Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,berkat rahmat inayah dan
hidayahnya , Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan pembelajaran tugas
mencari artikel yang berhubungan dengan utilitas bangunan khususnya pada
sub udara
Terimakasih tentunya juga saya sampaikan kepada guru pembimbing,dan
berbagai pihak pendukung yang telah membantu dan senantiasa membimbing
saya sehingga saya dapat menyelesaikan pembelajaran di semester pertama ini.
Artikel ini saya susun guna untuk memenuhi tugas utilitas bangunan yang
isinya diambil dari beberapa sumber.
Semoga dengan selesainya artikel ini dapat melancarkan proses
pembelajaran selanjutnya dan berguna bagi proses kedepannya .
Demikian dari saya, jika ada salah penulisan , mohon maaf yang sebesar
besarnya
Wassalamualaikum wr.wb.

Penyusun

Ridwan Yoga W

PENERANGAN/PENCAHAYAAN
ABSTRAK
Hasil penelitian terhadap penggunaan energi,dalam hal ini listrik pada bangunan
gedung menunjukkan bahwa jumlah energi listrik yang di pergunakan untuk
keperluan pencahayaan ruangan menepati urutan terbesar kedua setelah sistem
tata udara. Dengan demikian perlu dilakukan perencanaan yang akurat untuk
mendapatkan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan dengan memanfaatkan
energi yang optimal.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah lampu dan jenis armature yang
diperlukan dalam sebuah ruang kelas. Untuk mencapai tujuan tersebut,penelitian
ini menggunakan metode studi literature dari berbagai sumber.
Jumlah lampu yang diperlukan pada sebuah ruang kelas dengan ukuran 8.9 m x
10.9 m adalah 12 pasang lampu dengan penepatan yang disebar secara merata
diseluruh kelas dan tambahan sepasang lampu pada ruang sekitar papan tulis.
Kata Kunci : julmah lampu,pencahayaan buatan

PENDAHULUAN
Upaya perancangan bangunan, apapun sarana, metode, atau pendekatan yang
digunakan, pada akhirnya akan berfungsi sebagai wadah kegiatan manusia.
Dengan demikian titik tolak keseluruhan pemikiran dan upaya perancangan
tersebut haruslah berdasarkan pada tuntutan dan persyaratan dari manusia
calon pemakai yang harus dipenuhi. Dengan demikian diharapkan akan tercipta
suatu ruang atau wadah yang secara umum bisa dinikmati dan dirasakan
nyaman oleh calon penghuni tersebut.

PENCAHAYAAN :
Penerangan / Pencahayaan :
Penerangan Utilitas untuk pencahayaan/penerangan harus dikoordinasikan
antara Perancangan arsitektur dan Elektrikal untuk memperoleh cahaya alami
dan buatan yang efisien dan seimbang.
Pada umumnya cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan bisa
merupakan cahaya yang langsung jatuh pada bidang kerja, regleksi cahaya
matahari dari luar, masuk melalui bukaan jendela, pemanfaatan ruang-ruang
terbuka/void dalam upaya memasukkan sinar matahari yang jatuh ke lantai dan
dipantulkan melalui langit-langit.

Intensitas cahaya yang masuk dipengaruhi oleh jenis bahan bukaan yang
digunakan (seperti kaca polos, kaca timah, sandblasting dll); luas bidang bukaan,
warna bidang pantulan (semakin berwarna cerah semakin banyak memantulkan
cahaya)

CAHAYA SERAPAN

Penerangan buatan bisa bervariasi tergantung dari arah dan penyebaran cahaya
yang diinginkan. Accent, task atau ambience lighting.
PEMANTULAN

Cerminan

Penyebaran

Gabungan

PERMUKAAN TERANG

PERMUKAAN KASAR

PERMUKAAN KUSAM

MATAHARI
Matahari adalah sumber cahaya atau penerangan alami yang paling mudah
didapat dan banyak manfaatnya. Oleh karena itu harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Apalagi Indonesia sebagai daerah trofis yang terletak
digaris katulistiwa matahari memancarkan sinar sepanjang tahun
Pemanfaatan Sinar Matahari.
Secara umum sinar matahari yang masuk kedalam ruangan bisa dibedakan
dalam beberapa jenis:
Sinar Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang tanpa terhalang oleh
apapun,
Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan,

Untuk nomor 1 dan 2 biasa disebut sinar langit.


Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil pantulan (refleksi) cahaya
dari benda-benda yang berada diluar bangunan, dan masuk kedalam ruangan
melalui lubang-lubang cahaya. Termasuk disini adalah sinar matahari yang
terpantul dari tanah, perkerasan halaman, rumput, pohon yang selanjutnya
terpantul kebidang kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah suatu bidang
khayal atau anggapan, setinggi 75 cm dari lantai, yang dipergunakan sebagai
titik tolak perhitungan penyinaran).
Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari pantulan cahaya dari bendabenda atau elemen-elemen didalam ruang itu sendiri.
Sinar matahari yang bermanfaat karena terangnya, juga akan mendatangkan
panas, atau setidak-tidaknya akan menaikkan suhu ruang, dengan demikian
perlu diperhatikan kenyataan: 1). Bahwa gangguan sinar matahari datang dari
silau sinarnya, dan kemudian sengatan panasnya, 2).Sinar matahari disamping
memberi terang juga memberi panas.
Dari kedua kenyataan diatas, perlu diambil langkah-langkah dalam upaya
perancangan tata ruang sebagai berikut:
Dalam memanfaatkan sinar matahari, seoptimal mungkin kita memanfaatkan
sinarnya, namun sekaligus mengupayakan langkah-langkah untuk bisa
mengurangi panas yang timbul,
Dalam memanfaatkan potensi sinar matahari, kita tidak mengupayakan cahaya
langsung, tapi cukup cahaya pantulan atau cahaya bias.
Untuk mendapatkan cahaya pantul/bias, lubang cahaya harus diletakkan
didaerah bayang-bayang.
Pemanfaatan cahaya langsung didalam ruang biasanya hanya dipergunakan
pada suatu kasus atau keadaan khusus, yang memerlukan suatu effek
arsitektural khusus, kesan aksentuasi, atau untuk suatu fungsi-fungsi tertentu
saja.
Menurut Dirjend Cipta Karya, (1987:12), disebutkan bahwa standard minimal
lubang cahaya untuk ruang-ruang kegiatan sehari-hari adalah 1/8-1/10 dari luas
lantai. Dalam ungkapan fisik, biasanya disain lubang cahaya merupakan
pemikiran yang tidak terpisahkan dari disain lubang ventilasi, dengan demikian
rincian bentuk maupun perletakannya perlu dijabarkan lagi dengan lebih detail
dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut.

DRAJAT/TINGKAT PENYINARAN
Dalam kegiatan perancangan bangunan, upaya pemikiran pemanfaatan sinar
matahari perlu memperhitungkan 3 faktor yang akan mempengaruhi
derajat/tingkat penyinaran suatu ruang, yaitu:

Ketinggian lubang cahaya


Yang dimaksud ketinggian lubang cahaya adalah jarak vertikal yang
diperhitungkan dari bidang kerja kearah ambang atas maupun ambang bawah
lubang cahaya.
Kedalaman ruang
Kedalaman ruang adalah jarak batas ruang terluar dengan batas datang sinar
(misalkan: panjang oversteck dimuka ruang).
Berkaitan dengan ketiga faktor tersebut, menurut Soetiadji, (1986;23), ternyata
terdapat kaitan antara ketinggian lubang cahaya dengan tingkat/derajat
penyinaran pada ruangan berdasarkan tabel dibawah ini:
KETINGGIAN LUBANG CAHAYA

DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN
JENDELA SATU SISI

JENDELA DUA SISI

Dikurangi 15 %

Turun 19 %

Turun 9,5 %

Dikurangi 30 %

Turun 38 %

Turun 25

Dikurangi 40 %

Turun 63 %

Turun 44

Lebar lubang cahaya


Lebar lubang cahaya merupakan dimensi horizontal dari lubang cahaya tersebut.
Menurut Soetiadji, lebar lubang cahaya juga memberi pengaruh pada
derajat/tingkat penyinaran sesuai tabel dibawah ini:
LEBAR LUBANG CAHAYA

DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN

Dikurangi 22 %

Turun 7 %

Dikurangi 50 %

Turun 25 %

Dari tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa ketinggian lubang cahaya ternyata
lebih berperan dalam menentukan derajat/tingkat penyinaran ruang
dibandingkan dengan kelebaran (dimensi horisontal) lubang cahaya.
Ungkapan diatas bisa dijabarkan lebih jelas sebagai berikut:
Bahwa walaupun lubang cahaya sudah cukup lebar, namun apabila ketinggian
lubang tersebut kurang memenuhi syarat, tidak akan menghasilkan tingkat
penyinaran ruang yang efektif.

Makin tinggi lubang cahaya, akan makin efektif tingkat penyinaran yang
dihasilkan pada suatu ruang.
Sedangkan pengaruh antara panjang/lebar oversteck dimuka lubang cahaya
terhadap derajat/tingkat penyinaran didalam ruang adalah sebagai berikut:

PANJANG OVERSTECK

DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN
SISI DEKAT

SISI JAUH

60,00 CM

Turun 14 %

Turun 7,5 %

120,00 CM

Turun 24 %

Turun 15

180,00 CM

Turun 39 %

Turun 22

Dari tabel tersebut bisa dinyatakan bahwa oversteck dimuka lubang cahaya
sangat mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran pada suatu ruang, dengan
demikian perlu perhitungan yang matang dalam perencanaan oversteck
diatas/dimuka lubang cahaya, supaya tidak merugikan kwalitas penyinaran pada
ruang tersebut.

RADIASAI PANAS SINAR MATAHARI


Disamping memancarkan sinar/cahaya, matahari juga akan mengeluarkan
panas. Panas inilah yang harus ditanggulangi dalam upaya perancangan
bangunan, setidak-tidaknya dikurangi sehingga suhu ruangan bisa sesuai
dengan yang diharapkan.
Beberapa pemikiran perancangan ruang sebagai upaya untuk mengurangi efek
panas yang disebabkan oleh radiasi panas sinar matahari adalah berdasarkan
suatu prinsip memasang lubang cahaya didaerah bayang-bayang/bias cahaya
matahari.
Aplikasinya dalam ungkapan fisik sebagai berikut:
Memasang tabir sinar matahari pada bagian luar ruang/lubang cahaya. Cara ini
bisa mereduksi radiasi panas sebesar 90 95 %
Memasang tabir sinar matahari dibagian dalam ruang/lubang cahaya. Cara ini
dapat mereduksi radiasi panas sinar matahari sebesar 60 70 %

Tabir sinar matahari bisa berupa tabir horisontal (horizontal blind), atau tabir
sinar matahari vertikal (vertical blind), yang pemasangannya bisa dengan cara
pemasangan dengan bentuk permanen, atau yang bersifat adjustable/moveable,
yang bisa diatur sesuai kebutuhan.
Pada penerapannya dalam ungkapan fisik, fungsi tabir sinar matahari bisa
berfungsi ganda, yaitu disamping sebagai sarana untuk mereduksi radiasi panas
sinar matahari, juga sebagai sarana pengatur derajat/tingkat penyinaran ruang,
dengan demikian sebaiknya tabir sinar matahari tersebut diberi warna yang
terang/cerah untuk dapat memberi effek bias yang maksimal.

CAHAYA BUATAN
Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan listrik
adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menyelenggarakan dan
menyiapkan suatu tenaga pembangkit listrik dengan system Pembangkit
Listrik Tenga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan
pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Diluar negeri ataupun di Negara kita baru-baru ini mengembangkan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
Sistem Pencahayaan/Penerangan Buatan
Daya penerangan yang masuk dalam panel-panel pembagi (Sub
Panel) dibagi dalam 2 bagian:
a. Pencahayaan/daya yang langsung: Pencahayaan yang berupa
titik-titik lampu penerangan.Peletakan lampu penerangan ini
harus
diatur
sedemikian rupa
sehingga
menghasilkan
pencahayaan yang baik, memenuhi syarat yang diminta dan
merata. Selain itu harus diatur posisinya terhadap letak-letak
diffuser AC, sprinkler, fiere alarm, smoke detector, speaker dan
lain-lain.
b. Daya yang tidak langsung daya ini digunakan untuk
menghidupkan alat-alat tertentu seperti computer dan mesin
ketik
Tabel Estimasi Beban Listrik Suatu Bangunan

AC
Untuk Pengguanaan

Pencahayaan

(Watt/m2)

Lain-Lain
(Watt/m2)

Auditorium
-

T. duduk (umum)

9 22,5

100-180

Panggung

180 360

2,25

Wisma Seni

35 55

45-65

4,50

Bank

22,5 55

45-65

18

Kafetaria

27 45

55-90

4,50

Gereja

13,5 27

45-65

4,50

Daerah Komputer

7 55

110-180

13,50

35 55

13,50

22,5 40

45-65

18 35

4,50

27

4,50

18

2,25

4,5

18 27

45-65

55 72

45-75

4,5

9 22,5

27-45

4,5

13,5 22,5

27 45

55-90

45-180

22,5 40

45-65

4,5

22,5 36

36-65

13,5

9 22,5

55-90

22,5 36

36-65

18

13,5 22,5

55-90

18 36

32-45

13,5

Toko serba ada


-

Basemen

Lantai dasar

Lantai tingkat

Rumah susun
-

0-270 m2

271- 13.000 m2

13.000 m2 keatas

Gedung parkir
Rumah sakit
Hotel
-

Loby

Kamar

Bangunan industry
Laboratorium
Perpustakaan
Pusat Kesehatan
Motel
Bangunan kantor
Restoran
Sekolah
Pertokoan

Salon

Pakaian

27 45

45-80

Apotik

18 45

4,5

Sepatu

27

4,5

Pergudangan

27

4,5

Untuk mendapatkan pencahayaan buatan dari atas langit-langit


diperlukan suatu system penempatan dan penggunaan alat cahaya
(penerangan yang sesuai dengan fungsi dan kegunaan ruangan tersebut).
Juga diperhatikan tinggi rendahnya langit-langit dan peralatan lainnya.
Selain untuk memberikan pencahayaan buatan pada ruangan ruangan
perlu diperhatikan pencahayaan ditempat-tempat lain, seperti tangga,
toilet, ruang AC, panel, gudang, lobby, selasar, halaman dan tempat
parker.

11 Guidelines 4 the right Lights


Pencahayaan yg baik dibutuhkan agar kondisi visual didalam sebuah bangunan
menjadi optimal. Ketika merencanakan instalasi penerangan, sejumlah faktor
sangat mempengaruhi & harus dipertimbangkan utk menentukan kualitas
systemnya secara menyeluruh.Sesuai dgn judul diatas, berikut ini ada 11 faktor
yg sgt berguna sebagai informasi utk menciptakan solusi penerangan yg
memenuhi seluruh kebutuhan user serta sebagai pedoman untuk
menyelenggarakan kondisi kerja yg effisien.
1.Iluminansi yg memadai.
Kemampuan mata manusia sebagian besar tergantung pada level iluminansi
pada apa yang dilihatnya. Begitu iluminansinya meningkat, motivasi dan
perfomansnya secara menyeluruh juga meningkat, sementara itu tendensi utk
berbuat kesalahan/silaf saat berkerjapun menurun.
2.Distrubusi Iluminansi yg harmoni.
Perimbangan distribusi iluminansi pd berbagai permukaan membuat visualisasi
interior menjadi menarik. Dilain pihak, Iluminansi yg tidak memadai/kurang atau
terlalu kontras menyebabkan kepenatan visual dan capek.
3. Kontrol terhadap kilau lampu yg baik.
Lampu yg menyilaukan didalam suatu ruangan dpt membuat pandangan
berkurang secara signifikan pada level tertentu juga dapat sangat mengganggu
serta menyebabkan mata menjadi sakit.
4. Perbandingan KOntras yg baik (accent factor).
Kontras penting bagi mata manusia agar mampu membedakan antara suatu
objek dgn latar belakangnya. Sistem penerangan dengan perbedaan kontras yg
baik tdk menyebabkan pantulan cahaya yg menyilaukan ,meskipun cahaya
tersebut menerpa benda mengkilap dan dokumen, text pd dokumen dapat dgn

mudah dibaca meskipun tercetak di glossy paper dan sejenisnya.

5. Arah cahaya yg tepat.


Mengarahkan cahaya dengan tepat kesuatu permukaan kerja sangat penting
dilakukan dgn menentukan sudut pantulan maupun sisi bayangan yg
ditimbulkannya.. hal ini akan sgt mengganggu dan bahkan berbahaya kalau
posisi bekerja berada dibalik bayangan suatu benda atau pantulan cahayanya
justru langsung menerpa mata.
6. Kondisi bayangan yg menyenangkan.
Bayangan menguatkan pandangan visual 3 dimensi serta menyelaraskan
orientasi. Kondisi bayangan yg bagus adalah hasil dr perpaduan efektif dr
tebaran cahaya dengan cahaya yg diarahkan.
7. Penampilan warna yg pantas.
Secara alami, penampilan sinar matahari berubah sepanjang hari
(subuh~magrib) maka cahaya buatan dpt juga dibuat dgn penampilan cahaya
maupun warna alami utk mendukung fungsi2 penerangan yg bervariasi maupun
utk suasana hati (mood). // lihat cool white,daylight & warm white.
8. Penerjemahan warna alami.
Hanya warna2 spektrum yg terkandung dalam cahaya yg bisa dipantulkan oleh
suatu benda dan dirasakan oleh mata manusia.Color Rendition merupakan
ukuran terhadap kemampuan sumber cahaya buatan menampilkan warna alami
sesungguhnya dari suatu objek.
9. Atmosfir penerangan yg efektif.
Cahaya mempengaruhi suasana hati dan perasaan gembira, secara tak sadar diri
kita bereaksi terhadap suatu interior ruangan dgn pencahayaannya.Tahun2
terakhir ini perhatian terhadap pentingnya atmosfir pencahayaan di tempat kerja
semakin ditingkatkan.
10. Konsumsi enerji yg effisien.
Kebutuhan dasar dari perencanaan lighting masa kini adalah ketelitian terhadap
penggunaan enerji yg ekonomis. Berbagai solusi tersedia saat ini yg tidak hanya
berhubungan dgn instalasi2nya tetapi juga terhadap perbaikan dan
pembaharuan system2 tua yg tidak effisien
11. Mencegah Polusi Cahaya (Light Pollution).
Polusi cahaya disebabkan oleh lampu/sinar yg mengarah ke langit dan atau oleh
cahaya yg dipantulkan dari bumi maupun benda2 disekitarnya. Terang

benderangnya langit menyebabkan kita masyarakat umum dan bahkan


astronom tidak dapat melihat bintang2 di langit lagi.

PENUTUP
Dengan menyusun artikel ini, kita dapat sedikit mengetahui tentang
utilitas bangunanan khusunya pada bidang udara dan sedikit mengerti tentang
salah satu alat untuk utilitas udara (AC)
Semoga apa yang dituliskan didepan tidak langsung terlupakan.
Demikian dari saya, jika ada penulisan kata atau kalimat yang kurang
tepat, mohon di maklumi, dan saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
berguna bagi saya.
Sekian Dan Terimakasih

Yogyakarta,17 Agustus 2012

Ridwan Yoga W

Anda mungkin juga menyukai