Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki
bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai
Archaeopteryx.Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil
mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800
10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di
Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves. Nama
kelas aves berasal dari bahasa latin, dan nama ilmu yang mempelajari burung ortinology
berasal dari bahasa yunani, yaitu ornis Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat
dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung
membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang
dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang
khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar
depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya
untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk
terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama
di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga
bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap
hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya
rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya
tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat.
Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk. Kesemuanya itu
menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi
berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan
tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak
pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah
lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan

lingkungan hidup dan makanan utamanya. Maka dikenal berbagai jenis burung yang
berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam,
yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki
paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk
menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang,
atau kecil panjang untuk mengisap nektar.
Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon,
cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari
dan merobek perut musuhnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik aves
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal), sedangkan
hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena
mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada aves
berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. (Pada fosilPterodactyla = reptilian dan
Chiroptera = mammalian terbang, sayap berasal dari elemen-elemen tubuh distal). Kaki pada
aves digunakan untuk berjalan, bertengger, dan berenang (dengan selaput interdigital).
Karakteristik tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang berfunsi kuat, paruh berzattanduk. Aves tidak bergigi. Mata besar, kondil oksipetal tuggal.
Telinga tengah mempunyai sebuah osikel auditori. Ada sebuah meatus auditori eksternal.
Mata berkembang baik, dengan kelopak mata dan membran niktilans. Pada mata terdapat
struktur vascular yang disebut pekten yang terletak dalam rongga humor vitreus. Mempunyai
kelenjar air mata. Otak mempunyai serebrum dan lobus optikus yang berkembang baik,
mempunyai 12 pasang saraf kranial. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan
sejumlah kantung-kantung udara sebagai alat pernapasan tambahan.
Jantung terbagi menjadi menjadi 2 aurikel dan 2 ventrikel. Ventrikel terpisah sempurna,
sehingga sirkulasi pulmoner terpisah dari sirkulasi sistematik. Lengkung sorta hanya satu
buah dan terletak di sisi kanan. Temperatur tubuh tinggi dan dipertahankan tetap
(homoioterm) dengan bantuan bulu. Saluran pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung
kelenjar, dan lambung muscular (gizzard, empedal), dua buah sekum (caecum), usus besar
dan kloaka. Ginjal tipe metanefros. Vena porta ginjal tidak terbagi-bagi ke dalam kapilerkapiler ginjal. Tidak mempunyai kandung kemih. Ekskresinya semisolid.
Fertilisasi internal. Pada burung jantan jarang yang mempunyai organ intromitten (seperti
penis dan sebagainya). Semua burung ovipar. Telur berkulit keras (cangkang). Yang betina
biasanya hanya mempunyai satu ovarium (kiri).

Burung menempati semua daratan sampai ketinggian 6.000 m, dari lautan sampai daerah
Arktik (80oLU) dan Antartik. Temperatur tubuh berkisar antara 40,5-42,0oC) tergantung
spesies..
B. Struktur Tubuh
C. Sejarah Alami
D. Sistem Muscular
Pada aves dan mamlia otot dagig extermitas berkembang menjadi besar, hal ini
berhubungan dengan aktivitas gerak yang cepat. Gerak sayap pada wakru terbang dilakukan
oleh musculus pectoralis yang terdapat pada dada, berupa otot daging putih. Musculus
pectoralis dibedakan atas: musculus pectoralis mayor yang terletak di sebelah luar, dan
musculus pectoralis minor yang terletak sebelah dalam.kedua ujung otot pada dada terikat di
carina atau sterni, sedangkan ujung lain terikat pada kepala humerus dari ayap di sebelah
ventro lateral. Kontarksi otot yang bergantian menyebabkan sayap bergerak ke atas ke bawah
sehingga burung dapat terbang. Otot daging dari femur (extermitas posterior) pada prinsipnya
untuk lari dan menangkap. Otot daging pada kaki bawah dan telapak kaki sedikit, sebagai
penyesuaian menghindari banyaknya panas tubuh yang hilang pada bagian ini yang tidak
berbulu. Jari dapat digerakkan dengan bantuan tendon yang terhubung ke otot yang terdapat
pada bagian atas kaki.
E. Sistem Pencernaan
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran
pencernaan pada burung terdiri atas:
1. Paruh: merupakan modifikasi dari gigi.
2. Rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut
dan tanduk.
3. Faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi
dengan cepat.
4. Lambung terdiri atas:
a. Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding
ototnya tipis.

b. Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung


pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang
berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai " hens teeth,
c. Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
5. Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
6. Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas.
Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu. Terbang merupakan memerlukan
sejumlah besar kekuatan. Karena itulah burung memiliki perbandingan jaringan otot terhadap
massa tubuh yang terbesar daripada semua makhluk. Metabolisme tubuhnya juga sesuai
dengan kekuatan otot yang tinggi. Rata-rata, metabolisme tubuh suatu makhluk berlipat dua
kali sewaktu suhu tubuh meningkat sebesar 50F (10C). Suhu tubuh burung gereja yang
sebesar 108F (42C) serta suhu tubuh burung murai (Turdus pilaris) setinggi 109,4F
(43,5C) menunjukkan betapa cepat kerja metabolisme tubuh mereka. Suhu tubuh yang
tinggi seperti itu, yang dapat membunuh makhluk darat, justru sangat penting bagi burung
untuk bertahan hidup dengan meningkatkan penggunaan energi, dan, karena itu pula,
kekuatannya.
Karena kebutuhan mereka akan banyak energi, burung juga mempunyai tubuh yang
mencerna makanan yang mereka makan dalam cara yang optimal. Sistem pencernaan burung
memungkinkan mereka memanfaatkan dengan cara terbaik makanan yang mereka makan.
Misalnya, seekor bayi bangau menggunakan 2,2 lbs (1 kg) dari massa tubuhnya untuk setiap
6,6 lbs (3 kg) makanan. Pada hewan menyusui dengan pilihan makanan yang serupa,
perbandingan ini adalah sekitar 2,2 lbs (1 kg) hingga 22 lbs (10 kg). Sistem peredaran burung
juga telah diciptakan selaras dengan kebutuhan energi tinggi mereka. Jika jantung manusia
berdetak 78 kali per menit, jumlah detakan adalah 460 untuk burung gereja dan 615 untuk
burung murai. Begitu pula, peredaran darah pada burung pun sangat cepat. Oksigen yang
memasok seluruh sistem yang bekerja cepat ini disediakan oleh paru-paru unggas khusus.

Gambar Sistem Pencernaan Aves


Burung juga menggunakan energinya dengan sangat efisien. Mereka memperlihatkan
efisiensi yang tinggi secara meyakinkan dalam pemanfaatan energi dibandingkan hewan
menyusui. Contohnya, burung layang-layang yang berpindah tempat membakar 4 kilokalori
per mil (2,5 kilokalori per kilometer), sedangkan hewan menyusui kecil akan membakar 41
kilokalori.
Burung lebih senang bepergian dalam kelompok untuk perjalanan jauh. Bentuk barisan
"V" dari kelompok ini memungkinkan setiap burung menghemat tenaga sekitar 23%.
F. Selom

G. Sistem Sirkulasi
1. Organ Sirkulasi pada burung
Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah,
darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Darah pada burung tersusun oleh eritrosit
berbentuk oval dan berinti. Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput
perikardium. Pada burung organ sirkulasinya sama dengan mamalia/manusia. Jantung
terdiri dari dua serambi yang berdinding tipis serta dua bilik yang dindingnya lebih tebal.
Sekat biliknya sempurna sehingga darah bersih dan darah kotor tidak bercampur. Sistem
peredaran darah burung tertutup dan rangkap (ganda).
Pembuluh-pembuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik
kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri - arteri
vang memberi darah ke bagian kepala, otot terbang, dan anggota depan; dan sebuah aorta
vang merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju ke kanan (arkus aortikus yang
menuju ke kiri rnereduksi). pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah
kanan dan membelok ke arah ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung).

Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kana hanya satu, yakni arteri pulmonis (pembuluh
nadi paru -paru), yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan.
Pembuluh balik (vena) dibedakan atas:
a. Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini membawa darah dari
kepala,anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung
b. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah dari
bagian bawah tubuh ke jantung.
c. Pembuluh balik yang datang jari paru - paru (pulmo) kanan dan paru paru kiri serta
membawa darah menuju serambi kiri jantung.
Jantung aves terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :
a. 2 atrium : 1 atrium dekster (serambi kanan) 1 atrium sinister (serambi kiri)
b. 2 ventrikel : 1 ventrikel dekster (bilik kanan) 1 ventrikel sinister (bilik kiri)

Gambar. Bagian Jantung Pada Burung


2. Sistem sirkulasi burung
Peredaran darah burung adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk ke
serambi kiri, kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri darah di pompa ke seluruh tubuh
melalui aorta. Di sel-sel tubuh darah melepaskan O2 dan mengikat CO2. Darah yang
mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kanan melalui pembuluh balik. Selanjutnya
darah masuk bilik kanan, kemudian di pompa masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru
darah melepaskan CO2 dan mengikat O2.

Gambar 14. Sistem peredaran darah burung


3. Mekanisme Sirkulasi Parva Dan Magnum Pada Burung:
a. Sistem peredaran darah kecil/parva: Ventrikel dexter arteri pulmonalis pulmo
vena pulmonalis atrium sinister.
b.

Sistem peredaran darah besar/magnum: Ventrikel sinister aorta arteri


pembuluh kapiler yang meliputi arteriole dan venula vena cava superior dan vena
cava inferior sistema porta hepatica atrium dexter.
Sekat diantara ventrikel kiri dan ventrikel kanan sempurna sehingga tidak terjadi

percampuran darah yang kaya O2 dan yang miskin O2 .


H. Sistem Respirasi
1. Mekanisme Pernapasan Saat Burung Terbang
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara
masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang
menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk
cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink (alat suara yang terletak
pada bagian bawah trakea) yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa
selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus
bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat
dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian

dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus


(100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung- tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak
kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8
atau 9 perluasan paru-paru atau kantong udara (sakus pneumatikus) yang menyebar
sampai ke perut, leher, dan sayap. Kantong udara berhubungan dengan paru-paru dan
berselaput tipis. Di kantong udara tidak terjadi difusi gas pernapasan, kantong udara
berfungsi sebagai berikut:
a. Membantu pernapasan pada waktu terbang.
b. Penyimpan cadangan oksigen.
c. Meringankan tubuh.
d. Membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara.
e. memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang.
f. Menyelubungi alat-alat dalam rongga tubuh hingga tidak kedinginan.
g. Membantu mencegah hilangnya panas badan yang terlalu besar.
Kantong udara terdapat pada :
a. Pangkal leher (servikal)
b. Ruang dada bagian depan (toraks anterior)
c. Antar tulang selangka (korakoid)
d. Ruang dada bagian belakang (toraks posterior)
e. Rongga perut (saccus abdominalis)
f. Ketiak (saccus axillaris)
Inspirasi : Udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta)
berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada
membesar. Akibatnya teklanan udara dada menjadi kecil sehingga udara luar
yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke
paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan
udara.
Ekspirasi : Otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi

semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar
dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya
karbondioksida ke luar.
Udara pada kantong udara dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru-paru
berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau
diangkat ke atas maka kantung udara di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada
tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal
relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga
dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya
udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya
rongga dada, udara dari kantung udara masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen
dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi
pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang
satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan
persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan
tingkat energi yang tinggi. Bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paruparu) utama terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada
jaringan paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali,
membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu
arah melalui paru-paru.
Pada waktu terbang konsumsi oksigen bisa 10 15 kali lebih banyak
dibandingkan dengan pada keadaan istirahat. Konsumsi itu juga tergantung pada
kecepatan terbang. Konsumsi oksigen paling tinggi pada waktu terbang menaik dan
paling rendah pada waktu terbang menurun. Beberapa peneliti mengasumsikan bahwa
pernafasan (aliran udara paru-paru) ada hubungan (sinkronisasi) dengan berbagai gerakan
sayap pada waktu terbang. Pada waktu sayap bergerak ke bawah, terjadi ekspirasi.
Semakin tinggi seekor burung terbang maka semakin tipis/sedikit oksigen yang tersedia
di udara maka paru-paru burung harus dapat memasok sejumlah besar oksigen yang
dibutuhkan untuk terbang.
2. Mekanisme Pernafasan Pada Saat Burung Tidak Terbang

Proses pernapasan pada saat burung tidak terbang. Pada saat otot tulang rusuk
berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah.
Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara yang
kaya dengan oksigen masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam
kantung-kantung udara. Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak
ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan
tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga
udara dari kantung-kantung udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh
paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di
dalam paru-paru.
Gambar Sistem Respirasi (Pernapasan)
3. Kecepatan Bernafas
Kecepatan bernafas pada bangsa burung tergantung pada ukuran badan, seks,
rangsangan, dan berbagai faktor lain. Pada umumnya bangsa burung yang lebih kecil
mempunyai kecepatan (frekuensi) pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lebih besar, misalnya pada bangsa unggas jantan seperti merpati, itik, angsa, kalkun,
dan anak ayam adalah 28, 42, 20, 28, dan 16 kali/menit secara berturut-turut; sedangkan
yang betina 16, 110, 40, 49, dan 28 secara berturut-turut. Kecepatan bernafas bertambah
bila suhu badan meningkat. Pada anak ayam yang suhu badannya 43,5oC 44,5oC ,
kecepatannya bisa mencapai 140 170 kali/menit
I. Sistem Ekskresi
Pada hewan zat sisa dari hasil metabolism nitrogen ada tiga macam senyawa, yaitu
ammonia, asam urat, dan urea. Zat sisa ini berasal dari pemecahan senyawa nitrogen, yang
terdiri atas asam amino dan asam nukleat. Melalui proses deaminasi, asam amino dipecah
sehingga menghasilkan ammonia. Bagi hewan, ammonia bersifat racun dan bila berada di
jaringan akan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada burung, ammonia diolah dulu menjadi
zat yang kurang beracun. Asam urat merupakan senyawa yang dibentuk dari ammonia dan
hasil pemecahan asam nukleat. Asam urat dalam bentuk Kristal dapat dieksresikan sebagai
kristalin yang dikeluarkan dari tubuh burung dengan sedikit kehilangan air. Burung tidak
mempunyai kantong urine dan sering mengekresikan asam urat yang bercampur dengan

fesesnya. Hal ini merupakan bentuk adaptasi untuk memperingan tubuh ketika terbang.
Selain itu asam urat merupakan senyawa yang kurang toksik sehingga aman disimpan pada
burung yang masih dalam perkembangan di dalam telur (janin burung).
Gambar
Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru. Ginjal
dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung
ginjal burung lebih banyak dari mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi.
Tiap 1 ml kubik jaringan korteks burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal
yang membentuk lengkung Henle kecil. Air dalam tubuh disimpan melalui reabpsorpsi di
tubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh.
Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal
putih yang bercampur feses.
Khusus pada burung laut, seperti camar, selain mengekskresikan asam urat juga
mengekskresikan garam. Hal ini disebabkan karena meminum air gram dan makan ikan laut
yang banyak mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam di atas
mata. Larutan garam mengalir ke rongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan
akhirnya garam menetes dari ujung paruh. Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit,
tetapi memiliki kelanjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna
untuk meminyaki bulu-bulunya.
J. Sistem Saraf
Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil, serebrum
besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral lobus
optikus.lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus kemembran
tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi sirkulat terus ke
koklea. Pendengaran burung dara sangat baik. Dari telinga tengah ada saluran eustachius
menuju ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang. Hidung sebagai organ
pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang berupa celah pada dorsal paruh. Indra
pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah membran
bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan melanjut kedalam humor
vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat yanag disebut bingkai skleral. Mata
dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi
pada berbagai jarak.

Gambar
K. Organ Indra
L. Sistem Reproduksi
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki
alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling
menempelkan kloaka.
1. Sistem Genitalia Jantan.
a. Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin,
terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin
ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis.
Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil,
duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang
disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi
membentuk

duktus

ampula

yang

bermuara

di

kloaka

sebagai

duktus

ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian


menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika
masuk kloaka.
2. Sistem Genitalia Betina.
a. Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri,
dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya
panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi
menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian
terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbrefimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin,
selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus
atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
3. Proses Festilisasi

Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan
tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh
suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar
menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis
yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke
dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan
menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh
materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan
memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas
masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan
dalam sarang.
4. Fungsi bagian-bagian telur aves :
a. Titik embrio --> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
b. Kuning telur --> cadangan makanan embrio
c. Kalaza --> menjaga goncangan embrio
d. Putih telur --> menjaga embrio dari goncangan
e. Rongga udara --> cadangan oksigen bagi embrio
f. Amnion --> Amnion adalah semacam membran/selaput yang melindungi embrio
dalam telur. Yang memiliki amnion telur adalah reptilia, unggas, dan mamalia
sehingga ketiga kelas ini disebut amniota. Amnion telur tidak terdapat pada ikan
dan amphibia, sehingga dua kelas ini disebut anamniota.

Gambar
M. Habitat
N. Penyebaran
O. Hubungan dengan Manusia
Burung berperan dalam proses penyerbukan beberapa jenis tumbuhan. Dan selain itu
daging dan telur burung merupakan sumber lemak dan protein yang di butuhkan manusia.

Keindahan kicau dan warna jenis burung tertentu menyebabkan manusia tertarik untuk
memeliharanya. Dahulu, bulu burung cendrawasih dijadikan sebagai hiasan oleh kepala
suku-suku masyarakat di papua. Begitu juga, kemampuan terbang beberapa jenis burung
misalnya merpati dimanfaatka sebagai bentuk hiburan atau kegiatan yang di perlombakan.
Dan sejak jaman dulu burung telah digunakan manusia untuk berbagai kebutuhan. Burungburng pemeliharaan seperti, ayam, itik, bebek, kalkun,angsa dan puyuh. Burung-buring kecil
membantu dalam membasmi hama serangga pada tanaman dan ada juga burung yang
berukuran besar seperti elang dan burung hantu menjaddi preator bagi tikus sawah. Selain
memberi manfaat pada manusia tap juga ada yang merugikan. dan beberapa jenis burung
memajan biji-bijian, tabaman muda , dan buah-buahan yang sengaja ditanam oleh manusia ,
selain itu burung juga bias menjadi vector penyakit seperti penyakit flu burung.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama kelas aves berasal dari bahasa latin, dan nama ilmu yang mempelajari burung
ortinology berasal dari bahasa yunani, yaitu ornis Meskipun burung berdarah panas, ia
berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias
keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar
depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif
yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguhsungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke
tempat yang lebih rendah. Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga
terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif.
Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun
rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan
memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi
semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat
menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat
perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh
ringan dari zat tanduk. Burung berperan dalam proses penyerbukan beberapa jenis tumbuhan.
Dan sejak jaman dulu burung telah digunakan manusia untuk berbagai kebutuhan. Burungburng pemeliharaan seperti, ayam, itik, bebek, kalkun,angsa dan puyuh. Burung-buring kecil
membantu dalam membasmi hama serangga pada tanaman dan ada juga burung yang
berukuran besar seperti elang dan burung hantu menjadi preator bagi tikus sawah.
B. Saran
Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Campbel Neil, B. Reece Jane, G. Mitchell Lawrence. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.Jakarta:
Erlangga.
Kurniati tuti. Dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN SGD BANDUNG.
Soemadji, dkk. 1994. Zoologi. Jakarta :Departemen dan Kebudayaan.
Sudjadi bagod, laila siti. 2006. Biologi Sains Dan Kehidupan. Surabaya: Yudhistira.
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Jurusan Biologi FMIPA UNY
http://www.scribd.com/doc/48097220/Aves
http://1.bp.blogspot.com/.59gmopf.o/ saogtjtyudt/AA BY/ 67cuegiPJHS/sl600-h/
Bird.jpg.kistinnah idun, endang srilestari. 2009.

Anda mungkin juga menyukai