Anda di halaman 1dari 154

UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI

EKSTRAK KERING AIR GAMBIR SECARA IN VIVO

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Disusun oleh :
GITA PERMATA SARI
106102003380

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA

: GITA PERMATA SARI

NIM

: 106102003380

JUDUL

: UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK


KERING AIR GAMBIR SECARA IN VIVO

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt

Azrifitria, M.Si, Apt

NIP:

NIP: 197211272005012004

Mengetahui
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.


NIP: 1956010619851010001

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil alamin. Segala pujian hanya pantas ditujukan kepada
Allah SWT. Tak ada satu pun makhluk di dunia ini yang pantas mendapatkan pujian
melebihi diri- Nya. Shalawat dan Salam hanyalah untuk Muhammad Rasulullah
SAW, seorang manusia luar biasa. Ia senantiasa menjadi inspirasi dan semangat
semangat penulis ketika melemah dan membutuhkan dukungan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir
guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Adapun judul skripsi ini adalah Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi
Ekstrak Kering Air Gambir Secara In Vivo.
Selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya, khusunya kepada:
1. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ahmad Musir, Apt sebagai pembimbing I yang senantiasa dan dengan
sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Azryfitria, M.Si, Apt sebagai pembimbing II yang senantiasa dan dengan
sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Ayahanda Hartono dan Ibunda tercinta Endang Ketut Setyowati yang
selalu mendoakan dan mendukung penulis baik moril maupun materiil.
6. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Untuk kakakku Fariz Agung Kurniawan, dan sister tersayang Dymitri
Adhita, Nuri Prita Wardhani yang selalu memberikan dateline, dukungan
materiil dan semangat kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat farmasiku Alfi Inayati, Arny Fitri Agus, Eli Felasih,
Nailul Hana, Reni Yandwi Sari, Putrisa Amnel Viona, Nindi Sesarowanti,
dan Yunita Haryati untuk kebersamaan yang sangat berharga dalam 4
tahun terakhir ini, semoga ini bukanlah perpisahan untuk kita.
9. Sahabat-sahabat farmasi UHAMKA ibu Fith, Pak Hadi, Ibu Dwita, Ibu
Alma, Hakim, Heru, Dian yang dengan senang hati mengajarkan dan
membantu pelaksanaan uji antiinflamasi.
10. Teman-teman apotek JMED bang udin, mba imah, mba Yeni dan Ricky
yang selalu memaklumi keterlambatan saya serta dr. Elsa, dr. Salfiah, dr.
Hestin, drg. Dede, dan drg. Desy yang memberikan masukan serta
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan Farmasi Teofilin 2006 untuk kekompakan dan
canda-tawa yang dihadirkan setiap hari meskipun saat kelas berlangsung.

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena tiada gading yang tak retak oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan
skripsi ini serta memperbaiki kemampuan penulis dalam kesempatan lainnya.

Jakarta, September 2010

Penulis

ii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...
i
Daftar Isi . iii
Daftar Tabel
v
Daftar Gambar .......
vi
Daftar Lampiran . vii
Abstrak viii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah . 2
1.3 Hipotesa 3
1.4 Tujuan Penelitian . 3
1.5 Manfaat .. 3
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Uraian Tanaman ..
2.1.1 Klasifikasi ...
2.1.2 Nama Daerah .
2.1.3 Deskripsi .
2.1.4 Kandungan Kimia ..
2.1.5 Khasiat
2.2 Persiapan Simplisia .
2.3 Ekstrak dan Ekstraksi ..
2.3.1 Pengertian ekstrak dan ekstrak ...
2.3.2 Cara pembuatan ekstrak ..
2.4 Metode Ekstraksi ..
2.5 Pengeringan Beku (Freeze Drying) ..
2.6 Parameter Ekstrak ....
2.7 Analgetik ..
2.7.1 Pengertian analgetik
2.7.2 Mekanisme nyeri ..
2.7.3 Golongan obat analgetik...
2.7.4 Asam mefenamat .
2.7.5 Asam asetat ..
2.7.6 Pengujian efek analgetik ..
2.8 Inflamasi ..
2.8.1 Pengertian inflamasi .
2.8.2 Mekanisme inflamasi

2.8.3 Golongan obat antiinflamasi


2.8.4 Natrium diklofenak

2.8.5 Karagenan
2.8.6 Pengujian efek antiinflamasi

4
4
4
5
5
6
6
7
7
7
8
10
11
12
11
13
14
15
15
16
18
18
18
19
20
20
21

Bab III Kerangka Konsep Kerja .. 24


iii

Bab IV Metodelogi Penelitian


4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .
4.2 Alat dan Bahan Penelitian ..
4.2.1 Alat penelitian
4.2.2 Bahan tanaman .....
4.2.3 Bahan kimia .
4.2.4 Bahan pereaksi .
4.2.5 Hewan percobaan .
4.3 Prosedur Penelitian .
4.3.1 Penyiapan simplisia .
4.3.2 Pembuatan ekstrak air gambir..
4.3.3 Uji cemaran gambir (urea)
4.3.4 Penapisan fitokimia .
4.3.5 Pengujian parameter non spesifik ekstrak ...
4.3.6 Persiapan hewan coba (aklimatisasi) ...
4.3.7 Penetapan dosis
4.3.8 Persiapan bahan
4.3.9 Metode pengujian .
4.3.9.1 Uji analgetik .
4.3.9.2 Uji antiinflamasi ...
4.3.10 Teknik analisa data ..

25
25
25
25
26
26
26
26
26
27
27
27
30
32
33
34
34
34
35
37

Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan


5.1 Hasil Penelitian .
5.1.1 Penapisan fitokimia .....
5.1.2 Pengujian parameter ekstrak
5.1.3 Hasil penelitian ...
5.1.3.1 Analgetik ..
5.1.3.2 Antiinflamasi
5.2 Pembahasan .

39
39
40
40
40
42
44

Bab VI Kesimpulan dan Saran


6.1 Kesimpulan .. 55
6.2 Saran 56
Daftar Pustaka . 60
Lampiran
61

iv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kelompok Perlakuan uji analgetik & antiinflamasi.. 33
Tabel 2 Kelompok Dosis Untuk Uji Analgetik.. 33
Tabel 3 Kelompok Dosis Untuk Uji Antiinflamasi 33
Tabel 4 Hasil Pengujian Penapisan Fitokimia 39
Tabel 5 Karakteristik Ekstrak. 40
Tabel 6 Data Pengamatan Rata-rata Geliat.... 40
Tabel 7 Data Persentase Proteksi Analgetik... 41
Tabel 8 Data Persentase Radang Telapak Kaki Tikus 42
Tabel 9 Data Penghambatan Radang Telapak Kaki Tikus. 43
Tabel 10 Konversi Dosis Hewan ke HED Berdasarkan BSA 71
Tabel 11 Data Pengamatan Geliat Mencit Pada Uji Analgetik . 80
Tabel 12 Data Persentase Proteksi Analgetik 81
Tabel 13 Hasil Pengamatan Radang Pada Uji ANtiinflamasi .. 83
Tabel 14 Hasil Persentase Radang Telapak Kaki Tikus ... 84
Tabel 15 Hasil Persentase Penghambatan Radang Telapak Kaki Tikus .. 86
Tabel 16 Uji Normalitas ANOVA pada Analgetik ..
88
Tabel 17 Uji Homogenitas ANOVA pada Analgetik 90
Tabel 18 Uji ANOVA pada Analgetik .
91
Tabel 19 Uji Bobot Nyata Terkecil pada Analgetik .
91
Tabel 20 Uji Normalitas ANOVA pada Antiinflamasi
94
Tabel 21 Uji Homogenitas ANOVA pada Antiinflamasi..
95
Tabel 22 Uji ANOVA pada Antiinflamasi
97
Tabel 23 Uji Kruskal Wallis pada Antiinflamasi Jam 1
99
Tabel 24 Uji Bobot Nyata Terkecil pada Antiinflamasi 100

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Data Rata-rata jumlah Geliat.. .


Gambar 2 Data Persentase Proteksi Analgetik .............................................
Gambar 3 Data Persentase Radang Telapak Kaki Tikus ..............................
Gambar 4 Data Persentase Penghambatan Radang Telapak Kaki Tikus......
Gambar 5 Bongkahan Gambir ......................................................................
Gambar 6 Hasil Freeze Drying Gambir........................................................
Gambar 7 Hewan Uji Mencit DDY ..............................................................
Gambar 8 Hewan Uji Tikus SD....................................................................
Gambar 9 Plethysmometer............................................................................
Gambar 10 Freeze Drying Gambir ...............................................................
Gambar 11 Penyondean Zat Uji .................................................................
Gambar 12 Penyuntikkan Asam Asetat Secara IP .......................................
Gambar 13 Mencit Meregangkan Perutnya (writhing).................................
Gambar 14 Penyuntikkan Karagenan Secara Subplantar .............................
Gambar 15 Radang Pada Telapak Kaki Tikus..............................................
Gambar 16 Pengukuran Volume Radang Pada Telapak Kaki Tikus............
Gambar 17 Identifikasi Cemaran Gambir (Urea) .........................................

vi

Halaman
41
42
43
44
60
60
60
60
60
61
61
61
61
61
62
62
62

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1Gambar Alat dan Bahan Penelitian............................................
61
Lampiran 2 Kegiatan Penelitian ...................................................................
62
Lampiran 3 Sertifikat Natrium Diklofenak ..................................................
64
Lampiran 4 Sertifikat Analisa Diklofenak Sodium ......................................
65
Lampiran 5 Sertifikat Karagenan .................................................................
66
Lampiran 6 Absorbansi Asam Mefenamat...................................................
67
Lampiran 7 Skema Kerja (Pembuatan Ekstrak) ...
68
Lampiran 8 Skema Kerja Uji Analgetik 69
Lampiran 9 Skema Kerja Uji Antiinflamasi... 70
Lampiran 10 Rumus Perhitungan Dosis Hewan .
71
Lampiran 11 Perhitungan Dosis Untuk Hewan Uji
72
Lampiran 12 Pemeriksaan Parameter Ekstrak
79
Lampiran 13 Data Pengamatan Geliat Mencit...
80
Lampiran 14 Data Persentase Proteksi Analgetik .
81
Lampiran 15 Hasil Pengamatan Radang Pada Uji Antiinflamasi ..
83
Lampiran 16 Hasil Persentase Radang telapak Kaki Tikus 84
Lampiran 17 Hasil Persentase Penghambatan Radang Telapak Kaki Tikus.. 86
Lampiran 18 Hasil Statistik Uji Efek Analgetik 88
Lampiran 19 Hasil Statistik Uji Efek Antiinflamasi..
94

vii

ABSTRACT

Title : Analgesic and Anti-Inflammatory Effect of The Dryed Aqueous Extract


of Gambir In Vivo
The dryed aqueous extract of gambir was investigated for the analgesic and antiinflammatory effect in scienctific. This experiment is aims as a anti-inflammatory and
analgesic drugs thus the side effect of AINS drugs can be minimize. The result
showed that the dryed aqueous extract of gambir administered at dose of 3,5 mg/200
g body weight, 7 mg/200 g body weight dan 14 mg/200 g body weight reduced
significantly the formation of oedema induced by carrageenan in rat. In the aceticacid induced writhing model, the extract showed a good analgesic effect
characterized by a significant reduction in the number of writhes or abdominal
stretches in mice with dose 1,4 mg/20 g body weight used when compared to the
positive control group. The analgesic and anti-inflammatory effect of the dryed
aqueous extract of gambir could be related to the presence of catechin, tannin and
gambiriin in this extract, which it can inhibition the siklooxygenase and
lipooxygenase pathway thus the formation arachidonat acid can be eliminated.
ANOVA statistic result showed in analgetic and anti-inflammatory there is no
different significantly with the positive control group.

Key word : Anti-inflammatory, Analgesic, Cathecin, Tannin, Gambiriin

viii

ABSTRAK

Judul : Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi Ekstrak Kering Air Gambir
Secara In Vivo
Ekstrak air gambir diasumsikan memiliki efek analgetik dan antiinflamasi secara
ilmiah. Penelitian ini bertujuan sebagai obat analgetik dan antiinflamasi sehingga
efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obat AINS dapat diminimalisasi. Hasil
penelitian menunjukkan pemberian oral pada dosis 3,5 mg/200 gBB, 7 mg/200 gBB
dan 14 mg/200 gBB dapat menghambat pembentukkan radang yang ditimbulkan oleh
karagenan dan histamine pada tikus. Pada metode writhing yang diinduksi dengan
asam asetat,ekstrak air gambir menunjukkan efek analgetik yang baik dalam
mereduksi jumlah geliat mencit pada dosis 1,4 mg/20 g BB dibandingkan dengan
control positif. Efek analgetik dan antiinflamasi pada ekstrak air gambir berhubungan
dengan katekin, tannin dan gambiriin yang terkandung didalamnya yang dapat
menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga pembentukan asam
arakidonat tidak terbentuk. Hasil statistik ANOVA menunjukkan bahwa data
analgetik dan antiinflamasi tidak terdapat perbedaan secara bermakna dengan kontrol
positif

Kata kunci : Antiinflamasi, Analgetik, Katekin, Tannin, Gambiriin

ix

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...

Daftar Isi .

ii

Daftar Tabel

iii

Daftar Gambar .......

iv

Daftar Lampiran .

Abstrak .

vi

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...

1.2 Perumusan Masalah .

1.3 Hipotesa

1.4 Tujuan Penelitian .

1.5 Manfaat ..

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Uraian Tanaman ..

2.1.1 Klasifikasi ...

2.1.2 Nama Daerah .

2.1.3 Deskripsi .

2.1.4 Kandungan Kimia ..

2.1.5 Khasiat

2.2 Persiapan Simplisia .

2.3 Ekstrak dan Ekstraksi ...

2.3.1 Pengertian ekstrak dan ekstrak ...

2.3.2 Cara pembuatan ekstrak ..

2.4 Metode Ekstraksi ... 8


2.5 Pengeringan Beku (Freeze Drying) ... 9
2.6 Parameter Ekstrak . 10
2.7 Analgetik ... 11
2.7.1 Pengertian analgetik ...

11

2.7.2 Golongan obat analgetik . 11

2.7.3 Beberapa pengujian untuk menentukan efek analgetik ..

12

2.8 Inflamasi 13
2.8.1 Pengertian inflamasi ...

13

2.8.2 Pengujian efek antiinflamasi ..

14

2.8.3 Golongan obat antiinflamasi ..

15

Bab III Kerangka Konsep Kerja

17

Bab IV Metodelogi Penelitian


4.1 Tempat dan Waktu Penelitian . 18
4.2 Alat dan Bahan Penelitian .. 18
4.2.1 Alat penelitian

18

4.2.2 Bahan tanaman ..... 18


4.2.3 Bahan kimia . 19
4.2.4 Bahan pereaksi . 19
4.2.5 Hewan percobaan . 19
4.3 Prosedur Penelitian . 19
4.3.1 Penyiapan simplisia . 20
4.3.2 Pembuatan ekstrak air gambir..

20

4.3.3 Identifikasi Urea .. 20


4.3.4 Penapisan fitokimia . 21
4.3.5 Pengujian parameter non spesifik ekstrak ...

23

4.3.6 Persiapan hewan coba (aklimatisasi) ... 25


4.3.7 Penetapan dosis 26
4.3.8 Persiapan bahan 27
4.3.9 Metode pengujian . 27
4.3.9.1 Uji analgetik . 27
4.3.9.2 Uji antiinflamasi ... 28
4.3.10 Teknik analisa data .. 30

Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan


5.1 Hasil Penelitian . 32

ii

5.1.1 Penapisan fitokimia ....

32

5.1.2 Pengujian parameter ekstrak ... 33


5.1.3 Hasil penelitian ... 33
5.1.3.1 Analgetik

34

5.1.3.2 Antiinflamasi .....

36

5.2 Pembahasan ...

38

Bab VI Kesimpulan dan Saran


6.1 Kesimpulan 48
6.2 Saran .. 49

Daftar Pustaka . 50
Lampiran

54

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia demi
mencapai kesejahteraan dan kebahagian baik moral maupun spiritual. Untuk
mendapatkan kesehatan yang diinginkan, dapat ditempuh dengan menggunakan
obat-obatan, baik dengan tujuan penyembuhan ataupun pencegahan. Untuk
tujuan ini selain digunakan obat-obatan modern yang berupa bahan kimia dapat
juga digunakan obat-obatan tradisional. Pengetahuan tentang obat tradisional
berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan
Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan bahwa : Obat tradisional
adalah ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara
traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Dari berbagai macam tanaman obat terdapat satu jenis tanaman yang
akan dijadikan objek penelitian yaitu gambir yang memiliki nama latin Uncaria
gambir Roxb, tanaman ini termasuk dalam suku Rubiaceae. Gambir merupakan

ekstrak air panas dari daun dan ranting tanaman gambir dan kemudian dicetak
serta dikeringkan (Puguh, 2009)
Kandungan utama gambir adalah katekin (51%), zat penyamak (20-25%),
asam catechutannat, guersetin, catechu merah, gambir flouresein, abu, asam
lemak, lilin (BPOM RI, 2007). Kelarutan katekin yang optimum pada keadaan
hangat sekitar 400 C (Lusida et al., 2007).
Menurut jurnal The key to medicinal plants research resolves around the
detection, isolation, and characterization of antioxidants as therapeutic agents
(Misra, 2009) mengatakan gambir dapat digunakan sebagai analgetik, dimana
kandungan dari gambir seperti tannin, katekin dan gambiriin berfungsi sebagai
antioksidan. Antioksidan ini diasumsikan sebagai penghambat siklooxygenase
dan lipooxygenase sehingga nyeri dan inflamasi tidak terjadi (Esvandiary et
al.,2004). Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, ia timbul
bilamana jaringan sedang dirusak. Inflamasi merupakan suatu gejala pada
beberapa penyakit dan dirasa oleh banyak orang tidak nyaman (Ganiswara et al.,
1995).

1.2 Perumusan Masalah


Apakah ekstrak kering air gambir memiliki efek analgetik dan
antiinflamasi yang diberi secara oral pada mencit putih jantan dan tikus putih
betina.

1.3 Hipotesa
Ekstrak kering air gambir memiliki efek analgetik dan antiinflamasi yang
diberi secara oral pada mencit putih jantan dan tikus putih betina.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak
kering air gambir terhadap pengurangan rasa nyeri pada mencit putih jantan dan
radang (inflamasi) pada tikus putih betina dalam berbagai konsentrasi dengan
asam mefenamat dan natrium diklofenak sebagai pembanding.

1.5 Manfaat Penelitian


1) Penelitian diharapkan memberikan informasi ilmiah mengenai efek analgetik
dan antiinflamasi dari ekstrak kering air gambir.
2) Untuk pengembangan penggunaan zat analgetik dan antiinflamasi yang
berasal dari ekstrak kering air gambir sebagai bahan pengganti obat
analgetik dan antiinflamasi.
3) Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dalam usaha pengembangan obat
tradisional lain sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman


2.1.1 Klasifikasi (DepKes RI,1989)
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tumbuhan gambir adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Asteridae

Familia

: Rubiaceae

Genus

: Uncaria

Spesies

: Uncaria gambir Roxb

Sinonim

: Uncaria gambir Roxb

2.1.2 Nama daerah (DepKes RI, 1989)


Sumatera: gambee, gani, kacu, sontang, gambie, gambu, gimber,
pangilom, sepelet.
Jawa: santun, ghambhir
Kalimantan: kelare, abi, gamer, kambin, sori.

Maluku: kampir, kambir, ngamir, gaamer, gabi, tagabere, gagabere,


gabere, gambe.
Nusa Tenggara: tagambe, gambele, gamelo, gambit, gambe, gambiri.

2.1.3 Deskripsi
Tanaman gambir termasuk tumbuhan perdu memanjat yang
memiliki batang keras, bila dibiarkan akan tumbuh melingkar. Tinggi
tanaman 1,5-2 meter, warna batang coklat muda sampai coklat tua,
percabangan banyak bersudut 30-50 derajat dari batang utama. Daunnya
berwarna hijau muda-hijau coklat dan coklat muda, dengan panjang 0,2-0,4
cm berwarna hijau. Bunganya berwarna putih, berbentuk kecil-kecil dan
tongkol bulat. Perakaran tanaman gambir adalah berakar tunggang atau
tunjang dan fungsi akar adalah untuk mempengaruhi pertumbuhan daun
dan batang. Perakaran tanaman gambir sangat penting sekali sebagai organ
penyerap air dan unsur hara, tempat menyimpan makanan, jangkar
tanaman, dan sebagai tempat terbentuknya berbagai senyawa organik
(BPOM RI, 2007).

2.1.4 Kandungan Kimia


Kandungan utama gambir adalah katekin, asam catechutannat,
guersetin, catechu merah, gambir flouresein, abu, asam lemak, lilin,
alkaloid tannin (BPOM RI, 2007).

2.1.5 Khasiat
Kandungan tannin dalam gambir bekerja baik sebagai antibakteri
dan antifungi. Gambir dapat digunakan sebagai astringent dan pada dosis
besar dapat digunakan untuk mengobati diare (Kress, 2009). Secara
empirik gambir telah digunakan untuk radang gusi, radang tenggorokan,
serak batuk, caries gigi, bisul, dan obat luka bakar (Haryanto, 2009).
Sediaan antiseptic mulut dari katekin gambir dapat mencegah plak pada
gigi (Lucida et al.,2007).

2.2 Persiapan Simplisia


Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan (Gunawan, Didik et al., 2004).
Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani,
simplisia pelican (mineral). Simplisia nabati yang akan digunakan pada
penelitian kali ini. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan
utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zatzat atau bahan-bahan nabati lainya yang dengan cara tertentu dipisahkan atau
diisolasi dari tanaman (Gunawan, Didik et al., 2004).

2.3 Ekstrak dan Ekstraksi


2.3.1 Pengertian ekstrak dan ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
2000).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut
cair (Harbone, 1996).

2.3.2 Cara pembuatan ekstrak (DepKes RI, 2000)


Pembuatan ekstrak melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pembuatan serbuk simplisia
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk
simplisia kering. Dari simplisia dibuat serbuk simplisia.
b. Cairan pelarut (penyari)
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang
baik (optimal) untuk dapat melarutkan kandungan zat aktif sehingga
senyawa tersebut dapat terpisahkan dari senyawa lainnya.

c. Pemisahan dan pemurnian


Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menghilangkan (memisahkan)
senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni.
d. Pengeringan ekstrak
Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga
menghasilkan serbuk, massa kering-rapuh.
e. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal.

2.4 Metode Ekstraksi (DepKes RI, 2000)


Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari dua cara,
yaitu cara dingin dan cara panas.
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur

ruang

(kamar).

Maserasi

kinetik

berarti

dilakukan

pengadukan yang kontinu (terus-menerus), sedangkan remaserasi berarti

dilakukan

pengulangan

penambahan

pelarut

setelah

dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya.


b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruang.
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut sampai pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Sokhletasi
Sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
berkelanjutan dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, secara umum
dilakukan pada temperatur 40o-50oC.

10

d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalan penangas air mendidih), temperatur terukur
96o-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus ada waktu yang lebih lama ( 30oC) dan temperatur
sampai titik didih air.

2.5 Pengeringan Beku (Freeze Drying)


Prinsip

kerja

Freeze

drying

meliputi

pembekuan

larutan,

menggranulasikan larutan yang beku tersebut, mengkondisikannya pada


vacum ultra-high dengan pemanasan yang sedang sehingga mengakibatkan air
pada bahan pangan tersebut akan menyublin dan akan menghasilkan produk
padat (solid product) (Ridwansyah, 2003).
Metode ini menghilangkan air melalui 3 tahap yaitu pembekuan atau
freezing dengan cara sublimasi, pengeringan primer, dan pengeringan
sekunder. Pada proses freezing sampel dibekukan pada suhu -400C, kemudian
pada pengeringan primer padatan tersebut disublimkan tanpa menjadi cair
dahulu dengan cara menurunkan tekanan udara pada ruangan sampai 0,1 bar
kemudian suhu dinaikkan dan menarik H2O ke kondensor. Kemudian pada
proses selanjutnya untuk mengangkat air yang masih tersisa, zat diuapkan

11

dengan cara biasa namun dengan tekanan udara yang sangat rendah dan suhu
lebih tinggi daripada pengeringan primer (Tambunan, 2000).

2.6 Parameter Ekstrak (DepKes RI, 2000)


a. Susut pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai persen (%). Tujuannya untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan lain
adalah kurang dari 10%.
b. Kadar air
Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan.
Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya
kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar air sesuai dengan yang
tertera dalam monografi.
c. Kadar abu
Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana
senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya
tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan
gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal

12

dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai
dengan yang tertera dalam monografi.

2.7 Analgetik
2.7.1 Pengertian nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan
jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu
gejala, yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri disebabkan oleh
rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik), dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan (Tjay & Rahardja, 2002).
Kualitas nyeri berdasarkan tempat terjadinya dibagi atas nyeri
somatik dan nyeri visceral. Nyeri somatik dibagi atas dua kualitas yaitu
nyeri permukaan dan nyeri dalam (Mustchler, 1991).
Nyeri dalam bila rasa nyeri berasal dari kulit, otot, persendian,
dan tulang. Nyeri dalam bersifat menekan dan membakar yang sukar
dilokalisasi sertag kebanyakan menyebar ke daerah sekitar. Sedangkan
nyeri permukaan bertempat pada kulit, misalnya tertusuk dengan jarum
pada kulit. Nyeri permukaan mempunyai karakter yang ringan, dapat
dilokalisasi (Mustchler, 1991).

13

Nyeri viseral atau nyeri perut adalah nyeri yang disebabkan oleh
rangsangan pada saraf nyeri di daerah visera terutama dalam rongga
dada dan perut (Mustchler, 1991).

2.7.2 Mekanisme nyeri (Guyton, 1995)


Mekanisme terdiri atas 4 proses utama, yaitu:
1. Transduksi adalah proses dimana stimulus nyeri merupakan aktivitas
elektrik reseptor terkait.
2. Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf
sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis,
kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke
atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan
hipothalamus.

Yang

terakhir

hubungan

timbal

balik

antara

hipothalamus dan cortex.


3. Modulasi yaitu aktivitas saraf untuk mengontrol transmisi nyeri. Suatu
analgetik tubuh secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla
spinalis. Analgetik ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika
seperti morfin.
4. Persepsi,

Proses

impuls

nyeri

yang

ditransmisikan

hingga

menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas.


bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak
jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan

14

pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk


memahaminya.

2.7.3 Golongan obat analgetik


Analgetik
meringankan rasa

adalah
nyeri

senyawa

yang

(Mutschler,

dalam

2007).

dosis

terapetik

Berdasarkan

kerja

farmakologinya, analgetik dibagi 2 kelompok besar, yaitu analgetik


narkotik dan analgetik non-narkotik.
a. Analgetik narkotik
Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali dengan
titik kerja yang terletak di sistem saraf sentral, analgetik ini
umumnya menurunkan kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan)
dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia), serta mengakibatkan
ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan, adiksi) bila pengobatan
dihentikan (Tjay & Rahardja, 2002).
b. Analgetik non-narkotik
Analgetik non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat
dibandingkan dengan analgetik narkotik. Obat-obat ini juga
dinamakan analgetik perifer, tidak menurunkan kesadaran dan tidak
mengakibatkan ketagihan secara kimiawi (Tjay & Rahardja, 2002).

15

2.7.4 Asam Mefenamat


Asam mefenamat digunakan sebagai obat analgetik. Asam
mefenamat bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin
dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooxygenase. Efek
samping dapat

terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi

lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing
sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo (Wilmana, 1995). Asam
mefenamat memiliki waktu paruh (T ) sekitar 2 jam dan waktu puncak
2-4 jam. Ikatan protein asam mefenamat > 90% dan eliminasi ginjal
sekitar 52% (Sukandar, 2008).

2.7.5 Asam asetat


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka

adalah senyawa

kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
CH3CO2H.

Asam

asetat

murni

(disebut asam

CH3COOH,
asetat

atau

glasial)

adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7C.

16

2.7.6 Beberapa pengujian untuk menentukan efek analgetik (Turner, R.A,


1965)
1. Analgetik narkotik
a.

Metode tgail-clip
Dilakukan oleh Bianchi dan Franchesch ini menggunakan
rangsang tekan melalui suatu artery clip pada pangkal ekor
mencit.

b. Metode green at.al.


Ransang analgetik pada metode ini adalah tekanan yang
diberikan kepada ekor tikus menggunakan suatu tabung yang
diisi oleh suatu cairan. Tabung tersebut dihubungkan dengan
sebuah manometer untuk mengukur tekanan (dalam mm Hg).
c. Metode dengan rangsang panas (Thermal stimulus)
Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan hewan
percobaan di atas suatu permukaan panas.
2. Analgetik non narkotik
a.

Peritoneal test (writhing test)


Pemberian secara intra peritoneal dari beberapa zat kimia, dapat
memberikan respon yang khas pada mencit, yaitu adanya
gerakan peregangan berupa konstraksi dari dinding perut,
kepala dan kaki ditarik ke belakang sehingga abdomen
menyentuh dasar dari ruang yang ditempatinya. Gejala ini

17

dinamakan writhing atau peregangan

yang dapat dihitung

secara kuantiitatif (Carvalho et.al., 1999).


b. Podolorimeter
Metode ini menggunakan arus listrik sebagai rangsang
analgetik. Mencit diletakkan pada alas yang terbuat dari logam.
Alat tersebut dialiri arus listrik yang voltasenya diketahui.
Voltase minimum yang menimbulkan respon mencicit dicatat,
kemudian voltase berangsur-angsur dinaikkan. Zat-zat yang
berefek analgetik akan menyebabkan kenaikan voltase yang
dibutuhkan untuk menimbulkan respon mencicit. Pertambahan
voltase ini diidentikan dengan efek analgetik.
c.

Rectodolorimeter
Metode ini menggunakan plate tembaga yang dihubungkan
dengan sebuah kumparan induksi. Kumparan tersebut
dihubungkan dengan sebuah elektroda tembaga berbentuk
silinder yang dimasukkan ke dalam rectum. Untuk mengukur
voltase (tegangan) listrik digunakan sebuah voltmeter dengan
sensitifitas 0,1 volt. Prosedur kerja dan pengamatan sama
seperti pada metode podolorimeter. Voltase yang dibutuhkan
untuk menimbulkan respon mencicit adalah 1 sampai 2 volt.

18

2.8 Inflamasi
2.8.1 Pengertian inflamasi
Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi.
Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana
cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia
berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi
merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk menetralisir dan
membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Wilmana, 1995).
Ciri khas inflamasi dikenal dengan tanda-tanda utama inflamasi, yaitu:
a. Eritema (kemerahan)
b. Edema (pembengkakan)
c. Kolor (panas)
d. Dolor (nyeri)
e. Functio laesa ( hilangnya fungsi )

2.8.2 Mekanisme inflamasi


Terjadinya inflamasi dimulai dengan adanya stimulus yang
merusak jaringan, mengakibatkan sel mast pecah dan terlepasnya
mediator-mediator inflamasi. Terjadi vasodilatasi dari seluruh pembuluh
darah pada daerah inflamasi sehingga aliran darah meningkat.
Terjadinya perubahan volume darah dalam kapiler dan venula yang

19

menyebabkan sel-sel endotel pembuluh darah meregang dan terjadi


kenaikan permeabilitas pembuluh darah serta protein plasma keluar dari
pembuluh sehingga timbul edema. Infiltrasi leukosit dengan cara
melengket pada dinding endotelium venula kemudian menuju daerah
inflamasi dan memfagositosis penyebab inflamasi (EkaPutri, 2001).

2.8.3 Golongan obat antiinflamasi


NSAID dikenal sebagai penghambat prostaglandin, mempunyai
efek analgetik dan antipiretik yang berbeda-beda tetapi terutama dipakai
sebagai agen antiinflamasi untuk meredakan inflamasi dan nyeri
(Wilmana,

1995).

Berdasarkan

mekanisme

kerjanya

obat-obat

antiinflamasi terbagi kedalam golongan :


a.

Antiinflamasi steroid
Bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari selsel sumbernya, termasuk golongan obat ini antara lain :
hidrokortison,

pednison,

prednisolon,

metyl

prednisolon,

triamsinolon, deksametason dan betametason (Bowman, WC,


1980).
b.

Antiinflamasi non steroid


Bekerja dengan cara menghambat enzim siklooxygenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadi terganggu. Termasuk golongan

20

obat ini adalah aspirin, natrim diklofenak ibuprofen dan lain-lain


(Gan, Sulistia, 1995).

2.8.4 Natrium Diklofenak


Natrium diklofenak memiliki efek sebagai antiinflamasi,
analgetik dan antipiretik. Efek sampingnya adalah gangguan saluran
cerna, perdarahan saluran cerna dan tukak lambung (Katzung, 2001).
Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan
kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakidonat (Tjay dan
Kirana, 2002). Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami
efek lintas awal (first-pass) sebesar 40-50%. Waktu paruh natrium
diklofenak singkat yakni 1-3 jam (Wilmana, 1995).

2.8.5 Karagenan
Karagenan merupakan suatu ekstrak kering ganggang laut merah
(EkaPutri, 2001). Zat ini dapat digunakan untuk memicu terbentuknya
udem yang diinduksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus
(Anggraini, 2008).

21

2.8.6 Pengujian efek antiinflamasi


1. Pengujian berdasarkan penghambatan radang yang ditimbulkan oleh
iritan pada telapak kaki mencit
Zat penginduksi untuk menghasilkan radang sangat mempengaruhi hasil
pengujian obat. Efek penghambatan pembentuk radang oleh obat
antiinflamasi dinilai dengan pengukuran volume telapak kaki mencit pada
selang waktu tertentu dengan menggunakan alat plethysmometer (Hamid,
2004).
2. Pengujian berdasarkan penghambatan leukosit terhadap peritonitis
Percobaan ini menggunakan 0,25 ml karagenin 0,75% dalam NaCl
fisiologis sebagai iritan yang diinjeksikan intraperitoneal, 4 jam kemudian
hewan dibedah dan cairan peritonealnya dikumpulkan lalu dicampur
dengan NaCl fisiologis dengan dapar fosfat yang bebas Ca2+ Mg2+. Total
leukosit ditentukan dalam kamar hitung Neubauer (Turner, R.A, 1965).
3. Pengujian berdasarkan penghambatan pembentukan eritema dengan
radiasi ultra violet
Pengujian ini dilakukan dengan penyinaran sinar ultra violet kulit hewan
uji yang telah dicukur rambutnya, lalu eritema yang terbentuk diamati
Penekanan respon eritema berhubungan dengan keefektifan obat yang
dipakai dalam pengobatan arthritis rematoid. Perubahan suhu kulit pada
daerah inflamasi juga dapat dipakai untuk mengukur efek obat anti
inflamasi pada inflamasi sendi karena arthritis rematoid. Dinding

22

pembuluh juga akan mengalami kebocoran terhadap protein dan hal ini
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan obat dalam menekan efek
mediator endogen terhadap permeabilitas vaskuler. Dalam pengujian ini
biasanya digunakan zat warna biru seperti evans blue, trypan blue yang
dapat bergabung dengn protein plasma dan memperlihatkan terjadinya
perubahan permeabilitas vaskuler. Zat warna ini disuntikkan melalui
pembuluh darah ekor hewan coba. Peningkatan permeabilitas vaskuler
dapat menimbulkan kebococran protein yang telah berikatan dengan zat
warna biru, sehingga kulit bewarna biru pada daerah yang rusak. Tingkat
pembiruan

dapat

diukur

dengan

berbagai

cara,

dapat

dengan

mengekstraksi daerah kulit yang biru atau hanya diamati secara visual
(Turner, R.A, 1965).
4. Pengujian berdasarkan metode granuloma pouch
Metode ini dilakukan dengan penyuntikkan 20-25 ml udara dan sejumlah
kecil iritan ke dalam jaringan subkutan punggung tikus, yang terjadi
inflamsi yang berupa abses. Luasnya inflamasi yang terbentuk diukur 4-14
hari sesudah induksi dengan mengukur tebalnya dinding granulasi yang
terbentuk sekitar abses, ditimbang potongan granuloma (Turner, R.A,
1965).

23

5. Pengujian dengan metode pembentukan granuloma oleh cotton pellets


atau sponge (kubus busa poliuretan)
Metode ini menggunakan cotton pellets atau sponge yang ditanam secara
subkutan pada hewan coba, 5-8 hari sesudahnya cotton pellets atau sponge
dikeluarkan. Pellets kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam
lalu dikeringkan pada suhu 60 0C hingga beratnya konstan. Pertambahan
berat pada bobot keringnya menunjukkan formasi granuloma (Turner,
R.A, 1965).

BAB III
KERANGKA KONSEP KERJA

Ekstrak kering
air gambir

1.
2.
3.
4.

Serbuk

Uji penapisan fitokimia


Uji cemaran gambir (urea)
Susut pengeringan
Kadar abu

Dibuat
infusa

Larutan ekstrak
kering air gambir

Freeze
drying

Ekstrak uji
0,7; 1,4; 2,8 mg/20 gBB

Uji efek
analgetik

Ekstrak uji
3,5; 7; 14 mg/200 gBB

Uji efek
antiinflamasi

Ekstrak kering air


gambir

24

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Farmakologi Jurusan
Farmasi Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Farmakologi UHAMKA
Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan (Mei Juli 2010).

4.2 Alat dan Bahan Penelitian


4.2.1 Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) Neraca analitik
(Wiggen Hauser); (2) Spuit injeksi suplantar dan peroral 1 ml
(Terumo); (3) Stopwatch (Olympic); (4) Alat-alat gelas (Pyrex Iwaki
Glass); (5) Freeze drying (LIPI); (6) Plethysmometer; (7) Kandang
mencit & tikus; (8) Sonde; (9) Timbangan hewan; (10) Kapas; (11)
Lumpang dan stamfer; (12) Tissu gulung; (13) Label; (14) Botol vial;
(15) Spatel.

4.2.2 Bahan tanaman


Simplisia yang digunakan adalah bongkahan gambir yang diperoleh
dari perkebunan gambir Payakumbuh, Sumatra Barat.

25

26

4.2.3 Bahan kimia


Aquades, Asam asetat, Asam mefenamat dari PT. Kimia Farma,
Natrium Karboksimetilselulosa (NaCMC) dari PT. Brataco, Aquades,
Karagenan (LIPI), Na diklofenak dari PT. Kimia Farma, NaCl 0,9%
steril (Otsuka Pharmaceutical Indonesia), Air Raksa (Hg), Methylen
blue.

4.2.4 Bahan pereaksi


Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah aquades.
Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia (10%, 25%), etil
asetat, HCl (1%, 1:10), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,
aquadest, lempeng magnesium, HCl pekat, butanol, larutan besi (III)
klorida (FeCl3) 1%, pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat
anhidrat, H2SO4 pekat, pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter.

4.2.5 Hewan percobaan


Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit
putih jantan (Mus musculus) dan tikus putih betina (Rattus novergicus)
yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (IPB).

4.3 Prosedur Penelitian


4.3.1 Penyiapan simplisia
Bongkahan gambir langsung digerus sampai diperoleh serbuk halus.

27

4.3.2 Pembuatan ekstrak air gambir


Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode infusa. Sebanyak 200
gram serbuk ekstrak air gambir dilarutkan dalam aquades secukupnya,
kemudian dididihkan selama 15 menit pada suhu 900-980 sambil
diaduk. Setelah itu, larutan gambir disaring menggunakan kapas dan
ditampung dalam botol. Selanjutnya filtrat gambir yang sudah disaring
kemudian diuapkan menggunakan freeze drying di LIPI. Dihitung hasil
rendemen ekstrak dengan rumus:

4.3.3 Uji cemaran gambir (urea)


Panaskan 500 mg dalam tabung kimia hingga meleleh dan bau
ammonia. Lanjutkan pemanasan hingga cairan keruh lalu dinginkan
dan larutkan dalam campuran 10 ml air dan 0,5 ml larutan Natrium
hidroksida P, tambahkan 1 tetes larutan tembaga (III) sulfat P; terjadi
perubahan warna violet. Larutkan 100 mg dalam 1 ml air, tambahkan 1
ml asam nitrat P; terbentuk endapan hablur putih. (Anonim, 1995).

4.3.4 Penapisan fitokimia (Fansworth,1969)


Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa kimia dari
serbuk dan ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) seperti alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, steroid/terpenoid, kuinon, minyak atsiri dan
kumarin.

28

a. Identifikasi alkaloid
Sebanyak 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 25
% digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform
dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring
dengan kertas saring, filtrat berupa larutan organik diambil
(sebagai larutan A), sebagai larutan A (10 ml) diekstraksi dengan
10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi,
diambil larutan bagian atasnya (larutan B).
Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan
disemprot atau ditetesi dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk
warna merah atau jingga pada kertas saring menunjukkan adanya
senyawa alkaloid.
Larutan B dibagi dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masingmasing pereaksi Dragendroff dan pereaksi Mayer, terbentuk
endapan merah bata dengan pereaksi Dragendroff atau endapan
putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan adanya senyawa
alkaloid.
b. Identifikasi flavonoid
Sebanyak 10 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan
selama 5 menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung
reaksi), ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida
pekat dan 2 ml amil alkohol, kocok kuat dan biarkan memisah.
Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil
alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

29

c. Identikasi saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air
panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik.
Terbentuknya busa yang stabil menunjukkan adanya saponin, bila
ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.
d. Identifikasi tanin
Sebanyak 10 gram serbuk ditambah 10 ml air, didihkan selama
15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring.
Filtrat ditambah 1-2 tetes FeCl3 1 %, terbentuknya warna biru,
hijau atau hitam menunjukkan adanya seyawa golongan tanin.
e. Identifikasi steroid/terpenoid
Sebanyak 5 gram serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2
jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai
kering. Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam
sulfat pekat ke dalam residu. Terbetuknya warna hijau atau merah
menunjukkan adanya steroid/triterpenoid.
f. Identifikasi kuinon
Sebanyak 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit,
disaring. Sebanyak 5 ml filtat ditambah beberapa tetes larutan
NaOH 1 N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.
g. Identifikasi minyak atsiri
Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(volume 20 ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada
mulut tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas yang telah

30

dibasahi dengan air, kemudian disaring dengan kertas saring.


Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan penguap, selanjutnya
residu dilarutkan dengan pelarut etanol 95 % sebanyak 5 ml lalu
saring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dengan cawan
penguap, residu yang berbau aromatik menunjukkan adanya
senyawa golongan minyak atsiri.
h. Identifikasi kumarin
Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas
yang telah dibasahi dengan air dipasang pada mulut tabung,
kemudian dipanaskan selama 30 menit, setelah dingin disaring.
Filtrat diuapkan dengan cawan penguap hingga kering, sisa
ditambah air panas 10 ml, dinginkan kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml amoniak 1 %. Diamati
dibawah sinar UV 366 nm, flouresensi biru atau hijau
menunjukkan adanya kumarin.

4.3.5 Pengujian parameter non spesifik ekstrak (Depkes RI, 2000)


a. Susut pengeringan
Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram
dan dimasukan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 oC selama 30 menit dan
telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol
timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan

31

lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian


dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan dilakukan pada
suhu penetapan yaitu 105oC hingga diperoleh bobot tetap lalu
ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam
keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar.
Hitung susut pengeringan dan kadar air dengan rumus sebagai berikut :

b. Kadar abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang
seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah
dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan

perlahan-

lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak


dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan
kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam
krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan,
dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap
berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b.
Hitung kadar abu dengan rumus sebagai berikut :

32

4.3.6 Persiapan hewan coba (aklimatisasi)


Hewan coba yang digunakan adalah mencit putih jantan (Mus
musculus) dengan berat badan 20-25 gram dan tikus putih betina (Rat
nervicus) dengan berat badan 200-250 gram, diaklimatisasi selama dua
minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama
perlakuan, pakan dan minum diberikan secara ad libitum (Harmita,
2004).
Hewan uji dipilih sebanyak 25 ekor mencit putih jantan dan 25
ekor tikus putih betina secara acak untuk dibagi menjadi 10 kelompok,
masing-masing terdiri dari 5 ekor. Penentuan jumlah mencit tiap
kelompok dihitung berdasarkan rumus Federer, yaitu:
Rumus Federer untuk uji analgetik dan antiinflamasi :
(n-1) (t-1)

> 15

(n-1) (5-1)

> 15

(n-1) (4)

>15

4n 4

> 15

> 4,75 5

dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah


ulangan minimal dari tiap perlakuan. Jumlah minimal mencit yang
digunakan tiap kelompok adalah 4,75 ekor atau dibulatkan menjadi 5
ekor. Kelompok perlakuan dibagi secara acak menjadi 5 kelompok
seperti yang terdapat pada tabel berikut:

33

Tabel 1. Kelompok perlakuan uji analgetik dan antiinflamasi


No

Kelompok

Perlakuan

Kontrol negatif

Diberikan NaCMC atau NaCl fisiologis

Kontrol positif

Diberikan obat analgetik atau obat antiinflamasi

Dosis 1

Diberikan ekstrak kering air gambir dosis I

Dosis 2

Diberikan ekstrak kering air gambir dosis II

Dosis 3

Diberikan ekstrak kering air gambir dosis III

4.3.7 Penetapan Dosis


Untuk uji analgetik
Tabel 2. Kelompok dosis untuk uji analgetik
Dosis I

35 mg/KgBB 0,7 mg/20 gBB

Dosis II

70 mg/KgBB 1,4 mg/20 gBB

Dosis III

140 mg/KgBB 2,8 mg/20 gBB

Untuk uji antiinflamasi


Tabel 3. Kelompok dosis untuk uji antiinflamasi
Dosis I

17 mg/KgBB 3,5 mg/200 gBB

Dosis II

35 mg/KgBB 7 mg/200 gBB

Dosis III

70 mg/KgBB 14 mg/200 gBB

34

4.3.8 Persiapan Bahan


A. Pembuatan suspensi asam mefenamat
Asam mefenamat ditimbang sebanyak 18,2 mg digerus perlahan di
dalam

lumpang, tambahkan 0,5 ml suspensi NaCMC 1% sambil

diaduk homogen, kemudian dilarutkan dengan NaCMC 1% sampai 10


ml dalam gelas ukur.
B. Pembuatan suspensi natrium diklofenak
Natrium diklofenak ditimbang sebanyak 5,15 mg digerus perlahan di
dalam

lumpang, tambahkan 0,5 ml suspensi NaCMC 1% sambil

diaduk homogen, , kemudian dilarutkan dengan NaCMC 1% sampai


10 ml dalam gelas ukur.
C. Pembuatan karagenan 2% b/v
Karagenan ditimbang sebanyak 200 mg, kemudian kemudian
dilarutkan dengan NaCl fisiologis sampai 10 ml dalam gelas ukur. Lalu
diaduk dan dipanaskan diatas waterbath sampai larut dengan
sempurna.

4.3.9 Metode Pengujian


4.3.9.1 Uji Analgetik
Pengujian efek analgetik
1. Hewan percobaan dipuasakan makan selama lebih kurang
18 jam, minum tetap diberikan.
2. Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara acak,
yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif,

35

dan kelompok uji. Masing-masing kelompok terdiri dari


lima ekor.
3. Untuk kelompok kontrol negatif diberikan NaCMC 1%
dengan volume 0,5 ml/20 gBB.
4. Untuk kelompok positif diberikan asam mefenamat secara
oral dengan volume 0,4 ml/20 gBB.
5. Pada kelompok uji, masing-masing kelompok diberikan zat
uji secara oral dengan volume 0,5 ml/20 gBB pada
beberapa dosis.
6. Tiga puluh menit kemudian, disuntikkan secara intra
peritoneal (IP) larutan asam asetat 0,5% v/v dengan volume
0,5 ml/20 gBB. Kemudian hewan uji diletakkan dalam
kotak pengamatan masing-masing.
7. Diamati dan dicatat jumlah geliatan dalam 5 menit selama
30 menit untuk setiap mencit. Jumlah geliatan untuk tiap
kelompok dirata-ratakan.
8. Dihitung persentase proteksi analgetik pada masing-masing
kelompok dosis.

4.3.9.2 Uji Antiinflamasi


Pengujian efek antiinflamasi
1. Hewan percobaan dipuasakan makan selama lebih kurang
18 jam, minum tetap diberikan.

36

2. Pada hari pengujian, hewan ditimbang dan dikelompokkan


secara acak, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok
kontrol

positif,

dan

kelompok

uji.

Masing-masing

kelompok terdiri dari lima ekor.


3. Untuk kelompok kontrol negatif diberikan suspensi NaCl
fisiologis dengan volume 2 ml/200 gBB.
4. Untuk kelompok positif diberikan suspensi natrium
diklofenak dalam NaCMC 1% secara oral dengan volume 2
ml/200 gBB.
5. Pada kelompok uji, masing-masing kelompok diberikan
suspensi zat uji dalam NaCMC 1% secara oral dengan
volume pemberian 2 ml/200 gBB pada beberapa dosis.
6. Satu jam setelah pemberiaan obat uji atau larutan kontrol,
telapak kaki semua tikus disuntik secara intraplantar dengan
karagenan 2% b/v sebanyak 0,4 ml, sebelumnya kaki tikus
dibersihkan dengan etanol 70%.
7. Setelah satu jam, volume kaki kiri diukur dengan cara
mencelupkannya ke dalam alat plethysmometer untuk
setiap selang waktu 1 jam selama 4-5 jam setelah
penyuntikkan suspensi karagenan 2% b/v.
8. Semua data yang diperoleh ditabulasi dan hasil setiap
kelompok dirata-rata.
9. Dihitung persentase radang dan persentase penghambatan
radang.

37

4.3.10 Teknik analisa data


1. Proteksi analgetik (Saha, 2007)
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan
pada semua kelompok perlakuan. Data penelitian pada metode
sigmund berupa jumlah kumulatif geliat pada masing-masing
kelompok perlakuan digunakan untuk menghitung proteksi
analgetik dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:
P = Jumlah geliat kumulatif kelompok percobaan rata-rata tiap
individu
K = Jumlah geliat kumulatif kelompok kontrol rata-rata
Jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi analgetik dari
semua kelompok perlakuan, diuji dengan Anova satu jalan untuk
mengetahui perbedaan tiap kelompok-kelompok perlakuan dan
dilanjutkan dengan uji LSD jika terdapat perbedaan bermakna.
2. Persentasi penghambatan radang
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnovz
untuk melihat distribusi data dan dianalisis dengan uji Levene
untuk melihat homogenitas data. Jika data terdistribusi normal dan
homogen maka dilanjutkan dengan uji Analisis varians (ANAVA)
satu arah dengan taraf kepercayaan 95% sehingga dapat diketahui
apakah perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak (Santoso,
2008). Jika terdapat perbedaan bermakna, dilanjutkan dengan uji

38

beda nyata terkecil (LSD) dan setiap kelompok tikus dihitung


persentasi penghambatan radang rata-rata untuk setiap dosis zat uji
dengan rumus (Turner, 1965):

Keterangan:
Vt dan Vo adalah volume telapak kaki tikus pada waktu t dan
waktu nol

Keterangan:
a = volume radang pada kelompok hewan kontrol negatif
b = volume radang pada kelompok hewan uji

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Penapisan fitokimia
Berdasarkan pemeriksaan pada penapisan fitokimia, baik pada
serbuk maupun ekstrak air gambir (Uncaria gambir Roxb.) terdapat
kandungan alkaloid, flavanoid, saponin, tannin, kuinon. Hasil uji
penapisan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Hasil Pengujian Penapisan Fitokimia
Hasil Pengujian
Jenis Pengujian
Serbuk simplisia

Ekstrak

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Tanin

Kuinon

Steroid & Triterpenoid

Minyak atsiri

Kumarin

Keterangan : (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan reaksi


negatif
39

40

5.1.2 Pengujian parameter ekstrak


Hasil uji karakteristik ekstrak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Karakteristik ekstrak (Berdasarkan MMI ed. V, 1989)
Jenis Pengujian

Hasil Pengujian

Persyaratan

Bentuk

Serbuk Kering

--

Rasa

Pahit

Pahit

Warna

Coklat Muda

Coklat muda

Bau

Lemah

Lemah

Susut Pengeringan

0,29 %

Kurang dari 10%

Kadar Abu

0,18 %

Tidak lebih dari 4%

Rendemen

48,16 %

---

5.1.3 Hasil penelitian


5.1.3.1 Analgetik
Data rata-rata jumlah geliat mencit dari masing-masing
kelompok perlakuan.
Tabel 6. Data pengamatan rata-rata jumlah geliat

No.

Kelompok

NaCMC 1%
0,5ml/20 gBB
Asam mefenamat
1,82 mg/20 gBB
Ekstrak air gambir
0,7 mg/20 gBB

2
3

Rata-rata jumlah geliat mencit pada 5 menit ke


1
2
3
4
5
6
44
39
38
35
24
16
20.67

16.67

13.67

12.33

10

41.33

32.67

23

19.33

13.67

14

41

4
5

Ekstrak air gambir


1,4 mg/20 gBB
Ekstrak air gambir
2,8 mg/20 gBB

17

16.33

12.33

7.33

4.67

3.33

32.67

25

23.67

19.33

14.33

Dari data diatas ditampilkan dalam bentuk grafik, dapat dilihat


pada gambar berikut:

Gambar 1. Data rata-rata jumlah geliat mencit


Dari nilai rata-rata jumlah geliat dapat dihitung nilai presentase
analgetik, yaitu :
Tabel 7. Persentase proteksi analgetik ekstrak air gambir dan
asam mefenamat

No.
1
2 D
3 a
4

Kelompok Perlakuan
Asam mefenamat
1,82 mg/20 gBB
Ekstrak air gambir
0,7 mg/20 gBB
Ekstrak air gambir
1,4 mg/20 gBB
Ekstrak air gambir
2,8 mg/20 gBB

Persentase proteksi analgetik


59.84 %
27.54 %
68.04 %
36.14 %

42

Dari data diatas ditampilkan dalam bentuk grafik pada gambar


berikut :

Gambar 2. Data persentase proteksi analgetik

5.1.5.2

Antiinflamasi
Berikut data persentase radang telapak kaki tikus pada masingmasing kelompok perlakuan.
Tabel 8. Data persentase radang telapak kaki tikus

Waktu
1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
5 jam

NaCl 2
ml/200
gBB
112.45
135.69
143.09
149.15
135.69

Na diklofenak
1,03 mg/
200 gBB
30.55
58.89
68.33
86.67
73.89

Ekstrak air
gambir 3,5
mg/200
gBB
48.77
74.54
84.54
91.21
78.18

Ekstrak air
gambir 7
mg/200
gBB
22.22
45
63.89
76.11
63.89

Ekstrak air
gambir 14
mg/200
gBB
56.67
66.06
81.51
90.9
75.15

43

Data diatas ditampilkan dalam bentuk grafik, dapat dilihat pada


gambar berikut:

Gambar 3. Data persentase radang telapak kaki tikus

Kemudian presentase penghambatan radang dapat ditampilkan


pada tabel berikut:
Tabel 9. Data penghambatan radang telapak kaki tikus

Waktu
1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
5 jam

Na diklofenak
1,03 mg/
200 gBB
70.06

Ekstrak air gambir


3,5 mg/200 gBB
52.82

Ekstrak air gambir


7 mg/200 gBB
79.8

Ekstrak air gambir


14 mg/200 gBB
47.32

55.81
50.99
41.27
44.14

43.77
38.87
38.04
40.74

65.77
53.48
48.35
51.67

51.47
42.67
39.09
44.24

Dan dari data diatas ditampilkan dalam bentuk grafik, dapat dilihat
pada gambar berikut:

44

Gambar 4. Data persentase penghambatan radang telapak kaki tikus

5.2 Pembahasan
Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) memiliki khasiat unuk
pengobatan berbagai penyakit. Dari literature diperoleh informasi bahwa
tanaman ini digunakan sebagai obat diare, luka bakar dan lain-lain (Haryanto,
2009). Dari hasil penapisan fitokimia ekstrak air gambir mengandung
flavanoid, alkaloid, saponin, tannin dan kuinon. Menurut jurnal the key to
medicinal plants research revolves around the detection, isolation, and
characterisation of antioxidants as therapeutic agent (Misra, 2009)
mengatakan bahwa gambir dapat digunakan sebagai analgetik dan
antiinflamasi karena gambir mengandung katekin (flavanoid), tannin dan
gambiriin yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan ini diasumsikan
dapat menghilangkan nyeri (analgetik) dan radang (inflamasi) (Lieber dan
Leo, 1999).

45

Untuk mengekstraksi kandungan kimia dari tanaman gambir


digunakan metode cara panas, yaitu dengan memasak panas daun tanaman
gambir yang kemudian dicetak selagi panas menjadi bongkahan gambir.
Kemudian dari hasil bongkahan ekstrak kering air gambir ini kita ekstrak
kembali dengan freeze drying yang sebelumnya bongkahan gambir dibuat
infusa terlebih dahulu. Tujuan dilakukan pengekstrakan dua kali adalah
karena ekstrak air yang dilakukan oleh masyarakat tidak sesuai standar dan
untuk meminimalisasi kemungkinan adanya variasi kandungan kimia
sehingga ditakutkan adanya tambahan zat lain sebagai pengotor dalam gambir
tersebut oleh karena itu, perlu dilakukan ekstrak air terstandar yaitu dengan
metode freeze drying.
Berdasarkan kandungan berkhasiat yang dimiliki oleh gambir seperti
tannin, katekin, asam katekutanat yang

kelarutannya lebih baik dalam

senyawa polar dan akan lebih besar kelarutannya apabila menggunakan air
panas (Pambayun, 2007). Sehingga, diharapkan dengan metode infusa dapat
menarik semua komponen berkhasiat dalam gambir karena proses infundasi
sendiri adalah ekstraksi dengan pelarut air selama 15 menit setelah suhu
dalam penangas mencapai 95-980C (DepKes 2000). Pada saat proses
penyaringan, gambir harus segera disaring dalam keadaan panas agar
kandungan dalam gambir tetap larut dan tersaring selain itu karena gambir
akan cepat mengeras (membentuk seperti pasta) dalam keadaan dingin
sehingga dikhawatirkan komponen berkhasiat gambir tidak ikut terbawa saat

46

proses penyaringan. Kemudian, hasil infusa gambir dikeringkan dengan cara


freeze drying. Prinsip kerja freeze drying meliputi pembekuan larutan,
menggranulasikan larutan yang beku tersebut, mengkondisikannya pada
vacum ultra-high dengan pemanasan yang sedang sehingga mengakibatkan air
pada bahan pangan tersebut akan menyublin dan akan menghasilkan produk
padat (solid product) (Tambunan, 2000).
Efek analgetik ekstrak air gambir dilakukan dengan metode Writhing
Test. Metode Writhing Test digunakan untuk pengujian analgetik non
narkotik. Metode ini dipilih karena metodenya sederhana, sensitive untuk
pengujian analgetik-analgetik lemah. Prinsip metode ini adalah mengamati
jumlah geliat pada mencit yang terjadi akibat pemberian induksi asam asetat
0,5% v/v dengan pemberian volume 0,5 ml/20 gBB mencit secara intra
peritoneal (IP). Larutan asam asetat ini digunakan sebagai pemicu nyeri yang
berupa geliat (cacah perut) pada mencit. Penggunaan asam asetat 0,5% v/v
karena asam asetat pada 0,5% v/v dapat memberikan geliat (cacah perut) pada
mencit yang tidak terlalu banyak ataupun sedikit sehingga dapat teramati serta
dapat dihitung secara kuantitatif dibandingkan penggunaan asam asetat
dengan konsentrasi 1% v/v. Penyuntikkan asam asetat 0,5% v/v dilakukan
secara intra peritoneal (IP) karena penyuntikkan secara IP absorpsi terjadi
secara cepat dan konstan sehingga efek yang dihasilkan lama (Setiawati,
1995) sehingga rasa nyeri yang dirasakan mencit cukup lama. Dengan durasi

47

nyeri yang cukup lama maka geliat mencit dapat teramati dan dihitung selama
30 menit.
Pada metode Writhing Test efek analgetik diamati mulai dari waktu 0
menit sampai 30 menit (Cavalho et.al,. 1999) setelah diinduksi dengan asam
asetat pada tiap-tiap kelompok perlakuan, dimana kelompok perlakuannya
adalah kontrol negatif (NaCMC 1%), kontrol positif (asam mefenamat 1,82
mg/20 gBB) dan variasi kelompok dosis (0,7 mg/20 gBB, 1,4 mg/20 gBB dan
2,8 mg/20 gBB). Penggunaan asam mefenamat sebagai kontrol positif
dikarenakan penggunaan obat ini sebagai analgetik sudah cukup umum dalam
masyarakat dan efek samping yang ditimbulkan oleh asam mefenamat
khususnya dalam mengiritasi saluran cerna masih terbilang rendah jika
dibandingkan dengan aspirin (asam asetil salisilat) (Sukandar, 2008).
Penggunaan NaCMC sebagai suspending agent karena NaCMC dapat
mensuspensikan ekstrak air gambir. Selain itu keuntungan penggunaan
NaCMC karena kelarutan dalam air cukup baik.
Pada grafik rata-rata jumlah geliat mencit (gambar 1) terlihat asam
asetat 0,5% v/v memberikan efek geliat yang banyak pada 5 menit pertama
kemudian rata-rata jumlah geliat menurun sedikit demi sedikit sampai 5 menit
keenam di setiap kelompok perlakuan. Hal ini kemungkinan terjadi karena
asam asetat mengalami sekresi di dalam tubuh mencit yang dapat terlihat
bahwa hewan coba (mencit) mengeluarkan urin selama uji pengamatan. Hasil
rata-rata jumlah geliat mencit pada tiap kelompok perlakuan terlihat hubungan

48

antara dosis dengan penurunan rata-rata jumlah geliat mencit. Semakin kecil
rata-rata jumlah geliat mencit semakin besar efek analgetik yang ditimbulkan
oleh kelompok perlakuan, dimana didapatkan kelompok dosis 1,4 mg/20 gBB
(dosis sedang) memberikan nilai rata-rata jumlah geliat mencit yang paling
rendah, baik dari 5 menit pertama sampai 5 menit keenam (30 menit).
Kemudian diikuti oleh asam mefenamat 1,82 mg/20 gBB (kontrol positif),
dosis 2,8 mg/20 gBB (dosis tinggi), dosis 0,7 mg/20 gBB (dosis rendah).
Kemudian dari hasil rata-rata jumlah geliat mencit kita dapat
menghitung persentase proteksi analgetik (gambar 2). Dari perhitungan ini,
didapat nilai persentase dosis 1,4 mg/20 gBB yang memiliki nilai persentase
proteksi analgetik terbesar yaitu sebesar 68,04%, kemudian diikuti oleh asam
mefenamat (kontrol positif) 59,84%, kelompok dosis 2,8 mg/20 gBB (dosis
tinggi) 36,18%, dan kelompok dosis 0,7 mg/20 gBB (dosis rendah) 27,54%.
Hasil-hasil ini menunjukkan hubungan antara rata-rata jumlah geliat mencit
benbanding terbalik dengan persentase proteksi analgetik. Artinya semakin
rendah nilai rata-rata jumlah geliat mencit maka semakin besar nilai
persentase proteksi analgetik sebaliknya makin besar nilai rata-rata jumlah
geliat mencit maka semakin besar nilai persentase proteksi analgetik.
Pada grafik hubungan antara dosis dengan rata-rata jumlah geliat
(gambar 1) terlihat bahwa pada dosis 2,8 mg/20 gBB menurun efek analgetik.
Hal ini kemungkinan karena ekstrak gambir dibuat secara suspensi sehingga
mungkin gambir tidak terdispersi secara sempurna sehingga konsentrasi

49

gambirpun juga tidak merata. Menurut persentase proteksi analgetik


kelompok dosis sedang (1,4 mg/20 gBB) dimana persentasenya mendekati
kontrol positif (asam mefenamat), berarti gambir dapat dipertimbangkan
sebagai obat analgetik.
Pengujian efek antiinflamasi menggunakan metode Rat hind paw
oedema atau pembentukan radang buatan pada telapak kaki belakang tikus
putih betina. Metode ini dipilih karena edema atau radang merupakan salah
satu gejala inflamasi yang dapat digunakan sebagai parameter untuk
mengukur potensi antiinflamasi suatu senyawa. Potensi antiinflamasi diukur
berdasarkan

kemampuan

senyawa

tersebut

untuk

menghambat

dan

mengurangi terjadinya radang. Selain itu, metode ini sederhana, tidak


membutuhkan keahlian serta mudah pelaksanaanya.
Pada penelitian ini radang dibuat dengan menginduksi telapak kaki
tikus dengan larutan karagenan 2% b/v sebanyak 0,4 ml. Pemilihan hewan uji
tikus karena tikus memiliki kaki yang besar dibandingkan mencit dan pada
tikus putih betina memiliki hormon estrogen yang dapat memperbesar radang
di telapak kakinya dibandingkan dengan jantan. Dimana berdasarkan jurnal
sex steroid regulation of the inflammatory response, menyatakan bahwa pada
tikus betina terdapat steroid sex (estrogen) yang dapat meningkatkan inflamasi
melalui mediator kimia (bradikinin) (Green et al., 1999) dibandingkan dengan
tikus jantan sehingga pada saat pengukuran radang dapat terbaca di
plethysmometer. Karagenan dipilih karena dapat menimbulkan radang pada

50

waktu relatif singkat dan radang yang terbentuk berkembang lambat dan dapat
kembali normal dalam 1-2 hari. Pembentukan radang oleh karagenan dapat
diamati dengan jelas dan tidak menyebabkan kerusakan permanen pada
jaringan disekitar inflamasi. Pemilihan penggunaan karagenan sebesar 2% b/v
dikarenakan radang yang terbentuk oleh karagenan 1% terlalu kecil sehingga
pengukuran menjadi kurang jelas dan dikhawatirkan terjadinya kesalahan
dalam pembacaan besar radang.
Alat yang digunakan untuk mengukur volume radang pada kaki tikus
adalah plethysmometer air raksa. Pada saat pengukuran, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah volume air raksa harus sama pada setiap kali pengukuran,
tanda pada pergelangan kaki tikus harus jelas dan dipastikan pada saat
mencelup kaki tikus harus tercelup sempurna sampai tanda batas yang telah
ditentukan. Hal ini bertujuan agar mendapatkan data pengukuran yang selalu
konstan pada tiap waktu dan dalam kondisi yang sama.
Bahan pembanding yang digunakan adalah natrium diklofenak.
Pemilihan natrium diklofenak sebagai bahan pembanding karena natrium
diklofenak memiliki daya absorbsi yang cepat, dilihat dari waktu paruh
natrium diklofenak 0,5-1 jam dalam tubuh (Sukandar, 2008). Selain itu,
penggunaan natrium diklofenak sebagai antiinflamasi dalam masyarakat
sudah cukup umum.
Volume radang rata-rata telapak kaki tikus maksimal dicapai pada jam
ke 4 setelah pemberian larutan karagenan 2% b/v. Demikian juga persentase

51

radang rata-rata hewan coba maksimal dicapai pada jam ke-4 (Gambar 3).
Pada jam ke-5 persentase radang sudah mulai menurun, hal ini mungkin
disebabkan karena absorbsi karagenan cepat dalam tubuh sehingga efek
radang sudah mulai menurun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
dosis sedang ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB mampu menghambat proses
radang, kemudian diikuti oleh kontrol positif (natrium diklofenak 3,04
mg/200 gBB), dosis tinggi (14 mg/200 gBB) dan dosis rendah (3,5 mg/200
gBB).
Hasil penelitian pada beberapa tanaman, diketahui flavonoid
mempunyai aktivitas antiinflamasi karena dapat menghambat beberapa enzim
seperti lipooxygenase dan cyclooxygenase (Esvandiary, 2002). Melalui jalur
enzim cyclooxygenase dan lipooxygenase dari metabolisme asam arakidonat
ini yang memfasilitasi terbentuknya mediator proses inflamasi (Katzung,
2002). Flavonoid dalam bentuk aglikon bersifat non-polar dan dalam bentuk
glikosidanya bersifat polar. Untuk melakukan penyarian flavonoid dapat
dilakukan dengan pelarut air (Harborne, 1987).
Aktivitas gambir sebagai penghambat analgetik dan antiinflamasi
diasumsikan berhubungan dengan ketersedian kandungan katekin, tannin dan
gambiriin dalam gambir, dimana kandungan katekin mencapai 51% katekin,
tannin dan gambiriin memiliki aktivitas sebagai antioksidan alami (Misra,
2009). Katekin, tannin dan gambiriin mampu menghambat oksidasi asam
arakhidonat menjadi endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim

52

lipoksigenase. Apabila oksidasi asam arakhidonat dapat dihambat maka tidak


terbentuk oksigen reaktif dan mediator-mediator kimia yang dapat
menyebabkan nyeri dan radang. Penurunan aktivitas enzim lipooxygenase
menyebabkan tidak terbentuknya leukotrien yang dapat mengaktivasi leukosit
yang memacu terjadinya peradangan serta enzim cyclooxygenase menurun
mengakibatkan prostaglandin tidak terbentuk (Lieber dan Leo, 1999). Adanya
hambatan pada oksidasi asam arakhidonat dan penetralan oksigen reaktif
menyebabkan gambir berefek analgetik dan antiinflamasi.
Hasil uji dilanjutkan dengan pengolahan data melalui statistik,
sehingga didapat uji distribusi normal dan uji distribusi homogen. Pada uji
analgetik didapatkan signifikansi normal ( = 0,883) dan uji homogenitas ( =
0,102) hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen (
0,05) (lampiran 17). Analisa dilanjutkan dengan metode analisa varian satu
arah (ANAVA) untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna atau
tidak pada setiap kelompok perlakuan. Hasil analisa diperoleh nilai = 0,00
( 0,05), maka Ho ditolak atau data memiliki perbedaan secara bermakna,
dimana kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol positif (asam
mefenamat 1,82 mg/20 gBB), kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 2,8 mg/20
gBB), dosis 2 (ekstrak air gambir 1,4 mg/20 gBB) dan dosis 3 (ekstrak air
gambir 2,8 mg/20 gBB). Tetapi jika dibandingkan antara kontrol positif (asam
mefenamat 1,82 mg/20 gBB) dengan kelompok dosis 2 (ekstrak air gambir
2,8 mg/20 gBB) tidak terdapat perbedaan secara bermakna, artinya efek yang

53

ditimbulkan oleh kontrol positif (asam mefenamat 1,82 mg/20 gBB) dalam
memberikan proteksi analgetik sama dengan dosis 2 (ekstrak air gambir 1,4
mg/20 gBB).
Pada uji antiinflamasi dilanjutkan dengan pengolahan data melalui
statistik untuk mendapatkan nilai distribusi normal dan uji distribusi homogen
(lampiran 18). Pada uji antiinflamasi didapatkan signifikansi normal (
0,05) dan uji homogenitas ( 0,05) hal ini menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal dan data homogen kecuali pada jam 1 data tidak homogen
karena = 0,039 ( 0,05). Oleh karena itu data pada jam 1 dilanjutkan
dengan metode Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang
bermakna atau tidak pada setiap kelompok perlakuan. Hasil analisa diperoleh
nilai = 0,028 ( 0,05), maka Ho ditolak atau data memiliki perbedaan
secara bermakna. Pada hasil BNT antiinflamsi didapatkan bahwa baik pada
jam 1 sampai jam 5 kontrol negatif (NaCl 0,9% 2 ml/200 gBB) memiliki
perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif (Na diklofenak 3,04
mg/200 gBB), kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5 mg/200 gBB), dosis 2
(ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB) dan dosis 3 (ekstrak air gambir 14 mg/200
gBB). Sedangkan kontrol positif (Na diklofenak 3,04 mg/200 gBB) tidak
berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5
mg/200 gBB), dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB) dan dosis 3 (ekstrak
air gambir 14 mg/200 gBB). Hasil ini menunjukkan bahwa efek kontrol
positif (Na diklofenak 3,04 mg/200 gBB) dalam menghambat radang pada

54

telapak kaki tikus sama dengan dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5 mg/200 gBB),
dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB) dan dosis 3 (ekstrak air gambir 14
mg/200 gBB).

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Didapatkan dosis ekstrak kering air gambir yang berefek analgetik adalah 1,4
mg/20 gBB dengan menggunakan metode Writhing test (geliat) pada mencit
putih jantan.
2. Dosis ekstrak kering air gambir yang berefek sebagai antiinflamasi adalah 3,5
mg/200 gBB, 7 mg/200 gBB, 14 mg/200 gBB dengan menggunakan metode
Rat hind paw (pembentukan radang) pada tikus putih betina.
3. Pada uji ANOVA ekstrak kering air gambir yang sebagai analgetik dengan
variasi dosis 0,7 mg/20 gBB, 1,4 mg/20 gBB dan 2,8 mg/20 gBB terdapat
perbedaan secara bermakna terhadap kontrol negatif (p 0,05). Tetapi semua
variasi dosis ini tidak memiliki perbedaan secara bermakna (p 0,05)
terhadap kontrol positif (asam mefenamat) dengan dosis 1,82 mg/20 gBB.
4. Pada uji ANOVA dan Kruskal Wallis ekstrak kering air gambir sebagai
antiinflamasi dengan variasi dosis 3,5 mg/200 gBB, 7 mg/200 gBB dan 14
mg/200 gBB terdapat perbedaan secara bermakna terhadap kontrol negatif (p
0,05). Tetapi semua variasi dosis ini tidak memiliki perbedaan secara
bermakna (p 0,05) terhadap kontrol positif (natrium diklofenak) dengan
dosis 3,04 mg/200 gBB.

55

56

6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada ekstrak gambir yang berkhasiat
sebagai analgetik dan antiinflamasi dengan pelarut yang berbeda untuk
mengetahui pengaruh perbedaan pelarut dalam menghambat nyeri dan radang.

DAFTAR PUSTAKA

Almahdy, A. 2000. Skrining Hipokratik LD50, serta Efek Teratogenitas Uncaria


gambir Roxb. Padang. Jurusan FMIPA Universitas Andalas. Dalam: Jurnal
Sains dan Teknologi Famasi vol 6(2). Hal: 47-59
Anggraini, Wenni. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu
(Psidum guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Surakarta.:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Anonym. 1995. Penapisan Farmakologi, pengujian Fitokimia dan Pengujian
Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2007. Acuan Sediaan Herbal vol 3 Ed I.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta
Bowman, WC. Textbook of pharmacology 2nd ad. 1980. London : .Blackweell
Scientific Publication. Oxford. Hal 1315,1317.
Brown, Dr. O. Phelps.2009. The Complete Herbalist.
http://chestofbooks.com/health/herbs/O-Phelps-Brown/The-CompleteHerbalist/Gambir-Plant-Uncaria-Gambir.html Diakses pada tanggal 29 Maret
2010 pukul 01.35 WIB
Carvalho, J.C.T., L.S. Santus, E.P. Vianna. 1999. Anti-Inflammatory and
Analgesic Activities of The Crude Extracts From Stem Bark of Bauhinia
Guianensis. Journal Pharmaceutical Biology. Vol 37, no. 4, pp 281-284.
Departemen Kesehatan RI. 1989. Material Medika Jilid V. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. hal: 137
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta.: Direktorat Jendral POM. hal :7-8; 10-11; 13-17
Esvandiary, Jeanne. Maria Firmina. Yosef Wijoyo. 2001. Efek Analgetik dan Efek
Antiinflamasi Beta Karoten Pada Mencit. Yogyakarta.: Fakultas Farmasi
Universitas Santa Dharma Yogyakarta.
Fansworth, N. R. 1969. Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal Pharmaceutical Science. hal 255-265
Green,Paul G., Solbritt Rantapa, Dahlqvist, William M. Isenberg, Holly J.
Strausbaugh, Frederick J.-P. Miao, and Jon D. Levine. 1999. Sex Steroid

57

58

Regulation of the Inflammatory Response: Sympathoadrenal Dependence in


the Female Rat. Journal of Neuroscience: 19(10):40824089
Haryanto, Sugeng. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta.
Pallmal: 183-184
Henderson, Velyien Ewart.2009. A Text-Book Of Materia Medica And Pharmacy
For Medical Students. http://chestofbooks.com/health/materia-medicadrugs/Text-Book-Materia-Medica-Pharmacy-Medical-Students/CatechuCatechu.html Diakses pada tanggal 29 Maret 2010 pukul 02.07 WIB
Harmita., Radji, M. 2004. Buku Ajar analisis Hayati. Depok: Departemen
Farmasi FMIPA UI.
Ganiswara, Sutistia G (editor). 1995. Farmakologi Dan Terapi edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam Farmakognosi Jilid I. Jakarta.: Penebar
Swadaya. hal:9.
Hamid, Hinna, S.Tarique Abdullah, Asif Ali. 2004. Anti-Inflammatory and
Analgesic Activity of Uraria Logopoides. Journal Pharmaceutical Biology.
Vol 42, no. 2, pp 114-116.
Harborne, JB. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung ITB .Terjemahan: Kosasih P, Soediro Iwang.
Harmita., Radji, M. 2005. Buku Ajar analisis Hayati. Depok: Departemen
Farmasi FMIPA UI: 47-88
Haryanto, Sugeng. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta.
Pallmal: 183-184
Katzung.G.Bertram 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian ke II.
Jakarta : Salemba Medika.
Kress H. 2009. Gambir (Uncaria gambir).
http://www.henriettesherbal.com/plants/uncaria/gambir.html. Diakses pada
tanggal 4 Maret 2010 pukul 19.25 WIB
Lieber, C.S., and Leo, M.A., 1999. Alcohol, Vitamin A and Carotene: Adverse
Interactions, Including Hepatotoxicity and Carcinogenicity. Am. J. Clin. Nut.
69 (6), 1071-1085.

59

Lucida, Henny, Amri Bakhtiar, Wina Astari. 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik
Mulut dari Katekin Gambir.. Dalam: Jurnal Sains dan Teknologi Famasi vol
12(1). Padang.
Misra, Meena. 2009. The key to medicinal plants research revolves around the
detection, isolation, and characterisation of antioxidants as therapeutic agents.
Journal of Medicinal Plants Research Vol. 3(10).
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat; Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi.
Edisi ke lima, diterjemahkan oleh Widianto, M. B. Dan A. S. Ranti. Bandung
: Penerbit ITB. Pp 177-195.
Pambayun, Rindit.. 2007. Kandungan fenol dan sifat antibakteri dari berbagai
jenis ekstrak produk gambir (Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasia
Indonesia 18(3): 141 146
Puguh. 2009. Gambir Dapat Mencegah Gangguan Perut dan Kanker.
http://puguh.com/2009/09/09/gambir-dapat-mencegah-gangguan-perut-dankanker/">. Diakses tanggal 28 Febuari 2010 pukul 21.54 WIB
Putri, Eka. 2001. Uji Efek Analgetik, Antipiretik dan Anti Inflamasi Ekstrak
Metanol Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers ex Hook. F. & Thems).
Padang: Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNAND.
Reagan-Shaw S,. Nihal M and Ahmad N. 2008. Dose translation from animal to
human studies revisited. The FASEB Journal 2007, 22:659-661.
http://www.fasebj.org. Diakses tanggal 4 Maret 2010 pukul 19.25 WIB
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/776/1/tekperridwansyah4.pdf. Diakses pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 22.29 WIB
Saha, Achinta, Mohammad A. Masud, Sitesh C. Bahtiar. 2007. The Analgesic and
Anti-inflammatory Activities of The Extracts of Phyllantus reticulatus.
Journal Pharmaceutical Biology.Vol 45 no.5, pp 355-359.
Santoso, S. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. PT. Jakarta: Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. 2008: 237-247.
Setiawati, Arini, Zunilda S.B., F.D. Suyatna. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi
V. Jakarta: Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Siswandono, M. S. 1995, Kimia Medisinal. 301-302. Surabaya: Airlangga Press.
Wade,Ainley (editor). 1992. Handbook of Pharmaceutical Excipients section
II.78-79. London : The Pharmaceutical Press.

60

Suhendi, Andi, Kuswandi, Agung Endro Nugroho. 2003. Efek Analgetik Infusa
Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr.) Pada Mencit Putih Jantan
Galur DDY. Pharmaceutical Journal of Indonesia. Vol. 4, no. 2.
Tambunan, Armansyah., Solahudin. 2000. Simulasi Karakteristik Pengeringan
Beku Daging Sapi Giling. Bulletin Keteknikan Pertanian Vol 14: 1.
Sukandar, Ellin Yulinah, Retnosari, Joseph I Sigit, I Ketut Adnyana. 2008. Iso
Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Turner, R.A. 1965. Screening Methods in Pharmacology. New York: Academic
Press.
Wilmana, P.F. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi V. Jakarta: Bagian
Farmakologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

62

Lampiran 1. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Gambar 5: Bongkahan Gambir

Gambar

6:

Hasil

Freeze

Gambar 8: Hewan uji Tikus SD

Drying

Gambir

Gambar 9: Plethysmometer

Gambar 7: Hewan uji Mencit DDY

62

Lampiran 2. Kegiatan Penelitian

Gambar 10: Freeze Drying Gambir

Gambar 13 :mencit meregangkan


perutnya (writhing)

Gambar 11: Penyondean Zat Uji

Gambar
14
:
Penyuntikkan
karagenan sec subplantar

Gambar 12: Penyuntikkan asam


asetat secara IP

62

Gambar 15: Radang pada telapak

gambir (urea)

kaki tikus

Ga
mbar

16:

radang tikus

Pengukuran

Gambar 17: Identifikasi cemaran

volume

62

68

Lampiran 7. Skema kerja (Pembuatan Ekstrak)

Gambir
(sampel)

Determinasi
gambir

1. Uji penapisan fitokimia


2. Uji cemaran urea

Serbuk

Dibuat
infusa

Ekstrak air
Gambir

Freeze
drying

Ekstrak uji
100,200,400 mg./KgBB

Uji efek
analgetik

Ekstrak uji
50,100,200 mg./KgBB

Uji efek
antiinflamasi

Ekstrak kering
gambir

69

Lampiran 8. Skema kerja uji analgetik

Persiapan Hewan Uji


25 ekor mencit

Perlakuan tiap
Kelompok

Kontrol
Negatif

Kontrol
Positif

Kelompok
Dosis
Rendah

Kelompok
Dosis
Sedang

30

Setiap ekor disuntikkan asam


asetat 0,5% secara IP
5

Pengukuran jumlah geliat selama 30


dengan interval waktu 5

Analisa data

Kelompok
Dosis
Tinggi

70

Lampiran 9. Skema kerja uji antiinflamasi


Persiapan Hewan Uji
25 ekor mencit

Timbang Berat
Badan
Ukur Volume Telapak Kaki
Kiri Belakang Tikus

Perlakuan tiap
Kelompok

Kontrol
Negatif

Kontrol
Positif

Kelompok
Dosis
Rendah

Kelompok
Dosis
Sedang

1 jam

Masing-masing diinjeksikan
suspensi karagenan 2%
1 jam

Ukur Volume Telapak Kaki Kiri Belakang


Tikus selama 4 jam interval waktu 15

Analisa data

Kelompok
Dosis
Tinggi

71

Lampiran 10. Rumus perhitungan dosis hewan dan tabel konversi dosis hewan
ke HED berdasarkan BSA (Reagan-Shaw dkk, 2008)

Tabel 10. Konversi Dosis Hewan ke HED Berdasarkan BSA


Weight (kg)

BSA (m2)

Km factor

Adult

60

1.6

37

Chile

20

0.8

25

Baboon

12

0.6

20

Dog

10

0.5

20

Monkey

0.24

12

Rabbit

1.8

0.15

12

Guinea pig

0.4

0.05

Rat

0.15

0.025

Hamster

0.08

0.02

Mouse

0.02

0.007

Species
Human

72

Lampiran 11. Perhitungan Dosis Untuk Hewan Uji


Dosis gambir diperoleh berdasarkan kebiasaan penggunaan gambir di
masyarakat yaitu sekitar 250 mg-1250 mg perhari. Jika dirata-ratakan
penggunaan gambir adalah sekitar 350 mg perhari. Kemudian dari hasil
rendemen ekstrak air gambir diperoleh sekitar 48%.
Perhitungan dosis untuk uji analgetik pada mencit putih jantan
a. Dosis 1. Ekstrak air gambir 35 mg/KgBB 0,7 mg/20 gBB
350 mg x 48%

= 168 mg

HED

168mg
60

Dosis hewan

= 34,5 mg/Kg 35 mg/ KgBB 0,7 mg/20 gBB

= 1,4 mg/ml

VAO

VAO

= 0,5 ml

0,7 mg/

0,7 mg/

20 gBB x 20 gBB
0 , 5 ml

20 gBB x 20 gBB
1 , 4 mg / ml

b. Dosis 2. Ekstrak air gambir 69 mg/KgBB 1,4 mg/20 gBB


700 mg x 48%

= 336 mg

73

HED

336
60

Dosis hewan

= 69 mg/Kg 1,38 mg/20 gBB 1,4 mg/20 gBB

= 2,8 mg/ml

VAO

VAO

= 0,5 ml

1,4 mg/

1,4 mg/

20 gBB x 20 gBB
0 , 5 ml

20 gBB x 20 gBB
2 , 8 mg / ml

c. Dosis 3. Ekstrak air gambir 138 mg/ KgBB 2,8 mg/20 gBB
1400 mg x 48%= 672 mg
HED

672
60

Dosis hewan

= 138 mg/Kg 2,8 mg/20 gBB

= 5,6 mg/ml

2,8 mg/

20 gBB x 20 gBB
0 , 5 ml

74

2,8 mg/

VAO

VAO

= 0,5 ml

20 gBB x 20 gBB
5 , 6 mg / ml

Jadi dosis yang digunakan untuk uji analgetik adalah :


1) Dosis 1 (rendah) = 0,7 mg/20 gBB
2) Dosis 2 (sedang) = 1,4 mg/20 gBB
3) Dosis 3 (tinggi) = 2,8 mg/20 gBB

Perhitungan dosis untuk asam mafenamat 0,05% (Andi Suhedi, Kuswandi dan
Agung Endro Nugroho. 2003)
Dosis lazim asam mefenamat untuk manusia adalah 500 mg untuk sekali pakai.
Untuk dosis analgetik adalah 91 mg/kgBB mencit sekali pakai maka dosis yang
dapat diberikan pada mencit (20 gr) adalah:

VAO

= 0,364 ml

VAOtota

75

Jumlah Asam mefenamat

Perhitungan dosis untuk uji antiinflamasi pada tikus putih betina


a. Dosis 1. Ekstrak air gambir 17,2 mg/KgBB 3,5 mg/200 gBB
350 mg x 48%

= 168 mg

HED

168
60

= ?x

Dosis hewan

= 17,2 mg/Kg 3,5 mg/200 gBB

= 1,75 mg/ml

VAO

VAO

= 2 ml

6
37

3,5 mg/

3,5 mg/

200 gBB
2 ml

x 200 gBB

200 gBB x 200 gBB


1 , 75 mg / ml

b. Dosis 2. Ekstrak air gambir 34,4 mg/KgBB 7 mg/200 gBB


700 mg x 48%

= 336 mg

HED

76

336
60

= ?x

Dosis hewan

=34,4 mg/Kg 7 mg/200gBB

= 3,5 mg/ml

VAO

VAO

= 2 ml

6
37

7 mg/

7 mg/

200 gBB x 200 gBB


2 ml

200 gBB x 200 gBB


3 , 5 mg / ml

c. Dosis 3. Ekstrak air gambir 68,8 mg/ KgBB 14 mg/200 gBB


1400 mg x 48%

= 672 mg

HED

672
60

= ?x

6
37

Dosis hewan= 68,8 mg/Kg 14 mg/200 gBB

14 mg/

= 7 mg/ml

200 gBB
2 ml

x 200 gBB

77

14 mg/

VAO

VAO

= 2 ml

200 gBB x 200 gBB


7 mg / ml

Jadi dosis yang digunakan untuk uji antiinflamasi adalah :


1) Dosis 1 (rendah) = 3,5 mg/200 gBB
2) Dosis 2 (sedang) = 7 mg/ 200 gBB
3) Dosis 3 (tinggi)

= 14 mg/200 gBB

Perhitungan dosis natrium diklofenak ( Tjay dan Rahardja, 2007)


Dosis lazim diklofenak untuk manusia adalah 25 50 mg garam Na/K
untuk sekali pakai. Untuk dosis anti inflamasi adalah 25 - 50 mg sekali
pakai maka dosis yang dapat diberikan pada tikus (200 gr) adalah:
HED (mg/kg)

VAO

78

[ ]

VAOtotal

Jumlah Diklofenak

79

Lampiran 12. Pemeriksaan Parameter Ekstrak


A. Perhitungan Perolehan Kembali Ekstrak yang didapat

B. Pemeriksaan Susut Pengeringan


Berat cawan kosong (A) = 19,0017
Berat cawan + sampel sebelum di oven (B )= 20,015
Berat cawan + sampel setelah di oven (C) = 19,9563
% Susut Pengeringan

=
=

C. Pemeriksaan Kadar Abu


Berat cawan kosong (A) = 25,3726
Berat cawan + sampel sebelum di tanur (B) = 27,3829
Berat cawan + sampel setelah di tanur (C) = 25,3764
% Kadar Abu

=
=

80

Lampiran 13. Data Pengamatan Geliat Mencit Selama Pengukuran Pada Uji
Efek Analgetik
Tabel 11. Data Pengamatan Geliat Mencit Pada Uji Efek Analgetik
Kel
1

Perlakuan
Kontrol negatif
(Asam asetat 0,5%)

Dosis

0,5 ml/20 gBB

1
2
3

1,82 mg/20 gBB

5
47
40
45
44
3,61

Jumlah geliat menit ke


10
15
20
25
42
42
41
21
38
37
29
22
37
35
35
29
39
38
35
24
2,65
3,61
6
4,36

30
19
14
15
14,67
2,64

1
2
3

30
12
20
20,67
9,02

24
11
15
16,67
6,66

17
10
14
13,67
3,51

16
9
12
12,33
3,51

15
7
8
10
4,36

14
6
7
9
4,36

0,7 mg/20 gBB

1
2
3

42
37
45
41,33
4,04

28
30
40
32.67
6,42

16
22
31
23
7,54

16
19
23
19,33
3,51

15
11
15
13,67
2,3

13
10
10
14
1,73

1,4 mg/20 gBB

1
2
3

18
14
19
17
2,64

17
14
18
16,33
2,08

14
10
13
12,33
2,08

7
6
9
7,33
1,52

4
3
7
4,67
2,08

2
3
5
3,33
1,52

2,8 mg/20 gBB

1
2
3

32
26
40
32,67
7,02

27
26
22
25
2,64

27
22
22
23,67
2,88

26
19
13
19,33
6,5

17
15
11
14,33
3,05

10
9
8
9
4,35

Rata-rata
SD
2

Kontrol Positif
(As. Mefenamat)
Rata-rata
SD

Ekstrak Air
Gambir
Rata-rata
SD

Ekstrak Air
Gambir
Rata-rata
SD

Ekstrak Air
Gambir
Rata-rata
SD

81

Lampiran 14. Data Persentase Proteksi Analgetik


Tabel 12. Data Persentase Proteksi Analgetik

No
1

Kelompok Perlakuan
NaCMC 1% 0,5 ml/20 gBB

N
1
2
3

Rata-rata
kumulatif
38.6
33.2
36.2

% proteksi
analgetik
0
0
0
0

1
2
3

20.4
9.8
13.8

47.15
70.48
61.88

Rata-rata
2

Asam mefenamat 1,82 mg/20 gBB

Rata-rata
3

Ekstrak air gambir 0,7 mg/20 gBB

59.84
1
2
3

23.4
23.8
30.8

Rata-rata
4

Ekstrak air gambir 1,4 mg/20 gBB

27.54
1
2
3

12
9.4
13.2

1
2
3

25.8
21.6
21.6

Rata-rata
5

Ekstrak air gambir 2,8 mg/20 gBB

Rata-rata

39.38
28.31
14.92

68.91
71.69
63.53
68.04
33.16
34.94
40.33
36.14

82

Contoh perhitungan:
Pada kelompok Asam mefenamat 1,82 mg/20 gBB:

83

Lampiran 15. Hasil Pengamatan Radang Pada Uji Antiinflamasi


Tabel 13. Hasil Pengamatan Radang Pada Uji Antiinflamasi
Volume radang (ml) selama 4 jam
pengamatan
0
1
2
3
4
5
0,18 0,40 0,44 0,46 0,46 0,44
0,18 0,42 0,44 0,46 0,46 0,44
0,22 0,40 0,48 0,48 0,52 0,48
0,19 0,41 0,45 0,47 0,48 0,45
0,02 0,01 0,02 0,01 0,03 0,02

Kel

Perlakuan

Dosis

Kontrol negative
(NaCl 0,9%)

2 ml/200 gBB

1
2
3

1,03mg/200grBB

1
2
3

0,20
0,20
0,24
0,21
0,02

0,24
0,26
0,34
0,28
0,05

0,30
0,32
0,40
0,35
0,05

0,32
0,34
0,42
0,36
0,05

0,36
0,36
0,48
0,40
0,06

0,34
0,32
0,46
0,37
0,07

3,5 mg/200 gBB

1
2
3

0,20
0,22
0,20
0,21
0,01

0,30
0,30
0,32
0,31
0,02

0,34
0,36
0,38
0,36
0,02

0,38
0,36
0,40
0,38
0,02

0,40
0,36
0,42
0,39
0,03

0,36
0,34
0,40
0,37
0,03

7 mg/200 gBB

1
2
3

0,24
0,20
0,20
0,21
0,02

0,28
0,26
0,24
0,26
0,02

0,30
0,30
0,32
0,31
0,01

0,34
0,34
0,36
0,35
0,01

0,38
0,36
0,38
0,37
0,01

0,34
0,34
0,36
0,35
0,01

14 mg/200 gBB

1
2
3

0,20
0,22
0,22
0,21
0,01

0,34
0,32
0,34
0,36
0,01

0,36
0,36
0,34
0,38
0,01

0,38
0,40
0,38
0,40
0,01

0,40
0,42
0,40
0,42
0,01

0,36
0,38
0,38
0,38
0,01

Rata-rata
SD
2

Kontrol Positif
(Na diklofenak)
Rata-rata
SD

Dosis 1
(rendah)
Rata-rata
SD

Dosis 2
(sedang)
Rata-rata
SD

Dosis 3
(tinggi)
Rata-rata
SD

84

Lampiran 16. Hasil Persentase Radang Telapak Kaki Tikus


Tabel 14. Hasil Persentase Radang Telapak Kaki Tikus
Kel

Perlakuan

Dosis

Kontrol negative
(NaCl 0,9%)

2 ml/200 gBB

1
2
3

1,03 mg/200grBB

0
0
0
0
0
0

Waktu pengamatan (jam)


1
2
3
4
122,22 144,44 155,55 155,55
133,33 144,44 155,55 155,55
81,81 118,18 118,18 136,36
112,45 135,69 143,09 149,15
27,11 15,16 21,57 11,08

5
144,44
144,44
118,18
135,69
15,16

1
2
3

0
0
0
0
0

20
30
41,67
30,55
10,85

50
60
66,67
58,89
8,39

60
70
75
68,33
7,64

80
80
100
86,67
11,55

70
60
91,67
73,89
19,51

3,5 mg/200 gBB

1
2
3

0
0
0
0
0

50
36,36
60
48,78
11,87

70
63,63
90
74,54
13,76

90
63,63
100
84,54
18,78

100
63,63
110
91,21
24,40

80
54,54
100
78,18
22,78

7 mg/200 gBB

1
2
3

0
0
0
0
0

16,67
30
20
22,22
6,93

25
50
60
45
18,03

41,62
70
80
63,87
19,91

58,33
80
90
76,11
16,18

41,67
70
80
63,89
19,88

14 mg/200 gBB

1
2
3

0
0
0
0
0

70
45,45
54,54
56,66
12,41

80
63,63
54,54
66,06
12,90

90
81,81
72,72
81,51
8,64

100
90,9
81,81
90,9
9,09

80
72,72
72,72
75,15
4,20

Rata-rata
SD
2

Kontrol Positif
(Na diklofenak)
Rata-rata
SD

Dosis 1
(rendah)
Rata-rata
SD

Dosis 2
(sedang)
Rata-rata
SD

Dosis 3
(tinggi)
Rata-rata
SD

85

Contoh perhitungan :
Pada Na diklofenak 1,03 mg/200 gBB :

86

Lampiran 17. Hasil Persentase Penghambatan Radang Telapak Kaki Tikus


Tabel 15. Hasil Persentase Penghambatan Radang Telapak Kaki Tikus
Kel

Perlakuan

1 Kontrol negative
(NaCl 0,9%)

Dosis

N
0
0
0
0
0
0

Waktu pengamatan (jam)


1
2
3
4
122,22 144,44 155,55 155,55
133,33 144,44 155,55 155,55
81,81 118,18 118,18 136,36
112,45 135,69 143,09 149,15
27,11 15,16 21,57 11,08

2 ml/200 gBB

1
2
3

5
144,44
144,44
118,18
135,69
15,16

1,03 mg/200grBB

1
2
3

0
0
0
0
0

83,63
77,49
49
70,04
18,47

65,38
58,46
43,58
55,81
11,14

61,43
54,99
36,54
50,99
12,92

48,57
48,57
26,67
41,27
12,64

51,54
58,46
22,43
44,14
19,12

3,5 mg/200 gBB

1
2
3

0
0
0
0
0

59,09
72,72
26,66
52,82
23,66

51,54
55,95
23,84
43,77
17,41

42,14
59,09
15,38
38,87
18,12

35,71
59,09
19,33
38,04
18,88

44,61
62,24
15,38
40,74
19,66

7 mg/200 gBB

1
2
3

0
0
0
0
0

86,36
77,49
75,55
79,8
5,76

82,69
65,38
49,22
65,76
16,73

73,24
54,99
32,20
53,48
20,56

62,50
48,57
33,99
48,35
14,26

71,15
51,54
32,31
51,67
19,42

14 mg/200 gBB

1
2
3

0
0
0
0
0

42,73
65,91
33,33
47,32
16,77

44,61
55,94
53,85
51,47
6,03

42,14
47,40
38,47
42,67
4,49

35,71
41,56
40
39,09
3,03

44,61
49,65
38,47
44,24
5,59

Rata-rata
SD
2

Kontrol Positif
(Na diklofenak)
Rata-rata
SD

Dosis 1
(rendah)
Rata-rata
SD

Dosis 2
(sedang)
Rata-rata
SD

Dosis 3
(tinggi)
Rata-rata
SD

87

Contoh perhitungan :
Pada Na diklofenak 1,03 mg/200 gBB :

88

Lampiran 18. Hasil Statistik Uji Efek Analgetik


1. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene Terhadap
Geliat Menciat Tiap 5 Menit Pada Tiap Kelompok Perlakuan
a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov
Tujuan : untuk mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data geliat mencit yang terdistribusi normal
Ha : Data geliat mencit yang tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 16. Uji Normalitas ANOVA pada Analgetik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ProteksiAnalg
etik
N
Normal Parametersa,,b

15
Mean
Std. Deviation

38.3120
25.97856

Most Extreme

Absolute

.151

Differences

Positive

.130

Negative

-.151

Kolmogorov-Smirnov Z

.586

Asymp. Sig. (2-tailed)

.883

89

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Keputusan : Ho diterima artinya uji normalitas geliat pada mencit seluruh
kelompok hewan uji terdistribusi normal
Kesimpulan : hasil data signifikansi ( = 0,883) lebih besar dari 0,05. Hal
ini menunjukkan distribusi data normal.
b. Uji Homogenitas Levene
Tujuan : Untuk melihat data geliat pada menit homogeny atau tidak
Hipotesis
Ho : Data geliat mencit bervariasi homogen
Ha : Data geliat mencit bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho doiterima
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho ditolak

90

Tabel 17. Uji Homogenitas ANOVA pada Analgetik


Test of Homogeneity of Variances
ProteksiAnalgetik
Levene
Statistic

df1

2.587

df2
4

Sig.
10

.102

Keputusan : Uji homogenitas geliat pada mencit seluruh kelompok hewan


uji bervariasi homogen
Kesimpulan : Data signifikansi ( = 0,102) lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan data bervariasi homogen.
c. Uji Anava Satu Arah dan BNT (Beda Nyata Terkecil) terhadap geliat
mencit
Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan data geliat pada
mencit
Hipotesis
Ho : Data geliat mencit tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data geliat mencit berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho ditolak

91

Tabel 18. Uji ANOVA pada Analgetik

ANOVA
ProteksiAnalgetik
Sum of
Squares
Between Groups
Within Groups
Total

Df

Mean Square

8807.651

2201.913

640.746

10

64.075

9448.397

14

Sig.

34.365

Kesimpulan : Data geliat mencit = 0,00 ( 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha


diterima atau data geliat mencit berbeda secara bermakna maka dilanjutkan
dengan uji BNT menggunakan metode LSD. Uji BNT merupakan uji lanjutan
yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan
secara bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok mana yang
memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya.

Tabel 19. Uji Bobot Nyata Terkecil pada Analgetik

Multiple Comparisons
ProteksiAnalgetik
LSD
(I)
(J)
Mean
Kelomp Kelomp Difference (Iok
ok
J)
Std. Error

95% Confidence Interval


Sig.

Lower Bound Upper Bound

-59.83667

6.53578

.000

-74.3993

-45.2740

Dosis 1

-27.53667*

6.53578

.002

-42.0993

-12.9740

Dosis 2

-68.04333*

6.53578

.000

-82.6060

-53.4807

Dosis 3

-36.14333*

6.53578

.000

-50.7060

-21.5807

Negatif Positif

.000

92

Negatif

59.83667*

6.53578

.000

45.2740

74.3993

Dosis 1

6.53578

.001

17.7374

46.8626

Dosis 2

-8.20667

6.53578

.238

-22.7693

6.3560

Dosis 3

6.53578

.005

9.1307

38.2560

6.53578

.002

12.9740

42.0993

6.53578

.001

-46.8626

-17.7374

6.53578

.000

-55.0693

-25.9440

Dosis 3

-8.60667

6.53578

.217

-23.1693

5.9560

Dosis 2 Negatif

6.53578

.000

53.4807

82.6060

8.20667

6.53578

.238

-6.3560

22.7693

6.53578

.000

25.9440

55.0693

6.53578

.001

17.3374

46.4626

6.53578

.000

21.5807

50.7060

6.53578

.005

-38.2560

-9.1307

Dosis 1

8.60667

6.53578

.217

-5.9560

23.1693

Dosis 2

6.53578

.001

-46.4626

-17.3374

Positif

Dosis 1 Negatif
Positif
Dosis 2

Positif
Dosis 1
Dosis 3
Dosis 3 Negatif
Positif

32.30000
23.69333
27.53667

-32.30000
-40.50667
68.04333
40.50667
31.90000
36.14333

-23.69333
-31.90000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan:
1. Pada kontrol negatif (NaCMC 1% 0,5 ml/20 gBB) terdapat perbedaan
secara bermakna dengan kontrol positif, (Asam mefenamat 1,82 mg/20
gBB) kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 0,7 mg/20 gBB), dosis 2
(ekstrak air gambir 1,4 mg/20 gBB) dan dosis 3 (ekstrak air gambir 2,8
mg/20 gBB). Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,05.
2. Pada kontrol positif (Asam mefenamat 1,82 mg/20 gBB) terdapat tidak
ada perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 2 (ekstrak air
gambir 1,4 mg/20 gBB) karena nilai signifikansi = 0,238 ( 0,05)

93

tetapi terdapat perbedaan secara bermakna dengan kontrol negatif dan


kelompok dosis 1 dan 3, terlihat dari nilai signifikansi 0,05.
3. Pada kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 0,7 mg/20 gBB) terdapat tidak
ada perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 3 (ekstrak air
gambir 2,8 mg/20 gBB) karena nilai signifikansi = 0,217 ( 0,05)
tetapi terdapat perbedaan secara bermakna dengan kontrol negatif, kontrol
positif dan kelompok dosis 2, terlihat dari nilai signifikansi 0,05.
4. Pada kelompok dosis 2 (ekstrak air gambir 1,4 mg/20 gBB) tidak ada
perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif (Asam mefenamat
1,82 mg/20 gBB) karena nilai signifikansi = 0,238 ( 0,05) tetapi
terdapat perbedaan secara bermakna dengan kontrol negatif dan kelompok
dosis 1 dan 3, terlihat dari nilai signifikansi 0,05.
5. Pada kelompok dosis 3 (ekstrak air gambir 2,8 mg/20 gBB) tidak ada
perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir
0,7 mg/20 gBB) karena nilai signifikansi = 0,217 ( 0,05) tetapi
terdapat perbedaan secara bermakna dengan kontrol negatif, kontrol
positif dan kelompok dosis 2, terlihat dari nilai signifikansi 0,05.

94

Lampiran 19. Hasil Uji Efek Antiinflamasi


1. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene terhadap
persen penghambatan udem kaki tikus
a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov
Tujuan : untuk mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data persen penghambatan udem kaki tikus yang terdistribusi normal
Ha :Data persen penghambatan udem kaki tikus yang tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho ditolak
Tabel 20. Uji Normalitas ANOVA pada Antiinflamasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jam1
N
a,,b

Normal Parameters

Mean
Std. Deviation

Most Extreme
Differences

Jam2

Jam3

Jam4

Jam5

15

15

15

15

15

49.9973

43.8160

37.2007

34.0180

36.1593

31.44801 25.94830 23.61241 20.47289 23.54744

Absolute

.165

.246

.156

.233

.173

Positive

.144

.154

.142

.152

.138

Negative

-.165

-.246

-.156

-.233

-.173

Kolmogorov-Smirnov Z

.639

.951

.602

.902

.672

Asymp. Sig. (2-tailed)

.809

.326

.861

.391

.757

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

95

Keputusan : Ho diterima artinya uji normalitas udem kaki tikus seluruh


kelompok hewan uji terdistribusi normal
b. Uji Homogenitas Levene
Tujuan : Untuk melihat data persen penghambatan udem kaki tikus homogen
atau tidak
Hipotesis
Ho : Data persen penghambatan udem kaki tikus bervariasi homogen
Ha : Data persen penghambatan udem kaki tikus bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho doiterima
Jika nilai signifikansi maka 0,05 Ho ditolak

Tabel 21. Uji Homogenitas ANOVA pada Antiinflamasi


Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic

df1

df2

Sig.

Jam1

3.807

10

.039

Jam2

2.559

10

.104

Jam3

2.562

10

.104

Jam4

2.710

10

.092

Jam5

2.540

10

.106

96

Keputusan : Uji normalitas persen penghambatan udem kaki tikus seluruh


kelompok

perlakuan

bervariasi

homogen

karena

signifikansinya 0,05 kecuali pada jam 1 0,05 ( = 0,039)


Kesimpulan : Data persen penghambatan udem kaki tikus pada jam 1 tidak
dapat memenuhi syarat ANOVA sehingga dilanjutkan dengan
uji Kruskal Wallis

d. Uji Anava Satu Arah terhadap geliat mencit


Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan data geliat pada
mencit
Hipotesis
Ho : Data geliat mencit tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data geliat mencit berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho ditolak

97

Tabel 22. Uji ANOVA pada Antiinflamasi


ANOVA
Sum of
Squares
Jam1

Between Groups

2853.583

2431.349

10

243.135

13845.681

14

Between Groups

7940.599

1985.150

Within Groups

1485.800

10

148.580

Total

9426.399

14

Between Groups

5614.656

1403.664

Within Groups

2190.987

10

219.099

Total

7805.643

14

Between Groups

4550.112

1137.528

Within Groups

1317.836

10

131.784

Total

5867.948

14

Between Groups

5094.249

1273.562

Within Groups

2668.498

10

266.850

Total

7762.747

14

Total

Jam3

Jam4

Jam5

Mean Square

11414.332

Within Groups

Jam2

Df

Sig.

11.737

.001

13.361

.001

6.407

.008

8.632

.003

4.773

.021

98

Kesimpulan : Data persen penghambatan udem telapak kaki tikus memiliki


signifikansi ( 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima atau data persen
penghambatan udem telapak kaki tikus berbeda secara bermakna maka
dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode LSD. Uji BNT merupakan
uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya
perbedaan secara bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok
mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan
kelompok lainnya.

e. Uji Kruskal Wallis dan BNT (Beda Nyata Terkecil) terhadap persen
penghambatan udem kaki tikus
Tujuan : Untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan persen

penghambatan udem kaki tikus karena tidak memenuhi syarat


pengujian ANOVA
Hipotesis
Ho :Data persen penghambatan udem kaki tikus tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data persen penghambatan udem kaki tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansinya 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansinya 0,05 maka Ho ditolak

99

Tabel 23.Uji Kurskal Wallis pada Antiinflamasi Jam1


Test Statisticsa,b
Jam1
Chi-Square

10.838

Df
Asymp. Sig.

4
.028

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable:
Kelompok

Keputusan : Uji kurskal wallis persen penghambatan udem kaki tikus


signifikansinya 0,05 ( = 0,028) berarti Ho ditolak atau
adanya perbedaan secara bermakna di semua perlakuan
kelompok
Kesimpulan : Data persen penghambatan udem kaki tikus terhadap perbedaan
secara bermakna maka dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode
LSD. Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian
menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna. Tujuannya adalah untuk
menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara
bermakna dengan kelompok lainnya.

100

Tabel 24. Uji Bobot Nyata Terkecil pada Antiinflamasi


Multiple Comparisons
LSD
Depe

95% Confidence Interval

ndent (I)

(J)

Mean

Varia Kelom Kelomp Difference (Ible

pok

ok

J)

Std. Error

Sig. Lower Bound Upper Bound

-70.04000* 12.73145

.000

-98.4074

-41.6726

Dosis 1

-52.82333* 12.73145

.002

-81.1908

-24.4559

Dosis 2

-79.80000* 12.73145

.000

-108.1674

-51.4326

Dosis 3

-47.32333* 12.73145

.004

-75.6908

-18.9559

Positif Negatif

70.04000* 12.73145

.000

41.6726

98.4074

Dosis 1

17.21667 12.73145

.206

-11.1508

45.5841

Dosis 2

-9.76000 12.73145

.461

-38.1274

18.6074

Dosis 3

22.71667 12.73145

.105

-5.6508

51.0841

Dosis 1 Negatif

52.82333* 12.73145

.002

24.4559

81.1908

Positif

-17.21667 12.73145

.206

-45.5841

11.1508

Dosis 2

-26.97667 12.73145

.060

-55.3441

1.3908

Dosis 3

5.50000 12.73145

.675

-22.8674

33.8674

Jam1 Negatif Positif

101

79.80000* 12.73145

.000

51.4326

108.1674

Positif

9.76000 12.73145

.461

-18.6074

38.1274

Dosis 1

26.97667 12.73145

.060

-1.3908

55.3441

Dosis 3

32.47667* 12.73145

.029

4.1092

60.8441

Dosis 3 Negatif

47.32333* 12.73145

.004

18.9559

75.6908

Positif

-22.71667 12.73145

.105

-51.0841

5.6508

Dosis 1

-5.50000 12.73145

.675

-33.8674

22.8674

Dosis 2

-32.47667* 12.73145

.029

-60.8441

-4.1092

-56.40667*

9.95255

.000

-78.5823

-34.2310

Dosis 1

-43.77667*

9.95255

.001

-65.9523

-21.6010

Dosis 2

-65.76333*

9.95255

.000

-87.9390

-43.5877

Dosis 3

-53.13333*

9.95255

.000

-75.3090

-30.9577

positif Negatif

56.40667*

9.95255

.000

34.2310

78.5823

Dosis 1

12.63000

9.95255

.233

-9.5457

34.8057

Dosis 2

-9.35667

9.95255

.369

-31.5323

12.8190

Dosis 3

3.27333

9.95255

.749

-18.9023

25.4490

Dosis 1 Negatif

43.77667*

9.95255

.001

21.6010

65.9523

positif

-12.63000

9.95255

.233

-34.8057

9.5457

Dosis 2

-21.98667

9.95255

.052

-44.1623

.1890

Dosis 2 Negatif

Jam2 Negatif Positif

102

Dosis 3

-9.35667

9.95255

.369

-31.5323

12.8190

Dosis 2 Negatif

65.76333*

9.95255

.000

43.5877

87.9390

positif

9.35667

9.95255

.369

-12.8190

31.5323

Dosis 1

21.98667

9.95255

.052

-.1890

44.1623

Dosis 3

12.63000

9.95255

.233

-9.5457

34.8057

Dosis 3 Negatif

53.13333*

9.95255

.000

30.9577

75.3090

positif

-3.27333

9.95255

.749

-25.4490

18.9023

Dosis 1

9.35667

9.95255

.369

-12.8190

31.5323

Dosis 2

-12.63000

9.95255

.233

-34.8057

9.5457

-50.98667* 12.08577

.002

-77.9154

-24.0579

Dosis 1

-38.87000* 12.08577

.009

-65.7988

-11.9412

Dosis 2

-53.47667* 12.08577

.001

-80.4054

-26.5479

Dosis 3

-42.67000* 12.08577

.005

-69.5988

-15.7412

Positif Negatif

50.98667* 12.08577

.002

24.0579

77.9154

Dosis 1

12.11667 12.08577

.340

-14.8121

39.0454

Dosis 2

-2.49000 12.08577

.841

-29.4188

24.4388

Dosis 3

8.31667 12.08577

.507

-18.6121

35.2454

Dosis 1 Negatif

38.87000* 12.08577

.009

11.9412

65.7988

-12.11667 12.08577

.340

-39.0454

14.8121

Jam3 Negatif positif

positif

103

Dosis 2

-14.60667 12.08577

.255

-41.5354

12.3221

Dosis 3

-3.80000 12.08577

.760

-30.7288

23.1288

Dosis 2 Negatif

53.47667* 12.08577

.001

26.5479

80.4054

Positif

2.49000 12.08577

.841

-24.4388

29.4188

Dosis 1

14.60667 12.08577

.255

-12.3221

41.5354

Dosis 3

10.80667 12.08577

.392

-16.1221

37.7354

Dosis 3 Negatif

42.67000* 12.08577

.005

15.7412

69.5988

Positif

-8.31667 12.08577

.507

-35.2454

18.6121

Dosis 1

3.80000 12.08577

.760

-23.1288

30.7288

Dosis 2

-10.80667 12.08577

.392

-37.7354

16.1221

-44.60333*

9.37314

.001

-65.4880

-23.7187

Dosis 1

-38.04333*

9.37314

.002

-58.9280

-17.1587

Dosis 2

-48.35333*

9.37314

.000

-69.2380

-27.4687

Dosis 3

-39.09000*

9.37314

.002

-59.9747

-18.2053

positif Negatif

44.60333*

9.37314

.001

23.7187

65.4880

Dosis 1

6.56000

9.37314

.500

-14.3247

27.4447

Dosis 2

-3.75000

9.37314

.698

-24.6347

17.1347

Dosis 3

5.51333

9.37314

.569

-15.3713

26.3980

Dosis 1 Negatif

38.04333*

9.37314

.002

17.1587

58.9280

Jam4 Negatif Positif

104

positif

-6.56000

9.37314

.500

-27.4447

14.3247

Dosis 2

-10.31000

9.37314

.297

-31.1947

10.5747

Dosis 3

-1.04667

9.37314

.913

-21.9313

19.8380

Dosis 2 Negatif

48.35333*

9.37314

.000

27.4687

69.2380

positif

3.75000

9.37314

.698

-17.1347

24.6347

Dosis 1

10.31000

9.37314

.297

-10.5747

31.1947

Dosis 3

9.26333

9.37314

.346

-11.6213

30.1480

Dosis 3 Negatif

39.09000*

9.37314

.002

18.2053

59.9747

positif

-5.51333

9.37314

.569

-26.3980

15.3713

Dosis 1

1.04667

9.37314

.913

-19.8380

21.9313

Dosis 2

-9.26333

9.37314

.346

-30.1480

11.6213

-44.14333* 13.33791

.008

-73.8620

-14.4246

Dosis 1

-40.74333* 13.33791

.012

-70.4620

-11.0246

Dosis 2

-51.66667* 13.33791

.003

-81.3854

-21.9480

Dosis 3

-44.24333* 13.33791

.008

-73.9620

-14.5246

positif Negatif

44.14333* 13.33791

.008

14.4246

73.8620

Dosis 1

3.40000 13.33791

.804

-26.3187

33.1187

Dosis 2

-7.52333 13.33791

.585

-37.2420

22.1954

Dosis 3

-.10000 13.33791

.994

-29.8187

29.6187

Jam5 Negatif positif

105

40.74333* 13.33791

.012

11.0246

70.4620

positif

-3.40000 13.33791

.804

-33.1187

26.3187

Dosis 2

-10.92333 13.33791

.432

-40.6420

18.7954

Dosis 3

-3.50000 13.33791

.798

-33.2187

26.2187

Dosis 2 Negatif

51.66667* 13.33791

.003

21.9480

81.3854

positif

7.52333 13.33791

.585

-22.1954

37.2420

Dosis 1

10.92333 13.33791

.432

-18.7954

40.6420

Dosis 3

7.42333 13.33791

.590

-22.2954

37.1420

Dosis 3 Negatif

44.24333* 13.33791

.008

14.5246

73.9620

positif

.10000 13.33791

.994

-29.6187

29.8187

Dosis 1

3.50000 13.33791

.798

-26.2187

33.2187

Dosis 2

-7.42333 13.33791

.590

-37.1420

22.2954

Dosis 1 Negatif

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :
1. Pada jam 1, kontrol

negatif

(NaCl 0,9% 2ml/200 gBB) terdapat

perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif, (Na diklofenak 3,04


mg/200 gBB) kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5 mg/200 gBB),
dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan dosis 3 (ekstrak air
gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi 0,05.

106

2. Pada jam 1, kontrol positif, (Na diklofenak 1,03 mg/200 gBB) tidak
terdapat perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 1 (ekstrak air
gambir 3,5 mg/200 gBB), dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan
dosis 3 (ekstrak air gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi
0,05 tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif (NaCl
0,9% 2ml/200 gBB), dilihat dari nilai signifikansi = 0,00 ( 0,05).
3. Pada jam 2, kontrol

negatif

(NaCl 0,9% 2ml/200 gBB) terdapat

perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif (Na diklofenak 1,03


mg/200 gBB) kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5 mg/200 gBB),
dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan dosis 3 (ekstrak air
gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi 0,05.
4. Pada jam 2, kontrol positif (Na diklofenak 1,03 mg/200 gBB) tidak
terdapat perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 1 (ekstrak air
gambir 3,5 mg/200 gBB), dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan
dosis 3 (ekstrak air gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi
0,05 tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif (NaCl
0,9% 2ml/200 gBB), dilihat dari nilai signifikansi = 0,00 ( 0,05).
5. Pada jam 3, kontrol

negatif

(NaCl 0,9% 2ml/200 gBB) terdapat

perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif (Na diklofenak 1,03


mg/200 gBB) kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5 mg/200 gBB),
dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan dosis 3 (ekstrak air
gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi 0,05.

107

6. Pada jam 3, kontrol positif (Na diklofenak 1,03 mg/200 gBB) tidak
terdapat perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 1 (ekstrak air
gambir 3,5 mg/200 gBB), dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan
dosis 3 (ekstrak air gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi
0,05 tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif (NaCl
0,9% 2ml/200 gBB), dilihat dari nilai signifikansi = 0,00 ( 0,05).
7. Pada jam 4, kontrol

negatif

(NaCl 0,9% 2ml/200 gBB) terdapat

perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif (Na diklofenak 1,03


mg/200 gBB) kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5 mg/200 gBB),
dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan dosis 3 (ekstrak air
gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi 0,05.
8. Pada jam 4, kontrol positif (Na diklofenak 3,04 mg/200 gBB) tidak
terdapat perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 1 (ekstrak air
gambir 3,5 mg/200 gBB), dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan
dosis 3 (ekstrak air gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi
0,05 tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif (NaCl
0,9% 2ml/200 gBB), dilihat dari nilai signifikansi = 0,00 ( 0,05).
9. Pada jam 5, kontrol

negatif

(NaCl 0,9% 2ml/200 gBB) terdapat

perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif (Na diklofenak 1,03


mg/200 gBB) kelompok dosis 1 (ekstrak air gambir 3,5 mg/200 gBB),
dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan dosis 3 (ekstrak air
gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi 0,05.

108

10. Pada jam 4, kontrol positif (Na diklofenak 1,03 mg/200 gBB) tidak
terdapat perbedaan secara bermakna dengan kelompok dosis 1 (ekstrak air
gambir 3,5 mg/200 gBB), dosis 2 (ekstrak air gambir 7 mg/200 gBB), dan
dosis 3 (ekstrak air gambir 14 mg/200 gBB) dilihat dari nilai signifikansi
0,05 tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif (NaCl
0,9% 2ml/200 gBB), dilihat dari nilai signifikansi = 0,00 ( 0,05).

UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK


AIR GAMBIR (Uncaria gambir Roxb)
SECARA IN VIVO

Disusun Oleh:
GITA PERMATA SARI
106102003392

Pembimbing 1 : Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt.


Pembimbing 2 : Azryfitri, M.Si, Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

B A B I
P E N D A H U L U A N

LATAR BELAKANG

Menguji manfaat ekstrak air gambir (Uncaria gambir


Roxb) sebagai analgetik dan antiinflamasi secara
invivo

Mengembangkan obat tradisiolnal khususnya gambir


sbagai obat analgetik dan antiinflamasi

PERMASALAHAN MASALAH
Apakah ekstrak air gambir (Uncaria gambir Roxb)
memiliki aktivitas analgetik dan antiinflamasi yang
diberi secara oral pada mencit dan tikus putih jantan.

HIPOTESA
Ekstrak air gambir (Uncaria gambir Roxb) memiliki
aktivitas analgetik dan antiinflamasi yang diberi
secara oral pada mencit putih jantan dan tikus putih
jantan.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh
pemberian ekstrak air gambir (Uncaria gambir Roxb)
terhadap pengurangan rasa nyeri pada mencit putih
jantan dan radang (inflamasi) pada tikus putih jantan
dalam berbagai konsentrasi dengan asetosal dan
natrium diklofenak sebagai pembanding.

MANFAAT PENELITIAN
1)

Penelitian diharapkan memberikan informasi ilmiah


mengenai aktivitas analgetik dan antiinflamasi dari
ekstrak air gambir (Uncaria gambir Roxb).

2)

Untuk pengembangan penggunaan zat analgetik dan


antiinflamasi yang berasal dari ekstrak gambir (Uncaria
gambir Roxb) sebagai bahan pengganti analgetik dan
antiinflamasi.

3)

Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dalam usaha


pengembangan obat tradisional lain sebagai upaya
peningkatan kesehatan masyarakat.

B A B I I
T I N J A U A N P U S T A K A

GAMBIR
Klasifikasi tumbuhan gambir :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Asteridae

Familia

: Rubiaceae

Genus

: Uncaria

Spesies

: Uncaria gambir Roxb

KANDUNGAN KIMIA
Kandungan yang utama adalah flavonoid (terutama gambirin),
katekin (sampai 51%), zat penyamak. Kandungan gambir lain adalah asam
catechutannat, guersetin, catechu merah, gambir flouresein, abu, asam
lemak, lilin, alkaloid tannin (BPOM RI, 2007).

EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia
yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair (Harbone,
1996).

INFUNDANSI
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada
temperatur penangas air, temperatur terukur 96o98oC selama waktu tertentu (15-20 menit) (DepKes
RI, 2000).

Serbuk gambir
Dipanaskan dengan penambahan
aquades selama 15 menit
Saring panas menggunakan
kapas

Filtrat gambir

Freeze drying

NYERI/ ANALGETIK
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang
paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi
untuk mengingatkan dan melindungi serta sering
memudahkan diagnosis, pasien merasakannya
sebagai hal yang tidak mengenakkan.

PENGUJIAN EFEK ANALGETIK

Metode tgail- clip

Metode green

Metode dengan rangsang panas

Metode peritoneal test

Metode podolorimeter

Metode rectodolorimeter

INFLAMASI
Inflamasi adalah respon terhadap cedera
jaringan dan infeksi.
Ciri khas inflamasi adalah :

Eritema

Edema

Kolor

Dolor

PENGUJIAN EFEK ANTIINFLAMASI

Pengujian berdasarkan penghambatan udem yang


ditimbulkan oleh iritan yang pada telapak kaki mencit

Pengujian berdasarkan penghambatan leukosit


terhadap peritonitis

Pengujian berdasarkan penghambatan pembentukan


eritema dengan radiasi ultra violet

Pengujian berdasarkan metode granuloma pouch

Pengujian dengan metode pembentukan granuloma


oleh cotton pellets atau sponge (kubus busa
poliuretan)

B A B I I I
A L U R P E N E L I T I A N

SKEMA KERJA
Uji efek
analgetik
Ekstrak
air gambir

Gambir
(sampel

Serbuk

Uji
penapisan
fitokimia

Uji
cemaran
gambir

Ekstrak
kering
gambir
Uji efek
antiinflama
si

DOSIS UNTUK MENCIT

0,7 mg/20 g BB
1,4 mg/20 g BB
2,8 mg/20 g BB

DOSIS UNTUK TIKUS


3,5 mg/200
g BB
7 mg/200 g
BB
14 mg/200
g BB

B A B I V
METODOLOGI PENELITIAN

SKEMA KERJA UJI ANALGETIK


Persiapan hewan uji

Perlakuan tiap kelompok

Kontrol
normal

Kontrol
positif

Kelompok
dosis
rendah

Kelompok
dosis
sedang
30

Setiap ekor disuntikan


0,5% asam asetat sec IP
5
Pengukuran jumlah geliat
selama 30

Analisa data

Kelompok
dosis
tinggi

SKEMA KERJA UJI ANTIINFLAMASI


Aklimatisasi

Persiapan hewan
uji
Ukur volume
telapak kaki
tikus

Perlakuan tiap kelompok


Kontrol
normal

Kontrol
positif

Kelompok
dosis
rendah

Timbang berat
badan tikus
Kelompok
dosis
sedang

1 jam kemudian
Masing- masing
diinjeksikan suspensi
karagenan 2%
Selama 4 jam
Ukur volume telapak
kaki tikus
Analisa data

Kelompo
k dosis
tinggi

B A B V
HASIL PENELITIAN

PENGUJIAN PARAMETER EKSTRAK


Jenis Pengujian

Hasil Pengujian

Bentuk

Serbuk Kering

Rasa

Pahit

Warna

Coklat Muda

Bau

Lemah

Susut Pengeringan

0,29 %

Kadar Abu

0,18 %

Rendemen

48,16 %

Persyaratan

--

Pahit

Coklat muda

Lemah

Kurang dari 10%

Tidak lebih dari 4%


---

DATA PENGAMATAN JUMLAH GELIAT


Rata-rata jumlah geliat mencit pada 5 menit ke

No.

Kelompok
1

NaCMC
0,5ml/20 gBB

44

39

38

35

24

16

Asam mefenamat
1,82 mg/20 gBB

20.67

16.67

13.67

12.33

10

Ekstrak air
gambir
0,7 mg/20 gBB
Ekstrak air
gambir
1,4 mg/20 gBB
Ekstrak air
gambir
2,8 mg/20 gBB

41.33

32.67

23

19.33

13.67

14

17

16.33

12.33

7.33

4.67

3.33

32.67

25

23.67

19.33

14.33

GRAFIK RATA-RATA JUMLAH GELIAT


Rata-rata Jumlah Geliat Mencit
50
NaCMC 1% 0,5 ml/20 gBB

45

Jumlah geliat

40
Asam mefenamat 1,82
mg/20 gBB

35
30

Ekstrak air gambir 0,7


mg/20 gBB

25
20

Ekstrak air gambir 1,4


mg/20 gBB

15
10

Ekstrak air gambir 2,8


mg/20 gBB

5
0
1

Waktu (menit)

PERSENTASE PROTEKSI ANALGETIK

No.

Kelompok Perlakuan

Asam mefenamat 1,82 mg/20 gBB

Ekstrak air gambir 0,7 mg/20 gBB

Ekstrak air gambir 1,4 mg/20 gBB

Ekstrak air gambir 2,8 mg/20 gBB

Persentase proteksi
analgetik
59.84 %
27.54 %
68.04 %
36.14 %

GRAFIK PROTEKSI ANALGETIK


Persentase Proteksi Analgetik
80.00%

% proteksi analgetik

70.00%
60.00%
50.00%

Series1

40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Asam mefenamat Ekstrak air gambir Ekstrak air gambir Ekstrak air gambir
1.82 mg/20 gBB
0,7 mg/20 gBB
1,4 mg/20 gBB
2,8 mg/20 gBB
Kelompok Perlakuan

DATA PERSENTASE RADANG


Waktu

NaCl 2
ml/200 gBB

Na diklofenak
1,03 mg/
200 gBB

Ekstrak air
gambir 3,5
mg/200 gBB

Ekstrak air
gambir 7
mg/200 gBB

Ekstrak air
gambir 14
mg/200 gBB

1 jam

112.45

30.55

48.77

22.22

56.67

2 jam

135.69

58.89

74.54

45

66.06

3 jam

143.09

68.33

84.54

63.89

81.51

4 jam

149.15

86.67

91.21

76.11

90.9

5 jam

135.69

73.89

78.18

63.89

75.15

GRAFIK PERSENTASE RADANG


Persentase Radang Telapak Kaki Tikus
160
NaCl 2 ml/200 gBB

140
120

Na diklofenak 1,03 mg/200


gBB

% edem

100
80

Ekstrak air gambir 3,5


mg/200 gBB

60

Ekstrak air gambir 7 mg/200


gBB

40

Ekstrak air gambir 14


mg/200 gBB

20
0
1 jam

2 jam

3 jam
Waktu (jam)

4 jam

5 jam

DATA PERSENTASE PENGHAMBATAN RADANG

Waktu

Na diklofenak
1,03 mg/200
gBB

Ekstrak air
gambir 3,5
mg/200 gBB

Ekstrak air
gambir 7
mg/200 gBB

Ekstrak air
gambir 14
mg/200 gBB

1 jam

70.06

52.82

79.8

47.32

2 jam

55.81

43.77

65.77

51.47

3 jam

50.99

38.87

53.48

42.67

4 jam

41.27

38.04

48.35

39.09

5 jam

44.14

40.74

51.67

44.24

GRAFIK PERSENTASE PENGHAMBATAN RADANG


Persentase Penghambatan Radang Telapak Kaki
Tikus
90
80

Na diklofenak 1,03
mg/200 gBB

70
% edem

60

Ekstrak air gambir


3,5 mg/200 gBB

50
40

Ekstrak air gambir


7 mg/200 gBB

30
20

Ekstrak air gambir


14 mg/200 gBB

10
0
1 jam

2 jam

3 jam

Waktu (jam)

4 jam

5 jam

B A B V I
KESIMPULAN & SARAN

KESIMPULAN
1.

Didapatkan dosis ekstrak air gambir yang berefek analgetik


adalah 0,7 mg/20 gBB dengan menggunakan metode Writhing
(geliat) pada mencit putih jantan.

2.

Dosis ekstrak air gambir yang berefek sebagai antiinflamasi


adalah 3,5 mg/200 gBB, 7 mg/200 gBB, 14 mg/200 gBB dengan
menggunakan metode Rat hind paw (pembentukan udem) pada
tikus putih betina.

3.

Pada uji ANOVA ekstrak air gambir yang sebagai analgetik


dengan variasi dosis 0,7 mg/20 gBB, 1,4 mg/20 gBB dan 2,8
mg/20 gBB terdapat perbedaan secara bermakna terhadap
kontrol negatif (p 0,05). Tetapi semua variasi dosis ini tidak
memiliki perbedaan secara bermakna (p 0,05) terhadap kontrol
positif (asam mefenamat) dengan dosis 1,82 mg/20 grBB.

4.

Pada uji ANOVA dan Kruskal Wallis ekstrak air gambir yang
sebagai antiinflamasi dengan variasi dosis 3,5 mg/200 gBB, 7
mg/200 gBB dan 14 mg/200 gBB terdapat perbedaan secara
bermakna terhadap kontrol negatif (p 0,05). Tetapi semua
variasi dosis ini tidak memiliki perbedaan secara bermakna (p
0,05) terhadap kontrol positif (natrium diklofenak) dengan dosis
1,03 mg/200 grBB.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti
analgetik dan antiinflamasi pada ekstrak gambir
dengan pelarut yang berbeda untuk mengetahui
pengaruh perbedaan pelarut dalam menghambat
intensitas nyeri dan radang.

T E R I M A K A S I H

Anda mungkin juga menyukai