Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi di dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat
salah satunya yaitu teknologi nirkabel. Teknologi tersebut dapat mempertukarkan suara,
data, dan video. Sebagai contoh video streaming yang diakses dan ditampilkan secara
real time melalui internet. Teknologi nirkabel mempunyai keunggulan diantaranya biaya
pembangunan yang relatif murah, instalasi mudah, serta kemampuan menjangkau area
geografis yang lebih luas.
Komunikasi nirkabel memiliki kendala pada saat transmisi yang disebut
multipath fading, dimana sinyal yang ditransmisikan akan berkurang dayanya apabila
mengalami kendala oleh lingkungan yang dilaluinya atau yang disebut tidak-LOS (non
Line of sight). MIMO (Multiple Input Multiple Output) merupakan salah satu teknologi
yang dapat mengatasi masalah tersebut.
MIMO merupakan teknologi yang menggunakan beberapa antena sebagai
pemancar sehingga persentasi data yang sampai pada penerima akan semakin besar.
Dengan kata lain apabila ada salah satu pemancar mengalami tidak-LOS maka dapat
diatasi oleh pemancar lain yang juga ikut mentransmisikan data yang sama. Hal ini
memungkinkan para pengguna jaringan untuk memakai beragam sajian layanan
multimedia, salah satunya yang cukup populer dimasyarakat saat ini adalah video
streaming.
Video streaming adalah video yang merupakan tampilan berupa gambar secara
visual yang diakses secara real time melalui internet. Standar video streaming yang
sering digunakan adalah: H.261, H.263, H.264, MPEG-4 dan lain-lain.
Standar video H.264 (MPEG-4 part 10) atau lebih dikenal dengan Advance
video coding (AVC) merupakan sebuah codec video digital yang memiliki keunggulan
dalam rasio kompresi (tingkat kompresi yang tinggi). Tujuan dari pengembangan
standar H.264/AVC ini adalah untuk membuat suatu standar video digital yang dapat
menghasilkan kualitas video yang baik pada bitrate yang lebih kecil dibandingkan
standar video digital sebelumnya (MPEG-2, H.263, MPEG-4). Format video pada
H.264 yang sering digunakan adalah: QCIF, CIF, SD-TV, HD-TV dan lain-lain.
1

Format video CIF dikenal sebagai salah satu format video menengah yang
umum, dimana digunakan untuk sebagian besar pada video konferens dan produk video
chat. CIF sendiri didefinisikan memiliki resolusi gambar 352x288, serta gambar pada 30
frame per detik.
Faktor yang sangat penting dan mempengaruhi transmisi video yaitu Bit Error
rate (BER) juga Peak Sinyal To Noise Ratio (PSNR). Semakin kecil BER dan semakin
tinggi PSNR maka transmisi video akan semakin baik. Pertanyaannya, bagaimana nilai
BER dan PSNR pada transmisi video H.264 dengan menggunakan teknologi MIMO
dan tidak-MIMO baik pengkodean secara scalable maupun Tidak-scalable.
Untuk itu, judul yang diambil yaitu Analisis Teknologi MIMO Pada
Transmisi Video H.264.
1.2 Rumusan Masalahn
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu bagaimana menganalisis Teknologi MIMO Pada Transmisi Video
H.264.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu dibatasi
a
b

sebagai berikut :
Rancangan sistem yang digunakan adalah MIMO Alamouti 2x2.
Simulasi menggunakan perangkat lunak matlab R2009B.
c Standar video yang digunakan adalah standar H.264 dengan format video yang
digunakan adalah CIF.
Parameter yang akan dianalisis adalah PSNR dan BER.

1.4 Tujuan dan Manfaat


1.4.1

Tujuan
Menganalisis transmisi video H.264 menggunakan teknologi MIMO dengan

tidak-MIMO baik pengkodean secara scalable maupun tidak-scalable.


1.4.2

Manfaat
Hasil analisis dari simulasi perbandingan transmisi video H.264 menggunakan

teknologi MIMO dengan tidak-MIMO dapat digunakan sebagai pembanding pada


penerapan yang sebenarnya.
1.5 Sistematika Penulisan
2

Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori penunjang yang memaparkan tentang Pengertian
Teknologi MIMO, Fading, Multipath, Pengertian WirelessLAN (Wireless 802.11),
karakteristik dari jaringan wireless LAN, standar video H.264, Pengertian PSNR dan
Pengertian SVC (Scalable Video Coding).
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel,
metode penelitian, analisa data dan instrument penelitian.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Teknologi MIMO (Multiple Input Multiple Ouput )
Teknologi MIMO adalah teknologi antena yang menggunakan multi antena pada
pengirim dan penerima. (Cho dkk , 2010). Sistem ini menggunakan sejumlah N antena
pemancar dan sejumlah M antena penerima untuk dapat mentransmisikan sinyal
informasi dari beberapa pengirim ke beberapa penerima, dengan teknologi MIMO
seperti pada Gambar 2.1 tujuannya agar persentasi data yang sampai pada penerima
akan semakin besar. Dengan kata lain apabila ada salah satu pemancar mengalami
tidak-LOS maka dapat diatasi oleh pemancar lain yang juga ikut mentransmisikan data
yang sama.

Gambar 2.1 MIMO Channel


Penggunaan multi antena pada pengirim dan penerima diharapkan mampu menaikkan
kualitas layanan komunikasi nirkabel tersebut.
2.1.1

Fading
Dalam komunikasi nirkabel, propagasi mengacu pada gelombang radio ketika

dipancarkan dari pemancar ke penerima. Dalam perjalanan, gelombang radio


dipengaruhi oleh tiga mode yang berbeda, fenomena refleksi, difraksi, dan hamburan
yaitu fenomena yang terjadi ketika menyebarkan gelombang elektromagnetik pada
objek dengan dimensi yang sangat besar dibandingkan dengan panjang gelombang,
misalnya, permukaan bumi dan bangunan. Hal ini memaksa daya sinyal transmisi
dipantulkan kembali ke asalnya bukannya melewati halangan sepanjang jalan ke
penerima.

2.1.2

Multipath
Multipath secara sederhana merupakan fenomena perambatan dari sinyal antena

pemancar dikirimkan melalui lintasan yang bervariasi. Karena adanya fenomena ini,
sinyal yang datang dari pengirim diterima oleh penerima dengan level daya dan waktu
kedatangan yang bervariasi. Sinyal yang berpropagasi secara LOS akan terlebih dahulu
sampai pada penerima dan memiliki daya lebih besar bila dibandingkan dengan sinyal
berpropagasi secara tidak-LOS karena secara tidak-LOS mengalami proses refleksi,
difraksi, dan hamburan yang bervariasi seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Multipath fading


2.2 Alamouti
Sistem nirkabel saat ini yang mempertukarkan multimedia memerlukan
kecepatan transmisi untuk saling berkirim dimana alamouti membuat terobosan baru
yang dimana sistem tersebut handal dalam berbagai jenis lingkungan seperti perkotaan,
pedesaan , indoor maupun outdoor dengan kata lain sistem ini memiliki kualitas yang
lebih baik dan efisiensi bandwith (Alamouti, 1998).
2.3 Pengertian WirelessLAN (Wireless 802.11)
Wireless LAN (jaringan wireless 802.11) adalah jaringan computer lokal yang
menggunakan media transfer data nirkabel atau tanpa kabel, pada wireless LAN ini user
berhubungan dengan server melalui modem radio. Teknologi wireless LAN dijadikan
sebagai salah satu teknologi utama yang diaplikasikan dalam jaringan telekomunikasi
dikarenakan karakteristik wireless LAN yang fleksibel. Komunikasi wireless LAN
memiliki perkembangan tercepat dan sebagai sektor yang penting dalam industri
telekomunikasi.
5

Wireless LAN bekerja menggunakan gelombang radio. Sinyal radio menjalar


dari pengirim ke penerima melalui free space, pantulan, difraksi, serta LOS. Hal ini
berarti sinyal radio tiba di penerima melalui banyak jalur (multipath), dimana tiap sinyal
(pada jalur yang berbeda-beda) memiliki level kekuatan, delay dan fasa yang beredabeda.
Awalnya teknologi ini didesain untuk aplikasi perkantoran dalam ruangan,
namun sekarang wireless LAN dapat digunakan pada jaringan peer to peer dalam
ruangan dan juga point to point di luar ruangan maupun point to multi point pada
aplikasi bridge. Jaringan ini juga bisa dioptimalkan pada lingkungan yang berbeda serta
dapat mengatasi kendala geografis dan rumitnya instalasi kabel.
2.3.1

Standar Wireless LAN


Pada tahun 1997 IEEE (Istitute of Electrical and Electronic Engineers) membuat

suatu spesifikasi/standar wireless LAN yang pertama dengan kode IEEE 802.11
(bekerja pada frekuensi 2,4GHz). Hanya sayangnya kecepatan komunikasi datanya baru
2Mbps. Dalam teknologi wireless LAN IEEE juga menetapkan dua standar lain yang
digunakan yakni :
a

802.11 standar indoor (dalam ruangan) yang terdiri dari :

802.11 2,4 GHz 2 Mbps

802.11a 5 GHz 54 Mbps

802.11a 2X 5 GHz 108 Mbps

802.11b 2,4 GHz 11 Mbps

802.11g 2,4 GHz 54 Mbps

802.11n 2,4 GHz 120 Mbps

802.16 standar outdoor salah satunya adalah WIMAX (World Interoperability for
Microwave Access) yang sedang marak penggunaannya di Indonesia.

2.3.2

Struktur Jaringan Wireless LAN

Wireless LAN sangat mudah beradaptasi artinya dapat dirancang untuk


lingkungan dalam ruangan dan juga untuk luar ruangan seperti menghubungkan
gedung-gedung kantor, rumah sakit dan universitas. Wireless LAN memungkinkan work
station untuk berkomunikasi dan mengakses jaringan dengan menggunakan propagasi
radio sebagai media transmisi. Wireless LAN bisa menghubungkan LAN kabel yang
telah ada sebagai sebuah extensi atau menjadi basis dari jaringan baru. Pada Gambar 2.3
adalah struktur jaringan wireless LAN.

Gambar 2.3 Konfigurasi secara umum wireless LAN


Pada dasarnya blok dari wireless LAN adalah cell. Cell merupakan area yang dicakupi
oleh komunikasi wireless. Area cakupan ini tergantung pada kekuatan propagasi signal
radio dan tipe kontruksi dari penghalang, partisi dan atau karakter fisik dari lingkungan
dalam ruangan. PC workstation, notebook, laptop, dan PDA dapat bergerak bebas dalam
areal cell
2.3.3

Keunggulan dan Kelemahan dari Wireless LAN


Karakteristik dari wireless LAN memberikan kemudahan bagi user untuk dapat

terkoneksi dengan internet secara cepat. Adapun keunggulan dan kelemahan dari
wireless LAN yakni:
1

Keunggulan wireless LAN:

Memiliki mobilitas yang tinggi, memungkinkan user dapat mengakses data


atau informasi secara cepat di lokasi manapun yang masih berada dalam
jangkauan wireless LAN.

Kemudahan dan kecepatan instalasi, sangat cepat dan mudah dalam instalasi
tanpa harus menggunakan kabel pada dinding karena kabel yang digunakan
hanya menggunakan aksespoint(HUB/switch/router) dan koneksi yang
terhubung menggunakan gelombang radio.

Bersifat fleksibel, memungkinkan untuk membangun jaringan yang tidak


mungkin untuk dijangkau oleh kabel.

Menurunkan biaya kepemilikan, meskipun biaya investasi wireless LAN


lebih mahal dibandingkan dengan LAN konvensional, namun instalasi dan
perawatan jaringan lebih murah dan sangat cocok digunakan dalam
lingkungan yang dinamis.

Produktivitas, syarat suatu korporasi yakni produtivitas karyawan dapat


diandalkan dengan adanya dukungan teknologi wireless LAN maka
karyawan dapat selalu tersambung ke internet dalam keadaan bergerak
(mobile).

Kelemahan wireless LAN Pada umumnya kelemahan wireless LAN terdapat pada
sistem keamanan karena menggunakan signal gelombang RF yang memungkinkan
orang lain mengakses jaringan yang sama. Faktor-faktor lain dipengaruhi oleh
cuaca, serta harga dari komponen wireless LAN yang masih cukup mahal di
pasaran.

2.4 Standar Video H.264


Standar H.264 (MPEG-4 part 10) atau lebih dikenal dengan Advance video
coding (AVC) merupakan sebuah codec video digital yang memiliki keunggulan dalam
rasio kompresi (tingkat kompresi yang tinggi). H.264 dikembangkan oleh ITU-T Video
Coding Expert Group (VCEG) bersama-sama dengan ISO/IEC Moving Picture Expert
Group (MPEG) yang dinamakan Joint Video Team (JVC). Tujuan dari pengembangan
standar H.264/AVC ini adalah untuk membuat suatu standar video digital yang dapat
menghasilkan kualitas video yang baik pada bitrate yang lebih kecil dibandingkan
standar video digital sebelumnya (MPEG-2, H.263, MPEG-4 part 2). Selain itu

pengembangan H.264 ini juga bertujuan untuk digunakan dalam berbagai macam
aplikasi seperti video broadcats, RTP/IP packet networks, dan ITU-T telephony system.
2.4.1

Keunggulan dari Standar Video H.264


Standar H.264 memiliki dua kali efiensi bandwidth (kualitas gambar yang sama

namun hanya mengkonsumsi setengah kapasitas bandwidth, atau double kualitas untuk
bandwidth jaringan yang sama) dibanding teknologi codec sebelumnya H.263 dan
MPEG-4 level 2.
Beberapa keunggulan dari pengurangan bandwidth dan volume data pada standar H.264
adalah :
1

Kualitas gambar yang lebih baik dibandingkan dengan MPEG-4.

Memperkecil waktu yang dibutuhkan untuk proses streaming video via internet
(tergantung dari jaringan yang dipakai).

Memperbesar volume (waktu) data video yang memungkinkan untuk direkam dalam
hardisk karena kompresi yang lebih kecil dibandingkan MPEG -4.

2.4.2

Standar Format Video Common International Format (CIF)


CIF dikenal sebagai salah satu format video menengah yang umum, dimana

digunakan untuk sebagian besar pada video konferens dan produk video chat. CIF
sendiri didefinisikan memiliki resolusi gambar 352x288, serta gambar pada 30 frame
per detik. Format CIF secara umum biasa digunakan pada televisi broadcast.
2.5 Pengertian Peak Signal To Noise Rasio (PSNR)
Pada video digunakan parameter PSNR dimana untuk mengukur kualitas video
asli (video input) dan video hasil rekontruksi (video output) (Rantelobo, Kalvein ,
2014). Parameter ini tergantung pada Mean Square Error (MSE) yang merupakan sigma
dari jumlah error antara video hasil dengan video asli.

PSNR = 10 log 10

f ( x , y ) g ( x , y )2
m 1 n1
1

MN x=0 y=0
MSE=
255 2

Dimana :

= Jumlah pixel per baris

= Jumlah baris atau frame

f ( x , y ) = intensitas pixel luminance dari frame asli

g ( x , y ) = intensitas pixel luminance dari frame dari frame rekontruksi


2.6 Pengertian Bit Error Rate (BER)
BER merupakan jumlah bit error saat transmisi dari pengirim ke penerima oleh
karena akibat lingkungan yang tidak-LOS, kesalahan transmisi, dan noise serta yang
bisa mengganggu proses saat transmisi. BER diukur dengan ukuran

10

sebagai

nilai maksimal yang diperkenankan berdasarkan standart ITU-T untuk memaksimalkan


jumlah pengguna yang bisa dilayani dengan level penerimaan yang masi dianggap
wajar.

2.7 Pengertian Scalable Video Coding (SVC)


SVC adalah solusi untuk masalah yang ditimbulkan oleh karakteristik sistem
transmisi video modern. Istilah skalabilitas mengacu untuk penghapusan bagian dari bit
video streaming dalam beradaptasi untuk berbagai kebutuhan pengguna serta berbagai
kemampuan terminal atau kondisi jaringan Gambar 2.4. Istilah SVC digunakan untuk
desain baru yang dibakukan sebagai perpanjangan dari standar H.264 / Advanced Video
Coding(AVC). Pada proses transmisi video, jika terjadi congestion dan error pada kanal
transmisi maka minimal base-layer yang memuat informasi vital masih sanggup
ditransmisikan. Metode scalability secara mendasar dapat dibedakan atas tiga yaitu :
Spatial scalability, Temporal Scalability dan SNR (Signal To Noise Rasio) atau Quality
Scalability, (Rantelobo, Kalvein , 2014).

10

Gambar 2.4 Penggunaan SVC


2.7.1

Spatial Scalability
Spatial Scalability merupakan teknik kompresi video Scalable dengan

perubahan pada frame size. Perubahan pada frame size ini dilakukan dengan
pengkodean secara bersama antara base layer dengan enchanment layer dimana pada
base layer dilakukan proses down sampling dari video input sebelum kompresi baik
secara 1-D spatial (kearah horizontal) maupun secara 3-D spatial (kearah horizontal dan
vertikal) yang nantinya akan menghasilkan spatial enchancement layer. Dari proses
down sampling ini terdapat perbedaan resolusi antara base layer dan enchanment layer.
Sehingga saat dikodekan bersama hasil kompresi video memiliki multi resolusi
(Rantelobo, Kalvein , 2014).
2.7.2

Temporal scalability
Temporal scalability adalah teknik kompresi video dengan perubahan laju frame

(frame rate) (Rantelobo, Kalvein , 2014). Teknik temporal scalability didapat dari
proses penyisipan gambar yang dikodekan bebas, gambar yang dikodekan hasil prediksi
dari gambar sebelumnya dan gambar dari hasil dua arah.
2.7.3

SNR/Quality Scalability
SNR/Quality Scalability merupakan teknik kompresi menggunakan perubahan

pada kualitas gambar dari video. Perubahan kualitas gambar dari video pada SNR
Scalability didapat dengan mereduksi komponen luminance dan crominance dari video
tersebut (Rantelobo, Kalvein , 2014).
11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan. Dimulai sejak selesai seminar
proposal ini dan bertempat di gedung kampus Teknik Elektro, Fakultas Sains dan
Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang.

Jadwal Kegiatan Penelitian


Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

12

Tabel 3.1 Jadwal penelitian

Metode Penelitian
Metode atau langkah-langkah proses penelitian ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu sebagai berikut:
3.3.1

Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan semua perlengkapan yang

dibutuhkan dalam penelitian, yaitu laptop/personal computer (PC), termasuk


instalasi software matlab R2009B
3.3.2

Tahap Pelaksanaan
Pada proses pelaksanaan penelitian akan dilakukan simulasi untuk

menganalisa transmisi video H.264 menggunakan teknologi MIMO dengan nonMIMO baik pengkodean secara scalable maupun non-scalable. Langkahlangkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Start atau memulai kegiatan penelitian.
B. Membuat pemodelan yang akan dipakai pada simulasi.
C. Tipe jaringan yang digunakan yaitu jaringan wireless LAN.
D. Menginput atau memasukan skenario ke software dalam bentuk script.
E. Memulai proses simulasi menggunakan perangkat lunak matlab R2009B
sesuai parameter yang ditentukan.
13

F. Melihat dan mengamati parameter yang digunakan dalam simulasi ( BER


(Bit Error Rate) dan PSNR (Peak Sinyal To Noise Ratio)).
G. Analisa hasil simulasi.
H. Selesai.
3.3.3

Tahap Akhir
Pada tahap ini akan dilakukan analisa data berdasarkan hasil simulasi.

Terdapat langkah langkah sebagai berikut :


A. Mengklasifikasi data-data setelah menjalankan simulasi. Data-data yang
dibutuhkan adalah BER dan nilai PSNR untuk standar video. Untuk dapat
menjalankan simulasi maka dibutuhkan suatu skenario, skenario yang akan
dipakai adalah sebagai berikut :
1. Simulasi sistem menggunakan sistem dasar telekomunikasi.
2. Menerapkan video H.264 dengan format video yang digunakan adalah
CIF pada sistem dan non-scalable.
3. Menerapkan video H.264 dengan format video yang digunakan adalah
CIF pada sistem dan scalable.
4. Menerapkan teknologi MIMO pada skenario 2.
5. Menerapkan teknologi MIMO pada skenario 3.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Model Skenario
Skenario

Model

Format video

Non-MIMO dan Non-Scalable

CIF

Non-MIMO dan Scalable

CIF

MIMO dan Non-Scalable

CIF

MIMO dan Scalable

CIF

B. Menganalisis grafik untuk parameter-parameter transmisi video H.264 pada


teknologi MIMO yaitu:
a) BER (Bit Error Rate)
b) Nilai PSNR (Peak Signal To Noise Ratio) untuk standar video.
14

DAFTAR PUSTAKA
Alamouti, S. M. (1998). A Simple Transmit Diversity Technique. Universitatsbibliothek
der TU Wien: IEEE Xplore.
Cho, Y. S., Kim, J., Yang, W. Y., & kang, C. G. (2010). MIMO-OFDM Wireless
Communications with MATLAB. singapore: Wiley.
Rantelobo, Kalvein . (2014). Pengkodean Video Terskala : Aplikasi dan Implementasi
Transmisi Video pada Jaringan Pita Lebar Nirkabel. (proses penerbitan).

15

Anda mungkin juga menyukai