Pada anak dengan sindrom nefritik akan ditemui gejala dan tanda kelebihan
cairan intravaskular berupa ortopneu, kardiomegali, peningkatan JVP, kongesti
paru dan hepatomegali. Gejalan dan tanda tersebutlah yang membedakan antara
sindrom nefritik dengan sindrom nefrotik. Maka pasien ini didiagnosis Sindrom
terjadi
hipovolemi,
dan
ginjal
melakukan
kompensasi
dengan
Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium adalah defek renal utama.
Retensi natrium oleh ginjal menyebabkan cairan ekstraseluler meningkat sehingga
terjadi edema. Penurunan LFG akibat kerusakan ginjal akan menambah retensi
natrium dan edema. Kedua mekanisme tersebut ditemukan pada SN. Faktor
seperti asupan natrium, efek diuretik atau terapi steroid, derajat gangguan fungsi
ginjal, jenis lesi gromerulus, dan keterkaitan dengan penyakit jantung atau hati
akan menentukan mekanisme mana yang lebih berperan (Prodjosudjadi, 2013).
Kambuh
sering
remisi.
Kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan, atau < 4 kali dalam
Kambuh sering
periode 12 bulan.
Kambuh > 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons
Responsif-steroid
Dependen-steroid
Remisi tercapai hanya dengan terapi steroid saja.
Resisten-steroid
Responder lambat
dihentikan.
Gagal mencapai remisi meskipun telah diberikan terapi
prednison 60 mg/m2/hari selama 4 minggu.
Remisi terjadi setelah 4 minggu terapi prednison 60
mg/m2/hari tanpa tambahan terapi lain.
Nonresponder awal
Nonresponder
lambat
responsif-steroid
Pasien pada kasus ini 3 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan
bengkak pada mata, wajah, tangan, perut, skrotum, kaki disertai dengan keluhan
kencing yang berwarna keruh. Sejak saat itu pasien rutin untuk berobat dan
kontrol. Kemudian 8 bulan setelahnya penyakit pasien kambuh kembali dengan
keluhan bengkak pada seluruh tubuh. Sehingga berdasarkan Konsensus
Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak (Ikatan Dokter Anak Indonesia
2012) pasien ini didiagnosis menderita sindrom nefrotik kasus relaps jarang, yaitu
relaps < 2 kali dalam masa 6 bulan, atau < 4 kali dalam periode 12 bulan.
Pada SN kambuh diberikan prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal
4 minggu) dilanjutkan dengan dosis alternating selama 4 minggu. Pada pasien SN
remisi yang mengalami proteinuria kembali ++ tetapi tanpa edema, sebelum
pemberian prednison, dicari lebih dahulu pemicunya, biasanya infeksi saluran
nafas atas. Bila terdapat infeksi diberikan antibiotik 5-7 hari, dan bila kemudian
proteinuria menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps. Bila sejak awal
ditemukan proteinuria ++ disertai edema, maka diagnosis relaps dapat
ditegakkan, dan prednison mulai diberikan.
Keterangan : Pengobatan SN relaps diberikan prednison dosis penuh (FD) setiap hari sampai
remissi (maksimal 4 minggu) kemudian dilanjutkan dengan prednison intermittent atau
alternating (AD) 40 mg/m2 LPB/hari selama 4 minggu.
Untuk pemberian dosis penuh (full dose) prednison sesuai berat badan ideal
(BB terhadap TB) (KDIGO, 2012). Berdasarkan CDC-NCHS Growth Chart, pada
pasien ini BB ideal nya dengan TB 112 cm adalah 19,5 kg, sehingga dosis
prednison yang diberikan adalah 19,5 kg x 2 mg = 39 mg/hari, dibulatkan menjadi
40 mg/hari dikarenakan:
1. Satu tablet prednison mengandung 5 mg sehingga mempermudah dalam
penentuan jumlah tablet yang akan diberikan dan mempermudah dalam
pengkonsumsian obat;
cairan,
pertimbangkan
pemberian
koloid.
Darah
hanya
g/kg/menit.
Nilai respon penderita terhadap pemberian cairan dengan memantau
status kardiovaskular, tanda vital dan perfusi perifer. Dengan meningkatkan