Maka
Rasulullah
SAW
bersabda:
Rendahkanlah suaramu karena kamu tidak
menyeru Tuhan yang tuli dan yang gaib,
tetapi kamu menyeru kepada Tuhan Yang
Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia
bersamamu. Sedangkan aku berada di
belakang kendaraan Rasulullah SAW.
Lalu beliau mendengarkan aku mengucapkan
La haula wa la quwwata illa billah. Maka
beliau bersabda kepadaku, Wahai Abdullah
bin Qais! Aku menjawab, Hamba ya
Rasulullah. Rasulullah bersabda, Maukah
aku tunjukkan sepatah kata yang merupakan
harta terpendam dari harta-harta di surga?
Aku menjawab, Mau ya Rasulullah. Bapak
dan ibuku menjadi taruhannya. Rasulullah
SAW bersabda: La haula wa la quwwata illa
billah. (HR. Bukhari, Abu Daud dan
Ahmad). mai, mag Indeks Majalah Tabligh
Online
ZIKIR BERJAMAAH JELAS BIDAH!
Dalam berbagai hal, termasuk dalam masalah
agama, mayoritas kaum Muslimin terutama
yang awam menilai benar tidaknya suatu
amalan berdasarkan tokoh dan banyaknya
orang
yang
melakukannya.
Kata mereka, mana mungkin sang tokoh
salah? Mereka itu kan kiai, mereka itu kan
tokoh agama, mereka itu kan tokoh MUI,
mereka kan orang pimpinan pusat, dan
seterusnya. Padahal standar kebenaran
agama adalah Al-Quran dan As-Sunnah.
Demikian pula dalam menyikapi Zikir
Jamaah Arifin Ilham. Apakah Zikir Jamaah
Arifin Ilham itu amalan sunnah ataukah
bidah, harus dikritisi berdasarkan nas-nas
Al-Quran
dan
Hadits
Nabi.
Allah SWT menjadikan Islam sebagai agama
yang sempurna dan lengkap syariatnya.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agamamu (Al-Maidah 3).
Rasulullah SAW menegaskan: Sungguh,
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu,
sesungguhnya ia telah mentaati Allah (AnNisa
80)
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
keras
hukuman-Nya
(Al-Hasyr
7).
Dengan demikian, maka dalam beribadah
harus ada teladannya dari Rasulullah SAW.
Setiap peribadatan yang diada-adakan dan
tidak ada contohnya dari Rasulullah adalah
bidah yang pasti tertolak dan diancam
dengan
neraka.
Kamu harus berpegang teguh pada
sunnahku setelah (Al-Qur`an) dan sunnah
Khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk
Allah sesudahku. Berpeganglah kepada
sunnah itu dan gigitlah dengan gigi
gerahammu sekuat-kuatnya, serta jauhilah
perbuatan baru (dalam agama), karena setiap
perbuatan baru itu adalah bidah, dan setiap
bidah
itu
sesat
(HR.
Muslim).
Dilihat dari asal dalilnya, bidah ada dua
macam, yaitu bidah haqiqiyah dan bidah
idhafiyah. Bidah haqiqiyah adalah bidah
yang tidak ada dalilnya sama sekali baik
dalam Al-Quran, Sunnah maupun ijma.
Sedangkan bidah idhafiyah, di satu sisi
mempunyai dalil sebagai dasar pijakan suatu
amalan, tapi praktiknya tidak berdasarkan
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu (Al-Baqarah 152).
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (AlAnkabut
45).
Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu
beruntung
(Al-Jumuah
10).
Dua kalimat yang ringan diucapkan, berat
dalam timbangan, sangat dicintai oleh Allah
Yang Maha Pengasih, yaitu: Subhanallah
wabihamdihi Subhanallahil-Adhim (HR.
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Jadi, zikir adalah amalan yang besar
keutamaan
dan
derajatnya.
Tetapi, zikir menjadi bidah bila divermak
menjadi zikir model baru dengan aturanaturan tertentu, seperti Zikir Arifin Ilham. Di
mana ia memberi nama khusus Adzkar
Amaliah At-Taubah, dilakukan dengan
berjamaah (bersama-sama) berbaju putihputih, dengan suara keras, disertai tangisan,
dll, sama sekali tidak pernah dicontohkan
oleh
Nabi
dan
para
sahabat.
Menetapkan tata cara baru dalam ibadah
zikir adalah perbuatan baru yang diadaadakan tanpa ada contohnya dari Nabi. Maka
di
sini
berlaku
hadits
Nabi:
Jauhilah perkara-perkara yang baru
(muhdas), karena setiap perkara yang baru
adalah bidah, dan setiap bidah adalah
kesesatan (dhalalah), dan setiap kesesatan
akan
masuk
neraka.
Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu
yang baru dalam urusan agama kami ini yang
tidak kami perintahkan, maka ia tertolak
(HR.
Bukhari).
Abdullah
bin
Umar
berkata:
Setiap bidah adalah kesesatan, walaupun
dianggap baik oleh manusia (diriwayatkan
oleh Al-LalikaI dalam Syarah Ushul Itiqad
Ahlissunnah, I/126). mai, mag Indeks
Majalah
Tabligh
Online
DZIKIR
SESUDAH
SHALAT
Shalat merupakan sarana komunikasi antara
manusia (makhluk) dengan Allah (Khaliq).
Minimal lima kali dalam sehari semalam kita
melakukan komunikasi dengan Allah melalui
shalat Fardhu. Selain itu, kita juga bisa
menambah frekwensi komunikasi melalui
shalat-shalat
sunnah.
Namun, kuantitas komunikasi tersebut
kurang bermakna jika tidak dibarengi dengan
kualitas. Sebab, dalam praktiknya tidak
jarang hati kita lalai dari mengingat Allah
(dzikrullah) ketika kita melakukan shalat.
Padahal dzikrullah tersebut merupakan
tujuan utama shalat. Sebagaimana firman
Allah:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingatKu
(Qs.
Thaha
14).
Meskipun tidak sampai membatalkan shalat,
hal tersebut dapat mengurangi nilai shalat
kita. Shalat kita hanya dapat menggugurkan
kewajiban karena shalat kita hanya terdiri
dari gerakan dan ucapan yang hampa
lantaran tidak disertai dengan dzikrullah.
Keutamaan
Dzikir
setelah
Shalat
Dzikir yang dibaca setelah shalat itu
memiliki beberapa keutamaan (fadhilah). Di
antaranya dapat menghapuskan dosa-dosa.
Rasulullah SAW menegaskan: Dari Abu
Hurairah RA bahwasanya Nabi SAW
bersabda, Barang siapa yang bertasbih
kepada Allah (membaca Subhaanallah
{Maha Suci Allah}) pada setiap kali selesai
shalat sebanyak 33 kali, bertahmid
(membaca Alhamdulillaah {segala puji bagi
Allah}) 33 kali, bertakbir (membaca Allahu
Akbar {Allah Maha Besar}) 33 kali sehingga
berjumlah
99.
Kemudian
ia
menggenapkannya menjadi 100 dengan
membaca laa ilaaha illallaah wahdahuu laa
syariikalah, lahul mulku wa lahulhamdu
wahuwa alaa kulli syayin qadiir, maka
dosa-dosanya akan diampuni meskipun
sebanyak buih di lautan (HR Imam Ahmad,
Bukhari, Muslim dan Abu Daud).
Demikian tingginya nilai bacaan dzikir
tersebut di sisi Allah sehingga para sahabat
begitu antusias untuk mengamalkannya. Hal
ini dapat kita lihat pada hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari Sumai dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah, Bahwasanya kaum fuqara dari
kalangan Muhajirin datang menemui Nabi
saw seraya berkata, Telah pergi orang-orang
kaya dengan derajat yang tinggi dan nimat
yang berlimpah. Nabi bertanya, Ada apa
bersama
tersebut?
Jawaban:
Di dalam Himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah Kitab Masalah Lima
halaman 276 di jelaskan beberapa masalah
tentang agama, antara lain sebagai berikut:
1. Definisi (tarif) agama (addien) :
a. Agama yakni agama Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. ialah apa yang
diturunkan oleh Allah di dalam Quran dan
yang tersebut dalam Sunnah yang shahih,
berupa perintah-perintah, dan laranganlarangan serta petunjuk untuk kebaikan
manusia di dunia dan di akhirat.
b. Agama adalah apa yang disyariatkan
Allah dengan perantaraan Nabi-nabiNya,
berupa perintah-perintah dan laranganlarangan serta petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan di akhirat.
2.
Definisi
(tarif)
dunia
:
Yang dimaksud dengan urusan dunia
dalam sabda Rasulullah SAW.: Kamu lebih
mengerti dengan urusan dunia ialah segala
perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya
para
nabi
(yaitu
perkara/pekerjaanpekerjaan/urusan-urusanyang
disaerahkan
sepenuhnya kepada kebijaksanaan manusia).
3.
Definisi
(tarif)
ibadah
:
Ibadah adalah bertaqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah, dengan jalan mentaati
segala perintahNya, menjauhi segala
laranganNya dan mengamalkan segala yang
diizinkan
Allah.
Ibadah itu ada yang umum dan ada yang
khusus
:
a. Ibadah umum ialah segala amal yang
diizinkan
Allah
SWT.
b. Ibadah khusus ialah apa yang telah
ditetapkan
Allah
akan
perincianperinciannya, tingkah dan cara-caranya yang
tertentu.
Dalam hal ibadah khusus, qaidah yang
berlaku
Hukum pokok
diperintah.
adalah
dalam
:
ibadah
adalah
sepanjang
tidak
mengharamkannya.
ada
dalil
yang
berikut:
Wallahu
alamu
bish-shawab.
Risman Muchtar www.Majlis Tabligh dan
Dakwah Khusus