinggi antara lain akibat petir. Arus listrik menimbulkan gangguan
karena rangsangsan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka
bakar pada jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka
bakar yang dalam, arus bolak balik menimbulkan rangsangan otot yang hebat berupa kejang kejang. Urutan tahanan jaringan
dimulai dari yang paling rendah yaitu saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendo dan tulang. Pada jaringan yang tahanannya tinggi akan
lebih banyak arus yang melewatinya, maka panas yang timbul akan lebih tinggi. Karena epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan
kaki mempunyai tahanan listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi juga lebih berat bila daerah ini terkena arus listrik.
Ada dua jenis luka bakar listrik:
Luka bakar listrik kecil, yang biasanya ditimbulkan oleh gigitan kabel penyambung. Cedera ini menyebabkan luka bakar mulut
setempat, biasanya meliputi bibir atas dan bawah, yang berhubungan langsung dengan kabel peyambung. Karena bukan
merupakan cedera konduksi ( tidak meluas keluar dari tempat cedera), anak tidak perlu rawat inap dan perawatan ditujukan pada
daerah cedera yang kelihatan. Pengobatan dengan krem antibiotic sudah cukup.
Luka bakar kabel tegangan tinggi. Penderita harus dimandokkan tampa memandang luasnya daerah yang terbakar. Sering terjadi
cedera otot dalam yang tidak selalu dapat dilihat pada awal terjadinya cedera luka bakar. Cedera ii biasanya barasal dari
tegangan tinggi ( > 1000 volt). Misalnya pada anak kecil yang memanjat tiang listrik dank arena keingintahuannya menyentuh
kotak listrik atau secara tidak segaja menyentuh kabel listrik tegangan tinggi. (Bherman,1996)

b) Luka bakar kimia


Luka bakar akibat zat kimia teramati pada populai pediatrik dan dapat menyebabkan luka bakar yang luas. Tingkat keparahna
cedera dikaitkan dengan agen kimia(asam, basa, atau senyawa organik) dan durasi kontak. Mekanisme cedera berbada dengan luka
bakar lainnya, perbedaannya yaitu terdapat gangguan kimia dan perubahan kandungan fisik pada area tubuh yang terkena.
(wong,2008).
Luka bakar kimia dapat disebabkan oleh zat asam, zat basa dan zat produksi petroleum. Luka bakar alkali lebih berbahaya
daripada oleh asam, karena penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih berat. Sedang asam umumnya
berefek pada permukaan saja. Zat kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium permanganate dan asam kromat. Bahan korosif
seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa seperti kalium hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein.
Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat, flourat, dan klorida. Asam sulfat merusak sel
karena bersifat cepat menarik air. Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan sistemik. Asam florida dan oksalat dapat
menyebabkan hipokalsemia. Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau diabsorpsi tubuh. Lisol dapat
menyebabkan methemoglobinemia.
c)

Luka bakar radiasi


Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

E. Penilaian Derajat Luka Bakar


Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 3) yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak.
Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
o Hanya mengenai lapisan epidermis
o Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat)
o Kulit memucat bila ditekan
o Edema minimal

o
o
o
o
o
o

F.

Tidak ada blister


Kulit hangat/kering
Nyeri / hyperethetic
Nyeri berkurang dengan pendinginan
Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam
Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari

Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:


o Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness
o Mengenai epidermis dan dermis
o Luka tampak merah sampai pink
o Terbentuk blister
o Edema
o Nyeri
o Sensitif terhadap udara dingin
o Penyembuhan luka : Superficial partial thickness : 14 21 hari dan Deep partial thickness : 21 28 hari (Namun demikian
penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya infeksi).

Full thickness (derajat III)


o Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah
o Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam
o Tanpa ada blister
o Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras
o Edema
o Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri
o Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan
o Memerlukan skin graft
o Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif

Fourth degree (derajat IV)


o Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.

Luas Luka Bakar


Luas cedera luka bakar digambarkan dalam persentase TSBA. Luas luka bakar paling efektif ditentukan denggan menggunakan
bagan yang dirancang sesuai dengan usia. Pengukuran akan lebih efisien dengan menggunakan bagan yang dirancang untuk mengukur
proporsi tubuh pada anak dengan usia berbeda. Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :

Rumus Sembilan (Rule of Nines)


Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan
merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam
kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar pada orang dewasa. Tubuh dibagi menjadi area 9%,
dan total daerah yang terkena luka bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada anak-anak. Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk
anak. Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang masing-masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri
masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 %.

Metode Lund and Browder


Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan Browder
yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan berubah
menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas
permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh yang terbakar.
Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar
karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

Metode Telapak Tangan

Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar
adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya.
Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.

G. Komplikasi
Anak yang mengalami cedera panas rentan mengalami komplikasii serius, baik dari luka maupun dari perubahan sistemik akibat
cedera. Ancaman yang paling cepat mengancam jiawa anak berkaitan dengan gangguan jalan nafas dan syok. Selam penyembuhan, infeksibaik lokal maupun sepsis sitemik-merupkan komplikasi utama. Angka kematian akibat trauma panas pada anak-anak meningkat seiring
dengan keparahan cedera dan menurun seiring dengan pertambahan usia.pada nak-anak yang berusia lebih dari 3 tahun, angka mortalitas
sama dengan dewasa. Dibawah usia ini, angka keselamtan anak yang menderita luka bkar dan komplikasi penyertaannya berkurang secara
bermakna.
Cedera pennafasan yang tidak teralalu tampak adalah inhalasi karbon monoksida. Karbon monoksida memiliki kemampuan mengikat
hemoglomin lebih besar daari pada oksigen. Dengan demikian menghilangkan oksigen yang diperlukan oleh jaringan feriper dan oraganorgan yang bergantung pada oksigen( seperti jantung dan otak) utnuk bertahan hidup. Terapi untuk mengatasi kedua masalah tersebut
adalah oksigen 100%, yang akan membalik kondisi dengan cepat.
Masalah paru merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak yang mengalami luka bakar panas atau komplikasi dalam
saluran pernafaan. Maslah pernafasan mencakup cedera inhalasi, aspirasi pada pasien ayng tidak sadar, pneumonia bakteri, edema paru,
embolus paru, insufisiensi paru pasca trauma, dan atelektasis. Penyebab gagal nafas yang paling sering pada kelompok usia pediatrik
adalah pnemonia bakteri, yang memerlukan intubasi dalam waktu lama dan kadang-kadang membutuhkan trakheostomi. Trakeostomi
meningkatkan insidensi keseriusan komplikasi, dan dilakukan hanya pada kasus yang ekstrim.
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah dedema paru akibat kelebihan beban cairan atau sindrom gawat panas akut(ARDS,
acute respiratory disters syndrome) yang menyertai sepsis gram negatif. Sindrom ini di akibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan
kebocoran cairan kedalam ruang interstisial paru. Kehilangan kemampuan mengembang dan gangguan oksigenasi merupkan akibat dari
insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis sistemik (wong,2008).
H. Penatalaksanaan
Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar. Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti:
Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi rendaman disamping tempat tidur. Selama
berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk
melatih ekstremitas dan membersihkan luka seluruh tubuh.
Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver nitrat, dan mafenide asetat.
Penggantian balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD. Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat
dilepas tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan berandam
selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati memakai forseps atau tangan
yang menggunakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan debris,
setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati. Selama penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai
warna, bau, ukuran, dan karakteristik lain dari luka.
Debridemen
Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing sehingga
pasien dilindungi dari invasi bakteri dan untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati. Debridemen ada 3 yaitu:
Alami : jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan
Mekanis : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat jaringan mati
Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh
Graft Pada Luka Bakar
Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan terbentuk jaringan granulasi. Jarinagn ini akan
mengisi ruangan ditimbulkan oleh luka, membentuk barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar untk
pertumbuhan sel epitel.
Dukungan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
Kebutuhan metabolik dan katabolisme yang tinggi pada luka bakar berat membuat kebutuhan nutria sangat
penting dan sering kali sulit dipenuhi. Diet harus menyediaka kalori yang cukup untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolic dan protein untuk menghindari peecahan protein.

Diet tinggi protein dan tinggi kalori di anjurkan setelah resolusi ileusparalitik. Akan tetapi, banyak anak memilki
nafsu makan buruk dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energy hanya dengan pemberian makanan secara oral.
Sebagian besar anak dengan luka bakar ayng lebih dari 22% TSBA memerlukan tambahan makanan melalui selang.
Terapi penggantian cairan
Tujuan terapi cairan adalah mengkompensasi kehilngan air dan natrium pada area trauma dan ruang
interstitial,mengganti kekurangan natrium,mengemblikan volume sirkulasi memberikankan perfusi yang adekuat dan
meningkatkan fungsi ginjal.
Penggantian cairan diperlukan selama 24 jam pertama karena perpindahan cairan tengah terjadi. Banyak formul
yang digunakan untuk menghitung kebutuhan ini,dan formula yang dipakai bergantung pada pilihan praktisi. Larutan
kristaloid digunakan selama fase awal terapi. Keadekuatan resusitasi cairan ditentukan oleh parameter, misalnya tandatanda vital (terutama frekuensi nadi), volume haluaran urin, keaekuatan pengisian kapiler dan status snsorium. Setelah
periode 24 jam pertama, secara teoritis terjadi sumbat kapiler dan permiabelitas kapiler membaik. Larutan koloid seperti
albumin, plasmalit atau plasma segera beku bermanfaat dalam mempertahankan volume plasma. Meski demikian,
anak dengan cedera luka bakar biasanya memerlukan cairan lebih dari perhitungan rumatan dan penggantian volume.

Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada tahap akhir, tetapi proses rehabilitasi harus
segera dimulai segera setelah terjadinya luka bakar sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada perubahan citra diri dan
gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan pemulihan aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas.
Fokus perhatian terus berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan status nutrisi. Pembedahan
rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan fungsinya yang terganggu mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan dapat
bekerjasama dengan fisioterapi agar dapat melatih rentang gerak (Smeltzer, 2001, 1918).
Tindakan penyelamatan jiwa, meliputi hal berikut:
Pastikan dan pertahankan jalan nafas yang memadai dengan menggunakan oksigen lembab melalui sungkup atau, jika
perlu, intubasi nasotrakhea ( terutama jika penderita mengalami luka bakar atau jika luka bakar bertambah di ruang
tertutp). Sebelum edema muka dan laring menjadi jelas. Jika dicurigai ada hipoksia atau keracunan karbon monoksida,
harus diberikan oksegen 100%.
Resusitasi cairan intravena : anak dengan luka bakar lebih dari 15% luas permukaan tubuh memerlukan resusitasi cairan
intravena untuk mempertahankan perfusi yang memadai. Semua penderita dengan inhalsi, tanpa melihat luasnya luas
permukaan tubuh yang terbakar, memerlukan jalur intravenna untuk mengendalikan masuknya cairan. Semua cedera
elektrik dan tegangan tinggi memerlukan jalur intravena untuk melakukan deuresis alkali pasca jika terjadi cedera otot
dan mioglobinuria. Larutan ringer laktat, 10-20 ml/kg/jam ( dapat digunakan larutan salin normal jika tidak ada ringer
laktat), di infuskan sampai dapat dihitung penggantian cairan yang sesuai.
Evaluasi cedera yang menyertai, yang sering terjadi pada penderita dengan riwayat luka bakar elektrik tegangan tinggi,
terutama jika jatuh dari ketinggian. Dapat terjadi cedera tulang belkang, tulang dan organ thorak arau intra-abdomen. Ada
resiko amata tinggi kelainan jantung, seperti takikardi atau fibriasi ventrikel akibat konduktifitas voltage elektrik tinggi.
Penderita dengan luka bakar lebih besar dari 15% luas permukaan tubuh tidak boleh diberi cairan peroral (pada awalnya).
Karena penderita ini tidak dapat mengalami ileus dan mungkin memerlukan pemasangan pipa nasogastrik diruang gawat
darurat untuk mencegah erjadinya aspirasi.
Semua luka haruss di bungkus dengan haduk steril sampai diputuskan melakukan terapi rawat jalan atau dirujuk ke
fasilitas perawatan yang lebih sesuai (Behrman,1999).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan
tonus.
Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas
kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara
dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis;
indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka.

Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantungsehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan
parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok
listrik).
Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa
kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti
jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan
penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar massif
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

B. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera panas
Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar sirkumferensial
Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan
traumatic dan pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi

C.

Resiko ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kehilangan panas dan gangguan pada mekanisme pertahanan
kulit untuk mempertahankan suhu tubuh
Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kehilangan akibat evaporasi dari luka
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan katabolisme dam metabolism, kehilangan
selera makan.

Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Kerusakan integritas kulit
berhubungan
dengan
cedera panas

Tujuan Dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasionalisasi

Tujuan: pasien menunjukkan tandatanda penyembuhan luka

1. Cukur rambut sampai kirakira 5 cm dari tepi luka dan area


sekitar luka dengan segera
2. Bersihkan luka dan kulit
sekiarnya dengan seksama dan
angkat debris jaringan yang
mengalami devitalisasi
3. Jaga pasien untuk tidak
menggaruk dan mengorek luka
4. Pertahankan perawatan luka
5. Diet tinggi kalori dan protein
6. Pantau tanda dan gejala
infeksi pada luka
7. Balut jari-jari tangan dan kaki
secara terpisah

1. Untuk
m
reservoir untuk infe
2. Untuk
menuru
infeksi dan untuk
proses penyembuh
3. Untuk
mem
proses penyembuh
4. Untuk menghind
jaringan
yang
berepitelisasi dan b
5. Untuk memenu
protein
dan
meningkat
peningkatan meta
katabolisme.
6. Untuk mematika
dan terapi yang tep
7. Untuk mencega
jaringan akibat
lama

1. Pantau dengan cermat tanda


dan gejala kompresi sirkulasi
yang
berhubungan
dengan
edema
2. Kaji
denyut
nadi
yang
melemah dengan Doppler dan
pengisian
kapiler
yang
memanjang
3. Tinggikan ekstremitas lebih
tinggi dari jantung
4. Hindari balutan restriksi pada
ekstremitas yang cedera

1. Untuk memast
sirkulasi yang adek
2. Untuk menget
penurunan perfusi
3. Untuk mencega
sirkulasi ekstremita
4. Untuk mencega
sirkulasi ke ekstrem

1. Beri posisi ekstensi


2.Implementasikan latihan fisik
aktif dan pasif
3. Redakan iritasi

1. Untuk meminim
akibat
latihan
dilakukan untuk m
kembali posisi ekst
2. Untuk
m
pembentukan kont
3. Untuk mencegah
nyeri

1. Pertahankan
teknik
cuci
tangan yang seksama oleh tim
medis dan pengunjung
2. Lakukan pengangkatan krusta
dan lepuhan
3. Oleskan preparat antimikroba
topical dan pasang balutan pada

1. Untuk meminim
terhadap agen infe
2. Untuk
m
reservoir bagi orga
3. Untuk
m
proliferasi bakteri

Kriteria hasil: luka sembuh tanpa


tanda-tanda kerusakan atau inflamasi

Resiko perubahan perfusi


jaringan
berhubungan
dengan
luka
bakar
sirkumferensial

Tujuan:
pasien
mempertahankan
sirkulasi yang optimal ke daerah distal
pada ekstremitas yang terbakar
Kriteria hasil: perfusi distal
adekuat
pada
ekstremitas
terbakar dapat dipertahankan

Nyeri
berhubungan
dengan cedera jaringan
dan saraf serta dampak
emosional cedera

yang
yang

Tujuan: pasien mengalami penuurunan


nyeri sampai tingkat yang dapat
diterima anak
Kriteria hasil: anak menunjukkan
pengurangan nyeri sampai tingkat
yang dapat diterima anak

Resiko
tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
pertahanan primer tidak
adekuat;
kerusakan
perlinduingan
kulit;
jaringan traumatic dan
pertahanan
sekunder

Tujuan: pasien tidak menunjukkan


tanda-tanda infeksi luka
Kriteria hasil:
1. Kemugkinan
dihilangkan

sumber

infeksi

tidak
penurunan
penekanan
inflamasi

adekuat;
Hb,
respons

2. Luka menunjukkan tanda-tanda


infeksi minimal atau tidak ada tandatanda infeksi

luka sesuai indikasi


4. Kaji data dasar dan lakukan
serangkaian biakan luka
5. Pantau
dengan
cermat
apakah ada tanda-tanda sepsis
dan
infeksi
(disorientasi,
takipnea, suhu di atas 39,5C,
hipotermia, distensi abdomen
atau ileus intestinal, perubahan
pada penampilan luka

4. Untuk memast
peningkatan atau p
luka

Resiko
ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan
dengan
kehilangan panas dan
gangguan
pada
mekanisme pertahanan
kulit
untuk
mempertahankan
suhu
tubuh

Tujuan:
pasien
mempertahankan
pengaturan panas yang normal

1. Kaji keadaan kulit untuk


mendeteksi
kedinginan,
perubahan warna, dan pengisian
kapiler
(akrosianosis,
warna
bantalan kuku, dan bercakbercak)
2. Pantau
tanda-tanda
vital,
terutama suhu
3. Pantau apakah ada kedingina
dan menggigil
4. Hindari
pajanan
terhadap
prosedur yang menimbulkan
stress dingin

1. Untuk
me
penyesuaian vas
kehilangan panas
2. Untuk
me
kecenderungan yan
3. Untuk mengiden
tanda kehilangan p
4. Untuk memperta
tubuh

Kurang volume cairan


berhubungan
dengan
peningkatan
permeabilitas kehilangan
akibat evaporasi dari
luka

Tujuan: pasian mempertahankan status


hidrasi cairan yang adekuat selama
periode akut pascaterbakar

1. Berikan
cairan
kristaloid
dan/atau cairan koloid per
protocol,
pantau
efek
dan
pertahankan jalur intravena
2. Kaji status penggantian cairan
3. Pantau berat badan setiap
hari
4. Pantau
hasil
pemeriksaan
laboratorium
(hemoglobin,
hematokrit,
glukosa,
kalium
serum, natrium serum, protein
serum, fosfor, dan magnesium)

1. Untuk menggan
cairan
yang
dengan luka bakar
2. Untuk
keseimbangan
c
sesuai
3. Untuk mengev
retensi cairan atau
4. Untuk
me
ketidakseimbangan
elektrolit

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
peningkatan katabolisme
dam
metabolism,
kehilangan selera makan

Tujuan: pasien mendapat nutrisi yang


optimum

1. Sediakan
makanan
tinggi
kalori dan protein
2. Sediakan
makanan
yang
disukai pasien
3. Berikan
makanan
dan
lingkungan yang menarik
4. Temani anak saat makan
5. Berikan pemberian makanan
enteral
tambahan
sesuai
program
6. Timbang berat badan per
minggu
7. Catat dengan akurat asupan
dan haluaran
8. Pantau diare atau konstipasi
dan lakukan terapi segera

1. Untuk
pemecahan
pr
memenuhi
kebut
yang meningkat
2. Untuk menstim
makan
3. Untuk
mendo
makan
4. Untuk mencipta
makan seperti di ru
5. Untuk memenu
yang telah diperhit
6. Untuk
meman
nutrisi
7. Untuk
kecukupan asupan
8. Untuk menghind
makanan

Kriteria hasil: suhu tubuh pasien tetap


dalam batas normal sesuai usianya

Kriteria hasil: resusitasi cairan yang


adekuat dipertahankan yang ditandai
dengan perfusi jaringan yang adekuat
dan mempertahankan haluaran urine

Kriteria hasil: pasien mengkonsumsi


nutrisi dengan jumlah yang memadai
dan mempertahankan berat badan
sebelum mengalami luka bakar

C. Evaluasi
Keefektifan intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian dan evaluasi perawatan yang kontinu berdasarkan pada
pedoman pangamatan berikut:
Amati perilaku anak selama seluruh aspek perawatan; dengarkan isyarat verbal, gunakan catatan pengkajian nyeri
untuk mengevaluasi keefektifan analgesia
Amati luka bakar dan kondisi umum anak.

Amati perilaku makan anak dan jumlah makanan yang dikonsumsi, timbang berat badan setiap hari jika
diindikasikan.
Inspeksi luka bakar untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi, ukur tanda-tanda vital, amati apakaha ada komplikasi
pernapasan, perdarahan lambung, perubahan kadar hemoglobin, dan tanda-tanda neorulogik.
Amati apakan ada tanda-tanda penyembuhan, pembentukan jaringan parut, dan kontraktur, kaji keefektifan terapi
fisik dan alat bantu.
Amati perilaku anak dan keluarga, wawancara anak dan keluarga mengenai perasaan dan kekhawatiran mereka.

Anda mungkin juga menyukai