Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Secara umum
Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan
pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan
tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik
maupun abiotik.
Ekologi hewan adalah cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi antara hewan
dengan lingkungannya yang menentukan sebaran (distribusi) dan kemelimpahan hewan-hewan
tersebut.
Perubahan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap hewan. Hewan mengadakan respon
terhadap perubahan kondisi lingkungannya tersebut. Respon hewan terhadap kondisi dan
perubahan lingkungannya denyatakan sebagai respon hewan terhadap lingkungannya. Respon
tersebut berupa perubahan fisik, fisiologis, dan tingkah laku.
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Tujuan akhir
dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Apabila kondisi lingkungan menjadi sangat
tidak baik, maka yang terjadi adalah pertama : hewan meninggalkan tempat itu dan mencari
tempat dengan kondisi yang lebih baik. Kedua : hewan memberikan respon tertentu yang mampu
mengatasi efek negative perubahan tersebut. Ketiga : hewan itu akan mati.
Adaptasi

umumnya

diartikan

sebagai

penyesuaian

makhluk

hidup

terhadap

lingkungannya. Respon dan Adaptasi Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon
terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan
reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon.
Berdasarkan hal tersebut, sehingga melatarbelakangi kami dalam pembuatan makalah ini,
dengan judul makalah Respon dan Adaptasi .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah dikemukakan, rumusan
masalah penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Bagaimana konsep adaptasi ?


Bagaimana mekanisme terjadinya adaptasi ?
Apa prinsip-prinsip adaptasi ?
Apa saja bentuk-bentuk adaptasi ?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


Untuk mengetahui konsep respon dan adaptasi
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya adaptasi
Untuk mengetahui prinsip-prinsip adaptasi
Untuk mengetahui bentuk-bentuk adaptasi

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Adaptasi Hewan
Interaksi hewan dengan lingkungannya menunjukan adanya hubungan timbal balik antara
hewan dengan lingkungannya.Dalam hubungan itu kondisi dan perubahan kondisi lingkungan
berpengaruh pada hewan, dan hewan mengadakan reaksi terhadap kondisi dan perubahan kondisi
lingkungannya.
Reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungannya dinatakan sebagai respons
hewan terhadap lingkungannya.Respons hewan terhadap lingkungan dapat berupa perubahan
fisik, fisiologis dan tingkah laku.Respons hewan terhadap kondisi dan perubhan lingkungan ada
yang bersifat raktif, artinya respons itu terbentuk dan berlaku pada saat berpengaruh kondisi dan
perubshan lingkungan berlaku.Misalnya, ayam mencari tempat yang teduh ketika hujan
turun.Repons-respons seperti itu merupakan respons yang terpola untuk semua anggaota
spesies.Respons itu merupakan perubahan pada hewan yang bersifat reaktif terhadap
lingkungannya.
Disamping respons ang bersifat reaktif, hewan mempunyai respons terhadap lngkungan
yang terpola untuk semua spesies.Respons itu mempunyai sifat yang diwarisi oleh nenek
moyagnya. Misalnya, semua anak itik baru menetas mengikuti hewan apa saja yang dijumpai
pertama kali, repons seperti itu dapat di golongkan sebagai respons yang bersifat adaptif terhadap
kondisi atau perubahan lingkungan yang ada, artinya respons itu merupakan ciri-ciri yang
teradaptasi terhadap kondisi atau perubahan lingkungan yang ada.
Adaptasi pada umumnya diartikan sebagai penyasuaian makhluk hidup terhadap
lingkungannya. Namun, Begon (1996) berpenda[at bahwa pengertian itu mengandung benyak
penafsiran . penjelasannya sebagai berikut. Jika dikatakan bahwa hewan X teradaptasi untuk
hidup dilingkungan Y, pernyataan itu dapat di artikan sebagai berikut.

1. Hewan X hanya dapat dijumpai pada lingkungan Y. Dalam hal ini dapat berarti hewan X
mempunyai sifat yang hanya sesuai untuk hidup di lingkungan Y dan tidak dijumpai di
daerah lain.
2. Hewan X hanya dapat hidup di lingkungan Y, tidak dapat hidup di lingkungan lain.
3

3. Hewan itu mempunyai siafat yang lolos dari alam, yang diwarisi dari nenek moyagnya.
Dalam hal ini kata adaptasi mempunyai arti bahwa pada diri nenek moyangnya terjadi
perubahan genetic sehingga sesuai dengan kondisi lingkungan, dan sifat genetik baru
yang terbentuk diturunkan kepada turunannya. Pengertian ini diberikan kepada para ahli
ekologi evolusi.
4. Para ahli ekologi yang mengkhususkan diri pada aspek fisiologi mengartikan pernyataan
di atas bahwa hewan X telah mempunyai pengalaman di masa lalu yang
memungkinkannya untuk hidup dilingkunga Y. pengertian ini lebih tepat untuk di
terapakan pada sifat- sifat fenotip.
5. Pernyataan ini juga dapat berarti bahwa hewan X mempunyai sifat genotip dan fenotip
yang sesuai untuk hidup di lingkungan Y.
Di antara pengertian adaptasi yang berbeda- beda itu ada yang menyatakan bahwa ciriciri organisme ada yang dirancang untuk sesuai dengan kondisi lingkunganmasa kini dan
masa yang akan dating. Penjelasan itu kurang tepat, karena lingkungan sekarang ditempati
oleh suatu organisme karena kondidi lingkungan tersebut secara kebetulan sama dengan
kondisi lingkungan yang di huni oleh nenek moyangna ketika lolos dari seleksi alam. Maka
dari itu ciri-ciri yang teradaptasi itu merupakan ciri yang di turunkan oleh nenek moyangnya.
Istilah yang tepat untuk mengatakan kesesuaian makhluk hidup dengan lingkungannyaitu
adalah adaptasi. Kata adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkunganya
yang meruapakan produk masa lalu. Organisme-organisme masa kini dapat hidup
dilingkunganyakarena kondisi lingkungannya itu secara kebetulan sama dengan kondisi
lingkungan nenek moyangnya.

B. Mekanisme Adaptasi
Sifat yang dimiliki suatu populasi yang ada sekarang merupakn sifat yang diturunkan dari
generasi ke generasi. Nenek moyang dari populasi yang bersangkutan telah berhasil

mempertahankan hidup dan berkembang biak karena memiliki sifat tersebut. Dengan kata
lain, populasi yang ada sekarang merupakan populasi yang lolos dari seleksi alam.
Penjelasan ini merupakan ringkasan dari teori-teori seleksi alam yang dikemukakan oleh
Darwin, yang prinsip-prinsip pokoknya adalah sebagai berikut.
1. Sifat dari individu individu dalam suatu poulasi tidak sam persis. Individu-individu
mempunyai sifat yang bervariasi dalam hal ukuran, kecepatan berkembangbiak,
merespons kondisi lingkungan dan lai-lain.
2. Beberapa sifat yang berbeda dalam suatu populasi diwarisi oleh nenek moyang. Dengan
kata lain individu-individu mewarisi gen pembawa sifat tersebut dari nenek moyangnya.
3. Semua populasi mempunyai potesi untuk mendiami seluruh permukaan bumi jika setaip
individu dapat bertahan hidup dan menghasilkan keturunan secara maksiamal. Namun,
tidak setiap individu mempunyai sifat demikian. Ada individu yang mati sebelum
berkembangbiak. Individu yang mampu berkembangbiak mewariskan sifat kepada
keturunannya.
4. Nenek moyang yang berbeda meninggalkan keturunan yang berbeda jumlahnya. Ini juga
berarti bahwa ndividu dari populasi yang ada sekarang juga menghasilkan anak yang
jumblahnya berbeda.
5. Anak-anak yang di turunkan oleh suatu individu tidak seluruhnya tergantung pada
interaksi sifat individu orang tua dengan lingkungannya.
Meskipun dalam teorinya Darwin yakin bahwa sifat-sifat makhluk hidup yang teradaptasi
dengan lingkungan hidup merupakan ciri yang bersifat menurun, tetapi ia tidak menyadari
bahwa bentuk adaptasi yang terbaiklah yang memancarkan ciri-ciri adaptif kepada
keturunannya.
Adanya sifat menurun itu menjadi lebih terang setelah mendel dapat mengungkapkan
adanya gen-gen ang dapat menentukan sifat genetic suatu organisme. Pengetahuan genetika
yang di pelopori oleh Mendel itu dapat di gunakan untuk menjelaskan pengaruh kombinasi
gen yang terbentuk pada perkawinan dalam populasi terhadap sifat keturunan. Di samping itu
pengetahuan genetika juga menjelaskan bahwa seleksi alam merupakan faktor yang
menentukan sifat hasil perkawinan. Jika perubahan faktor lingkungan dan perkawinan antara
individu dalam populasi memunculkan variasi baru, maka terbentuknya variasi baru itu akan
menimbulkan gangguan pada keseimbangan genetik (genetic equilibrium). Keseimbangan
5

genetic adalah suatu stabilitas genetik individu-individu populasi yang sifat genetiknya sama.
Keseimbangan genetik dapat berubah sebagai akibat dari adanya mutasi, perubahan secara
acak pada frekuensi gen, dan seleksi alam.Perubahan keseimbangan genetik itulah yang
menyebabkan terjadinya evolusi organisme.
Di alam organisme terkumpul beberapa kelompok-kelompok populasi yang di antara
anggotanya terjadi hubungan kawin.Setiap kelompok di sebut deme. Kelompok besar yang
terdiri dari banyak kelompok disebut jenis organisme. Deme-deme dari suatu jenis organisme
ada yang menempati daerah-daerah geografis yang berbeda, misalnya, benteng yang samapi
kini masih ada di P .Jawa ada yang hidup ditaman baluran (jawa timur) dan taman nasional
ujung kulon (Jawa Barat). Daerah-daerah geografis itu dapat merupakan lingkungan hidup
yang sempit dan bersifat khas dibandingkan dengan daerah penyebaran jenis organismenya.
Deme yang menempati daerah geografis khusus itu dapat mempunyai sifat genetik yang
berbeda dengan deme yang menmpati daerah lain, jika di atara deme-deme itu terjadi iolasi
geografis sehingga antar deme tidak terjadi pertukaran informasi genetik.kelompok yang
terisolasi itu disebut kiln (clien), dan merupakan subjenis organisme atau subpopulasi.
Perbedaan sifat genetik atau kiln dengan kiln yang lain terbentuk dari perbedaan perubahan
lingkungan dalam suatu rentangan tertentu, yang di sebut dengan gradient ekologik
(ecological gradients). Variasi sifat individu pada landaian ekologis yang berbeda disebut
ekotip. Perubahan sifat itu dapat dalam hal bentuk, warna dan lain-lain.Contoh yang terkenal
adalah fenomena melanisme industrial. Kupu biston betularia yang hidup di hutan yang jauh
dari daerah industry berwarna abu-abu keputihan sesuai dengan batang pohon yang sesuai
substratnya, tetapi kupu-kupu yang hidup dai daerah industry britania mempunyai warna
gelap. Di daerah industri, pohon-pohonan menjadi warna hitamkarena tertutupi asap dan
jelaga pabrik. Kupu-kupu yang berwarna terang menjadi mangsa buruan yang mudah dilihat
oleh predator, tetapi kupu yang berwarna hitan lebih selamat dari serangan predator.kejadian
inilah yang disebut fenomena melanisme industrial.
Kesesuaian antara sifat-sifat organisme dengan lingkungannya sehingga menimbulkan
sifat yang bervariasi antara satu kelompok dengan kelompok lain, baik jenis organismenya
sama maupun berbeda telah digenerasikan dalam beberapa hokum, antara lain : Hukum
bergman, hokum Allen, dan Hukum Gloger. Hukum Bergman mengatakan bahwa hewan6

hewan yang hidup di daerah dingin bertubuh besar. Rasionalnya adalah untuk bertahan pada
suhu dingin tubuh yang besar tidak cepat kehilangan panas, sedangkan untuk bertahan pada
lingkungan panas hewan yang bertubuh kecil lebih cepatvmemanarkan panas. Hewan
homeoterm, yaitu burung dan mamalia yang hidup di daerah dingin mempunyai tubuh yang
lebih besar dari pada yang hidup di daerah panas.Namun hewan-hewan poikiloterm didaerah
dingin cenderung bertubuh kecil.
Hukum Allen mengatakan bahwa bagian-bagian tubuh (ekor,teling,tangan,kaki,dan lainlain) yang idup di daerah beriklim dingin lebih pendek dari pada hewan yang hidup didaerah
yang berikilim panas. Contoh, tikus yang hidup di lingkungan yang bertemperatur 31-33,5 oC
berekor lebih panjang dari pada starin yang hidup di temperatur 15,5-20oC
Hukum Gloger berbunyi : pada lingkungan yang panas dan lembab hewan mempunyai
pigmen lebih gelap dari pada hewan yang hidup di daerah beriklim dingin dan kering.Di
daerah arid (beriklim kering) pigmen yang muncul banyak merah dan kuning
kecoklatan.Contoh : Belalang kayu Carausius menjadi berwarna hitam pada temperature 15 o
C dan berwarna coklat pada temperature 25oC.
Hukum-hukum lain yang menyatakan hubungan antara lingkungan dengan sifat hewan
antara lain berbunyi : burung yang hidup di daerah beriklim dingin mempunyai kemampuan
berimigrasi lebih besar, rentangan sayap yang lebar, bertelur lebih banyak, dan saluran
pencernaan makanan dapat menyerap sari makanan lebih banyak dari pada burung yang
hidup di daerah beriklim panas. Katak Hyla dan kecebong bertanduk Phrynosoma berwarna
makin gelap jika temperature lingkungannya turun.
Deme-deme sering kali terisolasi secara geografis, menyebabkan kelompok-kelompok
populasi tidak dapat berbaur lagi untuk melakukan hubungan perkawinan.Isolasi itu di sebut
isolasi geografis.Jika isolasi itu bersifat tetap maka populasi yang terpisah dari populasi yang
hidup dihabitat asli dapat berubah menjadi jenis organism baru.Isolasi geografis dapat terjdi
pada jenis rganisme yang bermigrasi.Isolasi habitat itu di sebut isolasi ekologis.
Populasi dapat terisolasi di tempat yang berbeda tapi masih dalam kawasan habitat yang
sama, tetapi tidak dapat melakukan hubungan perkawinan dengan populasi lai. Isolasi itu di
sebut disebut isolasi spatial. Jenis organism yang menduduki daerah yang geografisnya
7

berbeda disebut organism allopatrik, sedangkan yang hidup di temat yang secara biologis
terpisah dari yang lain disebut jenis organismeyang simpatrik. Contoh yang terkenal dengn
isolasi-isolasi tersebut adalah kelompok-kelompok burung Finch Darwinyang tersebar secara
terpisah-pisah di pulau-pulau yang berbeda.Burung-burung itu menemukan habitat-habitat
yang berbeda ketika bermigrasi dari daratan Amerika ke kepulauan Gapalagos. Itu
merupakan contoh allopatrik yang arahnya ditentukan oleh terjadinya perubahan frekuensi
gen sebagai akibat dari seleksi alam dan pemisahan genetik. Begitu jenis organism terisolsi
etika pindah ke daerah baru yang kondisi lingkungannya berbeda jenis organism itu akan
berubah menjadi jenis organism seiring dengan perjalanan waktu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa jenis organisme baru merupakan ekspresi dari kombinasi berbagai faktor
lingkungan.kejadian itu merupakan proses adaptasi yang mengarah pada pengisian nisia yang
ksong dan mengarah pada pemanfaatan lingkungan secara efisien dan lengkap.
C. Prinsip Prinsip adaptasi
Sifat adaptasi penting bagi hewan dan organism lain untuk bertahan hidup pada
lingkungan baru atau jika ada perubahan lingkungan di habitatnya. Namun kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda.
Kemampuan hewan dan makhluk hidup lain untuk beradatasi diprngaruhi oleh beberapa
factor.
1. Adaptasi ditentukan oleh sifat genetik. Diatas telah disebutkan bahwa jenis organisme
yang sekarang hidup dan teradaptasi dengan lingkungan dengan habitatnya adalah jenis
organisme yangsifat-sifatnya diwarisi dari nenek moyangnya. Cirri-ciri habitat itu secara
kebetulan sama dengan cirri-ciri habitat di lingkungan yang dihuni oleh nenek moyang.
Sifat yang diturunkan itu adalah sifat genetik. Sifat-sifat genetik itu memancarkan fenotip
yang sesuai dengan kondisi faktor-faktor lingkungan. Kupu biston betularia yang saat ini
hidup di daerah industriadalah kelompok yang mempunyai variasi gen yang
memancarkan warna hitam pada tubuhnya,dan sifat itu menurun sehingga keturunan tetap
warna hitam,meskipun kerbatnya yang hidup di luar daerah industri berwarna terang
2. Kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh kemampuan berkembang biak. Populasi yang
anggotanya mampu mrnghasilkan keturunan dalam jumlah banyak lebih ditimbulkan dari

perkawinan antar anggota populasi yang mempunyai sifat berbeda. Diantara variasi itu
terdapat kemungkian yang besar untuk sesuai dengan kondisi lingkungannya.
3. Kemungkinan hewan untuk beradaptasi terhadap suatu perubahan lingkungan ditentukan
oleh frekuensi peribahan lingkungan. Perubahan lingkungan ada yang bersifat siklik
terarah dan eratik (tidak teratur). Perubahan lingkungan yang bersifat siklik adalah
perubahan lingkungsn ysng terjadi berulang-ulang dan intensitasnya rendah, misalnya
perubahan instentitas cahaya antara siang dan malam. Hewan mudah beradaptasi
terhadap perubahan seperti itu. Perbuahan lingkungan yang bersifat terarah biasanya
berlangsung dalam waktu panjang, sering kali melebihi masa hidup dari hewan misalnya
endangkalan dasarsungai di muara yang disebabkan oleh terjadinya endapan lumpur yang
terbawa air. Hewan mungkin juga beradaptasi diri terhadap perubahan itu jika
intensitasnya tidak besar. Namun pada peruahan lingkungan yang bersifat eratik hewan
tidak dapat engadaptasikan dirinya,karna perubahan itu bersifat mendadak, terjadi dalam
waktu singkat, dan intensitasnya besar, misalnya kebakaran hutan, siklon, dan banjir.
Kemampuan hewan untuk beradaptasi terbatas. Keterbatasnnya adalah :
1. Ketahanan hidup (survival) hewan tergantung pada kapasitas individu untuk mengatasi
lingkungannya. Setiap individu hewan mempunyai ketahanan hidup sendiri-sendiri.
2. Pada setiap jenis organisme individu-individu berkemampuan adaptasi yang berbeda.
3. Karena setiap perubahan selalu bertumpang tindih dengan kondisi sebelumnya, maka
adaptasi merupakan proses yang lambat.
4. Adaptasi melibatkan seluruh kegiatan hidup ( the whole bussines of living)
D. Adaptasi Struktur
Sifat-sifat adaptif yang dimiliki oleh hewan ada yang berbentuk adaptasi struktural, adaptasi
fisiologis dan adaptasi tingkah laku.
Adaptasi struktural adalah sifat adaptasi yang muncul dalam wujud sifat-sifat morologis
tubuh, yang meliputi bentuk tubuh, bentuk dan susunan alat-alat tubuh, ukuran tubuh, serta
warna tubuh (kulit dan bulu). Di atas telah di uraikan beberapa contoh adaptasi yang menyangkut
bentuk, ukuran dan warna tubuh dalam rangka menjelaskan tentang hukum Bergman, Hukum
Allen, Hukum Gloger. Berikut ini akan diberikan contoh lain dari adaptasi struktural.

a. Bentuk dan ukuran tubuh


Bentuk tubuh yng di maksud disini adalah pola tubuh yang menyangkut perbandingan
anatara lebar dan panajang tubuh. Hewan-hewan yang hidup di daerah dingin mempunyai bentuk
bulat dan besar, sedangkan yang hidup di daerah panas tubuhnya lebih kecil dan ramping. Pada
hewan yang hidup di daerah dingin perbandingan antara lebar dan panjang tubuh kecil, sehingga
tubuhnya cenderung berbentuk bulat. Bentuk tubuh seperti ini tidak mudah melepaskan panas
atau lebih bersifat penyimpan panas jika suhu berubah menjadi lebih dingin. Pada tubuh yang
bulat dan berukuran besar proporsi luas permukaan tubuh yang berhubungan dengan udara luar
kecil.
Bentuk tubuh lain yang ada kaitannya dengan penyesuaian diri dengan lingkungan adalah
bentuk streamline pada ikan. Bentuk sperti itu memudahkan gerak di air karena tubuh yang pipih
serta meruncing di depan dan di belakang.

b. bagian-bagian tubuh
Dalam hal ukuran dari bagian-bagian tubuh telah di uraikan sesuai dengan Allen. Hewan
yang hidup didaerah panas mempunyai bagian tubuh yang lebih panjang dari pada yang hidup
didaerah dingin.
Aspek lain pada bagian bagian tubuh hewan yang mempunyai kesesuaian dengan
lingkungan adalah bentuk bentuk bagian bagian tubuh yang bersifat homolog dan analog. Sifat
homolong dapat di amati pada anggota tubuh hewan vetebrata. Pada dasarnya semua hewan
vetebrata mempunyai 2 pasang anggota tubuh, yaitu sepasang anggota tubuh depan dan sepasang
anggota tubuh belakang. Pada hewan mamalia kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai
kaki. Pada burung anggota tubuh depan berubah bentuk menjadi sayap. Pada beberapa jenis
reptil, misalnya kadal dan biawak kedua pasang tubuh berfungsi sebagai kaki, sedangkan reptil
yang lain ( misalnya kura kura dang penyu) kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai alat
renang. Sirip dada dan sirip ekor pada ikan adalah anggota anggota tubuh belakang dan depan
yang berfungsi alat renang. Kaki depan kuda, sayap burung, kaki kura kura, dan sirip ikan
merupakan alat alat tubuh yang secara embrional berasal dari jaringan yang sama, tetapi dalam
perkembangannnya, berubah menjadu bagian tubuh yang fungsinya berbeda.keadaan itu disebut
10

homolog. Pada fenomena lain burung dan belalang mempunyai sayap untuk bergerak diudarah,
tetapi kedua alat gerak tersebut berasal dari jaringan embrional yang berbeda. Keadaan itu di
sebut analog.
Adaptasi alat alat gerak ada hewan, darat sesuai dengan sesuai sifat sifat subsrat yang ada
di habitatnya. Anggota gerak depan hewan hewan mamalia yang tergolong primata kebanyakan
dapat digunakan untuk memegang. Hewan hewan yang tergolong primata hampir semuanya
dapat memanjat pohon dan bergerak dari satu cabang ke cabang lain. Anggaota depan digunakan
untuk memegang cabang atau ranting pada saat hewan tersebut derjalan di atas pohon.
Disamping itu anggota depan juga digunakan untuk memegang makanan dan benda denda lain.
Simpanze yang dipelihara dalam sangkar dapat menggunakan tongkat untuk mengambil
makanan yang diletakan diluar sangkar. Perkembangan anggota tubuh bagian depan sebagai
tangan sangat menonjot pada manusia. Hewan hewan mamalia lain yang hidup di pohon kaki
depan dan belakang tidak dapat digunakan untuk memegang, tetapi dilengkapi dengan kuku yang
tajam, sehingga kakinya dapat mencengkram pohon yang dipanjatnya. Disamping itu, tupai
mempunyai tubu kecil dan gerakan yang lincah. Ukuran tubuh dan kelincahan itu sanggat
gerakan di atas pohon. Hewan hewan mamalia yang hidup di lingkungan yang tananya keras,
atau berbatu kebanyakn mempunyai jejak yang keras, karena telapak kakinya teletak dari lapisan
tanduk yang tebal.
Hewan hewan yang tergolong ungas yang hidup di lingkungan pohon pohonan, tanah
keras, tanah becek dan air. Adaptasi untuk hidup di lingkungann yang berbeda itu tampak pada
bentuk susunan jari kaki. Pada burung yang hidup pohon, jarikakinya yang menghadap
kebelakang agak panjang sehingga bersama-sama dengan jari-jari yang menghadap kedepan
dapat di gunakan untuk mencengkram cabang atau ranting hinggap. Burung buas mempunyai
kaki yang beekuku panjang dan melengkung, yang diperlukan untuk menangkap dan
mencengkram mangsanya, misalnya pada elang. Unggas yang hidu di tanah becek mempunyai
kaki yang berselapu. Selaput itu terdapat di jari-jari kaki. Dengan adanya selaput itu kaki unggas
tidak terperosok ke dalam tanah. Unggas yang hidup ditanah becek itu antara lain: bangau.
Selaput pada unggas yang hidupp di air (misalnya : belibis, angsa, itik, dan entok) berkembang
lebih lebar, sehingga dapat di gunakan untuk berenang di air.

11

Bentuk-bentuk adaptasi lain pada kaki dapat diamati pada beberapa jenis organisme
hewan. Cecak mempunyai telapak kaki yang rata kalau di tempelkan ke sustratnya sehingga
tidak adarongga udara di antara permukaan telapak kaki dengan permukaan substrat. Dengan
demikian telapak kaki itu dapat menempel karena pengaruh tekanan udara. Kaki cumi-Cuma,
gurita, dadan hewan tergolong Asteroidea memunyai batil pengisap. Batil penghisap itu
digunakan untuk meletakkan kakinya pada substrat atau benda-benda yang di pegangnya dengan
batil penghisap itu bintang laut dapat membuka rumah kerang,sehingga dagingnya dapat di
ambil.
Adaptasi struktural juga terjadi pada mulut dari hewan-hewan vetebrata dan avetebrata.
Bentuk mulut hewan mamalia secara umum sama. Perbedaannya terdapat pada bentuk dan
susunan gig. Hewan pemakan daging, seperti harimau mempunyai taring yang tajam dan kuat
untuk mencabik daging hewan yang di mangsa. Hewan-hewan pengerat (Rodentia) kebanyakan
mempunyai gigi seri panjang dan runcing. Hewan-hewan pemakan rumput dan pemakan gegala
mempunyai geraham yang bentukny cocok untuk mengunyah makanan sampai halus.
Bentuk mulut yang berbeda dapat diamati pada paruh burung. Bentuk-bentuk paruh
burung pemakan biji berbeda dengan pemakan buah, pemakan serangga, dan pemakan daging .
Misalnya: paruh burung pemakan daging besar dan paruh atas melengkung. Paruh unggas air
berbentuk sudut. Perbedaan bentuk mulut juga dapat dilihat pada hewan-hewan yang tergolong
serangga. Mulut kupu berbentuk belalai, disebut probosis, cocok untuk menghidap madu pada
kelenjar madu. Mulut lalat rumah berbentuk lidah cocok untuk menjilat yang basah, misalnya
gaging busuk.mulut nyamuk berbentuk penusuk dan penghisap untuk menusuk kulit dan
menghisap darah hospes.
c. Penutup tubuh (kulit dan bulu)
Enutup tubuh pada hewan berbeda-beda. Sebagin besar hewan-hewan Arhropoda
mempunyai kulit tebal yang tersusun oleh khitin. Kulit seperti itu sangat berguna untuk menahan
hilangnya air dari dalam tubuh, karena hewan-hewan arthoropa itu kebanyakan hidup di
lingkungan hidup lain yaitu di dalam tanah dan air. Kulit yang tebal juga dimiliki oleh beberapa
jenis organisme hewan yang tergolong moluska, misalnya : siput. Siput bahkan dapat menutup
seluruh permukaan tubuhnya jika lingkungan hidupsangat kering. Siput air biasanya mempunyai
tutup cangkang yang dapat dibuka dan ditutup. Siput kebun tidak mempunyai tutup cangkang
12

seperti itu, tetapi pada musim kering hewan itu membentuk epifragma untuk menutup lubang
cangkangnya selama musim kering. Epifragman itu adalah selaput yang terbentuk dari cairan
yang disekresi oleh tubuh siput.
Beberapa jenis organisme hewan vetebrata juga mempunyai kulit yang tebal, terutama
hewan-hewan yang tergolong pada Reptilia. Kulit hewan-hewan reptilia pada umunya tebal dan
tersusun oleh lapisan tanduk. Kulit semacam itu sangat berguna untuk penguapan pada saat
hewan itu berda di lingkungan yang kering. Hewan yang tergolong amfibia tidak mempunyai
kulit tebal, tetapi jaringan di bawah kulit selalu mengeluarkan cairan perubahan suhu lingkungan
tidak terlalu banyak mempengaruhi suhu didalam tubuh. Hewan-hewan mamalia kulitnya di
lengkapi dengan pori-pori dan kelenjar keringat. Kelenjar dan keringat dari pori-pori tubuh itu
berguna untuk mengatur air dari dalam tubuh baik dari dalam tubuh baik dalam rangka
pengaturan tekanan osmotik maupun temperatur tubuh. Kulit hewan-hewan mamalia dilengkapi
dengan rambut. Rambut itu berfungsi sebagai isolator suhu. Hewan-hewan mamalia dilengkapi
dengan rambut. Rambut itu berfungsi sebagai isolator suhu. Hewan-hewan yang hidup di daerah
dingin mempunyai rambut lebih tebal dari padahewan yang hidup di daerah panas.

d. Warna tubuh
Selain warna hitam dan putih, hewan-hewan ada yang mempunyai warna merah, hijau
dan lain-lain, bahkan ada yang mempunyai beberapa macam-macam warna sekaligus dalam
permukan tubuhnya. Muncul warna pada permukaan tubuh hewan disebabkan oleh :1) pigmenpigmen khusus yang menyerap panjang gelombang tertentu dan memantul panjang gelombang
yang lain, 2) strukur permukaan tubuh yang menyebabkan sinar terserap atau direfraksikan, 3)
kombinasi-kombinasi dari pengaruh absorbtif, refraktif, reflektif, atau difraktif. Diantara warnawarna itu mungkin ada yang berhubungan dengan sifat adaptif terhadap lingkunganya. Hubungn
itu di tunjukan oeh hewan-hewan yang hidup di lingkungan geografis yang sama memunyai
warna yang sama. Braun 1914 yang mempelajari Microlepidoptera dari genur Lithocolletis yakin
bahwa pola-pola warna pada hewan merupakan akibat dari proses fisiologis dan bahwa pola-pola
itu mengikuti kecederungan orthogenetik, artinya tergantung pada kondisi eksternal kenyataan
bahwa warna hewan mempunyai hubungan dengan sifat adaptasi terhadap kondisi
lingkungannya dapat dijelaskan dengan hukum Gloger dan fenomena melanisme industrial,
13

seperti yang telah di uraikan di atas. Kesesuaian antara wana dengan kondisi lingkungan sebagai
seperti yang di uraikan dalam hukum gloger dan fenomena melanisme industrial berkaitan
dengan keberhasilan hewan dalam menghadapi seleksi alam. Warna hewan tampaknya
mempunyai manfaat-manfaat dan fungsi-fungsi khusus menghadapi lingkungannya. Hal yang
terakhir ini akan diuraikan pada bagian berikut.

e. Mimikri
Berbagai penelitian menunjukan bahwa warna-warna hewan mempunyai manfaat tertentu
bagi dirinya. Sesuai dengan manfaatnya warna-warna itu dapat di bedakan dengan klasifikasi
Poulton:
1. Warna apatetik, sama dengan semua atau beberapa bagian dari warna
lingkungannya :
a. Wana kriptik yaitu warna yang sama dengan lingkungan, untuk
bersembunyi, yang di bedakan menjadi : 1) warna prokriptik: kesamaan
warna untuk berlindung 2) warna antikriptik: kesamaan warna untuk
menyerang.
b. Warna pseudosematik, yaitu warna untuk peringatan atau tanda yang
ironik, yang dibedakan atas : 1) warna pseudaposematik: mimikri yang
bersifat protektif, dan 2) warna pseudepisematik : mimikri yang bersifat
agresif dan warna yang bersifat erotik.
2. Warna sematik, warna untuk memberi peringatan dan sinyal
a. Warna aposematik : warna untuk peringtan
b. Warna episematik : warna untuk memberi sinyal.
3. Warna epigamik, warna yang ditampilkan untuk kawin
Kategori-kategori di atas dapat dijelaskan dengan uraian dan contoh-contoh berikut ini.
Diantara warna-warna yang dimiliki oleh hewan ada yang sama atau mirip dengan benda-benda
yang ada dilingkungannya, baik benda mati maupun makhluk hidu lainya. Kesamaan warna
hewan dengan benda-benda lain yang ada di lingkungannya diknal dengan istilah mimikri contoh
mimikri yang sering di tunjukan adalah perubahan warna pada bunglon. Pada saat bunglon
hinggap di tempat yang dasarnya berwarna coklat kulitnya berwarna coklat, dan ketika hinggap
di daun yang berwarna hijau kulitnya berubah menjadi hijau. Warna hewan yang bersifat tetap
14

juga ada yang sama atau mirip dengan lingkungannya. Sifat-sifat mimikri banyak dijumpai pada
hewan-hewan yang tergolong pada serangga, baik yang masih berupa larva (ulat) maupun sudah
dewasa (kupu dan belalang). Misalnya : belalang dan ulat yang hidup di daun banyak yang
berwarna hijau, sedangkan belalang dan ulat yang biasa hinggap di batang pohon atau substrat
lain yang berwarna coklat mempunyai sayap dan tubuh berwarna coklat. Kesamaan warna itu
bukan hanya warna dasar, melainkan warna permukaan tubuh hewan itu ada yang bermacammacam dari polanya juga mirip dengan pola warna substrat atau benda lain yang ada
disekitarnya.
Kejadian mimikri itu juga dapat berupa kemiripan bentuk hewan dengan benda-benda
yang ada di lingkungannya. Bentuk tubuh bellang kayu (walking sticks) bersama denan kakinya
miripdengan cabang dengan ranting-rantingnya. Ada ulat yang jika menempel di suatu cabang
dengan ranting-ranting. Ada ulat jika menempel di suatu cabang dengan ranting-rantingnya. Ada
ulat yang jika menempel di suatu cabang atau batang membentuk posisi tubuh sedemekian rupa
sehingg menyerupai cabang atau ranting batang yang menempel, karena warnanya mirip kulit
kayu.
Kesamaan warna dan bentuk hewan yang telah disebutkan di atas merupakan contoh
warna prokriptik, yaitu kesamaan atau kemiripan warna yang menyebabkan hewan tersembunyi
atau tidak mudah dilihat oleh musuhnya di samping itu ada ulat yang bentuk kepala ular,
matanya menonjol dan berwarna menyolok sehingga menunjukkan kesan bahwa hewan itu
garang dan akan menyerang. Itu merupakan contoh dari pseudepisematik.
Kesamaan bentuk, warna dan tingkah laku antara saat jenis organisme hewan dengan
jenis organismenya hewan lain juga terjadi di alam. Hewan yang bentuk, warna atau tingkah
lakunya meniru disebut mimic, sedangkan hewan yang bentuk dan warna, atau tingkah
lakunya ditiru disebut model. Kejadian mimikri terhadap bentuk mempunyai manfaat untuk
terhindar dari serangan predator. Ada dua macam bentuk mimikri sehubungan dengan
kepentingannya untu mengurangi kemungkinan dapat diserang oleh predator, yaitu mimikri
Batesian dan mimkri Mullerian. Pada mimikri Mellerian. Pada mimikri Mullerian. Pada mimikri
Mulleri kedua macam-jeni organisme mempunyai pola warna yang sama dan keduanya tidak di
sukai predator karena rasanya tidak enak, bahkan dapat menyebabkan rasa sakit di lambung.
Pada mimikri Baterian hewan mimic mempunyai rasay yang enak dan di sukai oleh predator,
15

tetapi modelnya tidak di sukai oleh predator karena rasanya tidak enak dan bersifat racun.
Contoh yang terkenal untuk mimisan Batesian adalah antara kupu-kupu viceroy (mimik) dan
kupu Monarch (model). Dengan di milikinya sifat mimikri itu, kupu viceloy dapat mengurangi
serangan dari burung predator yang menyukainya, karena ketika melihatnya burung predator
menghubungkan pola warnanya dengan warna yang tidak enak ketika memangsang kupu
monarch. Namun mimikran Batersian itu masih mengandung resiko bagaimana pun dalam
kejadian mimikri itu warna mimik dengan model tidak sepenuhnya sama. Berdasarkan
pengalamnya, burung predator suatu ketika dapat membedakan mangsa yang rasanya enak
(mimik) dengan memangsa rasanya yang tidak enak (model), sehingga burung predator dapat
memilih yang rasanya enak. Mimikri ini merupakan contoh pseudosematik.
f. Bau
Hewan-hewan tertentu mempunyai bau yang khas. Bau yang khas itu dapat merupakan
tanda bagi hewan lain yang sejenis, misalnya serangga-serangga tertentu mempunyai hormone
yang dikenal dengan nama feromon yang dapat digunakan untuk menarik lawan jenis pada
musim kawin. namun hewan-hewan lain ada yang mempunyai bau yang tidak disukai hewan
lain. Bau seperti itu menyebabkan hewan predator menjauhinya. Contoh yang mudah diamati
adalah bau pada walang sangit.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Respon dasar hewan
Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu respon pengaturan,
respon penyesuaian, dan respon perkembangan
16

2. Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik.
3. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi.

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan

kebutuhan organisme hidup.


Adaptasi Fisiologi,Adaptasi

fisiologi

adalah

penyesuaian

yang

dipengaruhi

olehlingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuhuntuk

mempertahankan hidup dengan baik.


Adaptasi Tingkah Laku,Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hiduppada
tingkah laku/perilaku terhadap lingkungannya.

B. Saran
Dari pemaparan makalah kami di atas mungkin masih terdapat banyak kesalahan dan
kekeliruan maka dari itu kami masih membutuhkan lebih banyak masukan dan kritikan dari para
pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA
Dharmawan Agus, Ibrohim, Taurita Hawa, Suwono Hadi, Susanto Pudyo. 2014. Ekologi
Hewan. Universitas Negeri Malang. JICA
Godam. 2009. Macam Dan Jenis Adaptasi Mahluk Hidup Struktural, Fisiologi
danTingkah

Laku.

(http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-hidup-struktural-

fisiologi-dan-tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-dirii,diakses 26 Agustus 2015).

17

18

Anda mungkin juga menyukai