Propolis Ulkus Diabetikum
Propolis Ulkus Diabetikum
DIABETES
Diajukan ke Fakultas Kedokteran UKI
Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
Disusun Oleh :
George Raden Mas Said
1061050186
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2012
Disusun Oleh:
George Raden Mas Said
1061050100
Mengetahui,
PERNYATAAN MAHASISWA
Nama Mahasiswa
NIM
: 1061050186
Jakarta,
Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Pengaruh
propolis terhadap kesembuhan luka pada diabetes. Skripsi ini disusun sebagai
pemenuhan salah satu syarat mendapat gelar sarjana kedokteran. Diharapkan
skripsi ini dapat memberikan wawasan kepada penulis juga kepada
pembaca lainnya. Pada kesempatan ini terimakasih setulusnya saya sampaikan
kepada :
1. Prof. Rondang Soegianto, PhD, selaku Ketua Tim Skripsi
2. Dra. Lucia Srisunarti, MS, selaku Dosen Pembimbing
3. Orang tua saya (Alm.) Ragil Soedarmanto dan drg. Sri Hariningsih yang
selalu mendoakan dan memberi dorongan semangat dalam menyelesaikan
penulisan ini.
4. Abang-abang dan kakak saya, Mega Imanto, Aang Haryulatianto dan Diajeng
Lief Hari Pulung Heru Cakra Wulan yang selalu memberikan semangat dan
doa dalam penulisan ini.
5. Wulan Pingkan Sigit yang selalu memberikan motivasi, hiburan dan saran
terhadap penulisan ini
6. PT. Melia Sehat Sejahtera, sebagai perusahaan yang memberikan ide awal
dalam penulisan skripsi ini dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat, Armando, Gasha, Mikha, Nicholas, Adli yang juga samasama berjuang dalam penyusunan tugas penulisan ini
Februari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang,
terutama dalam hal medis. Meskipun banyak pengobatan medis yang sudah teruji
dan terbukti kualitasnya, tetapi rata-rata masyarakat indonesia masih banyak
berpihak kepada pengobatan alternatif. Alasannya beragam, mulai dari harga
pengobatan alternatif yang lebih terjangkau, banyaknya testimoni dari banyak
orang dan pejabat-pejabat negara, hingga variasi cara pengobatan alternatif yang
cukup menarik. Sebagian besar masyarakat yang memilih pengobatan alternatif
sebagai sarana penyembuhan menilai pengobatan secara alternatif sudah terbukti
sejak lama, sehingga dipercaya oleh banyak orang, di belahan dunia mana pun.
Salah satunya adalah propolis. Banyaknya macam penyakit yang bisa
disembuhkan dengan mengkonsumsi propolis, menuai banyak lirikan masyarakat
untuk mulai menggunakan metode ini. Salah satu penyakit yang dikatakan dapat
disembuhkan dengan propolis adalah luka pada diabetes.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan
kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh
pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau
tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ
pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
klasifikasi
diabetes
mellitus
telah
diperkenalkan,
tipe khusus lain. Dua kategori lain dari toleransi glukosa abnormal adalah
gangguan toleransi glukosa dan gangguan glukosa puasa.
Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai juvenile-onset dan tipe dependen
insulin; namun, kedua tipe ini dapat muncul pada berbagai usia. Insiden
diabetes mellitus tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat
dibagi dalam 2 subtipe: (a) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta; dan (b) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan
tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik
keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset
maturitas dan tipe nondependent insulin. Insiden diabetes tipe 2 sebesar
650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit
ini.
Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kali selama kehamilan
dan memengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM
adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat
diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai
hormone yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa, maka
kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai
seperti sindrom Cushing dan akromegali; (e) obat-obat yang bersifat toksik
terhadap sel-sel beta; dan f) infeksi.
Sesuai dengan kriteria ADA untuk orang dewasa yang tidak hamil,
diagnosis diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan penemuan (1) gejala-gejala
klasik diabetes dan hiperglikemia yang jelas, (2) kadar glukosa plasma puasa >
126mg/dl (7mmol/L) pada sekurang-kurangnya dua kesempatan, dan (3) kadar
glukosa plasma yang didapat selama tes toleransi glukosa oral (OGTT)
>200mg/dl pada 2 jam dan paling sedikit satu kali antara 0 sampai 2 jam
sesudah pasien makan glukosa. Kadar glukosa puasa yang ditentukan adalah
125mg/dl karena kadar tersebut merupakan indeks terbaik dengan nilai setelah
2 jam pemberian glukosa adalah 200mg/dl dan pada kadar tersebut retinopati
diabetik, yaitu suatu komplikasi diabetes muncul untuk pertama kalinya.
Glukosa darah merupakan metode yang dianjurkan untuk penapisan diabetes.
Diagnosis diabetes mellitus pada anak-anak juga didasarkan pada
penemuan gejala-gejala klasik diabetes dan glukosa plasma secara acak adalah
>200mg/dl
Pasien dengan gangguan toleransi glukosa (IGT) tidak dapat
memenuhi kriteria diabetes mellitus yang telah dijelaskan diatas; tetapi, tes
toleransi glukosanya memperlihatkan kelainan. Pasien-pasien ini asimtomatis.
Dipandang dari sudut biokimia, pasien dengan IGT menunjukkan kadar
yang dipakai, namun berkisar antara 3,5% hingga 5,5%. Disarankan untuk
menentukan referensi nilai untuk setiap laboratorium.
II. 1. G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan diabetes mellitus didasarkan pada (1) rencana diet, (2)
latihan fisik dan pengaturan aktivitas listrik, (3) agen-agen hipoglikemik oral,
(4) terapi insulin, (5) pengawasan glukosa di rumah, dan (6) pengetahuan
tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah penyakit kronik, dan
pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar bagaimana menyesuaikan agar
tercapai kontrol metabolik yang optimal. Pasien dengan diabetes tipe 1 adalah
defisiensi insulin dan selalu membutuhkan terapi insulin. Pada pasien diabetes
tipe 2 terdapat resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif dan dapat
ditangani tanpa insulin.
Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang
disarakankan
bervariasi,
bergantung
pada
kebutuhan
apakah,
untuk
meningkat tinggi sebagai respon terhadap makanan, dan tetap tinggi pada
keadaan puasa. Pasien dengan insufisiensi insulin berat membutuhkan suntikan
insulin selain rencana makanan. Insulin ini serupa dengan insulin manusia dan
disiapkan dengan teknik rekombinan, asam deoksiribonukleat (DNA).
Perubahan rangkaian struktur kristalin dan asam amino dalam molekul insulin
mengakibatkan waktu kerja preparat yang berbeda yang dapat digunakan
untuk memodifikasi pengobatan insulin dengan kebutuhan khusus pasien.
Insulin diklasifikasikan sebagai insulin masa kerja pendek, masa kerja sedang,
atau masa kerja panjang, berdasarkan waktu yang digunakan untuk mencapai
efek penurunan glukosa plasma yang maksimal yaitu waktu untuk
meringankan efek yg terjadi setelah pemberian suntikan.
Insulin masa kerja pendek mencapai kerja maksimal dalam waktu
beberapa menit hingga 6 jam setelah penyuntikan dan digunakan untuk
mengontrol hiperglikemia postprandial. Insulin masa kerja pendek juga
digunakan untuk pengobatan intravena dan penatalaksanaan pasien dengan
ketoasidosis diabetik. Insulin masa kerja pendek juga dapat dikombinasikan
dengan insulin masa kerja panjang.
Insulin masa kerja sedang mencapai kerja maksimal anatara 6 hingga
8 jam setelah penyuntikan dan digunakan untuk pengontrolan harian pasien
dengan diabetes.
jumlah yang tidak sama atau dapat diberikan sebagai campuran yang sudah
tersedia yang terdiri dari 70% NPH, 30% insulin regular (70/30), atau 75%
NPH, 25 insulin lispro (75/25). Terapi insulin yang lebih tepat dapat dicapai
dengan suntikan insulin yang lebih sering atau sistem infus insulin subkutan
yang terus menerus. Jika sering diberikan suntikan insulin, insulin regular
masa kerja cepat diberikan setiap kali sebelum makan, sedangkan insulin NPH
masa kerja sedang diberikan saat menjelang tidur. pilihan yang tepat untuk
pengobatan jenis ini adalah insulin glargine yang diberikan sekali sehari
menjelang tidur dikombinasikan dengan lispro dosis multiple saat makan.
Dosis regular insulin disesuaikan sebelum ditentukan algoritme yang
menghitung kadar glukosa secara luas dan jumlah makanan. Pasien-pasien
membutuhkan spuit insulin dan jarum yang harus dibeli untuk menyuntikkan
insulin secara subkutan pada dirinya sendiri. Pen yang diisi insulin dengan
jumlah yang sudah ditetapkan juga tersedia untuk digunakan secara tepat bagi
pasien. Suntikan biasanya diberikan di abdomen atau di lengan. Pastikan
bahwa tempat penyuntikan tersebut bergerak dan insulin tidak disuntikan
masuk ke dalam pembuluh darah atau ke dalam jaringan parut.
Terapi insulin yang intensif dapat diberikan melalui pompa infus insulin
subkutan. Beberapa pompa infus insulin yang ringan dan mudah dibawa telah
tersedia sehingga dapat diberikan infus basal yang terus menerus dan bolus
preprandial yang diberikan 30 menit sebelum makan. Pemakaian sistem ini
seringkali menghasilkan kontrol glukosa yang lebih baik. Pasien yang sedang
diterapi insulin harus diawasi kadar glukosa mereka sebelum diberikan setiap
dosis insulin. Penilaian ini dilakukan pada ujung jari, yang menghasilkan
darah kapiler yang menetes. Darah diletakkan pada sebuah uji strip dan dibaca
dengan pengukur glukosa. Alat tersebut dapat menyiman nilai glukosa dalam
memorinya, dan informasi ini dapat dilihat oleh ahli kesehatan untuk saran
selanjutnya dalan program insulin. Terapi insulin yang intensif seringkali
berakibat pada perbaikan kontrol glukosa.
Pasien diabetes relatif dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui
dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya.
Mereka dapat belajar menyuntikkan sendiri insulin, memantau kadar glukosa
darah mereka, dan memanfaatkan informasi ini untuk mengatur dosis insulin
dan merencanakan diet serta latihannya sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi hiperglikemia atau hipoglikemia. Pada pasien-pasien dengan
diabetes tipe 2 yang mengalami obesitas, asimtomatik, dan mempunyai kadar
glukosa yang cukup tinggi, pengobatan pilihan adalah pembatasan diet dan
penurunan berat badan. Namun, tingkat keberhasilan penurunan berat badan di
antara pasien-pasien ini rendah, dan pada akhirnya mereka membutuhkan
terapi dengan agen hipoglikemik.
II. 2. Luka pada Diabetes Melitus
kekebalan
tubuh
pada
penderita
DM
biasanya
menurun.
lama rawat penderita DM menjadi lebih panjang. Lebih dari 25% penderita
DM yang dirawat adalah akibat kaki diabetik. Sebagian besar amputasi pada
kaki diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan
pengobatan yang adekuat akan dapat mengurangi kejadian tindakan amputasi.
Ironisnya evaluasidini dan penanganan yang adekuat di rumah sakit tidak
optimal.6 Perhatian yang lebih pada kaki penderita DM dan memeriksa secara
regular diharapkan akan mengurangi kejadian komplikasi berupa ulkus
diabetik, yang pada akhirnya akan mengurangi biaya rawat dan kecacatan.7
Ulkus diabetik merupakan komplikasi penyakit diabetes melitus yang
sering dijumpai pada kaki. Sekitar 15% penderita diabetes melitus (DM)
dalam perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi ulkus diabetik
terutama ulkus di kaki yang disebut juga ulkus kaki diabetik8
Infeksi superfisial di kulit pada penderita diabetes disebut infeksi
ulkus diabetik. Apabila infeksi ulkus diabetik tidak segera di atasi dapat
berkembang menembus jaringan di bawah kulit seperti otot, tendon, sendi dan
tulang, atau bahkan menjadi infeksi sistemik. Secara klinis bila ulkus sudah
berlangsung lebih dari 2 minggu harus dicurigai adanya osteomyelitis. Infeksi
ulkus diabetik jika tidak ditangani dengan serius akan berkembang menjadi
gangren dan amputasi bahkan kematian apabila berkembang menjadi infeksi
sistemik.
non
diabetikum
(14.29%).
Sedangkan
dari
golongan
non
II. 3. Propolis
Propolis atau lem lebah merupakan suatu bahan resin yang
dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai macam jenis tumbuhan.9,10 Salah
satu jenis lebah yang mampu menghasilkan propolis dalam jumlah banyak
yaitu jenis Trigona sp. Jenis lebah ini banyak dijumpai di propinsi Sulawesi
Selatan baik didataran tinggi maupun dataran rendah, namun demikian
in vitro
11-13
Aktivitas
antibakteri propolis yang sangat bervariasi ini lebih disebabkan komposisi dari
propolis yang digunakan. Komposisi propolis sendiri sangat dipengaruhi oleh
jenis dan umur tumbuhan, iklim, dan waktu di mana propolis tersebut
diperoleh.
15,16
18
celah yang rusak, mencegah parasit dan penyakit masuk ke dalam sangkar,
serta mencegah pembusukan dalam sarang.
Propolis dapat berbentuk cair sampai padat. Bentuk ini dipengaruhi oleh
temperatur penyimpanan seperti duiraikan pada table 1. Semakin tinggi
temperatur penyimpanan, propolis akan semakin cair. Untuk membuat propolis
alkohol (propolis tincture) 10%, satu bagian propolis dilarutkan dalam
Sembilan bagian alcohol. Jadi untuk 100 gram propolis diperlukan 900 gram
alkohol.2
Propolis terdiri dari 150 bahan kimia berbeda yang masih terus
ditemukan setiap tahun. Komponen utamanya adalah flavonoid dan asam
fenolat, termasuk caffeic acid phenylesther (CAPE) yang kandungannya
mencapai 50% dari seluruh komposisi. Di antara 150 bahan kimia tersebut
ditemukan zat yang mengandung antivirus25 (fenolik, ester caffeic, ester fenil,
asam ferulat, luteolins, quercetin) antiperadangan 26 (asam caffeic, ester fenil,
galangin, kaempferol, dan kaempfecrid) mengurangi nyeri (alkohol, campuran
ester caffeat) antitumor25 (asam caffeic, ester fenetil) dan antimikroba
(flavonoid, galangin, pinocembrin)24
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai korespondensi antara senyawa
aktif dalam propolis dengan kesembuhan ulkus diabetikum. Pengaruh dari zat
yang terkandung dalam propolis terhadap kesembuhan ulkus diabetikum.
Seperti yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, propolis mengandung
zat-zat :
1. Resin-resin yang dikumpulkan oleh lebah sebagai bahan baku propolis,
mengandung zat-zat seperti,
2. Flavonoid, yang berperan sebagai anti mikroba9,19,20,21,24 .
3. Caffeic Acid
Phenylester, yang berperan sebagai
antivirus,
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3. Waspaji, S. Kaki diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta:
4. Singh N, Armstrong DG, Lipsky BA. Preventing foot ulcers in patients with
5. Lee JS, Lu M, Lee VS, Russell D, Bahr C, Lee ET. Lower extremity amputation.
incidence, risk factors, and mortality in the Oklahoma Indian Diabetes Study.
Diabetes 1993;42:876-82
6. Edelson GW, Armstrong DG, Lavery LA, Caicco G. The acutely infected
diabetic foot is not adequately evaluated in an inpatient setting. Arch Intern Med
1996;156:2373-8
7. Boyko EJ, Ahroni JH, Stensel V, Forsberg RC, Denise RD, Smith DG. A
8. Sila M. Madu tropis, gizi dan kesehatan masyarakat. Ujung Pandang: Lembaga
10. Dadant CC. The hive and the honey bee. Illinois: Dadant and sons; 1984. p. 25
35
11. Dobrowolski JW, Vohora SB, Sharma K, Shah SA, Naqvi SAH, Dandiya PC.
13. Moreno MIN, Isla MI, Cudmani NG, Vattuone MA, Sampietro AR. Screening of
14. Grange JM, Davey RW. Antibacterial properties of propolis (bee glue). J R Soc
15. Hill R. Propolis: the natural antibiotic. 6th ed. Wellingborough: Thorsons
16. Chen Y. Apiculture in China. 1st ed. Agricultural Publishing House; 1993.967
19. Sabir A. Pemanfaatan flavonoid di bidang kedokteran gigi. Maj Ked Gigi (Dent
21. Mirzoeva OK, Grishanin RN, Calder PC. Antimicrobial action of propolis and
some of its components: the effects on growth, membrane potential, and motility
of bacteria. Microbiol Res 1997; 152:239-46
22. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Jakarta : EGC, 2011. 565
23. Suharjo JB. 2007. Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal Kedokteran dan
Farmasi. Dexa Medica. No. 3, Vol. 20, Juli-September 2007. Diakses dari
http://www/dexamedica.com/images/publicationupload071026997350001193390
257Dexa%20Medica%20Jul-Sept07.pdf. Pada tanggal11 April 2008
24. Nusanto, dr Aji. Terapi Madu. Jakarta : Niaga Swadaya, 2010. 84-85
Februari 2013
BIODATA MAHASISWA
BIMBINGAN SKRIPSI FK UKI T.A. 2012/2013
Nama
: George Raden Mas Said
NIM
: 1061050186
Tempat/ Tgl Lahir
: Jakarta, 8 Juni 1992
Riwayat Pendidikan
1. SMP
: SMP St. Fransiskus Asisi
2. SMA
: SMAK 7 BPK Penabur Jakarta
3. UNIVERSITAS
: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia
Lampiran
Temperatur
Bentuk propolis
< KOTAK
15
1
Klasifikasi Diabetes
ADA
Glukosa
temperatur
yangdan
lebihintoleransi
tinggi
Abnormal
15 45
1. Diabetes mellitus
45 60 a. Tipe 1Lebih lengket dan gummy (seperti karet)
i. autoimun
ii. idiopatik
60 - 70 b. Tipe 2Cair
2. Diabetes mellitus kehamilan (GDM)
100 3. Tipe spesifik
Titik cair
beberapa jenis propolis
lain
a. Cacat genetik fungsi sel beta : MODY
b. Cacat genetic kerja insulin : sindrom resistensi
insulin berat
c. Endokrinopati : sindrom Cushing, akromegali
d. Penyakit eksokrin pancreas
e. Obat atau diinduksi secara kimia
f. infeksi
4. Gangguan toleransi glukosa (IGT)
5. Gangguan glukosa puasa (IFG)